Anda di halaman 1dari 41

1

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL


BELAJAR MATEMATIKA MATERI DATA DAN
PENGUKURAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE COURSE REVIEW HORAY (CRH) PADA
SISWA KELAS IV SD NEGERI MULYASARI 04
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan sekolah dasar memiliki peran penting dalam penanaman
dasar-dasar ilmu pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada siswa. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 Bab I pasal 3 bahwa
penyelenggaraan wajib belajar pada jalur formal dilaksanakan minimal pada
jenjang pendidikan dasar yang meliputi SD, MI, SMP, Mts, dan bentuk lain
yang sederajat. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah dasar menjadi dasar
pendidikan di Indonesia untuk membantuk karakter pribadi unggul dan siap
untuk menghadapi tantangan perkembangan global. Apabila dasar
pengetahuan, keterampilan, dan karakter terbentuk dengan baik pada tingkat
sekolah dasar, siswa dapat memiliki bekal yang cuup untuk menghadapi
tingkat selanjutnya serta tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal- negatif yang
ada di masyarakat. Siswa dapat mengaktualisasikan diri dengan baik sesuai
dengan dasar keterampilan, sikap dan ilmu pengetahuan yang di ajarkan di
tingkat sekolah dasar.
Matematika merupakan mata pelajaran yang di ajarkan mulai dari
tingkat sekolah dasar hingga tingkat perguruan tinggi. Matematika sebagai
ilmu dasar bagi pengembangan disiplin ilmu yang lain memegang peranan
penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Zulkarnain,
Rahmawati, 2014). Semua teknologi sains yang berkembang membutuhkan
teori, konsep dan aplikasi matematika dan penyusunannya. Dalam kehidupan
sehari-hari, pengetahuan dan konsep berpikir matematis dibutuhkan hampir di
dalam tiap kegiatan masyarakat, baik dari tingkat dewasa, remaja, bahkan
anak-anak. Penerapan mata pelajaran matematika pada tingkat sekolah dasar
bertujuan untuk menanamkan kemampuan berpikir matematis, membuat
konsep dan melakukan problem-solving dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu bab mata pelajaran matematika yang sangat penting untuk
dikuasai dengan baik sejak tingkat sekolah dasar adalah materi Data dan
3

Pengukuran. Kemampuan analisis data dan pengukuran sangat dibutuhkan


bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, banyak siswa sekolah dasar,
menengah hingga mahasiswa yang masih memiliki kesulitan dalam
menggunakan, menafsirkan, dan memahami grafik dan data (Ben-Zvi, Eylon,
& Silberstein, 1987 dalam Musta’in, 2015). Mayoritas siswa SMP atau
sederajat yang mengalami kesulitan dalam membaca, menafsirkan dan
mengolah data disebabkan oleh tidak efektifknya pembelajaran matematika
materi membaca data pada tingkat sekolah dasar (Musta’in, 2015).
Rendahnya kemampuan membaca, mengumpulkan, dan mengolah data
serta melakukan pengukuran matematis juga dialami oleh siswa kelas IV SDN
Mulyasari 04. Berdasarkan hasil pengamatan awal, nilai rata- rata pencapaian
hasil belajar sebesar 58 pada materi mengumpulkan dan membaca data dengan
pencapaian ketuntasan belajara sebesar 40% atau hanya ada 10 siswa dari 25
siswa yang telah mencapai nilai minimal KKM sebesar 70. Salah satu
penyebab rendahnya pemahaman siswa terhadap matematika khususnya materi
mengumpulkan dan membaca data karena model pembelajaran yang hanya
berpusat pada guru, sehingga siswa pasif dan jenuh dalam menerima pelajaran.
Siswa cenderung hanya menghafal konsep tanpa disertai pemahaman yang
memadai. Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode terbaik dalam
menyampaikan materi matematika bab data dan pengukuran.
Salah satu metode yang coba diterapkan oleh peneliti untuk
meningkatkan hasil pembelajaran pada mata pelajaran matematika, trutama
pada bab data dan pengukuran adalah model pembelajaran Kooperatif tipe
Course Review Horay (CRH). Course Review Horay (CRH) adalah salah satu
model pembelajaran yang mendorong siswa untuk ikut aktif dalam belajar.
Dengan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay diharapkan
dapat melatih kerja sama dalam menyelesaikan masalah dengan pembentukan
kelompok, pembelajarannya menarik dan mendorong siswa untuk terjun
kedalamnya, tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga suasana
tidak menegangkan serta siswa lebih semangat belajar karena suasana
pembelajaran berlangsung menyenangkan sehingga mampu membantu siswa
4

dalam meraih nilai yang tinggi (Setiana, 2012). Penerapan model pembelajaran
CRH mampu meningkatkan pemahaman matematis dan motivasi belajar
matematika pada siswa secara signifikan. Siswa akan lebih bergairah dan
bersemangat dalam mempelajari materi matematika dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe CRH. Hal ini disebabkan pendekatan CRH
mengemas pembelajaran dengan menyenangkan dan meriah karena setiap
siswa yang menjawab benar harus meneriakkan yel-yel kemenangan pada saat
pembahasan soal pengujian pemahaman (Suryani; Mulana; Julia, 2016).
Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CRH diharapkan akan
menggugah siswa kelas IV SDN Mulyasari 04 untuk lebih mencintai
matematika yang selama ini sulit dipahami dan kurang berhasil.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah
sebagi berikut :
1. Bagaimana proses meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran
matematika materi mengumpulkan dan membaca data melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay (CRH) pada siswa kelas
IV SDN Mulyasari 04?.
2. Bagaimana cara meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
mengumpulkan dan membaca data setelah pembelajaran melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay (CRH) pada siswa kelas
IV SDN Mulyasari 04?.

C. Tujuan Perbaikan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan menciptakan proses belajar
yang efektif, menyenangkan dan memberikan motivasi serta daya tarik
siswa pada pelajaran Matematika khususnya tentang mengumpulkan dan
membaca data, dengan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review
Horay (CRH).
5

2. Tujuan khusus
Tujuan penelitian ini secara khusus adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan aktivitas siswa dalam materi mengumpulkan dan
membaca data yang menyenangkan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay (CRH).
b. Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi mengumpulkan dan
membaca data dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Course Review Horay (CRH).

D. Manfaat Perbaikan
Manfaat penelitian yang diharapkan dapat didapat dari penelitian
yakni terdiri dari:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang diharapkan diperoleh dari penelitian ini
adalah mendapatkan teori baru tentang peningkatan hasil belajar
Matematika melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Course Review Horay (CRH) sehingga dapat menambah wawasan berfikir
untuk dapat dijadikan dasar bertindak bagi insan pendidik dan dunia
kependidikan pada umumnya, baik oleh penulis maupun guru yang lain.
2. Manfaat Praktis
Yang dimaksud manfaat praktis pada Penelitian Tindakan Kelas
ini adalah manfaat yang bisa secara langsung didapat oleh pihak terkait
dalam penelitian ini yaitu siswa, guru dan sekolah.
a. Manfaat Praktis bagi Siswa
Setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Course Review Horay (CRH), diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran Matematika dan siswa diharapkan
akan lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran Matematika.
b. Manfaat Praktis bagi Guru
Dengan meningkatnya hasil belajar siswa melalui penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay (CRH) pada
6

mata pelajaran Matematika, maka guru sebagai motor dalam proses


belajar mengajar akan terpacu untuk menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Course Review Horay (CRH) dalam menyampaikan
pembelajaran baik materi pelajaran Matematika maupun mata pelajaran
lainnya.
c. Manfaat Praktis bagi Sekolah
Sekolah dalam hal ini SD Negeri Mulyasari 04 Kecamatan
Majenang akan mendapatkan manfaat yang langsung diterapkan oleh
rekan– rekan guru yang mengajar di SD Negeri 1 Mulyasari Kecamatan
Majenang. Mereka akan terdorong selalu menggunakan metode dan
model pembelajaran yang variatif dalam menyampaikan materi pelajaran
kepada anak didiknya. Dengan demikian prestasi siswa SD Negeri 1
Mulyasari Kecamatan Majenang dapat lebih baik, apalagi dalam
mempersiapkan siswanya mengikuti berbagai macam perlombaan yang
diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan.
7

