Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

BIOTEKNOLOGI PARFUM

Disusun Oleh:

ANISAH RAHMAH YULIANI (1943057067)

Dosen Pengampu:
Dr. Dra. LIANDHAJANI, M.M., M.Far., M.H., Apt.

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

Era globalisasi saat ini sedang gempar di dunia per-parfuman. Parfum


adalah produk yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari. Wangi-
wangian yang menempel pada badan seseorang akan memberikan kesan nyaman
bagi orang lain yang dekat dan akan memberikan daya tarik tersendiri. Banyak
orang merasa ada yang kurang dalam dirinya apabila tidak menggunakan parfum
pada saat mereka akan bepergian dan akan melakukan berbagai aktivitas.

Parfum untuk wanita dibedakan berdasarkan kualitas dan varian aroma. Ada
parfum yang hanya dapat memberikan keharuman sejenak, ada pula parfum yang dapat
memberikan wewangian yang tetap setia di tubuh dalam jangka waktu yang panjang. Hal
ini yang membuat para konsumen cenderung untuk lebih memilih parfum dengan kualitas
yang lebih baik, agar wewangian dari parfum tersebut dapat tetap setia di tubuh dalam
jangka waktu yang panjang.

Parfum adalah campuran minyak esensial yang digunakan untuk


memberikan bau wangi. Kata parfum sendiri berasal dari bahasa latin “per
fumum” yang berarti melalui asap. Riwayat parfum telah ada sejak zaman
Mesopotamia kuno sekitar lebih dari 4000 tahun yang lalu. Parfum mengalami
kemajuan pesat pada abad ke-18 dengan munculnya beragam aroma wewangian
dan botol yang indah.

Menyemprotkan parfum memang bisa membuat tubuh seseorang menjadi


wangi. Paling tidak, bagi orang yang memiliki bau badan menyengat, parfum
seringkali jadi solusi praktis. Apalagi saat ini aroma parfum yang ditawarkan
sudah semakin beragam, baik yang dikhususkan untuk pria, wanita, ataupun untuk
keduanya.

Sekarang ini parfum telah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi manusia, hal
ini dikarenakan banyak sekali pengguna parfum yang telah menjadikannya
sebagai kebutuhan. Banyak orang yang tidak bisa untuk tidak menggunakan
parfum ketika berpergian sebab kembali lagi parfum sudah menjadi kebutuhan
bagi mereka.
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Parfum

Parfum atau minyak wangi adalah campuran minyak esensial dan senyawa aroma,
fiksatif, dan pelarut yang digunakan untuk memberikan bau wangi untuk tubuh
manusia, objek, atau ruangan. Jumlah dan tipe pelarut yang bercampur dengan
minyak wangi menentukan apakah suatu parfum dianggap sebagai ekstrak
parfum, Eau de parfum, Eau de toilette, atau Eau de Cologne.

Perbedaan antara Eau de parfum, Eau de toilette dan Eau de Cologne akan
dijelaskan dibawah ini:

Eau de Perfume (EDP)

Jenis golongan ini memiliki wewangian yang memiliki kadar alkohol sedikit,
dengan konsentrat bahan wewangian sebanyak 8- 16%. Sehingga wanginya akan
cukup tahan lama hingga 4-6 jam. Jenis Eau de Perfume sangat cocok untuk yang
bekerja atau beraktifitas seharian. Aromanya sama memikat seperti parfum,
harganya juga lebih terjangkau.

Eau de Toilette (EDT)

Jenis wewangian dengan aroma yang ringan, dengan waktu tahan lama 3-4 jam.
Memiliki kadar alkohol yang tinggi dengan konsentrat bahan wewangian berkisar
4-8%. Wewangian ini pada umumnya hadir dalam bentuk spray. Harganya
terjangkau untuk anda yang memang ingin selalu tampil wangi. Jenis ini cocok
digunakan untuk segala suasana yang tidak membutuhkan waktu yang lama
seperti pergi ke acara pesta atau hanya untuk nongkrong di café atau bioskop.

Eau de Cologne (EDC)

Merupakan jenis wewangian yang paling ringan dengan wangi yang hanya
bertahan sekitar 2-3 jam. Mengandung 2-4% konsentrat bahan wewangian dan
kadar alkohol yang paling tinggi dibanding keempat golongan lainnya. EDC
dipasaran biasa dikenal sebagai Body Mist, Body Spray atau Body Splash.

