Anda di halaman 1dari 21

Mata Pelajaran 1

TEKNIK LISTRIK TERAPAN


1. TEKNIK LISTRIK TERAPAN

TUJUAN PELAJARAN : Setelah mengikuti matapelajaran ini peserta


mampu memahami dan menjelaskan Teknik
Listrik Terapan dengan baik dan sesuai dengan
standar perusahaan.

DURASI : 4 JP

PENYUSUN : 1. Eko Supriyanto (PLN Distribuasi Jatim)


2. Fadjar Kurniadi (PLN Udiklat Pandaan)
3. Basith Fery (PLN Distribusi Jatim)
4. Elyana E (PLN Udiklat Pandaan)
DAFTAR ISI

Tujuan Pelajaran ................................................................................................................... i


Daftar Gambar .................................................................................................................... iii
Daftar Gambar .................................................................................................................... iii
..
Daftar Gambar .................................................................................................................... iii
1.1 Arus Bolak Balik......... ................................................................................................ 1
1.2. Pengukuran Listrik 1 &3 Phasa................................................................................... 3
1.2.1. Hukum Kirchoff 1 ............................................................................................................ 7
1.2.2. Segitiga Daya ................................................................................................................... 7

1.2.3. Rangkaian RLC ............................................................................................................ 10


2.4.4. Diagram Phasor .......................................................................................................... 11
2.4.5 Algorithma Pengukuran.................................................................................. 11

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal ii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Gelombnag Arus Bolak-balik. ............................................................................... 1


Gambar 2 Rumu 1 &3 Phasa................................................................................................... 3
Gambar 3 Segitiga Daya ........................................................................................................... 7
Gambar 4 Hubungan dari 3 Beban/Hambatan ...................................................................... 9

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal iii


DAFTAR TABEL

Tabel 1 Ikhtisar Metode Pengukuran Meter...................................................................... 11

Tabel 2 Algoritma Pengukuran Pada Meter.......................................................................12

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal iv


ALAT UKUR DAN PENGGUNAANNYA

1.1. ARUS BOLAK-BALIK

Tidak seperti arus searah dimana besar dan polaritas dari arus/tegangan selalu tetap
sepanjang waktu maka pada arus bolak-balik, besar dan polaritas dari arus/tegangan
berubah-rubah terhadap waktu mengikuti bentuk fungsi sinus.

Arus Berkurang
1+ pada arah Posistif

Perubahan
Positif Arus Berkurang
pada arah Posistif

1/3
0
Perubahan
Negatif
Arus Bertambah
Arus Bertambah pada arah Negatif
pada arah Negatif

1-

Gambar 1 – Gelombang Arus Bolak-Balik

Dari karakteristik tersebut maka kita kenal :

1. Tegangan / arus sesaat


2. Tegangan / arus puncak / maksimum
3. Tegangan / arus efektif

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 1


Tegangan Arus

Nilai sesaat : e = V sin wt I = sin t

Nilai maks : V = V I =I

Nilai efektif : Vef = V / √2 Ief = I / √2

Nilai efektif adalah nilai yang terukur pada alat ukur (Volt meter /Amper meter)

Misalnya tegangan dirumah : 220 volt atau 380 volt.

Daya satu phasa :

P = V x I x Cos  (Watt)

Dimana , P : Daya yang diserap beban. (Watt)

V : Tegangan Phasa – Netral (Volt)

I : Arus (Amper)

Daya tiga phasa :

P = 3 x V x I x Cos  (Watt)

Dimana : P : Daya yang diserap beban. (Watt)

V : Tegangan Phasa – Phasa (Volt)

I : Arus per phasa (Amper)

 : Beda sudut fasa antara tegangan dan arus

Cos  disebut juga faktor daya yang besarnya tergantung dari sifat beban ( Resistif,
Induktif , capasitif atau gabungan Resistif + Induktif / Capasitif).

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 2


1.2 Pengukuran Listrik 1&3 Phasa

Gambar 2 Rumus 1&3 Phasa

Rumus-rumus Daya

1 Phasa :

S = VxI (VA).
P = V x I x cos θ (Watt).
Q = V x I j X sin θ (VAR).
V = Tegangan Phasa-netral (220 Volt)
I = Arus Phasa
3 Phasa :

S = V x I x √3 (VA)

P = V x I x √3 x cos θ (Watt)

Q = V x I x √3 j X sin θ (VAR)

V = Tegangan Phasa-phasa (380 Volt)

I = Arus Phasa

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 3


1.2.1 HUKUM KIRCHOFF

Hukum Kirchoff I

Pada setiap rangkaian listrik, jumlah aljabar dari arus-arus yang bertemu disatu titik
adalah nol.