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori
1. Aktivitas Siswa
Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental.
Dalam kegiatan belajar mengajar kedua aktivitas ini harus saling berkaitan.
Aktivitas siswa dalam arti luas, baik yang bersifat fisik atau jasmani
maupun mental atau rohani. Kedua hal ini harus saling berkaitan untuk
menciptakan aktivitas belajar yang optimal.
Belajar menurut teori konstruktivisme, Rifa‟i (2011) adalah suatu
proses penemuan dan perubahan yang berlangsung pada individu dengan
mengkonstruksikan informasi atau ikut aktif dalam kegiatan belajar.
Diedrich membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang
antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:
a. kegiatan-kegiatan visual (visual activities), seperti: membaca, melihat
gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan
mengamati orang lain bekerja atau bermain.
b. kegiatan-kegiatan lisan (oral activities), seperti: mengemukakan suatu
fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan
pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara,
diskusi, dan interupsi.
c. kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities), seperti:
mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi
kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
d. kegiatan-kegiatan menulis (writing activities), seperti: menulis cerita,
menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat
rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.
e. kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities), seperti:
menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola.
8

f. kegiatan-kegiatan motorik (motor activities), seperti: melakukan


percobaan, memilih alat-alat pembelajaran, melaksanakan pameran,
membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.
g. kegiatan-kegiatan mental (mental activities), antara lain : merenungkan,
mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat
hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
h. kegiatan-kegiatan emosional (emotional activites), di antaranya yaitu:
minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan
dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan (dalam
Sardiman, 2011: 101).
Aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah kegiatan visual, kegiatan
lisan, kegiatan menulis, emosional, kegiatan lisan, kegiatan mental, dan
kegiatan emosional. Indikator aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah
kesiapan mengikuti pelajaran (kegiatan emosional), mengemukakan
pendapat masalah kontekstual yang diberikan oleh guru (kegiatan lisan),
mengamati video yang ditampilkan guru (kegiatan visual) bekerja dalam
kelompok untuk memecahkan masalah (kegiatan lisan dan mental),
menggambar aktif dalam menjawab pertanyaan (kegiatan lisan), menyajikan
hasil pekerjaannya (kegiatan lisan), mengamati hasil kerja siswa yang lain
(kegiatan visual), aktif dalam kegiatan diskusi kelas (kegiatan lisan), dan
mengerjakan soal evaluasi (kegiatan mental dan menulis). Sesuai dengan
langkah-langkah model pembelajaran yang digunakan, delapan aktivitas
siswa yang telah dijabarkan diamati dalam penelitian ini.
Indikator penilaian yang digunakan untuk menilai aktivitas siswa
dalam penelitian ini adalah:
a. Mempersiapkan diri dalam menerima pelajaran meliputi: menjawab
salam dari guru, mempersiapkan alat tulis, menjawab pertanyaan,
jawaban pertanyaan sesuai materi yang akan dibahas.
b. Mendengarkan penjelasan guru tentang materi meliputi: pandangan fokus
kedepan, mendengarkan penjelasan guru dengan tenang, menjawab
pertanyaan guru, jawaban pertanyaan sesuai materi yang telah dijelaskan.
9

c. Memperhatikan penayangan media video pembelajaran meliputi:


pandangan fokus tertuju pada media pembelajaran, tenang saat
memperhatikan video pembelajaran yang ditampilkan guru, memberikan
tanggapan pada media pembelajaran, isi tanggapan sesuai dengan isi
media video yang ditampilkan guru.
d. Menanyakan hal-hal yang belum jelas meliputi: bertanya setelah ditunjuk
guru, berinisiatif bertanya pada setiap kesempatan, bertanya dengan
bahasa yangsantun dan jelas, isi pertanyaan sesuai dengan materi.
e. Berkelompok untuk melakukan permainan sesuai model pembelajaran
kooperatif tipe  Course Review Horay meliputi: berkumpul dengan
kelompok sesuai intruksi guru, tenang membentuk kelompok, membagi
tugas kelompok bersama teman sekelompok,  menggambar kotak Course
Review Horay.
f.Melakukan diskusi kelompok dalam menjawab pertanyaan sesuai dengan
nomor kotak meliputi: siswa menanyakan pertanyaan yang belum jelas
pada guru, siswa bekerja sama mendiskusikan jawaban pertanyaan yang
dibacakan guru, tertib dalam berdiskusi, dan mengingatkan jika ada
teman yang tidak tertib.
g. Melalukan permainan untuk mendapatkan tanda (√) jawaban benar
secara vertikal, horizontal maupun diagonal pada kotak Course Review
Horay meliputi: siswa aktif dalam permainan, mentaati peraturan dalam
permainan, mencocokan jawaban sportif, meneriakkan hore terhadap
jawaban yang benar tanpa mengganggu kelompok lain.
h. Menghargai prestasi belajar kelompok lain meliputi: menghitung jumlah
hore dengan sportif, menghitung skor yang diperoleh dengan sportif,
bersikap rendah hati, menghargai kelompok lain.
i. Mengerjakan soal evaluasi meliputi: mengerjakan sendiri, tertib dalam
mengerjakan, tenang saat teman mengerjakan, mengumpulkan lembar
jawab dengan tertib.
10

j. Mengikuti kegitan akhir meliputi: menjawab pertanyaan saat


menyimpulkan materi bersama, mencatat kesimpulan, mendengarkan
penjelasan guru, tenang saat kegiatan akhir sedang berlangsung.
Aktivitas pembelajaran kemandirian agar dapat berhasil memerlukan
keaktifan siswa dalam beraktivitas baik secara personal maupun secara
kelompok. Selain itu juga dibutuhkan kedisiplinan, pemahaman berfikir
kritis, minat dan kemampuan sendiri. Dalam beraktivitas pembelajaran juga
memerlukan hubungan erat antara sekolah dengan masyarakat, orang tua
dengan guru. Jenis aktivitas belajar sangat mendukung dalam hal
keterlaksanaan suatu proses pembelajaran mandiri. Pembelajaran
kemandirian membutuhkan suatu kektifan siswa seperti mengerjakan tugas,
menanggapi pekerjaan teman, mendengarkan penjelasan, melakukan
percobaan.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh oleh peserta
didik setelah mengalami kegiatan belajar. Aspek-aspek perubahan perilaku
yang diperoleh oleh peserta didik tersebut didapat melalui apa yang
dipelajari oleh siswa (Rifa‟i, 2011: 85). Jika siswa mempelajari
pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh
adalah penguasaan konsep. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.
Artinya hasil pembelajaran tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah,
melainkan komprehensif (Suprijono, 2011: 7).
Kingsley (dalam Sudjana, 2010: 22) membagi tiga macam hasil
belajar, yakni: (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan
pengertian, (3) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat
diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan
Gagne membagi dalam tiga kategori hasil belajar, yakni: (1) informasi
verbal, (2) keterampilan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, dan (5)
keterampilan motoris. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
11

