Anda di halaman 1dari 16

AJARAN-AJARAN POKOK RASULULLAH SAW KETIKA BERDAKWAH DIMEKAH:

1.AQIDAH
Kata "‘Aqidah" diambil dari kata dasar "al-‘aqdu" yaitu ar-rabth (ikatan), al-
Ibraamal-ihkam (pengesahan), (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh,
kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk(pengokohan)
dan al-itsbaatu (penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan)
dan al-jazmu (penetapan).
"Al-‘Aqdu" (ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian, pelepasan). Dan kata tersebut
diambil dari kata kerja: " ‘Aqadahu" "Ya'qiduhu" (mengikatnya), " ‘Aqdan" (ikatan
sumpah), dan " ‘Uqdatun Nikah" (ikatan menikah). Allah Ta'ala berfirman, "Allah tidak
menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk
bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu
sengaja ..." (Al-Maa-idah : 89).
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil
keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan
dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan
diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id. (Lihat kamus bahasa:
Lisaanul ‘Arab, al-Qaamuusul Muhiith dan al-Mu'jamul Wasiith: (bab: ‘Aqada).
Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti
adalah aqidah; baik itu benar ataupun salah.
Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)
Yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya,
sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidka tercampuri oleh
keraguan dan kebimbangan.
Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada
orang yang menyakininya. Dan harus sesuai dengan kenyataannya; yang tidak
menerima keraguan atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat
keyakinan yang kokoh, maka tidak dinamakan aqidah. Dinamakan aqidah, karena
orang itu mengikat hatinya diatas hal tersebut.

Ruang Lingkup Aqidah


Lalu apa saja yang dipelajari dalam aqidah? Menurut para ulama, beberapa hal yang termasuk
dalam ruang lingkup aqidah adalah sebagai berikut:

1. Ilahiyat, yaitu pembahasan hal yang berkenaan dengan masalah ketuhanan,


khususnya membahas mengenai Allah SWT.
2. Nubuwwat, yaitu pembahasan hal yang berkenaan dengan para utusan Allah (nabi
dan rasul Allah).
3. Ruhaniyat, yaitu pembahasan hal yang berkenaan dengan mahluk gaib. Misalnya
malaikat, iblis, dan jin.
4. Sam’iyyat, yaitu pembahasan hal yang berkenaan dengan alam gaib. Misalnya
surga, neraka, alam kubur, dan lainnya.
AJARAN-AJARAN POKOK RASULULLAH SAW KETIKA BERDAKWAH DIMEKAH:

Tujuan Mempelajari Aqidah


Bagi umat Islam, mempelajari aqidah yang benar adalah suatu kewajiban. Mengacu pada
pengertian aqidah, adapun beberapa tujuan mempelajari aqidah adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan Ibadah Kepada Allah SWT

Orang yang paham Aqidah akan bisa dengan mudah mengikhlaskan ibadahnya semata-mata
hanya untuk Allah SWT. Dari sini, mereka akan terus berusaha meningkatkan ibadahnya tanpa
ada keraguan lainnya.

2. Menenangkan Jiwa

Aqidah bertujuan untuk membuat hati menjadi lebih tenang karena bisa menerima semuanya
dengan ikhlas, baik takdir baik maupun buruk. Hal ini karena mereka meyakini bahwa
semuanya ini sudah diatur oleh Allah. Mereka juga akan percaya bahwa rencana Allah jauh
lebih indah sehingga tidak perlu khawatir apa yang akan terjadi esok hari.

2. Meningkatkan Amal Baik

Tujuan Aqidah sebenarnya untuk menghindarkan diri dari perbuatan sesat. Oleh karena itu,
mereka yang memahami dengan baik Aqidah akan senantiasa melakukan amalan baik dan
menjauhi perbuatan buruk yang dilarang Allah. Mereka akan selalu ingat bahwasannya setiap
perbuatan dosa yang dilakukan akan mendapat balasan dan siksaan.

Nabi Muhammad SAW lahir di tengah-tengah kehidupan masyarakat Jahiliyah.


Masyarakat yang benar-benar telah kehilangan nilai atau norma dalam kehidupan
mereka.

Masyarakat yang sudah sangat sesat terutama dalam sisi akidah, mereka telah
menyimpang jauh dari fitrah Iman-Islam mereka sehingga terjebak dalam
penyekutuan Allah, yakni bergelimang dalam kemusyrikan. Tidak kurang dari 360
berhala yang disembah oleh mereka sempat mengotori kesucian Baitullah, Kabah.

Masyarakat Jahiliyah juga ditandai dengan keberadaan orang-orang yang malas


bekerja yang tidak mau berusaha, mereka lebih senang menggantungkan nasibnya
AJARAN-AJARAN POKOK RASULULLAH SAW KETIKA BERDAKWAH DIMEKAH:

lewat berjudi, karena itu akrablah kehidupan mereka juga dengan kebiasaan minum
khamr.