Notasi : ∑I=0

I2 I4 Jadi :

I 1+(-I2)+(-I 3)+(I 4)+(-I 5)=0

I 1+I 4=I 2+I 3+ I 5

Jumlah arus yang masuk=jumlah

I1 I3 I5 Arus yang keluar atau jumlah arus

Yang bertemu disatu titik adalah

Nol.

Hukum Kirchoff II

Jumlah aljabar dari hasil kali arus dan tahanan pada setiap konduktor dalam suatu
rangkaian tertutup (mesh) , sama dengan jumlah aljabar dari ggl.

a b c

R1 R2
I ∑ I R = ∑ GGL = ∑E

E
1. Vab = E1 = I . R1
2. Vbc = E2 = I . R2
3. Vac = E = E1 + E2 = I.R1 + I.R2

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 4


Rangkaian Impedansi Seri.
Z1 Sebuah rangkaian listrik yang terdiri dari 3 buah Impedansi
yang disambung seri, arus yang mengalir pada setiap
Z2 Impedansi sama besarnya karena rangkaian seri.

V I
Z3

Menurut hukum Kirchoff II :

V = I.Z1 + I.Z2 + I.Z3

= I ( Z1 + Z2 + Z3 )

= I x Z tot

Apabila :

Z1 = R1 + jX1

Z2 = R2 + jX2

Z3 = R3 + jX3

V = I (R1 + jX1 + R2 + jX2 + R3 + jX3)

=I (R1 + R2 + R3) + j(X1 + X 2 + X 3)

riil imaginer

X1 + X 2 + X 3
Ztot = ( R1 + R 2 + R3) 2 + ( X 1 + X 2 + X 3) 2 arc.tg.
R1 + R2 + R3

COTOH SOAL :

Diketahui : Z1 = 60 + j 80 

Z2 = 80 - j 60 

Z3 = 80 + j 60 

V = 200 Volt.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 5


Tentukan besarnya :

- Arus (I)

- Impedansi total (Ztot).

Jawab : Ztot = 60 + j 80 + 80 - j 60 + 80 + j 60

= 220 + j 80 

= 234 20 0 

200 0 0
I = = 0,85  − 20 0 Amp.
234 20 0

Tegangan masing-masing Impedansi :

VZ1 = 100 53,13 0 x 0,85  − 20 0


= 85 33,13 0 Volt.
VZ2 = 100  − 36,87 0 x 0,85  − 20 0
= 85  − 56,87 0 Volt.
VZ3 = 100 36,87 0 x 0,85  − 20 0
= 85 16,87 0 Volt.

Rangkaian Impedansi Paralel.

Suatu rangkaian listrik yang terdiri dari dua buah Impedansi yang disambung Paralel
Tegangan yang kita pilih sebagai referensi :

Hikum Kirchoff I I

I = I1 + I2

V
I1 = I1 I2
Z1

V
I2 = V Z1 Z2
Z2

V
Ztot = Z1 // Z2 atau Ztot =
I

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 6


Contoh Soal :

Diketahui suatu rangkaian listrik seperti gambar diatas dengan :

Z1 = 60 + j80 

Z2 = 40 – j30 

V = 200 Volt.

Tentukan :

Arus Itot, I1, I2

Impedansi Ztot.

Jawab :

Z1 = 60 + j80 = 100 53,13 0 

Z2 = 40 – j30 = 50  − 36,87 0 

Tegangan V sebagai referensi, sehingga.

V = 200 0 0 = 200 + j0 Volt.

V 200 0 0
Arus I1 = = = 2  − 53,13 0 = 1,2 – j1,6 Amp.
Z1 100 53,13 0

V 2000 0
Arus I2 = = = 4 36,87 0 = 3,2 + j2,4 Amp.
Z2 50 − 36,87 0

Arus Itot = I1 + I2 = 4,4 + j0,8 = 4,47 10,30

V
Ztot =
Itot

2000 0
= = 44,74  − 10,30 
4,4710,3 0

= 44,01 – j8 

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 7


1.2.2 Segitiga Daya

Karena beban Z mempunyai/membentuk pergeseran sudut terhadap V (sebagai


referensi) maka arus beban Ib yang mengalirpun membentuk sudut yang sama searah
dengan sudut dari Z sebesar φ.

Hal ini berakibat timbulnya 3 macam daya.

a. Daya aktif : P (watt)


b. Daya reaktif : Q (VAR)
c. Daya semu : S (VA)
Hubungan dari ketiga macam daya tersebut kita kenal sebagai “segitiga daya”.

P
φ S

Q Q
S
φ
Beban bersifat induktif Beban bersifat Pkapasitif
Gambar 3 : Segi Tiga Daya

Penjumlahan Vektor P dan Q

S = P + jQ → S = √( P 2 + Q 2 ).

1.2.3 Rangkaian RLC

Pada sistem arus searah hanya mengenal beban resistive ( R ), tetapi pada sistem arus
bolak balik beban merupakan “ Impedansi” ( Z ) yang biasa dibentuk dari unsur : R, L, C.

Contoh beban :

R (hambatan murni) : Lampu pijar, setrika listrik, heater

L ( hambatan induktif) : Reaktor, komparan

C (hambatan kapasitas) : Kapasitor

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 7


Sifat hambatan L (XL) dengan C (XC) saling bertentangan / meniadakan.

L
R =
A

Dimana : ρ = Resistivitas

L = Panjang kawat

A = Luas penampang dalam kawat.

R merupakan bagian Riil dari impedansi Z.

1
XL = 2π.f.L, dan XC =
2fC

XL dan XC merupakan bagian imajiner dari impedansi

Hubungan dari tiga beban / hambatan digambarkan sebagai berikut :

Z = R - J XC R Z = R + JXL
φ V
Z
-XC XL
Z

φ V

R
(a)
Z = R - J XL - J XC
Z = R - J XL - J XC
(JXL < JXC)
(JXL > JXC)

XL
R -XC
Z
V
φ
XL φ -XC V
Z (b)
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 8
R Z
φ V -XC
XL
Z φ
XL V
-XC
(c)

Gambar 4. Hubungan dari tiga beban/hambatan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 9


1.2.4 Diagram Phasor

Aktif

Reaktif

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 10


1.2.5 Algoritma Pengukuran

Perhitungan energy pada meter elektronik:

Kuantitas energi diukur dengan pengukuran per fase yang akan diproses sesuai dengan
empat pilihan metode perhitungan yang disebut algo1, algo2, algo3, algo4 untuk
menghitung energi listrik.

Lihat table di bawah untuk mengetahui perhitungan yang dilakukan untuk setiap jenis
algoritma dan energi.

IKHTISAR METODE PENGUKURAN PADA METER

Tabel 1 Ikhtisar Metode Pengukuran Meter

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 11


Tabel 2 Algoritma Pengukuran Pada Meter

ALGORITMA PENGUKURAN PADA METER

Algo1:

• Nilai Hasil bersih : perhitungan daya dilakukan dengan menambahkan energi dari
fase, yang bernilai positif, dan mengurangkan energi dari fase, yang bernilai
negatif.

Pagg = energi Ph1 imp + energi Ph2 imp + energi Ph3 imp - (energi Ph1 exp +
energi Ph2 exp + energi PH3 exp)

jika Pagg> 0 Pagg disimpan di P + agg, P-agg = 0

jika Pagg <0 Pagg disimpan dalam P-agg, P + agg = 0

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 12


• EG: Ph1 = 10wh Ph2 = 8wh PH3 = 12wh (impor) Ph1 = 3wh Ph2 = 17wh PH3 =
5wh (ekspor)

Sum impor = 30wh dikurangi Sum ekspor = 25wh

Hasil akhir menurut algo1 adalah 5wh sebagai impor energi agregat

Algo2:

• Menjumlahkan fase positif : P + agg dihitung dengan menambahkan energi dari


fase yang bernilai positif, P-agg dihitung dengan menambahkan energi dari fase
yang bernilai negatif. Hanya hasil yang lebih besar dipakai perhitungan, yang lain
diisi bernilai 0.
• EG: Ph1 = 10wh Ph2 = 8wh PH3 = 12wh (impor) Ph1 = 3wh Ph2 = 17wh PH3 =
5wh (ekspor)

Sum impor = 30wh Sum ekspor = 25wh

Hasil akhir menurut algo2 akan 30 Wh sebagai impor energi agregat

Algo3:

Perhitungan simultan dalam dua arah: P + agg dan P-agg dihitung

• EG: Ph1 = 10wh Ph2 = 8wh PH3 = 12wh (impor) Ph1 = 3wh Ph2 = 17wh PH3 =
5wh (ekspor)

Sum impor = 30wh Sum ekspor = 25wh

Hasil akhir menurut algo3 adalah 30 Wh sebagai impor energi agregat dan 25wh
sebagai energi ekspor agregat.

Algo 4:

Dengan cara menambahkan semua hasil pengukuran secara harga mutlak atau bisa
disebut anti kesalahan

Dalam mode ini:

• Impor energi agregat sesuai dengan jumlah absolut energi impor dan ekspor.
• energi agregat Ekspor sesuai dengan jumlah energi ekspor per fase.
• manajemen energi reaktif telah diperbaiki

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 13


Catatan :

• CAlgo3 menyimpan semua nilai dan mencerminkan konteks perhitungan meter


secara nyata, sedangkan Algo 1 dan 2 akan menghilangkan nilai dalam setiap
kasus perhitungannya.
• Perhitungan terkait dengan Algo1, 2,3 dan 4 dilakukan setiap detik.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 14

Anda mungkin juga menyukai