belajar merupakan perubahan perilaku setelah mengalami belajar yang


meliputi pengethuan, sikap dan keterampilan.
Bloom (dalam Rifai, 2010) mengklasifikasikan hasil belajar terinci
dalam tiga taksonomi yang dikenal dengan istilah ranah belajar yaitu
sebagai berikut.
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif yaitu berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan,
kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup
kategori kategori pengetahuan (knowlegde), pemahaman
(comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis
(synthesis) dan penilaian (evaluation), (Rifa‟i, 2011: 86). Berdasarkan
taksonomi Bloom (1956) yang direvisi oleh Anderson L. W dan
Krathrowhl tahun 2001 aspek kognitif meliputi aspek-aspek sebagai
berikut.
1) Mengingat (C1). Kemampuan siswa untuk menyebutkan kembali
informasi/ pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan. Kata-kata
operasioanal yang digunakan yaitu: memasangkan, membaca,
membilang, menamai, menandai.
2) Memahami (C2). Kemampuan siswa dalam memahami isntrusksi dan
menegaskan pengertian/makna ide atau konsep yang telah diajarkan
baik dalam bentuk lisan, tertulis, maupun grafik/diagram. Kata-kata
operasional yang digunakan yaitu: membedakan, melaporkan,
memberi contoh, memperkirakan, membandingkan.
3) Menerapkan (C3). Kemampuan siswa dalam melakukan sesuatu
serta mengaplikasikan konsep dalam situasi tertentu. Kata-kata
operasioanal yang digunakan yaitu: melaksanakan, melakukan,
melatih, memproses, menentukan.
4) Menganalisis (C4). Kemampuan siswa untuk memisahkan konsep ke
dalam beberapa komponen dan menghubungkan satu sama lain untuk
memperoleh pemahaman atas konsep tersebut secara utuh. Contoh:
menganalisis penyebab meningkatnya harga pokok penjualan dalam
12

laporan keuangan dengan memisahkan komponen-komponennya.


Kata-kata operasional yang digunakan yaitu: melatih, memadukan,
memaksimalkan, membagankan, membuat struktur, memecahkkan.
5) Mengevaluasi (C5). Kemampuan siswa dalam menentapkan derajat
sesuatu berdasarkan norma, kriteria atau patokan tertentu. Kata-kata
operasional yang digunakan yaitu: membuktikan, memilih,
memisahkan, memonitoring.
6) Menciptakan (C6). Kemampuan siswa dalam memadukan unsur-unsur
menjadi sesuatu bentuk baru yang utuh dan koheren, atau membuat
sesuatu yang orisinil. Kata-kata operasioanal yang digunakan yaitu:
memadukan, membangun, membatas, membentuk, memproduksi.
Memperhatikan beberapa aspek koginitif di atas, setidaknya hal
ini bisa menjadi perhatian bahwa kemampuan koginitif adalah salah satu
bagian saja dari keberhasilan belajar siswa. Kriteria penilaian lama
cenderung lebih berfokus pada penilaian koginitif, yakni menitikberatkan
pada kemampuan kognisi atau intelektual seperti jenis kemampuan di
atas. Untuk kemampuan siswa yang lain seperti kemampuan afektif dan
psikomotorik diabaikan, siswa dianggap pintar bila telah memenuhi
keberhasilan kognitif saja. Namun dengan perkembangan pendidikan
yang terus bergulir beberapa jenis keberhasilan siswa yang lain, afektif
dan psikomotorik mulai diakomodasi. Terlebih pada kurikulum 2013,
rekam jejak keberhasilan pembelajaran tidak hanya didasarkan pada
kemampuan kognitif siswa tetapi memasukkan juga kemampuan afektif
dan psikomotorik.
Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan
berdasarkan hafalan saja. Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut
juntuk menyatakan masalah dengan kata-katanya sendiri, memberi
contoh suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi, peserta didik
dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru.
Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk untuk menguraikan
informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan
13

fakta dan pendapat serta menemukan hubungan sebab – akibat. Pada


tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita,
komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan mensintesiskan
pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi
informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori yang termasuk di
dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir
yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu
mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa
ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan
masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah sub-taksonomi
yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari
tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai
(Rifa‟i, 2011: 87). Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada
beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya
dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang
kompleks. Kategori tersebut mencakup lima aspek, yakni penerimaan
(reciving), jawaban atau reaksi (responding), penilaian (valuing),
organisasi, dan internalisasi nilai.
Hasil belajar ranah afektif dalam penelitian ini menggunakan
penilaian karakter. Menurut Mulyasa (2013: 146) penilaian karakter
digunakan untuk mengetahui karakter yang terbentuk dalam diri peserta
didik melalui pembelajaran yang telah diikutinya. Sedangkan Asmani
(2011: 36) membagi nilai karakter menjadi empat bagian yaitu,
1) Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan berupa nialai
religious,
14

2) Nilai karakter dalam hubunganya dengan diri sendiri berupa nilai


kejujuran, tanggungjawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras,
percaya diri, mandiri dan ingin tahu,
3) Nilai karakter hubungannya dengan sesama berupa nilai sopan santun,
patuh pada aturan- aturan sosial, menghargai karya dan prestasi orang
lain, demokratis,
4) Nilai karakter hubungannya dengan lingkungan berupa nilai
kebangsaan, nasionalis, menghargai keragaman.
Adapun indikator keberhasilan belajar siswa dalam
pembelajaran melalui model pembelajaran Course Review Horay dengan
media video pembelajaran pada ranah afektif sebagai berikut.
1) Tanggung jawab. Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku
seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan terhadap dirinya sendiri, masyarakat,
lingkungan, (alam, sosial dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha
Esa. Deskriptornya meliputi melaksanakan tugas individu dengan
baik, menerima resiko dari tindakan yang dilakukan, mengakui dan
meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan, melaksanakan apa yang
pernah dikatakan tanpa diminta.
2) Kejujuran. Perilaku dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan
pekerjaan deksirptornya meliputi mengerjakan sendiri saat
mengerjakan ujian/ulangan, mengakui kesalahan, mengungkapkan
perasaan apa adanya, membuat laporan berdasarkan data apa adanya.
3) Gotong royong. Adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain
untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan
tolong menolong secara ikhlas. Deskriptornya meliputi aktif dalam
kerja kelompok, memusatkan perhatian pada tujuan kelompok,
mencari jalan untuk mengatasi perbedaan pendapat, kesediaan
melakukan tugas sesuai kesepakatan
4) Percaya diri. Adalah kondisi mental atau psikologis seseorang yang
memberi keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak. Deskriptornya
15

meliputi melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu, membuat keputusan


dengan cepat, berani berpendapat dan bertanya serta menjawab
pertanyaan dan percaya diri dalam bertindak (Kurinasih, 2014: 68).
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang
dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan
kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif menjadi lebih
rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: 1) receiving, 2) responding,
3) valuing, 4) organization, dan 5) characterization by evalue or calue
complex. Kelima jenjang tersebut dapat dijelaskan secara rinci sebagai
berikut.
Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan), adalah
kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar
yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan
lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan
keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-
gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting
juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan
suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina
agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan
kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu
atau meng-identifikasikan diri dengan nilai itu. Contah hasil belajar
afektif jenjang receiving , misalnya: peserta didik bahwa disiplin wajib di
tegakkan, sifat malas dan tidak di siplin harus disingkirkan jauh-jauh.
Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi
aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki
oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam
fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara.
Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar
16