Konon, judi dan khamr ini merupakan dua sejoli yang sangat bersahabat, karena
biasanya para penjudi itu juga adalah peminum.

Pada masa Jahiliyah, wanita hampir tidak ada nilainya di mata kaum pria, mungkin
jauh lebih bernilai seekor anak ayam daripada seorang wanita, pada masa itu.
Sebab jika seekor induk ayam bertelur lantas telurnya menetas, baik anak ayam itu
jantan ataupun betina pasti akan dipelihara dengan baik oleh induknya.

Tapi tidak demikian nasib wanita pada saat itu, dia akan dikubur hidup-hidup,
sebab orang-orang Arab Jahiliyah pada masa itu merasa hina jika punya anak
wanita.

Tentu saja tidak semua bayi wanita mengalami nasib yang serupa, sebab dari satu
sisi laki-laki pun memahami bahwa mereka juga sadar butuh dengan wanita pada
sisi yang lain yaitu untuk memenuhi kebutuhan biologis kaum laki-laki.

Karena itu bayi-bayi yang dianggap bisa menjadi bibit unggul untuk urusan
pemenuhan biologis maka akan dibiarkan untuk hidup. Dan, nasib mereka setelah
itu akan dijual di pasar-pasar setelah dianggap kurang bermanfaat lagi.

Di tengah-tengah masyarakat Jahiliyah yang semacam inilah Rasulullah SAW


dilahirkan dan mendapat tugas yang sangat mulia dari Allah untuk merombak
kehidupan masyarakat yang Jahiliyah semacam itu.

Dalam kurun waktu 23 tahun risalah, beliau baru bisa berhasil membawa manusia
dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang yang penuh hidayah-Nya.

Tiga belas tahun pertama risalah, beliau fokuskan dakwah pada pentauhidan
manusia kepada Allah, setelah itu barulah sisi syariah menjadi fokus dakwah
beliau.

2.AKHLAK MULIA

Akhlak berarti prilaku, sikap, perbuatan, adab dan sopan santun. Akhlak mulia berati seluruh prilaku

umat manusia yang sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Hadist yaitu adab sopan santun yang dicontohkan dan
AJARAN-AJARAN POKOK RASULULLAH SAW KETIKA BERDAKWAH DIMEKAH:

diajarkan Rasulullah Muhammad SAW kepada kepada seluruh umat manusia ketika beliau masih hidup. Akhlak
beliau adalah Al-Quran.

Akhlak atau adab sopan santun yang telah dicontohkan dan diajarkan Rasulullah Muhammad SAW itu meliputi

akhlak manusia kepada Allah SWT dan Akhlak terhadap sesama ciptaan Allah, termasuk didalamnya akhlak
terhadap diri sendiri karena diri sendiri itu termasuk ciptaan Allah Juga, lahir dan batin.

Secara garis besar, akhlak mulia itu dapat dikelmpokkan kedalam dua kelompok yaitu:

1 Akhlak kepada Allah


Akhlak mulia kepada Allah berati mengikuti seluruh perintah yang telah disampikan Allah
kepada Rasul yang Maha Mulia Muhammad SAW. Seluruh perintah tersebut sudah tercatat
dalam Al-Quran dan Hadist.
2 Akhlak kepada ciptaan Allah
Akhlak terhadap ciptaan Allah meliputi segala prilaku, sikap, perbuatan, adab dan sopan
santun sesama ciptaan Allah yang terdiri atas ciptaan Allah yang gaib dan ciptaan Allah
yang nyata, benda hidup dan benda mati.

Mengingat sangat luasnya cakupan akhlak ini karena menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, maka secara
garis besar struktur akhlak mulia terhadap seluruh ciptaan Allah itu dapat digambarkan seperti struktur
sederhana berikut ini.

1. Ciptaan Allah yang gaib


a) Gaib Dalam Arti Positif
i Malaikat
ii Qada dan Qadar
iii Kiamat, Alam Kubur, Padang Mashar Dll
iv Sorga, Neraka dan Segala Penghuninya
v Dan Lain – Lain
b) Gaib Dalam Arti Negatif
i Iblis, Jin, Syetan
ii danBenda serta Alam Gaib Lainnya
2. Ciptaan Allah yang Nyata
1. Sesama Manusia
i. Nabi dan Rasul
ii. Keluarga
Diri Sendiri

Orang Tua

Kerabat Dekat, Kerabat Jauh dan Seterusnya

Tetangga Dekat dan Tetangga Jauh


Sesama Muslim
AJARAN-AJARAN POKOK RASULULLAH SAW KETIKA BERDAKWAH DIMEKAH:

Non Muslim
2. Selian Manusia
i Tumbuhan
ii Hewan
3. Benda Mati
i Bumi dan Segala Isinya
ii Benda Luar Angkasa

Walau struktur yang disampaikan masih sangat jauh dari lengkap dan sempurna, namun diharapkan akan bisa
memberikan gambaran cakupan akhlak mulia yang sudah dicontohkan dan diajarkan Rasulullah Muhammad SAW

Seluruh sikap dan perilku serta adab sopan santun terhadap semua ciptaan Allah sudah termuat dan tercantum
dalam Al-Quran dan Hadist. Tinggal bagaimana kita bisa mempelajarinya secara benar dan teliti serta
mengamalkannya

Pembahasan masalah Akhlak adalah pembahasan yang sangat luas, sama luasnya dengan seluruh asoek
kehidupan manusia serta variasi – variasinya.

