Anda di halaman 1dari 4

Lilirum : Lilin Aromaterapi Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C.

) dan Daun
Salam (Eugena polyantha)

Surya Kurnia Sufy 10411710000012, Muhammad Iqbal Fathoni 10411710000019


Perancangan dan Pengembangan Produk
Departemen Teknik Kimia Industri, Fakultas Vokasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arif Rahman Hakim-Surabaya 60111, Indonesia
e-mail : suryasufy07@gmail.com, vatoiqbal10@gmail.com
2020

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia telah dikenal akan kekayaan alamnya yang luar biasa. Pengobatan
herbal adalah ramuan turun-temurun yang telah diwariskan dari leluhurnya agar
dipertahankan dan dikembangkan. Bahan-bahan herba sendiri diambil dari tumbuh-
tumbuhan yang ada di Indonesia baik itu dari akar, daun, buah, bunga, maupun kulit
kayu. Hampir semua bahan alami yang ada di Indonesia dapat dimanfaatkan untuk
pengobatan tradisional juga dengan memanfaatkan minyak atsiri.
Lilin merupakan sumber penerangan yang terdiri dari sumbu yang diselimuti oleh
bahan bakar padat. Sebelum abad-19, bahan bakar yang digunakan biasanya adalah lemak
sapi (yang banyak mengandung asam stearat. Sekarang lebih sering menggunakan
parafin). Seiring dengan berjalannya waktu, lilin tidak hanya berfungsi sebagai sumber
penerangan. Saat ini, tidak jarang lilin juga digunakan sebagai media terapi. Lilin yang
demikian selanjutnya dikenal sebagai lilin aroma terapi. Lilin aroma terapi dibuat dengan
menggunakan minyak essensial yang memiliki sifat aromatik. Dengan kata lain, lilin
beraroma dibuat sebagai media terapi, untuk ketenangan pikiran, tubuh, dan jiwa.
Aromaterapi merupakan istilah modern yang dipakai untuk proses penyembuhan
kuno yang menggunakan sari tumbuhan aromatik murni. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan tubuh, pikiran, dan jiwa. Sari tumbuhan
aromaterapi yang dipakai melalui berbagai cara pengolahan dan dikenal dengan minyak
essensial atau minyak atsiri. Banyak sekali manfaat dari minyak atsiri sehingga menjadi
terkenal.

1.2 Identifikasi permasalahan


Dalam situasi karantina diri untuk mencegah pandemi covid-19 saat ini, banyak
orang-orang yang mulai suntuk, bosan, dan stress berada di rumah selama berhari-hari
bahkan berminggu-minggu. Selain menghasilkan cahaya yang indah dan cantik, lilin
aromaterapi juga mengeluarkan aroma yang dapat menenangkan pikiran dan jiwa bagi
yang menciumnya. Sangat pas sekali digunakan untuk menemani meditasi di rumah.
Dengan adanya lilin aromaterapi yang terbuat dari minyak essensial daun jeruk dan daun
salam ini diharapkan masyakarat dapat lebih nyaman berada di rumah, lebih merasa
rileks, menciptakan suasana, dan mengurangi rasa stress mereka karena harus
mengkarantina di rumah.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Minyak Atsiri


Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan. Minyak
atsiri memiliki komponen volatil pada beberapa tumbuhan dengan karakteristik tertentu.
Saat ini, minyak atsiri telah digunakan sebagai parfum, kosmetik, bahan tambahan
makanan dan obat (Buchbauer, 1991). Salah satu cara merelaksasikan pikiran setelah
penat dari tempat kerja atau stress di rumah karena karantina mandiri ialah dengan
mencium aromaterapi. Segala lelah penat dan stress akan segera hilang dan pastinya akan
kembali segar dan rileks. Ada banyak sekali pilihan aromaterapi yang hadir di pasaran,
salah satunya yang tersedia dalam bentuk lilin aromaterapi. Penggunaan sediaan lilin
sebagai aromaterapi saat ini seringkali digunakan selain karena hemat energi karena
tidak membutuhkan listrik, hal itu juga memiliki efek samping yang minimal karena
tidak menggunakan bahan kimia yang berbahaya. Pengujian klinis efek sedatif dari jeruk
dimulai oleh Buchbauer (1991) yang telah membuktikan bahwa wangi minyak atsiri
jeruk dapat menurunkan aktivitas lokomotor pada manusia (Sari, 2017).
Lilin aromaterapi dalam pembuatannya menggunakan beberapa bahan dan salah
satunya menggunakan minyak esensial yang memiliki wangi aromaterapi. Aromaterapi
sendiri memiliki sifat yang menenangkan dan juga memiliki aroma yang menyegarkan.
Dari bahan alam minyak jeruk purut dan minyak daun salam yang memiliki kandungan
minyak esensial, kita mencoba untuk menjadikannya sediaan lilin aromaterapi.
Menurut Heru Cahyono 2016 dan Sofiana S. 2001, kandungan minyak atsiri
dalam 400 gram daun jeruk purut sebesar 3 gram dengan presentasi hasil sebesar 0,4%
(rendemen 0,75%) serta kandungan minyak atsiri daun salam dengan rendemen 0,023%
selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai sediaan aromaterapi.

2.2. Kandungan Kimia Jeruk Purut


Daun jeruk purut mengandung senyawa bioaktif seperti flavonoid, steroid,
kumarin, fenolik, tanin, saponin, terpen, dan minyak atsiri. Sedangkan, bagian kulit buah
jeruk purut banyak mengandung senyawa golongan flavonoid dan steroid, serta senyawa
kumarin (Setiawan, 2000).
Flavonoid terdapat dalam tanaman dan dapat ditemukan pada semua tanaman
vaskuler. Flavonoid mempunyai berat molekul rendah dan pada dasarnya merupakan
phenylbenzopyrones (phenylchromones) dengan struktur dasarnya berupa dua cincin
utama yang saling melekat, yaitu dua cincin benzen (A dan B) yang dihubungkan melalui
cincin heterosiklik
piran atau piron (dengan ikatan ganda) yang disebut cincin “C” (Middleton dkk.,
2000).
Triterpenoid memiliki kerangka karbon yang berasal dari 6 satuan isoprene dan
secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena. Triterpenoid
adalah senyawa yang mempunyai sifat titik leleh tinggi, tidak berwarna, berbentuk
kristal, dan aktif optik (Harborne, 1987).
Steroid merupakan senyawa kompleks yang terdiri atas 4 cincin yang saling
bergabung dan larut di dalam lemak. Sterol adalah senyawa steroid yang paling banyak
ditemukan dalam tanaman yang termasuk golongan steroid alkohol (Bhat, 2009).
Saponin merupakan senyawa sterol dan glikosida triterpena yang dapat
ditemukan dalam lebih dari 90 genus tumbuhan. Glikosida adalah senyawa kompleks
antara gula pereduksi (glikon) dan bukan gula (aglikon). kebanyak senyawa saponin
mempunyai satuan gula sampai 5 dengan komponen umumnya adalah asam glukuronat.
Pembentukan busa dari hasil ekstraksi atau pemekatan ekstrak tumbuhan menunjukkan
adanya saponin dalam tumbuhan tersebut (Harborne, 1987).
Alkaloid merupakan senyawa yang umumnya dalam bentuk gabungan yang
terdiri dari satu atau lebih atom nitrogen, sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid
memiliki sifat optis aktif, tidak berwarna, dan berbentuk kristal tetapi ada juga yang berupa
cairan pada suhu kamar (37 ˚C) seperti nikotin (Harbone, 1987).
Tanin bermanfaat sebagai astringen, antidiare, antibakteri, dan antioksidan. Tanin
merupakan senyawa kompleks yang terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan
dan sukar mengkristal, serta mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa
dengan protein tersebut (Paendong dkk., 2012).