ranah afektif responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk


mempelajarinya lebih jauh atau menggeli lebih dalam lagi, ajaran-ajaran
Islam tentang kedisiplinan.
Valuing (menilai/menghargai). Menilai atau menghargai artinya
mem-berikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu
kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan,
dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah
merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan
responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik
disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah
berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau
buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu
untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik
telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai di camkan (internalized)
dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta
didik. Contoh hasil belajar efektif jenjang valuing adalah tumbuhnya
kemampuan yang kuat pada diri peseta didik untuk berlaku disiplin, baik
disekolah, dirumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Organization (mengatur atau mengorganisasikan), artinya
memper-temukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang
universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau
mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu
sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan
nilai lain., pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya.
Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi
dengan suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem
nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah
menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah
tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi
emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif tertinggi, karena sikap
17

batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki


phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik
telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk
suatu waktu yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup”
tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif,
karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima
(memperhatikan), Merespon, Menghargai, Mengorganisasi, dan
Karakteristik suatu nilai. Skala yang digunakan untuk mengukur ranah
afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap.
Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak
(negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan
berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi,
afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang
tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan perasaan
dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan
kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu, sikap
selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.
Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai
oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui
rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi
ke dalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif.
Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam
skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan
positif maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju,
tidak punya pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju.
c. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan
(skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam aspek ranah
psikomotorik, yakni (1) gerakan refleks, (2) keterampilan gerakan dasar,
18

(3) kemampuan perseptual, (4) keharmonisan atau ketepatan, (5) gerakan


keterampilan kompleks, dan (6) gerakan ekspresif dan interpretatif.
Menurut Hamdani (2011: 153) ranah psikomotor berorientasi
pada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau
tindakan yang memerlukan koordinasi antara saraf dan otot. Katagori
jenis perilaku untuk ranah psikomotorik menurut Simpsom adalah
sebagai berikut.
1) Persepsi: berkaiatan dengan penggunaan oragn penginderaan untuk
memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik.
2) Kesiapan: mengacu pada pengambilan tipe kegiatan tertentu.
3) Gerakan terbimbing: Gerakan terbimbing berkaitan denngan tahap-
tahap awal di dalam belajarketerampilan kompleks meliputi peniruan
dan mencoba-coba.
4) Gerakan terbiasa: gerakan terbiasa berkaitan dengan tindakan unjuk
kerja gerakan yang telah dipelajari itu telah menjadi biasa dan gerakan
dapat dilakukan dengan sangat menyakinkan dan mahir.
5) Gerakan kompleks: berkaiatan dengan kemahiran unjuk kerja dan
tindakan motorik yang mencakup pola-pola gerakan yang kompleks.
6) Penyesuaian: berkaiatan dengan keterampilan yang dikembangkan
sangat baik sehingga individu siswa dapat memodifikasi pola-pola
gerakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan baru atau ketika
menemui situasi masalah baru.
7) Kreativitas: mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk
disesuaikan dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu
(dalam Rifa‟i, 2011: 89).
Hasil belajar siswa pada ranah psikomotor dapat dengan mudah
diidentifikasi oleh seorang guru dengan menganalisis dan memberikan
penilaian pada skill yang tampak pada anak berdasarkan beberapa aspek
di atas. Semakin lengkap aspek keterampilan yang dimiliki siswa,
semakin baik pula keberhasilan belajar siswa pada ranah
psikomotoriknya. Sebagai guru pun, dengan memahami aspek-aspek skill
19

individu di atas, akan dapat melakukan penilaian dengan bentuk rubrik


dan acuan yang tepat sesuai tingkatan kemampuan psikomotorik di atas.
Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan
observasi atau pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak
digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses
terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi
dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik.
Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan diskusi
peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan
alins ketika belajar.
Observasi dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung.
Pengamat terlebih dahulu harus menetapkan kisi-kisi tingkah laku apa
yang hendak diobservasinya, lalu dibuat pedoman agar memudahkan
dalam pengisian observasi. Pengisian hasil observasi dalam pedoman
yang dibuat sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian
mengenai tingkah laku yang tampak untuk diobservasi, bisa pula dalam
bentuk memberi tanda cek (√) pada kolom jawaban hasil observasi.

3. Hakikat Matematika SD
Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur,
logis dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada
konsep yang paling kompleks. Dalam matematika terdapat topik atau
konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep
selanjutnya. Fungsi mata pelajaran matematika sebagai alat, pola pikir, dan
ilmu atau pengetahuan hendaknya dijadikan acuan dalam pembelajaran
matematika di sekolah.
Matematika merupakan aktivitas manusia yang diperoleh dalam
dunia rasio dan diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran di
dalam struktur kognitif sehingga sampailah pada suatu kesimpulan berupa
konsep-konsep matematika yang pada tahap awalnya dibentuk dari
20

pengalaman manusia secara empiris. Pembelajaran matematika berdasarkan


standar isi bertolak pada kompetensi matematika, yaitu perpaduan dari
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak.
Menurut E.T. Ruseffendi (1980:148) menyatakan bahwa
“matematika terbentuk sebagai pemikiran manusia yang berhubungan
dengan ide, proses dan penalaran.”
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran matematika di Sekolah Dasar saat ini lebih diarahkan untuk
mengembangkan pengetahuan matematika, pemahaman, kemampuan
terhadap nilai, sikap dan minat peserta didik supaya dapat melakukan
sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan.
Keberadaan mata pelajaran matematika SD berfungsi untuk
mengembangkan logika berpikir siswa dalam menyelesaikan soal-soal
aljabar, aritmatika, geometri, dan analistik. Selain itu matematika juga
diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan keseharian para siswa pada
saat mereka bermain dengan teman sebaya ketika harus menghitung,
membandingkan, mengukur, dan menaksir. Keragaman wawasan
matematika menuntut kreativitas seorang guru untuk mengembangkan
metode pembelajaran yang efektif agar target-target yang telah ditetapkan
dapat tercapai dengan optimal.
Menurut konstruktivis secara substantif, belajar matematika adalah
proses pemecahan masalah (Cobb, 1991). Dalam hal ini fokus utama belajar
matematika adalah memberdayakan siswa untuk berfikir mengkonstruk
pengetahuan matematika yang pernah ditemukan oleh ahli sebelumnya.
Evaluasi dalam pembelajaran matematika secara konstruktivis terjadi
sepanjang proses pembelajaran berlangsung (on going assesment).
Untuk itu mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua
peserta didik mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,
serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta
21

didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan


memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Tujuan pembelajaran matematika menurut Kurikulum 2013
(Kemendikbud, 2013) Jurnal Didaktika Matematika Vol. 3, No. 1, April
2016 48 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran,
yaitu menggunakan pendekatan scientific (ilmiah). Dalam pembelajaran
matematika kegiatan yang dilakukan agar pembelajaran bermakna yaitu
mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Semua
kemampuan yang telah dinyatakan di atas, diharapkan dapat dimiliki oleh
siswa. Namun tidak dapat terwujud apabila hanya mengandalkan proses
pembelajaran yang selama ini terbiasa ada di sekolah kita, seperti
mengajarkan dengan diajari teori/definisi/teorema, kemudian diberikan
contoh-contoh dan terakhir diberikan latihan soal (Soedjadi, 2000).
Proses belajar seperti ini tidak membuat anak didik berkembang dan
memiliki bernalar berdasarkan pemikirannya, tapi justru lebih menerima
ilmu secara pasif. Dengan demikian, langkahlangkah dan proses
pembelajaran yang selama ini umumnya dilakukan oleh para guru di
sekolah adalah kurang tepat, karena justru akan membuat anak didik
menjadi pribadi yang pasif. Turmudi (2008) mengemukakan bahwa
“pembelajaran matematika selama ini disampaikan kepada siswa secara
informatif, artinya siswa hanya memperoleh informasi dari guru saja
sehinga derajat kemelekatannya juga dapat dikatakan rendah”. Dengan
pembelajaran seperti ini, siswa sebagai subjek kurang dilibatkan dalam
menemukan konsep-konsep pelajaran yang harus dikuasainya. Hal ini
menyebabkan konsep-konsep yang diberikan tidak membekas tajam dalam
ingatan siswa sehingga siswa mudah lupa dan sering kebingungan dalam
memecahkan suatu permasalahan yang berbeda dari yang pernah
dicontohkan oleh gurunya.
Beberapa penelitian tentang pemahaman dan penalaran siswa sudah
dilakukan. Hasil penelitian Sumarmo (1987) menemukan bahwa skor
22