Secara garis besar fungsi dan tujuan pengamalan akhlak mulia bagi umat manusia adalah :

1. Sebagai pengamalan Syariat Islam

Sebagai pengamalan Syariat Islam. Islam sebagai agama rahmat bagi seluruh alam semeste telah ,e,berikan
tuntunan prilaku dan etika secar sempurna, sehingga dengan niat karena Allah SWT, pengamalan akhlak
yang mulia itu insya Allah akan menjadi ibadah bagi umat islam yang mengamalkanya.

2. Sebagai Identias

Sebagai Identias, Akhlak mulia ini diperuntukkan oleh Allah kepada manusia yang berakal budi karena
dengan tuntunan akhlak yang mulia akanbisa membedakan antara manusia denga hewan.

3. Pengatur Tatanan Sosial

Akhlak Mulia Sebagai Pengatur Tatanan Sosial berarti dengan pengamalan akhlak mulia yang sudah
dicontohkan oleh yang Mulia Saydina Muhammad SAW mengukuhkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial
tidak akan pernah bisa dan lepas dari pengaruh lingkungannya. Dengan akhlak mulia ini tatanan sosial yang
terbentuk semakin memberikan makna dan nilai yang tidak saling merugikan.

4. Rahmat Bagi Seluruh Alam

Akhlak Mulia Sebagai Rahmat Bagi Seluruh Alam berarti akhlak mulia yang diperuntukkan bagi manusia tidak
hanya mengatur tatanan hubungan manusia dengan manusia lainnya tetapi juga hubungan antara manusia
dengan makhluk – makluk lain selian manusia dan alam sekitarnya.

5. Perlindungan Diri dan Hak Azazi Manusia ( HAM )

Akhlak Mulia Sebagai Perlindunagn Diri dan Hak Azazi Manusia ( HAM ) berarti dengan menjalin hubungan
yang baik berdasarkan hukum dan syariat agama akan terbentuk hubungan yang saling menghargai dan saling
menguntungkan.

Selanjutnya secara bertahap kita akan mencoba melakukan kajian akhlak mulia ini sesuai dengan aturan dan
tatanan ilmu tauhid yang benar dan yang menjadi acuan dalam kajian K-I-T-A.
AJARAN-AJARAN POKOK RASULULLAH SAW KETIKA BERDAKWAH DIMEKAH:

Dalam memperbaiki perilaku bangsa Arab jahiliah, Rasulullah menggunakan


beberapa cara mujarab.

Pertama, mengokohkan keimanan dan beribadah kepada Allah SWT. Keimanan


ini akan menghasilkan ketenangan jiwa dan bertawakal kepada-Nya merupakan
sendi untuk menjadikan hidup dalam kerangka ibadah hanya kepada-Nya. Corak
kehidupan Muslim seperti ini dijelaskan dalam Alquran surah al-An’am ayat 162.

Kedua, menanamkan ketakwaan dan memperbanyak zikrullah. Rasul SAW


bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada." (HR Ahmad dan
Turmudzi) Dan beliau menjelaskan bahwa tempat takwa adalah hati (HR Muslim).
Ketakwaan akan mengingatkan manusia yang beriman, walau ketika digoda iblis
(QS al-A’raf 201).

Bila ketakwaan sudah menguasai hati, akhlak seseorang akan menjadi sangat
mulia.

Ketiga, menanamkan keikhlasan dalam semua perbuatan. Allah menegaskan hal ini
dalam surah az-Zumar ayat 1 dan al-Bayyinah ayat 5. Beliau juga menyuruh kita
agar mewaspadai riya.

Keempat, zuhud dan selalu mengingat akhirat. Rasulullah mengingatkan para


sahabat dengan akhirat dan menganjurkan agar merenggangkan diri dari dunia.
Beliau bersabda, “Perbanyaklah menyebut penghancur kenikmatan, yakni
kematian (HR Turmudzi, Nasa’i, dan Ibnu Ma jah).

Kelima, Rasulullah SAW mendidik para sahabat untuk mencintai ilmu dan
mempelajarinya. Keenam, memberikan teladan yang baik dan selalu paling
terdepan mempraktikkan akhlak mulia. Ketujuh, menanamkan kebebasan dan sikap
yang positif.