Sejarah Parfum

Parfum sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, kata "parfum" berasal dari
bahasa Latin per fume artinya "melalui asap". Salah satu kegunaan parfum tertua
berupa bentuk pembakaran dupa dan herbal aromatik yang digunakan dalam
pelayanan keagamaan, seringkali untuk aromatik gums, kemenyan dan mur,
dikumpulkan dari pohon. Mesir adalah yang pertama memasukkan parfum ke
budaya mereka diikutioleh Cina kuno, Hindu, Israel, Carthaginians, Arab, Yunani
dan Romawi. Penggunaan awal dari botol parfum adalah di Mesir sekitar 1000
SM. Mesir menemukan gelas dan botol parfum adalah salah satu penggunaan
umum pertama untuk kaca.

Adapun sumber dari parfum antara lain:

Parfum yg berasal dari tumbuhan

Minyak atsiri diperoleh dari bermacam-macam Tumbuhan dari bagian-bagian


tertentu seperti:

 bunga: rose, lavender, orange blossom (buah limau)


 biji: caraway (jintan), almond (prunus amygdalus)
 daun: bay (daun salam), thyme, patchoull (nilam)
 kayu: sandalwood (cendana), cedar, aloe
 kulit kayu: cinnamon, cascarilla
 buah: lemon (citrus), nutmeg (pala)
 minyak bunga: jasmin absolute, rose absolute
 resin, gum, balsam bahan tidak menguap yang diperoleh Dari tanaman
tetapi bahan ini mengandung minyak menguap yang beraroma dan kental:
gum styrax, balsam peru, benzoin, myrrh.

Parfum dari sekresi binatang

 Musk: Dalam istilah dunia parfum, musk adalah sekresi aroma yang
diproduksi kelenjar perut rusa jantan tak bertanduk (musk deer). Rusa ini
hidup di Asia Tengah dan di Pegunungan Himalaya. Untuk mencegah
kepunahan hewan langka itu, perburuan dan ekspornya dilarang keras.
Orang lantas menangkar rusa jenis ini, lalu mengoperasi dan mengambil
kelenjarnya. Setelah operasi selesai, rusa itu dilepas kembali. Sulitnya
memperoleh musk asli mendorong para pembuat parfum berpaling juga
ke musk sintetis. Harganya pun lebih murah.
 Civet: Spesies kesturi yang dipakai dalam dunia parfum berasal dari barat
daya Etiopia. Hewan ini punya kantong perut berbentuk bulan sabit, yang
terletak didekat alat vitalnya. Kantong perutnya menghasilkan viverreum,
substansi kental berwarna kecokelatan beraroma keras. Namun, setelah
diolah menjadi parfum, kesan sensual dan kehangatanlah yang terasa.
 Ambergris: Bahan ini berasal dari sperma ikan paus yang terlepas di saat
kematiannya. Karena itu, pemanfaatannya tidak membahayakan hewan
yang sangat dilindungi ini. Ambergris digunakan sebagai penguat
wewangian yang mudah menguap. Ambergris lebih ringan dari air,
mengapung bebas dilautan. Benda ini dikumpulkan di tengah laut atau
diambil setelah tersapu ke tepi pantai. Saat dibawa ke laboratorium
pembuat parfum, warnanya menjadi abu-abu pucat atau putih. Dan setelah
benda ini dikeringkan selama beberapa bulan, bau amisnya berubah
menjadi aroma ambergris.
 Castereum: Salah satu bahan baku wewangian ini berasal dari sepasang
kelenjar dalam tubuh berang-berang. Si kelenjar menghasilkan minyak
yang melindungi bulu berang-berang dari pengaruh perubahan cuaca.
Hewan ini pernah tersebar banyak di Eropa, tapi kini hanya ditemukan di
Amerika Utara dan Rusia. Berang-berang diburu pada bulan Januari, saat
bulunya paling bagus. Castoreum adalah penguat terbaik parfum dan
dipakai dengan larutan alkohol. Bahan ini terutama dipakai pada
wewangian pria.

Parfum dari bahan kimia (isolat)

 EUGINOL: biasanya diperoleh dari minyak cengkeh


 CITRAL: dari minyak lemongrass
 GERANIOL: dari minyak citronella

Produk isolat diturunkan langsung dari masing-masing minyak atsiri melalui


reaksi kimia, senyawa ini tidak ada dalam alam, bahan ini merupakan produk
esterifikasi seperti: formiat, asetat, propionat, dan ester-ester dari citronellol,
linalool, geraniol, terpinol, dan lain sebagainya.

Parfum dari bahan kimia (organic sintetik)

Bahan organic sintetik terdiri dari alkohol aromatic. Dan alkohol lemak (fatty
alkohol) yang biasanya mempunyai bau, ester-ester dan aldehida.