kemampuan siswa dalam pemahaman dan penalaran matematis masih


rendah. Siswa masih banyak mengalami kesukaran dalam pemahaman
relasional dan berpikir derajat kedua. Penelitian Wahyudin (1999)
menemukan lima kelemahan yang ada pada siswa antara lain: kurang
memiliki pengetahuan materi prasyarat yang baik, kurang memiliki
kemampuan untuk memahami serta mengenali konsepkonsep dasar
matematika (aksioma, definisi, kaidah, teorema) yang berkaitan dengan
pokok bahasan yang sedang dibicarakan, kurang memiliki kemampuan dan
ketelitian dalam menyimak atau mengenali sebuah persoalan atau soal-soal
matematika yang berkaitan dengan pokok bahasan tertentu, kurang memiliki
kemampuan menyimak kembali sebuah jawaban yang diperoleh (apakah
jawaban itu mungkin atau tidak), dan kurang memiliki kemampuan nalar
yang logis dalam menyelesaikan persoalan atau soal-soal matematika.
Dari beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penalaran
siswa dalam pembelajaran matematika mempunyai peran yang cukup besar.
Untuk mengurangi lemahnya kemampuan pemahaman konsep dan
penalaran dalam pembelajaran matematika siswa perlu dibiasakan untuk
memberikan argumen atas setiap jawabannya serta memberikan tanggapan
atas jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga apa yang sedang
dipelajari menjadi lebih bermakna baginya. Hal ini berarti bahwa penting
memberikan waktu bagi siswa untuk berdiskusi dalam menjawab
pertanyaan dan pernyataan orang lain dengan argumentasi yang benar dan
jelas (Pugalee, 2001).

4. Model pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay (CRH)


a. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang
menggambarkan jalannnya proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Sedangkan model pembelajaran menurut Joyce dan Weil
(dalam Rusman, 2013: 133) mendefinisikan model pembelajaran adalah
suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk
23

kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-


bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang
lain.
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran
dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Gunawan, 2013:
202). Hamdani (2011: 35) memaparkan pembelajaran dalam kooperatif
dimulai dengan informasi guru tentang tujuan-tujuan pembelajaran dan
memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini kemudian diikuti dengan
penyajian informasi kemudian siswa dengan bimbingan guru
bekerjasama menyelesaikan tugas-tugas yang saling berkaitan. Fase
terakkhir yaitu mengetes semua hal yang telah dipelajari oleh siswa.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
merupakan model pembelajaran yang sering digunakan dan menjadi
anjuran dari beberapa ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan hasil
penelitian yang dikemukakan Slavin (dalam Gunawan, 2013: 205)
menyatakan bahwa: (1) Penggunaan model pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat
meingkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap, toleransi dan
menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat
memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah,
dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Dengan
beberapa pendapat di atas diharapkan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
Menurut Sanjaya (dalam Rusman, 2013: 206) Pembelajaran
kooperatif akan efektif digunakan apabila: (1) guru menekankan
pentingnya usaha bersama di samping usaha secara individual, (2) guru
menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar (3) guru ingin
menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri (4) guru
menghendaki adanya pemerataan pertisipasi aktif siswa (5) guru
24

menghendaki kemampuan siwa dalam memecahkan berbagai


permasalahan.
Menurut Anggraeni dalam Puspitasari (vol 3 no 4: 2014),
Pembelajaran dalam model ini merupakan salah satu pembelajaran
kooperatif yaitu kegiatan belajar mengajar dengan cara pengelompokan
siswa kedalam kelompok-kelompok kecil. Dalam pembelajaran
diharapkan dapat melatih siswa dalam menyelesaikan masalah dengan
berdiskusi dalam kelompok kecil.
Dari pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah serangkaian kegiatan yang
menggambarkan proses pembelajaran yang mendorong siswa untuk lebih
aktif bekerja sama dalam berkelompok atau berdiskusi dalam
pembelajaran di kelas. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan
sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran
kooperatif yang membedakannya dengan pembelajaran kelompok yang
dilakukan asal-asalan.
Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan
benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model
pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif
yaitu pembelajaran yang bercirikan: (1) memudahkan siswa belajar
sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan
bagaimana hidup serasi dengan sesama, (2) pengetahuan, nilai, dan
keterampilan yang diakui oleh mereka yang berkompeten menilai
(Suprijono, 2011: 58).
Beberapa ciri pembelajaran kooperatif adalah: (1) setiap anggota
memiliki peran, (2) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa,
(3) setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas cara belajarnya dan
juga teman-teman sekelompoknya, (4) guru membantu mengembangkan
keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, (5) guru hanya
berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan (Hamdani, 2011: 31).
25

Menurut Rusman (2011: 208) unsur-unsur dasar dalam


pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut:
1) Peserta didik dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa
mereka sehidup sepenanggungan bersama.
2) Peserta didik bertanggungjawab atas segala sesuatu di dalam
kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
3) Peserta didik haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam
kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
4) Peserta didik haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama
di antara anggota kelompoknya.
5) Peserta didik akan dikenakan evaluasi atau diberikan
hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota
kelompok.
6) Peserta didik berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7) Peserta didik diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelopok kooperatif.
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang
mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan atau yang biasa
disebut dengan saling ketergantungan positif yang dapat dicapai melalui :
saling ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan
menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling
ketergantungan peran, saling ketergantungan hadiah. Di samping itu,
pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar
kelompok. Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran secara individual.
Hasil penilaian tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru
kepada kelompok agar semua kelompok mengetahui siapa kelompok
yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan
bantuan,maksudnya yang dapat mengajarkan kepada temannya. Nilai
kelompok tersebut harus didasarkan pada rata-rata, karena itu anggota
26

kelompok harus memberikan kontribusi untuk kelompoknya. Intinya


yang dimaksud dengan akuntabilitas individual adalah penilaian
kelompok yang didasarkan pada rata-rata penguasaan semua anggota
secara individual.
b. Hakikat Course Review Horay
Menurut Zainal Aqib (2013: 28) model pembelajaran Course
Review Horay adalah suatu pembelajaran dimana guru memberikan
kesempatan siswa untuk tanya jawab secara individu dengan
menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab dengan benar
dapat berteriak Horay. Pembelajaran Course Review Horay  merupakan
model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi
meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab
benar diwajibkan berteriak „horee!!‟ atau yel-yel lainnya yang disukai
(Huda, 2013: 229).
Pembelajaran tipe Course Review Horay berusaha menguji
pemahaman siswa dalam menjawab soal. Siswa dapat memahami konsep
dengan baik melalui model pembelajaran ini. Guru dapat menciptakan
suasana kelas menjadi menyenangkan karena setiap kelompok yang
menjawab dengan benar diwajibkan berteriak Hore..!. Model ini dapat
menghindari suasana tegang selama pembelajaran. Siswa juga dapat
bertukar pendapat dengan teman sekelompok sehingga terjadi
pembelajaran tutor sebaya antar siswa. Langkah-langkah model
kooperatif menurut Huda (2013: 230) adalah sebagai berikut.
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2) Guru menyampaikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik
dengan tanya jawab.
3) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok.
4) Untuk menguji pemahanaman siswa disuruh membuat kotak sesuai
dengan kebutuhan.
5) Guru membaca soal secara acak dan peserta didik menulis jawabannya
di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru
27