Nabi bersabda, “Janganlah kamu menjadi orang plin-plan lalu berkata, 'Bila orang-
orang baik, kami ikut baik, dan bila mereka zalim, kami pun ikut.' Akan tetapi,
bentengilah dirimu, bila orang-orang baik, kamu harus berbuat baik, dan bila
mereka jahat, janganlah ikuti kejahatan mereka.’’ (HR at-Turmudzi).
AJARAN-AJARAN POKOK RASULULLAH SAW KETIKA BERDAKWAH DIMEKAH:

Kedelapan, memperhatikan kejiwaan orang yang mau diubah dan hal ini dilakukan
secara berkesinambungan. Kesembilan, mengikutsertakan orang lain dalam
melakukan perubahan dan menyiapkan ahli di bidang tertentu.

Rasulullah bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.’’ (HR al-Bukhari).

Hadis ini menegaskan kewajiban menyampaikan ajaran Alquran bukan hanya bagi
Rasulullah, melainkan setiap Muslim wajib menyampaikannya.

Kesepuluh, bervariasi dalam cara mengubah, seperti dengan membuat


perumpamaan, bercerita, diskusi, ataupun hal lainnya agar tidak muncul kebosanan
dalam diri para sahabat. Semoga kita bisa meneladani Rasulullah SAW.

3.ISLAM

ISLAM sering disalahpahami, khususnya dengan diidentikkan dengan Muslim.


Islam dan Muslim adalah dua istilah yang berbeda. Islam adalah agama. Muslim
adalah pemeluknya.
Islam sering diidentikkan dengan perilaku kaum Muslim atau umat Islam. Padalah,
sebagaimana perilaku penganut agama lainnya, perilaku seorang Muslim belum
tentu mencerminkan ajaran atau syariat Islam.

Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wasallam sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman
hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.

Islam (Arab: al-islm, "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama yang mengimani
satu Tuhan, yaitu Allah SWT.

Dalam Alquran, Islam disebut juga Agama Allah atau Dienullah.

Allah SWT berfirman, "Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama
Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri (aslama) segala apa yang di langit dan
di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka
dikembalikan.” (QS. Ali Imran : 83).
AJARAN-AJARAN POKOK RASULULLAH SAW KETIKA BERDAKWAH DIMEKAH:

Dien (agama) sendiri dalam Alquran artinya agama (QS Ali Imran : 83), ketaatan
(QS An-Nahl : 52), dan ibadah (QS. Ghafir : 65).

Berikut ini ulasan tentang makna, arti, defisi, atau pengertian Islam menurut
bahasa, istilah, dan Alquran.

Pengertian Islam secara Harfiyah


Pengertian Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih.

Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang
bermakna dasar “selamat” (Salama).

Dari pengertian Islam secara bahasa ini, dapat disimpulkan Islam adalah agama
yang membawa keselamatan hidup di dunia dan di akhirat (alam kehidupan setelah
kematian).

Islam juga agama yang mengajarkan umatnya atau pemeluknya (kaum


Muslim/umat Islam) untuk menebarkan keselamatan dan kedamaian, antara lain
tercermin dalam bacaan shalat --sebagai ibadah utama-- yakni ucapan doa
keselamatan "Assalamu'alaikum warohmatullah" --semoga keselamatan dan kasih
sayang Allah dilimpahkan kepadamu-- sebagai penutup salat.

Pengertian Islam Menurut Bahasa


Pengertian Islam menurut bahasa, kata Islam berasal dari kata aslama yang berakar
dari kata salama. Kata Islam merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama
ini.

Ditinjau dari segi bahasanya, yang dikaitkan dengan asal katanya (etimologis),
Islam memiliki beberapa pengertian, sebagai berikut:

1. Islam berasal dari kata ‘salm’.


As-Salmu berarti damai atau kedamaian. Firman Allah SWT dalam Alquran, “Dan
jika mereka condong kepada perdamaian (lis salm), maka condonglah kepadanya
dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Anfal : 61).
AJARAN-AJARAN POKOK RASULULLAH SAW KETIKA BERDAKWAH DIMEKAH:

Kata ‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian. Ini merupakan
salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan agama yang
mengajarkan umatnya untuk cinta damai atau senantiasa memperjuangkan
perdamaian, bukan peperangan atau konflik dan kekacauan.

"Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang maka
damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat
aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya
itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah
kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil
dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku
adil.” (QS. Al Hujarat : 9).

Sebagai salah satu bukti Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi
perdamaian adalah Allah SWT melalui Alquran baru mengizinkan atau
memperbolehkan kaum Muslimin berperang jika mereka diperangi oleh para
musuh-musuhnya.

“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena


sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha
Kuasa menolong mereka itu.” (QS. Al-Hajj : 39).

2. Islam Berasal dari kata ‘aslama’


Aslama artinya berserah diri atau pasrah, yakni berserah diri kepada aturan Allah
SWT.

Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang
secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT.

Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah
perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya.

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya (aslama wajhahu) kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan
AJARAN-AJARAN POKOK RASULULLAH SAW KETIKA BERDAKWAH DIMEKAH:

ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayanganNya.” (QS. An-Nisa : 125)

Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk menyerahkan


seluruh jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya.