 Phenyl ethyl alkohol: salah satu bahan dasar parfum rose


 Cinnamyl alkohol: suatu fixatif dan digunakan dalam parfum Lilac
 Terpineol: terdapat dalam minyak pine tetapi dibuat dari
 Terpentin, suatu minyak atsiri
 Amyl cinnamic aldehyde, salah satu bahan dasar parfum jasmin
 Ester-ester dari bau karakteristik buah-buahan: methyl phenyl
 Carbinyl acetate yg digunakan dlm parfum gardenia & jasmine
 Dan benzyl acetate yang digunakan dalam floral parfum.

Teknik dan Cara Pembuatan Parfum

Produk-produk parfum merupakan hasil keterampilan teknik tingkat tinggi, yang


dicapai melalui eksperimentasi serta perbaikan alat dan perangkatnya secara terus
menerus. Banyak mesin yang berlainan yang harus diuji coba sebelum versi
finalnya menjadi alat penyulingan modern. Ada lima teknik untuk memproduksi
parfum:

 Maceration: Merupakan teknik yang paling kuno, yakni penyatuan antara


wewangian dan lemak melalui pemanasan. Pada proses ini, absorbsi
minyak atsiri oleh lemak dilakukan dalam keadaan hangat. Alat yg
digunakan dan proses pencampuran bunga dengan lemak sama seperti
pada enfleurage. Kebaikan cara ini adalah daya absorbsi lemak terhadap
bau bertambah besar dan kelemahannya karena kemungkinan sebagian
komponen minyak mengalami kerusakan dengan panas, sehingga cara ini
jarang digunakan. Dilakukan terhadap beberapa jenis bunga: mawar,
orange, yang kegiatan fisiologisnya terhenti setelah pemetikan. Bunga
tersebut jika disuling hanya menghasilkan sejumlah minyak yang
diproduksi oleh bunga pada saat ekstraksi dan seterusnya akan mati dan
tdk memproduksi minyak.
 Enfleurage: Pada proses ini absorbsi minyak atsiri oleh lemak dilaku kan
pada suhu rendah, sehingga minyak terhindar da ri kerusak an yang
disebabkan panas. Metode ini banyak diterapkan untuk mengekstraksi
beberapa jenis minyak bunga seperti: melati, ekstraksi sedap malam,
mawar, yang masih melanjutkan kegiatan fisiologisnya dan memproduksi
minyak setelah bunga dipetik. Proses ini menghasilkan rendemen minyak
lebih tinggi, kelemahannya memerlukan waktu lebih lama, membutuhkan
tenaga trampil dan berpengalaman Menyatukan wewangian dan minyak
tapi dengan cara yang berbeda, yakni penyerapan wewangian melalui
lemak dan benzoin. Cara ini dapat menghasilkan parfum setara bunga.
 Distilasi atau penyulingan: proses pemisahan komponen berupa cairan
atau padatan dari 2 macam campuran atau lebih berdasarkan titik uapnya
dan proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air
dan tidak rusak oleh uap. Kelemahan distilasi adalah Tidak baik digunakan
untuk jenis minyak yang mengalami kerusakan oleh panas dan air. Minyak
atsiri yang mengandung fraksi ester akan terhidrolisa karena adanya air
dan panas. Komponen minyak yang larut dalam air tidak dapat
diekstraksi. Komponen minyak dengan titik didih tinggi, sebagian tidak
ikut tersuling dan tetap tinggal dalam bahan. Berbagai bahan wewangian
dilumatkan dan dimasukkan kedalam mesin penyuling, lalu dicampur
dengan air dan dipanaskan hingga mendidih. Melalui pipa leher angsa,
uapnya didinginkan dan menjadi cairan: air terletak dibagian bawah,
sedangkan esensnya yang berupa minyak mengambang dibagian atas.Dari
esens itu, biasanya kemudian dipisahkan.Namun kadang-kadang air
bercampur esens itu dijual dalam bentuk murni.
 Ekstraksi: Mengingat tidak semua bunga atau tanaman dapat didistilasi,
misalnya mawar centifolia, narcissus, atau mimosa. Maka para ahli
mengembangkan teknik ekstraksi. Bahan-bahan parfum tidak dilumatkan
tapi dicampur dengan air dan diputar berulang-ulang hingga mengeluarkan
pelarut. Pelarut ini kemudian ke ruang hampa udara, dipanaskan, dijadikan
uap dan seterusnya sama dengan proses distilasi.
 Ekspresi atau pengepresan: Cara pengepresan umumnya dilakukan
terhadap bahan beberapa biji, buah atau kulit buah yang dihasilkan dari
tanaman yang termasuk famili citrus, karena minyak dari tanaman citrus
akan mengalami kerusakan jika diekstraksi dengan penyulingan. Dengan
tekanan pengepresan, sel-sel yang mengandung minyak akan pecah dan
minyak akan mengalir ke permukaan bahan Contoh: Minyak lemon,
Minyak bergamot (kulit jeruk mandarin) adalah teknik terakhir. Cara ini
digunakan untuk mengekstraksi minyak citrus dan buah-buahan semacam
jeruk orange, lemon, dan mandarin. Minyak alami dari buah-buahan ini
terdapat dalam kelenjar kecil dibagian kulitnya. Dengan pengupasan dan
pemerasan, minyak yang merupakan esens wewangian dan air itu dapat
keluar. Prinsip yang sama diterapkan dalam pabrikasi parfum.