6) Setelah membacakan soal secara acak dan peserta didik menuliskan


jawabannya di dalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan
guru.
7) Setelah pembacaan soal dan jawaban peserta didik ditulis di dalam
kartu atau kotak, guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah
diberikan tadi.
8) Bagi pertanyaan yang dijawab dengan benar, peserta didik memberi
tanda check list dan langsung berteriak „horee !!atau menyanyikan
nyel-nyelnya.
9) Nilai peserta didik dihitung dari jawaban yang benar dan yang paling
banyak berteriak horee!
10) Guru memberikan reward pada kelompok yang memperoleh nilai
tertinggi.
Setiap model pembelajaran inovatif tentu memiliki kelebihan.
Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe  Course Review
Horay (Huda, 2013: 231) antara lain: 1) strukturnya yang menarik dan
dapat mendorong siswa untuk dapat terjun ke dalamnya, 2) model yang
tidak monoton karena diselingi dengan hiburan, sehingga suasana tidak
menegangkan, 3) semangat belajar yang meningkat karena suasana
pembelajaran berlangsung menyenangkan, dan 4) skill kerjasama
antarsiswa yang semakin terlatih.
Berdasarkan pendapat dari beberapa para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Course Review
Horay adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang menyenangkan
dan menarik menguji pemahaman siswa dan kerja kelompok
menggunakan permainan kotak yang diisi nomor untuk mengisi jawaban,
siswa yang mampu menjawab dengan benar diwajibkan meneriakkan
kata Horee..!
c. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay
Adapun tujuan dari model pembelajaran kooperatif tipe  Course
review Horay yaitu : 1) meningkatkan kinerja siswa dalam
28

menyelesaikan tugas akademik, 2) siswa dapat belajar dengan aktif,


3) gar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai
macam perbedaan latar belakang dan perbedaan cara pandang
penyelesaian masalah, dan 4) mengetahui langkah-langkah yang akan
digunakan guru ketika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Course Review Horay.
d. Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif tipe Course Review Horay
Dalam proses belajar mengajar, kegiatan siswa menjadi pusat
perhatian guru. Untuk itu agar kegiatan pengajaran dapat merangsang
siswa untuk aktif dan kreatif belajar tentu saja diperlukan lingkungan
belajar yang kondusif. Salah satu upaya kearah itu adalah dengan cara
memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar.
Prinsip-prinsip tersebut adalah (a) model pembelajaran kooperatif tipe
Course Review Horay sebaiknya digunakan dengan suatu tujuan tertentu
yang relevan dengan tujuan yang akan dicapai, sehingga pembelajaran
akan sejalan dengan perencanaan awal pembelajaran, dan (b)
direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan dalam rencana
pelajaran.
Jadi penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Course
Review Horay ini harus benarbenar berstruktur dan direncanakan. Karena
dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review
Horay ini memerlukan keluwesan, spontan sesuai dengan umpan balik
yang diterima dari siswa. Umpan balik ini ada dua yaitu umpan balik
tingkah laku yang menyangkut perhatian dan keterlibatan siswa dan
umpan balik informasi tentang pengetahuan dan pelajaran.
e. Kelebihan dan Kekurangan Course Review Horay
Pada prinsipnya tidak ada satupun model pembelajaran yang
tidak memiliki kelebihan dan kekurangan. Suatu model pembelajaran
memiliki kelebihan dibandingkan dengan model pembelajaran lain. Di
sisi lain model pembelajaran tersebut pun memiliki kelemahan
dibandingkan dengan model pembelajaran lain. Adapun kelebihan model
29

pembelajaran kooperatif tipe  Course Review Horay adalah sebagai


berikut.
1) Pembelajaran lebih menarik, Artinya, dengan menggunakan
pembelajaran tipe  Course Review Horay siswa akan lebih
bersemangat dalam menerima materi yang akan disampaikan oleh
guru karena banyak diselingi dengan games ataupun simulasi lainnya.
2) Mendorong siswa untuk dapat terjun kedalam situasi pembelajaran,
Artinya, siswa diajak ikut serta dalam melakukan suatu games atau
simulasi yang diberikan guru kepada peserta didiknya yang berkaitan
dengan materi yang akan disampaikan guru.
3) Pembelajaran tidak monoton karena diselingi dengan hiburan atau
game, dengan begitu siswa tidak akan merasakan jenuh yang bisa
menjadikannya tidak berkonsentrasi terhadap apa yang dijelaskan oleh
guru.
4) Siswa lebih semangat belajar karena suasana belajar lebih
menyenangkan, Artinya, kebanyakan dari siswa mudah merasakan
jenuh apabila metode yang digunakan oleh guru adalah metode
ceramah. Oleh karena itu, dengan menggunakan model pembelajaran
koopearatif course review horay mampu membangkitkan semangat
belajar terutama anak Sekolah Dasar yang notabene masih ingin
bermain-main.
5) Adanya komunikasi dua arah, Artinya, siswa dengan guru akan
mampu berkomunikasi dengan baik, dapat melatih siswa agar dapat
berbicara secara kritis, kreatif dan inofatif. Sehingga tidak akan
menutup kemungkinan bahwa akan semakin banyak terjadi interaksi
diantara guru dan siswa.
Di samping memiliki kelebihan, model pembelajaran kooperatif
Course Review Horay juga memiliki beberapa kelemahan. Adapun
kekurangan model pembelajaran kooperatif  Course Review Horay
adalah sebagai berikut.
30

1) Siswa aktif dan siswa yang tidak aktif nilai disamakan. Artinya, guru
hanya akan menilai kelompok yang banyak mengatakan Horay. Oleh
karena itu, nilai yang diberikan guru dalam satu kelompok tersebut
sama tanpa bisa membedakan mana siswa yang aktif dan yang tidak
aktif.
2) Adanya peluang untuk berlaku curang. Artinya, guru tidak akan dapat
mengontrol siswanya dengan baik apakah ia menyontek ataupun tidak.
3) Guru akan memperhatiakan perkelompok yang menjawab Horay,
sehingga peluang adanya kecurangan sangat besar.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa
kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Course Review
Horay adalah Pembelajaran yang menarik sehingga dapat mendorong
siswa untuk dapat terjun kedalamnya. Siswa merasa lebih santai dalam
belajar. Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran
kooperatif Course Review Horay adalah adanya peluang untuk curang.
Di sini guru diminta untuk menegaskan bahwa kejujuran juga dapat
dinilai serta suasana di kelas menjadi sedikit ribut sehingga dapat
mengganggu ke kelas yang berdekatan, untuk itu guru harus bisa untuk
mengontrol semua siswa.
f.Solusi untuk mengtasi kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe
Course Review Horay
Untuk mengatasi kelemahan pada siswa aktif dan siswa yang
tidak aktif dengan nilai disamakan dan adanya peluang untuk curang
pada siswa, setiap proses pembelajaran guru dapat meminta bantuan
menggunakan tiga orang siswa sebagai obsever yang bertujuan agar nilai
pada siswa yang aktif dan tidak aktif berbeda dan setiap siswa dapat
diawasi dengan satu persatu sehingga mengurangi terjadinya kecurangan
saat kuis berlangsung. Setiap obsever ini memiliki tanggung jawab pada
siswa sehingga penilaian keaktifan siswa dapat lebih jelas.
g. Langkah-langkah Model Kooperatif tipe Course Review Horay
31