“Katakanlah: “Sesungguhnya salatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah


untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An'am : 162)

Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik
yang ada di bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya kepada
Allah SWT, dengan mengikuti sunnatullah-Nya.

“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-
Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka
maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (QS. Ali
Imran : 83)

3. Islam Berasal dari kata istaslama–mustaslimun


Istaslama–mustaslimun artinya penyerahan total kepada Allah SWT. Firman Allah
SWT dalam Alquran:

“Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.” (QS As-Saffat : 26)

Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Seorang
Muslim atau pemeluk agama Islam diperintahkan untuk secara total menyerahkan
seluruh jiwa dan raga serta harta atau apa pun yang dimiliki hanya kepada Allah
SWT.

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara


keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah : 208).

4.IMAN
Iman artinya percaya, menurut istilah, iman adalah membenarkan dan
meyakinkan dengan hati, diucapkan oleh lisan, dan diamalkan dengan
AJARAN-AJARAN POKOK RASULULLAH SAW KETIKA BERDAKWAH DIMEKAH:

perbuatan. Jadi, pengertian iman kepada Allah yaitu dengan membenarkan


dengan hati bahwa Allah Swt itu benar-benar ada (Wujud) dengan segala
sifat-sifatnya dan kesempurnaan-Nya, kemudian pengakuan itu diucapkan
dengan lisan, dan dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata yakni
dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangannya.

1. Pengertian Iman Dalam Al-Qur’an dan Hadits


Pengertian iman dalam Al-Qur’an yakni maksudnya membenarkan dengan
penuh Keyakinan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala. memiliki kitab-kitab
yang diturunkan kepada hamba-hamba-Nya yaitu Nabi dan Rasul pilihan-Nya
dengan kebenaran yang nyata dan petunjuk yang jelas. Dan bahwa Al-Qur’an
adalah merupakan kalam Allah Swt yang Ia firmankan dengan sebenarnya.
Sedangkan, arti Iman dalam Hadits maksudnya iman yang merupakan
pembenaran dalam batin. Nabi Muhammad SAW menyebutkan hal-hal lain
sebagai iman, yakni seperti akhlak yang baik, bermurah hati, sabar, cinta
Rasul, cinta sahabat, rasa malu dan lain-lain.

2. Arti Iman
Menurut bahasa iman artinya pembenaran hati. Sedangkan menurut istilah
iman yaitu
“Membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan dan mengamalkan
dengan anggota badan”

3. Penjelasan Arti Iman


a. Membenarkan dengan hati yakni dengan menerima segala apa yang di
bawa oleh Rasullullah (Nabi Muhammad SAW).
b. Mengikrarkan atau diucapkan dengan lisan yaitu dengan mengucapkan dua
kalimah syahadat “Laa ilaha illallahu wa anna Muhammadan Rasullullah”
(tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah dan Nabi Muhammad adalah
utusan Allah).
c. Mengamalkan dengan anggota tubuh yaitu hati mengamalkan dalam
bentuk keyakinan, dan anggota badan mengamalkan dalam bentuk ibadah-
ibadah sesuai dengan ketentuannya.

4. Rukun Iman
Rukun iman terbagi menjadi 6 yaitu:

1.Iman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala


2.Iman kepada Malaikat – Malaikat Allah SWT.
3.Iman kepada Kitab-kitab
4.Iman kepada para Nabi dan Rasul
AJARAN-AJARAN POKOK RASULULLAH SAW KETIKA BERDAKWAH DIMEKAH:

5.Iman kepada Hari Kiamat


6.Iman kepada Qadha dan Qadar

5. Hal-Hal Yang Membatalkan Imam


Nawaqidhul iman atau pembatal imam merupakan sesuatu yang bisa
menghapuskan iman sesudah iman masuk didalamnya yakni diantaranya :
1. Mengingkari sesuatu dari kekhususan- kekhususan-Nya atau rububiyah
Allah, atau mengaku mempunyai sesuatu dari kekhususan Allah tersebut atau
membenarkan orang yang mengakuinya.
2. Sombong serta menolak beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala
3. Menjadikan perantara dan penolong yang ia sembah atau ia mintai
(pertolongan) selain dari Allah Swt.
4. Tidak menerima sesuatu yang ditetapkan Allah untuk dirinya atau yang
ditetapkan oleh RasulNya.
5. Mendustakan Rasullullah.
6. Mengolok-olok Allah atau Al-Qur’an atau agama Islam atau pahala & siksa
yang sejenisnya, atau mengolok-olok para Rasull atau para Nabi, baik itu
candaamm ataupun sungguhan, dan lain sebagainya.