Kandungan dan Komposisi Parfum

Setiap produk wewangian mengandung pelarut tambahan yang berfungsi sebagai


media atau fondation baik parfum itu asli atau sintesis. Persentase kandungan
bahan kimia dalam parfum antara kisaran 30 % tergantung dari jenis produknya.
Namun dari beberapa analisa pasar, 95 % bahan kimia yang terkandung di dalam
produk wangian adalah bahan kimia sintetik yang berbahan dasar petroleum yang
merupakan turunan benzena, aldehid atau zat yang umumnya terkenal beracun.
Salah satu organisasi di Amerika yang menangani masalah kesehatan lingkungan
menemukan zat kimia beracun dari 815 sampel yang mereka ambil. Tes yang
dilakukan pada tahun 1991 menemukan zat-zat yang terkandung adalah kloroform
yang dapat juga ditemui pada pelembut pakaian dan p-diklorobenzena yang telah
diketahui bersifat karsinogenik pada produk penyegar ruangan dengan dosis yang
tinggi. Adapun komposisi dari parfum antara lain:
1. Zat pewangi (odoriferous substances)

Komponen pewangi terdiri dari persenyawaan kimia yang menghasilkan bau


wangi yang diperoleh dari minyak atsiri atau dihasilkan secara sintetis. Zat
Pewangi Pada umumnya parfum mengandung zat pewangi 2% (weak parfum)
sampai 10% atau 22,5% (strong parfum) dan selebihnya adalah bahan pengencer
dan zat pengikat.

2. Zat pengikat (fixatives)

Wangi parfum akan cepat menguap tanpa zat pengikat karena pada umumnya zat
pewangi dalam alkohol lebih cepat menguap dari alkohol sendiri. Zat pengikat
adalah suatu persenyawaan yang memiliki daya menguap yang lebih rendah dari
zat pewangi atau minyak atsiri serta dapat menghambat atau mengurangi
kecepatan penguapan zat pewangi. Penambahan zat pengikat bertujuan
mempertahankan komponen yang dapat menguap agar dapat dipertahankan untuk
jangka waktu yang lebih lama. Zat pengikat yg ideal:

 Larut sempurna dalam etanol, minyak atsiri, dan persyaratan aromatik


berwujud cair
 Mudah digunakan dalam parfum beralkohol dan bahan berupa bubuk atau
padatan mengurangi daya menyerap parfum dan menghasilkan campuran
wangi yang harmonis
 Berada dalam keadaan murni sehingga efektif jika digunakan dalam
jumlah kecil
 Pada umumnya zat pengikat berasal dari bahan nabati, hewani dan
sentetis. Zat pengikat nabati berasal dari gol: gum, resin, lilin dan beberapa
minyak atsiri bertitik didih tinggi

3. Bahan pelarut atau pengencer (diluent)


Bahan pelarut yang baik digunakan: etil alkohol. Fungsi bahan pengencer:
menurunkan konsentrasi zat pewangi dalam parfum sampai konsentrasi tertentu,
sehingga dihasilkan intensitas wangi yg dikehendaki.

BAB III

PENUTUP

 Parfum atau minyak wangi adalah campuran minyak esensial dan senyawa
aroma, fiksatif, dan pelarut yang digunakan untuk memberikan bau wangi
untuk tubuh manusia, objek, atau ruangan. Jumlah dan tipe pelarut yang
bercampur dengan minyak wangi menentukan apakah suatu parfum
dianggap sebagai ekstrak parfum, Eau de parfum, Eau de toilette, atau Eau
de Cologne.
 Manfaat atau khasiat dari parfum, wangi, meningkatkan suasana hati,
meningkatkan rasa percaya diri, membuat diri lebih menarik,
meningkatkan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

http://putriaswantihsn.blogspot.com/2013/03/makalah-pembuatan-parfum.html

http://hanafimisura.blogspot.com/2013/01/makalah-parfum.html

https://www.studocu.com/id/document/universitas-padjadjaran/bahasa-
indonesia/mandatory-assignments/makalah-parfum/4399014/view

file:///C:/Users/HP/Downloads/4345-6541-1-PB.pdf

Anda mungkin juga menyukai