Dalam Mifahul Huda (2014: 227) langkah-langkah yang harus


ditempuh oleh guru dalam menggunakan model pembelajaran Course
Review Horay adalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai,
2) Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi dengan tanya
jawab,
3) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil 4-5 orang
dalam satu kelompok,
4) Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kartu atau kotak
sesuai dengan kebutuhan dan diisi dengan nomor yang ditentukan
guru,
5) Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya
didalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru,
6) Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa telah ditulis didalam kartu
atau kotak, guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan
tadi,
7) Bagi yang benar,siswa memberi bintang dan lansung berteriak horay
atau menyanyikan yel-yelnya,
8) Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak
berteriak horay,
9) Guru memberikan reward pada yang memperoleh nilai tinggi atau
yang banyak memperoleh horay,
10) Penutup.
Beberapa hal di atas dapat disimpulkan bahwa dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review
Horay siswa diajak untuk belajar sambil bermain, dengan cara berteriak
horay saat menjawab pertanyaan dengan benar. Pembelajaran menjadi
lebih menarik, siswa dapat menyukai pembelajaran, siswa lebih mudah
memahami isi materi yang di sampaikan oleh guru sehingga hasil belajar
siswa akan meningkat.
32

B. Kerangka Berfikir
Dalam pembelajaran matematika tentang mengumpulkan dan
membaca data menggunakan model pembelajaran Course Review Horay
(CRH). Penelitian yang akan dilakukan adalah penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay (CRH) sebagai upaya
peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika
pada materi mengumpulkan dan membaca data di kelas IV SD Negeri
Mulyasari 04 Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap.
Perubahan kemampuan siswa pada pembelajaran matematika materi
mengumpulkan dan membaca data, dapat dilihat dari nilai hasil ulangan siswa
setiap akhir pembelajaran. Hasil evaluasi pembelajaran tersebut digunakan
untuk mengetahui perubahan kemampuan siswa dengan cara analisis statistic
deskriptif. Untuk lebih jelasnya tampak pada alur kerangka berpikir berikut.
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berpikir

KONDISI AWAL 1. Pembelajaran belum menggunakan


Model Pembelajaran Course Review
Horay (CRH).
2. Nilai siswa rendah.
3. Respon siswa rendah.

TINDAKAN Proses tindakan atau pembelajaran


menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Course Review Horay
(CRH)..
Dalam pembelajaran menggunakan
Model Pembelajaran kooperatif tipe
Course Review Horay (CRH)
KONDISI AKHIR kemampuan siswa meningkat.
1. Siswa antusias.
2. Pembelajaran menjadi menyenangkn
3. Aktivitas dan hasil belajar siswa
meningkat.

Bagan 2.1 Skema Langkah Pemikiran


33

C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis tindakan/dugaan sementara sebagai berikut :
1. Pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Course Review
Horay (CRH) diduga dapat meningkatkan aktivitas siswa pada pembelajaran
Matematika materi mengumpulkan dan membaca data pada siswa kelas IV
SD Negeri Mulyasari 04.
2. Pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Course Review
Horay (CRH) diduga dapat meningkatkan hasil pembelajaran Matematika
materi mengumpulkan dan membaca data pada siswa kelas IV SD Negeri
Mulyasari 04.
34

BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Subjek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Lokasi tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SD Negeri
Mulyasari 04. SD Mulyasari 04 ini berada di jalan Nusa Indah nomer 156A
Desa Mulyasari Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap. Alasan penulis
memilih sekolah ini menjadi tempat penelitian karna sekolah ini merupakan
tempat penulis bertugas, hal ini akan memudahkan penulis untuk
mengambil data yang dibutuhkan selama berlangsungnya proses penelitian.
2. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri Mulyasari
04 yang berjumlah 25 orang siswa terdiri dari 9 orang laki- laki dan 16
orang siswa perempuan, Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap tahun
pelajaran 2018/ 2019.
3. Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan penelitin
ini adalah 2 bulan, yaitu dari bulan April 2020 sampai Mei 2020.
Pelaksanaan siklus I tanggal 9 Oktober dan siklus II pada tanggal 16
Oktober 2018. Secara lebih rinci dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
35

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Waktu
No Uraian Oktober Nopember
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan Penelitian X
2 Penyusunan Instrumen X X
3 Pengumpulan Sumber Data
a. Siklus I X
b. Siklus II X
4 Analisis Data X X X X
5 Penyususnan Laporan X X X X

B. Deskripsi Per Siklus


Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperarif tipe
Course Review Horay (CRH) untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa,
yang didalam pelaksanaannya menggunakan Penelitian Tindakan Kelas.
Prosedur penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas (PTK) yang
dilaksanakan dalam dua siklus atau dua putaran. Tiga siklus dilaksanakan
sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai seperti yang diprogramkan dalam
siklus sebelumnya. Jika sampai dengan dua siklus dirasa cukup maka siklus ke
tiga sudah tidak perlu dilaksanakan.
Menurut Wardani (2003: 14), Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri
melalui refleksi, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru
sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Berpedoman pada refleksi
awal, peletian tindakan kelas ini dilakukan dengan prosedur: (1) Perencanaan,
(2) Tindakan, (3) Observasi, (4) Refleksi.

1. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti merencanakan dan menyusun RPP yang
akan dipakai dalam pelaksanaan pembelajaran Matematika materi
36

mengumpulkan dan membaca data. Perencanaan ini dibuat sebagaimana


biasanya ketika guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehari-
hari. Pada tahap ini juga guru atau peneliti mempersiapkan lembar observasi
proses belajar mengajar. Peneliti melakukan konsultasi terlebih dahulu
dengan supervisor mengenai RPP dan intrumen penelitian yang telah dibuat
sebelum dilaksanakan tindakan pelaksanaan penelitian siklus I.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai
berikut:
a.Membuat rencana pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay (CRH). Setelah
diperoleh gambaran keadaan awal tentang proses pembelajaran
Matematika melalui penggunaan model pembelajaran Course Review
Horay (CRH), guru menyusun rencana tindakan pembelajaran
Matematika dengan menggunakan model pembelajaran Course Review
Horay (CRH) mengacu kepada temuan- temuan kekurangan
pembelajaran siklus I. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki proses
pembelajaran siklus I dan mencapai target indikator keberhasilan
penelitian pada pelaksanaan proses pembelajaran siklus II ini. Oleh karna
itu peneliti berkonsultasi dengan supervisor untuk membuat langkah-
langkah pembelajaran yang tepat untuk memperbaiki proses
pembelajaran matematika ini.
b. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana guru mengajar
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Course
Review Horay (CRH), dan bagaimana siswa belajar dengan
menggunakan latihan–latihan yang diberikan guru sebagai aplikasi
metode yang telah direncanakan dalam tahap sebelumnya.
c.Membuat alat bantu pembelajaran yang diperlukan dalam rangka
mengoptimalkan kemampuan siswa dalam memahami materi
mengumpulkan dan membaca data pada siswa kelas IV SD Negeri
Mulyasari 04 Kecamatan Majenang–Cilacap tahun pelajaran 2019/2020.
Alat bantu yang dibutuhkan dalam melaksanakan proses pembelajaran
37