Seseorang dikatakan memiliki iman yang sempurna apabila orang tersebut


bisa memenuhi 3 unsur keimanan, yakni membenarkan atau meyakinkannya
dengan hati, diikrarkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan atau
perbuatan.
5.IHSAN

Arti Ihsan Menurut Istilah Syari’at Islam


Adapun makna dan arti Ihsan secara istilah syari’at islam dapat ditinjau dari
dua segi, yaitu:

1. arti Ihsan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala ialah


seseorang melaksanakan ibadah kepada Allah Ta’ala seolah-olah ia melihat
Nya, sekalipun ia tidak dapat melihat Nya (di dunia) maka sungguh Ia
melihatmu. Ihsan adalah bersungguh-sungguh dalam melaksanakan hak-hak
Allah atas dirinya dengan sempurna dan penuh ketulusan dan merasakan
pengawasan Allah atas dirinya setiap waktu.

2. Adapun arti Ihsan yang berkaitan dengan hak-hak sesama makhluk


ialah mengerahkan seluruh kemampuan untuk memberi manfaat apa saja
kepada sesama makhluk ciptaan Allah siapapun mereka. Tapi ihsan kepada
makhluk bervariasi tergantung kedudukan dan keagungan makhluk tersebut.
Juga bervariasi tergantung ihsan itu sendiri, seberapa besar keagungan dan
manfaatnya. Juga tergantung kepada keikhlasan dan keimanan muhsin
AJARAN-AJARAN POKOK RASULULLAH SAW KETIKA BERDAKWAH DIMEKAH:

(orang yang melakukan ihsan) dan sebab atau dorongannya dalam


melakukan ihsan.

Maka arti ihsan secara umum adalah mengerahkan seluruh kemampuan,


kesungguhan dan ketekunan dalam melaksanakan sesuatu baik itu ibadah
maupun muamalah dengan penuh keikhlasan dan ketulusan di dalam hati.

Kedudukan Ihsan di dalam Islam


Ihsan menduduki posisi tertinggi didalam Islam diatas derajat iman dan Islam,
dapat dikatakan bahwa seorang muhsin ia sudah pasti muslim dan mu’min,
seorang mu’min sudah pasti muslim tapi belum tentu muhsin, sedangkan
seorang muslim belum tentu mu’min apalagi muhsin.
‫‪AJARAN-AJARAN POKOK RASULULLAH SAW KETIKA BERDAKWAH DIMEKAH:‬‬

‫‪Ilustrasi: posisi Ihsan dalam Islam‬‬


‫‪Kedudukan Ihsan diatas iman dan Islam ini berdasarkan dalil dari sebuah‬‬
‫‪hadits yang sangat populer yang dikenal dengan hadits Jibril yang berbunyi:‬‬

‫َ مُ ْ َن‬ ‫َ ًََ م ْ ْيو مُ ْ ْْقَن ًْ َْْي ْض َْلْ قْ ًَ ْض َ َ ْ َن ُ ْهللا ْض ْضر ْ‬ ‫ل َن ِْ ْض ُ‬ ‫ْْْ ْْ ْ ْْ َقنْ نُ ِْقَر و يْ َْ ذ َْ َقنْ ْهللا نْيَ نُ ُ ُْ ًَ َ‬
‫َ َدضِ يْ ق ُْضا ْ ْْقَن ِْشْ ُض َي يَثْضِ ًْيْ قْ َدضدُنُ هللاني‬ ‫َ ًَِْ َي ي‬‫َيش َّقْ ُ َِْ َق ُِ ْ‬ ‫َ ِ ْ ْيَِِ ْي‪،‬يو ْ ْْ ْض ُ ََ َِْ َق ُِ َْقْ‬ ‫ل َيْو َينيَ َّ‬ ‫ْ‬
‫ر ْْ َْ يثقَن ْ ْْو دْهللا ْقَن ًْيْ َْذ ْق ُهللا ْي يهللاِ ِ ْ َهللاَ‬ ‫ً‬
‫ُ ْ ْ ْ ْ‬ ‫ً‬ ‫َن‬ ‫ق‬‫ْ‬ ‫‪،‬‬‫َ‬ ‫َ‬
‫َ‬ ‫ض‬ ‫و‬ ‫ْ‬ ‫ي‬‫َ‬ ‫َن‬‫ق‬‫ْ‬ ‫‪،‬‬‫َ‬ ‫َ‬
‫َ‬ ‫ض‬
‫ْ ُ ْ‬ ‫ِ‬ ‫ن‬
‫ْ‬ ‫َ‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ي‬ ‫ْ‬ ‫د‬ ‫ًَْض‬ ‫ْقن‬ ‫م‬ ‫ْو‬ ‫َ‬ ‫ن‬ ‫ض‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ا‬‫د‬‫ْ‬ ‫ِ‬ ‫ض‬‫ْ‬ ‫م‬ ‫َ‬
‫َ‬ ‫ف‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ن‬ ‫ْ‬
‫َ ًَ َُ م ْو م ْقن ًَْض ذ ََفَمْ ُض ِ ْ َن ‪ْ ،‬‬ ‫َ ًَ َُ م ًْ‪ُ،‬اق َْض َي ي ْض ُ‬ ‫َ ََ ْص ِْ ِ ْ َن يْ َيْنْ َيي مُ ًِْ ْ ين ُهللا ْي يهللاِوَ ْض ُ‬ ‫ْ‬ ‫‪،‬‬ ‫َُ‬‫ُ‬ ‫‪،‬‬‫ً‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫م‬
‫ََ َقمو ْي َْ ذ ْ ِْ َيلْ ِ دْدْ ََنْ يْنُ قْ‬ ‫ر نْ ًْ‪ُ ْ ،‬ي يق ََي َْقَلْ َن َ ََ‪ ْ ْ ،‬دَلْ َيْقَن ْ‬ ‫َييَ ْ ْ ًْ‪ْ ًَ ُ ْ،‬ض ْض ْهللا ْ‬‫ذ َِّيُنُِ يْ َََْيْيُنُ ًْقُ ْ ي‬
‫َْن ًْ ََيقْ ًَض َيهللاض ًْ‪َُُ،‬‬ ‫ًَْ َّْضَ يْ َْ هللانْ َ َي ْا ِْض ْهللاقَضَدْي ْ َهللاَ َضنَ ْن ََف َق ْهللا ن يْ َْ ذ ِ ْ َن ‪ َُُ،‬هللانْ َ ئ ًْ ْهللامْهللَْ‪،‬ن ًْ َُ‪َُ،‬ن ًْ ُض ُ‬
AJARAN-AJARAN POKOK RASULULLAH SAW KETIKA BERDAKWAH DIMEKAH:

ْ‫م َْيْنيد‬ ْ ِْ َُ‫ ْ َد‬، ‫َ نِ يْ َْذ ِ ْ َن‬ ْ َ‫ ْْضََُ دْ يننُ قْ ْضَدْ يْ َْذ ْد ْ ِْ َيلْ ِ يْ َْ دْي ْ َهللاَ َضنَ ْن ََفي‬، ‫ ْ َُ َن‬، ‫ ْْضََُ دْ َن يْ َض‬، ‫ي ْ َهللاَ َضنَ ْن‬
ْ ، ‫ ْص ِ يْ َْ ِ َن‬،َ‫َ هللَ يْ َْ دْي ْ َهللاَ َضنَ ْ َن ِ ْهللا ْض‬
ْ ْ ‫َ ْ أِ يْ َْذ ْهللا ََي ْهللاََُُ ًَ َُ ْ َن ْص َي ْ َ ْْ ْض هللانْ َي ي‬ ‫ َْي ي‬، ‫ ْ ْص ًِْ ْ َن‬،‫ْضا ْ ِْ َََ ْ ْهللاأُ ْضَي‬
ْ‫ ْ ْ ًْيُ ًَنْ دَ ََيَُ َنقْ نِ ش ُ يض َ َن ْ ْْاْ دَْْْشَلُ ْهللاْقا ِ ش ُ يض يْ َْ ََي ُيث‬،ْ‫َ ْ ق‬ ‫ ْ ذ ْ ََيدُ ْضَ ْ ََيدْ يْأْ ض ْ ْْ َي ي‬،ِْ ‫َ هللَ ر قْ ُ ْهللا ْض‬ ‫َِضِ ْهللان َي ي‬
‫ُ ْ َُ َض قُ ْدَّْ ُهللا َُ َض‬،ِْ َُ ‫َ ًَيُنُ ِ ْ َ ْْ ْض يْ َْ دْ نينُ ََض َق‬ ‫ض‬ ً
ُ ْ ْ ُ ‫م‬ ‫ذ‬ ُ‫ ِ َقنْ َُ َض يُ َْل‬.

Dari Umar radhiyallahu anhu, ia berkata, “Suatu hari ketika kami duduk-duduk
bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seketika datang seorang pria
yang memakai pakaian yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak
tampak padanya bekas perjalanan jauh dan tidak seorang pun dari kami yang
mengenalnya. Kemudian dia duduk di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam lalu menempelkan kedua lututnya kepada lutut Beliau dan meletakkan
kedua telapak tangannya di paha Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, sambil
berkata, “Wahai Muhammad, beritahukanlah kepadaku tentang Islam?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Islam adalah kamu
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan
bahwa Muhammad adalah utusan Allah, kamu mendirikan shalat, menunaikan
zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika kamu mampu,“ kemudian dia
berkata, “Engkau benar.“ Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang
membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi, “Beritahukanlah kepadaku
tentang Iman?“ Beliau bersabda, “Kamu beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir, dan kamu
beriman kepada qadar yang baik maupun yang buruk.” Dia berkata, “Engkau
benar.” Kemudian dia berkata lagi, “Beritahukanlah kepadaku tentang
ihsan.” Beliau menjawab, “Ihsan adalah kamu beribadah kepada Allah
seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak merasa begitu,
(ketahuilah) bahwa Dia melihatmu.” Kemudian dia berkata, “Beritahukan
aku tentang hari kiamat (kapan terjadinya).” Beliau menjawab, “Yang ditanya
tidaklah lebih mengetahui dari yang bertanya.” Dia berkata, “Beritahukan
kepadaku tentang tanda-tandanya?“ Beliau menjawab, “Jika seorang budak
melahirkan tuannya dan jika kamu melihat orang yang sebelumnya tidak
beralas kaki dan tidak berpakaian, miskin dan penggembala domba,
(kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunan,” Orang itu pun pergi dan
aku berdiam lama, kemudian Beliau bertanya, “Tahukah kamu siapa yang
bertanya tadi?” Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”
Beliau bersabda, “Dia adalah Jibril yang datang kepadamu dengan maksud
mengajarkan agamamu.” (HR. Muslim)

Dalil dan Perintah untuk Berbuat Ihsan


Sangat banyak dalil baik dari Al-quran maupun As-sunnah (hadits) yang
memuji perilaku ihsan dan mendorong untuk menjadi muhsin, diantaranya
adalah hadits Jibril yang telah kami sebutkan diatas. Diantara dalil dari Al-
quran firman Allah Ta’ala,

ُ ‫َاء َو ْال ُمنك َِر َو ْالبَ ْغي ِ ۚ يَ ِع‬


َ‫ظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُرون‬ ِ ‫ان َوإِيت َِاء ذِي ْالقُ ْربَ ٰى َويَ ْن َه ٰى َع ِن ْالفَحْ ش‬
ِ ‫س‬ ِ ْ ‫َّللا يَأ ْ ُم ُر بِ ْالعَ ْد ِل َو‬
َ ْ‫اْلح‬ َ َّ ‫إِ َّن‬
AJARAN-AJARAN POKOK RASULULLAH SAW KETIKA BERDAKWAH DIMEKAH:

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat ihsan


(kebajikan), memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. An-Nahl: 90)

Firman Allah ‘Azza wa Jalla,


ً ‫ِيم َخ ِل‬
‫يل‬ َ ‫ّلِل َوه َُو ُمحْ ِس ٌن َواتَّبَ َع ِملَّةَ إِب َْراه‬
َّ َ‫ِيم َحنِيفًا ۗ َوات َّ َخذ‬
َ ‫َّللاُ إِب َْراه‬ ِ َّ ِ ُ‫سنُ دِينًا ِم َّم ْن أ َ ْسلَ َم َوجْ َهه‬
َ ْ‫َو َم ْن أَح‬
Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan Ihsan
(kebaikan), dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil
Ibrahim menjadi kesayangan-Nya. (QS. An-Nisa: 125)

Firman Allah Ta’ala,


… ‫َ نو‬ ْ َ‫َ َقهلل و َّ ًَْ َي ًَْي ِْقَن َي‬
ْ ‫ ُ ََض ًََُ َن‬، ‫َ َُ ْهللا ْي يض ْض ْضََ َُ َض ْ ْْ َق َُ َض َّ ِ ْ يي‬،ِْ ًََ ‫ ْ ْد ْي‬، ََ ُ‫َّ ي‬
Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu
yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah
terhadap kedua orang ibu bapa… (QS. Al-An’am‫ ذ‬151)
Firman Nya pula,
َ‫َّللاُ ي ُِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين‬
َّ ‫اس ۗ َو‬ِ َّ‫ظ َو ْال َعافِينَ َع ِن الن‬ َ ‫َاظ ِمينَ ْالغَ ْي‬
ِ ‫اء َو ْالك‬ ِ ‫اء َوالض ََّّر‬ ِ ‫الَّذِينَ يُن ِفقُونَ ِفي الس ََّّر‬
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.(QS.
Ali- Imran: 134)

Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam dalam sebuah konteks hadits tentang


ihsan dalam menyembelih hewan untuk dimakan bersabda,

((‫ض دييَنًَ َي يَهللاِ ًي‬،‫َْْأِ ًَ َ َي‬،‫ض دييَنًَ َيا‬،ْ،‫َ ن ْو َ ََّ ََِْ د َ ي‬ ‫ ْنِ ي‬،‫قُي يِ ِيَِض َْ َث ْض‬
ْ َ‫ُ َفي‬،َ ‫َن م‬
‫ن‬،‫))دْقُضذ َقي‬

“Sesungguhnya Allah menulis (menetapkan) ihsan pada segala sesuatu, oleh


karena itu jika engkau hendak membunuh (dalam peperangan atau hukum
hadd maupun qisas) maka berlaku ihsanlah, dan apabila kalian hendak
menyembelih (hewan untuk dimakan) maka berlaku ihsanlah dalam
penyembelihan, hendaklah kalian mengasah pisaunya sampai tajam sehingga
sembelihannya cepat mati dan tidak tersiksa.” (HR. Muslim no. 1955)

Anda mungkin juga menyukai