2.3 Daun Salam


Tanaman salam (Eugenia polyantha W.) termasuk famili Myrtaceace yang
tumbuh mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1800 m diatas permukaan laut dan
tersebar mulai dari Bima sampai pulau jawa. Tanaman tersebut belum dibudidayakan
secara besar besaran, sebagian besar hanya tumbuh begitu saja tanpa adanya
pemeliharaan. Perbanyakan dapat dilakukan dengan menggunakan biji, cangkok, atau
stek (Zulvia, 1985)
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Survey Pasar


Dari hasil survey pasar yang telah kami lakukan via google formulir, dari 27
responden 25 orang berumur 17-21 tahun, 2 orang berumur 21-25 tahun. 23 orang
berprofesi sebagai mahasiswa, 2 PNS, 2 Pelajar. Sebanyak 15 responden belum pernah
menggunakan produk lilin aromaterapi, 25 responden terarik untuk mencoba. Hal ini
membuktikan bahwa produk kami, Lilirum, sangat diminati oleh konsumen.

3.2 Kemasan
Dari hasil survey, sebanyak 14 orang memilih untuk menggunakan gelas kaca. Karena
menurut mereka kemasan gelas kaca merupakan kemasan yang elegan dan cocok untuk
wadah lilin aromaterapi. Sehingga dengan ini kami juga akan menggunakan kemasan
gelas kaca sebagai kemasan sekaligus wadah untuk Lilirum. Kami juga akan melapisinya
dengan plastik wrap agar lebih terjaga kualitasnya.

3.2 Pembuatan Lilin


1. Melelehkan bahan dasar lilin parafin menggunakan waterbath.
2. Melelehkan white oil menggunakan waterbath.
3. Mencampurkan kedua lelehan parafin dan white oil dalam keadaan masih
dipanaskan pada waterbath.
4. Memasukkan campuran parafin dan white oil kedalam cetakan lilin. Lalu
menambahkan pewarna lilin untuk memberikan warna.
5. Menambahkan minyak atsiri daun jeruk dan daun salam segera setelah
penambahan pewarna. Mengaduk hingga tercampur rata.
6. Menambahkan benang sebagai sumbu. Lalu, mendinginkan lilin hingga keras.
DAFTAR PUSTAKA

Buchbauer, G., W. Jager, H. Dietrich, Ch. Plank, and E. Karamat. 1991. Aromatherapy:
Evidence for Sedative Effects of Essential Oil of Lavender after Inhalation.
Journal of Biosciences; 46c, 1067-1072.
Sari Prabandari, Riski Febriyanti. 2017. FORMULASI DAN AKTIVITAS KOMBINASI
MINYAK JERUK DAN MINYAK SEREH PADA SEDIAAN LILIN
AROMATERAPI. Jurnal Para Pemikir Vol 6 No 1. ISSN: 2089-5313.
Bhat, S. V. 2009. Natural Products: Chemistry and Application. Narosa Publishing
House, New Delhi India. Halaman 67.
Harbone, J. B. 1987. Metode Fitokimia. ITB Press, Bandung. Halaman 78-79.
Middleton, J. R., Kandaswami, E., dan Theoharides, C. 2000. The effect of plant
flavonoids on mammalian cells: implication for inflammation, heart
diseaseand cancer. Pharmacological Reviews 52: 673 – 751.
Paendong, E. J. J., Sangi, S. M., dan Malangngi, L. P. 2012. Penentuan Kandungan
Tanin dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea
americana Mill.). Jurnal MIPA UNSRAT 1(1): 5 – 10.
Setiawan, D. 2000. Atlas Tumbuhan Organik Indonesia. Persi.co.id. 29 April
2015.
Zulvia, N. 1985. Efek Hipotensif Sari Air Daun Salam (Eugenia polyantha Wight) pada
tikus putih jantan. Skripsi Fakultas Farmasi Fakultas Mipa UI. Depok. 65 h.

Anda mungkin juga menyukai