diantaranya leptop, proyektor, koneksi internet, whaitboard, spidol, dan


kerts asturo.
d. Mendesain alat evaluasi.
Alat evaluasi yang dibutuhkan dalam melaksanakan proses perbaikan
pembelajaran siklus I dan siklus II yaitu :
1) Lembar Observasi
Observasi dilaksanakan di kelas pada saat proses belajar
mengajar berlangsung. Lembar observasi berisikan pengamatan
aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran matematika materi
mengumpulkan dan membaca data dengan menggunakan model
pembelajaran Course Review Horay (CRH). Lembar observasi sangat
diperlukan dalam kegiatan refleksi sebagai upaya untuk mengkaji
keberhasilan dan kegagalan pencapaian tujuan pembelajaran dalam
setiap putaran dan untuk menentukan tindak lanjut dalam putaran
berikutnya.
2) Tes hasil belajar siswa
Untuk mendapatkan hasil kemampuan siswa dapat diperoleh
dari penerapan model pembelajaran kooperatif Course Review Horay
(CRH) pada pokok pembahasan mengumpulkan dan membaca data
dengan memberikan tes. Tes ini dilakukan setiap akhir pertemuan.
Langkah– langkah yang diperlukan dalam pengumpulan data melalui
tes adalah sebagai berikut :
 Menyusun soal tes dengan berpedoman pada silabus kelas IV dan
buku matematika kelas IV semester 2.
 Soal disusun berdasarkan tujuan pembelajaran khusus dan untuk
mengidentifikasi kemampuan siswa, soal ini diberikan kepada
siswa setiap pertemuan.
 Dari jawaban siswa yang dikerjakan secara individu tersebut
diperiksa serta dianalisis sehingga dapat diperoleh data kemampuan
siswa.
38

Hasil belajar siswa diperoleh setelah siswa memperoleh


pembelajaran dengan model pembelajaran Course Review Horay
(CRH), diukur dengan menggunakan instrument berupa seperangkat
soal tes.
3) Angket
Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh sejumlah informasi dari responden.
Angket ini berisi ungkapan pernyataan siswa mengenai pengetahuan,
sikap dan pendapatnya tentang pelaksanaan pembelajaran model
pembelajaran Course Review Horay (CRH).
2. Pelaksanaan
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan tindakan proses
pembelajaran siklus I sesuai dengan perencanaan yang telah disusun, tim
observer mencermati proses pelaksanaan penelitian tindakan. Guru
melaksanakan proses pembelajaran sebagaimana biasanya dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay
(CRH) sesuai dengan alur pembelajaran yang tertera pada RPPP yang telah
dibuat sebelumnya.
3. Pengamatan
Dengan menggunakan lembar observasi dapat dilihat pelaksanaan
rencana pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada tahap observasi ini
guru dan kepala sekolah yang telah ditunjuk sebagai observer melakukan
pengamatan terhadap jalanya proses penelitian tindakan siklus I. Sasaran
observasi adalah kemampuan guru dalam mengelola kelas dan aktivitas
siswa di kelas dengan menggunakan format yang telah disediakan untuk
mengukur aktivitas siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran
siklus I.
Pada tahap tindakan siklus II pembelajaran dilaksanakan
dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay (CRH)
sesuai dengan RPPP yang telah dibuat berdasarkan hasil refleksi pada
siklus I. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus II hendaknya peneliti
39

mampu menyiapkan gambar-gambar yang lebih bervariatif bila


dibandingkan dengan gambar yang digunakan pada pelaksanaan
pembelajaran siklus I. Hal ini dilakukan untuk memancing aktivitas belajar
siswa. Media gambar yang dijadikan bahan pembelajaran oleh siswa
gambar- gambar yang memuat mengenai mengumpulkan dan membaca data
yang dikemas semenarik mungkin. Hasil belajar siswa pada pelksanaan
pembelajaran siklus I dan II serta hasil observasi aktivitas belajar siswa
kemudian dilakukan analisis data. Analisa data yang digunakan mengacu
pada pendapat Supardi (2010: 131) yang akan dianalisa berdasarkan jenis
datanya yaitu:
a. Analisis Statistik Deskriptif untuk mengolah data kuantitatif (berupa
nilai hasil belajar) yaitu mencari nilai rerata dan persentase keberhasilan
yang diperjelas dengan menggunakan tabel dan grafik setelah
pembelajaran matematika tentang luas trapesium dengan menggunakan
alat peraga.
b. Analisis kualitatif; yaitu pengolahan data dalam bentuk paparan narasi
yang menggambarkan kualitas pembelajaran. Data yang diolah berupa
data kualitatif yaitu data tentang aktivitas siswa dan respon siswa
terhadap pembelajaran tentang mengumpulkan dan membaca data
dengan menggunakan alat peraga media gambar.
Pola pengolahan data dari hasil observasi dan tes di analisis dengan
mengacu kepada dari Hopkin (1993), yang dilakukan melalui tahap-tahap
berikut:
a. Coding atau Labeling, adalah mekanisme pengolahan data yang
berkaitan dengan pengumpulan data (melalui observasi dan tes),
penamaan data, kategorisasi data, pengklasifikasian data, dan deskripsi
makna data berdasarkan jenis subjek penelitian, fokus tindakan, waktu
dan proses tindakan maupun hasil tindakan.
b. Triangulasi, merupakan teknik validasi data yang berarti bahwa
kesahihan (validitas) data ditentukan oleh sumber data dan interpretasi
data yang berasal dari berbagai pihak terkait, terutama yang
40

merepresentasikan keterwakilan; peneliti serta pakar akademik yang


relevan dengan masalah yang dianalisis, baik bersifat personal maupun
gagasan-gagasan dalam literatur yang dapat dipertanggungjawabkan atau
dengan supervisor.
c. Saturasi (Kejenuhan). Karena keterbatasan waktu penelitian, saturasi
juga dijadikan salah satu teknik validasi tindakan dan data. Dengan
teknik ini peneliti memastikan bahwa tindakan dan hasil perbaikan
ditetapkan telah optimal dilakukan dengan pertimbangan bahwa potensi
perubah, baik yang terdapat pada peneliti, subjek penelitian, fasilitas,
waktu dan faktor-faktor penentu perubahan lainnya sudah sampai batas
kemampuan optimal saat itu.
Rumus yang digunakan untuk menghitung hasil aktivitas siswa
untuk menghitung motivasi belajar siswa dalam pembelajaran yaitu
sebagai berikut.

Keterangan:
N = Hasil observasi siswa

= Jumlah persentase

= Jumlah aspek

Kriteria:
1% - 25% = Kurang
26% - 50% = Cukup
51% - 75% = Baik
76% - 100% = Sangat baik
Sedangkan, rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata
hasil belajar siswa yaitu sebagai berikut.

Keterangan:
41

R = Rata-rata nilai kelas

= Jumlah nilai prestasi siswa

N = Jumlah siswa
Sementara, untuk menghitung ketuntasan kelas yaitu sebagai
berikut.

Keterangan:
K = Ketuntasan

= Jumlah siswa tuntas

N = Jumlah siswa
4. Refleksi
Pada tahap ini peneliti dan rekan sejawat menganalisis hasil
penelitian berupa hasil belajar siswa dan hasil pengamatan observer berupa
aktivitas siswa selama berlangsungnya penelitian untuk mengukur
peningkatan aktivitas belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran.
Hasil penemuan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran ditindak
lanjuti dengan kegiatan refleksi. Guru dengan observer mengamati hasil
pengamatan selama proses pembelajaran dan instrument penelitian
pembelajaran siklus I, peneliti dapat menarik kesimpulan pada saat
pembelajaran Matematika dengan model pembelajaran kooperatif Course
Review Horay (CRH) dan bagaimana hasil belajar siswa, sehingga guru
dapat menentukan perbaikan pembelajaran sebagai bahan untuk menyusun
tindakan pada siklus berikutnya hal ini di dasarkan pada pencapaian hasil
belajar siswa sudah mencapai target pembelajaran yang telah ditetapkan
atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai