Anda di halaman 1dari 3

Berdasarkan UU No.

13 tahun 1998, yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang yang


telah berusia 60 tahun keatas. Lanjut usia merupakan tahap perkembangan normal yang akan
dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak
dapat dihindarkan. Lanjut usia adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap yang berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta
penurunankepekaan secara individual. Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses
penuaan. (Yusnia, 2015)

Berdasarkan Data Susenas BPS 2012 menunjukkan bahwa lanjut usia di Indonesia
sebanyak 7,56% dari total penduduk Indonesia. Menurut data tersebut sebagian besar lanjut usia
di Indonesia berjenis kelamin perempuan. Sementara itu Bappenas memperkirakan pada tahun
2050 akan ada 80 juta lanjut usia di Indonesia dengan komposisi usia 60-69 tahun berjumlah
35,8 juta, usia 70-79 tahun berjumlah 21,4 juta dan 80 tahun ke atas berjumlah 11,8
juta.Banyaknya jumlah lanjut usia di Indonesia bisa dimaknai sebagai keberhasilan
pembangunan manusia dengan indikator bertambahnya usia harapan hidup. Di sisi lain hal itu
juga menghadirkan tantangan mengenai angka ketergantungan hidup yang akan berkorelasi
dengan beban ekonomi yang ditanggung penduduk usia produktif untuk membiayai penduduk
lanjut usia. Apalagi permasalahan lanjut usia tidakhanya sebatas produktivitas tapi juga
menyangkut hal lain seperti pendidikan dan kesehatan.(Yusnia, 2015)

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31977/1/YUSNIA%20PRATIWI-
FDK.pdf

Jumlah penduduk lansia di Indonesia semakin meningkat. Berdasarkan kriteriaWHO,


lansia adalah orang yang berusia 60tahun ke atas. Penduduk lansia pada tahun2010
menurut sensus penduduk 2010 adalah 7,59% dari jumlah penduduk Indonesia. Pada Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, jumlah penduduk lansia di Indonesia adalah
8,69%.Jumlah penduduk lansia semakin bertambah karena adanya berbagaifaktor. Populasi
lansia di dunia diperkirakan akan bertambah pada tahun 2030 menjadi 1,4 miliar orang dan
akan meningkat lagi pada tahun 2050 menjadi 2,1 miliar orang (Beatus, 2020)

(hal 45)jurnal hub.gangguan

http://mx2.atmajaya.ac.id/index.php/damianus/article/view/1155/670
Kualitas hidup diartikan sebagai persepsi seseorang / individu mengenai keberfungsian
mereka di dalam bidang kehidupan. Kualitas hidup menilai lima hal yaitu kemampuan berjalan,
perawatan diri, aktifitas yang biasa dilakukan, rasa nyeri / tidak nyaman, rasa cemas / depresi
(EuroQoL, 2013). Indeks Kualitas Hidup 23 Negara di Asia, Indonesia menduduki peringkat ke
19 dan di ikuti oleh Thailand dengan Indeks (Nombeo, 2017) Salah satu faktor yang dapat
menunjang kualitas hidup adalah dukungan sosial. Dukungan social merupakan informasi atau
nasehat, bantuan secara nyata, atau tindakan yang didapatkan oleh keakraban social atau karena
kehadiran orang-orang yang mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi yang
menerima (Smet, 1994).https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/view/23014
Dukungan social bagi lanjut usia sangat diperlukan selama lanjut usia sendiri masih
mampu memahami makna dukungan social tersebut sebagai penyokong atau penopang
kehidupannya. Namun dalam kehidupan lansia seringkali ditemui bahwa tidak semua lansia
mampu memahami adanya dukungan social dari orang lain, sehingga walaupun ia telah
menerima dukungan social tetapi masih saja menunjukkan adanya ketidakpuasan, yang
ditampilkan dengan cara menggerutu, kecewa, kesal dan sebagainya (Risdianto, 2009).
Dukungan social dapat berasal dari orang-orang di sekitar individu seperti: keluarga, teman
dekat, dan rekan atau teman sebaya. Dukungan sosial yang dimaksud yaitu dukungan yang
dapat meningkatkan kualitas hidup lansia, yang meliputi adanya komponen-komponen dari
dukungan social itu sendiri, seperti kerekatan emosional, integrasi sosial, adanya pengakuan,
ketergantungan yang dapat diandalkan, bimbingan, dan kesempatan untuk mengasuh
(Rizka, 2017). Masalah masalah para lansia seperti perasaan puas dengan keberadaan diri
sendiri, merasa senang terhadap segala hal yang telah mereka alami, mereka merasa masih
dibutuhkan orang lain terutama keluarganya. Mereka memiliki hubungan positif dengan
orang lain dengan aktif mengikuti berbagai kegiatan rutin (Nurmalasari, 2010).
Suatu aspek penting dalam hubungan interpersonal akan perasaan dibutuhkan oleh orang
lain. Jenis dukungan social ini memungkinkan lansia untuk memperoleh perasaan bahwa
orang lain tergantung padanya untuk memperoleh kesejahteraan. Menurut Weiss (Cotuna
dkk,1994), sumber dukungan social ini adalah keturunan (anak-anak) dan pasangan hidup.
Itulah sebabnya sangat banyak lansia yang merasa sedih dan kurang bahagia jika berada jauh
dari cucu-cucu atau pun anak-anaknya (Nurmalasari, 2010).
Kementerian Kesehatan mulai mengembangkan konsep pelayanan kesehatan santun
lanjut usia yang diawali dengan rencana pengembangan Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan santun lanjut usia di seluruh
Indonesia. Konsep ini mengutamakan upaya pembinaan kesehatan secara menyeluruh, terpadu
dan berkesinambungan di masyarakat untuk mewujudkan lanjut usia sehat, aktif, mandiri dan
produktif, melalui upaya pembinaan yang intensif dan berkesinambungan dengan
menggunakan wadah Kelompok Usia Lanjut (Poksila) (Kemenkes, 2016).
Kenyataan menunjukkan bahwa laju perkembangan Puskesmas yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan lanjut usia, pembentukan dan pembinaan kelompok usia lanjut belum
sesuai dengan harapan, dengan penyebaran yang tidak merata. Penyebabnya antara lain
adalah karena kesehatan lanjut usia hanya merupakan salahsatu program pengembangan di
Puskesmas dan dalam pelaksanaannya di era otonomi daerah, belum didukung oleh dasar hukum
yang memadai antara lain peraturan daerah, peraturan gubernur, bupati/walikota dan
sebagainya. Penguatan dasar hokum ini sangat dibutuhkan untuk mendapatkan dukungan
anggaran yang memadai baik melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi,
maupun dari anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota, karena dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 -2019 permasalahan lanjut usia
sudah tertampung sebagai isu prioritas. Selain itu jejaring kemitraan pelayanan kesehatan lanjut
usia belum terbentuk di semua kabupaten/kota, sementara jejaring kemitraan yang sudah ada,
kenyataanya belum semuanya berfungsi dengan baik (Kemenkes, 2016).
http://journal.stikesyarsimataram.ac.id/index.php/jik/article/view/80/20

Anda mungkin juga menyukai