Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KEPERAWATAN JIWA

MASALAH KEPERAWATAN JIWA PADA NARAPIDANA

DISUSUN OLEH
KELOMPOK II

Aulya Pasha Agnia 204201446167


Hendra Nijaya 204201446086
Nuraida Komala 204201446157
Try Maulana 204201446111

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Assallamualakum Wr. Wb., Allhmdulliah puji serta syukur saya panjatkan kepada
Allah SWT atas kasih dan rahmatNya, sehingga kelompok dapat menyelesaikan Tugas
keperawatan jiwa ini.

Kelompok mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun psikis dimasa pandemic ini, sehingga
kelompok mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Keperawatan Jiwa

Kelompok menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kelompok mengharapkan
masukan dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi.

Jakarta, Juni 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan mental merupakan permasalahan yang tak pernah luput dan selalu
menjadi perhatian masyarakat. Banyaknya peningkatan masalah kesehatan mental seperti
peningkatan pasien gangguan jiwa, kejadian bunuh diri, membuat masalah kesehatan
mental tidak bisa di abaikan (Bukhori, 2009). Indikator kesehatan mental yang perlu
diperhatikan menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam riset kesehatan
dasar, tidak hanya berupa penilaian tehadap gangguan jiwa berat, tetapi juga di fokuskan
pada penilaian terhadap gangguan mental emosional (Kemenkes RI, 2013).

Menurut Yosep (2009) dan World Health Organization (2007 dikutip dari Harner
dkk., 2010) mengatakan bahwa seseorang yang terlibat dalam masalah hukum seperti
menjadi narapidana penjara merupakan salah satu sumber stress yang dapat menyebabkan
seseorang rentan mengalami masalah mental.

Narapidana adalah individu pelaku tindak pidana yang telah di nyatakan bersalah
oleh majelis hakim dan di hukum penjara dalam jangka waktu tertentu serta di tempatkan
dalam rumah tahanan atau lembaga pemasyarakatan sebagai tempat pelaksanaan hukuman
tersebut (Widianti, 2011). Adapun tindak pidana yang dilakukan biasanya berupa
pembunuhan, penculikan, penganiayaan, pencurian, kejahatan seksual, pemalsuan,
perjudian, penyalahgunaan napza, dan lain-lain (Vaeroy, 2011; Ardilla & Herdiana, 2013)

Dampak menyandang status narapidana merupakan stressor yang berat dalam


kehidupan seseorang, Menurut Bukhori (2009) dan Wijayanti (2010) narapidana yang
menjalani hukuman akan kehilangan kemerdekaan dan kebebasan, adanya ancaman
terhadap pemenuhan kebutuhan fisiologis seperti pemenuhan kebutuhan seksual,
kehilangan hak pribadi, kehilangan rasa aman dan nyaman, kehilangan akses informasi,
kehilangan mendapatkan kebaikan dan bantuan serta akan adanya stigma buruk dari
masyarakat. Narapidana dalam menjalani hukuman berada di lingkungan yang berbeda
budaya sehingga akan timbul perasaan tidak aman dan dituntut untuk mampu
menyesuaikan diri dengan rutinitas lembaga pemasyarakatan yang kaku, hilangnya privasi,
dan mengalami suatu kondisi yang tidak menyenangkan.

Banyaknya perubahan - perubahan dan permasalahan yang dialami narapidana


akan menyebabkan narapidana dalam suatu ketidaknyamanan dan berdampak pada
masalah kesehatan mental Dukungan sosial diperlukan narapidana dalam menjalani
hukuman. Dukungan sosial yang diterima dapat membantu narapidana merasa tenang,
diperhatikan, dicintai, dan menimbulkan rasa percaya diri (Nur & Shanti, 2010). Adanya
dukungan sosial akan membantu narapidana dalam menangani masalah pribadi dan sosial
serta dapat mengatasi masalah kesehatan mental yang rentan terjadi pada narapidana
seperti kecemasan (Balogun, 2014).

Keperawatan adalah suatu model pelayanan profesional dalam memenuhi


kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang mengalami
gangguan fisik, psikis, sosial agar individu untuk dapat mencapai derajat kesehatan yang
optimal berupa meningkatkan kemampuan yang ada pada individu, mencegah,
memperbaiki, dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang di persepsikan sakit oleh
individu (Nursalam, 2013).

Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan yang berdasarkan pada ilmu


perilaku, mencakup gangguan bio-psiko-sosial dengan menggunakan diri sendiri,
pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan, dan
memulihkan masalah kesehatan jiwa individu, keluarga, kelompok komunitas.

Berdasarkan uraian diatas, kami merasa perlu membahas masalah Kesehatan


mental pada narapidana dilapas, cara mencegah dan mengatasi masalah Kesehatan mental
narapidana untuk mencapai Kesehatan mental yang optimal dengan pendekatan proses
keperawatan.
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
1. Mahasiswa mampu mengetahui masalah keperawatan jiwa pada narapidana
b. Tujuan Khusus
1. Memahami pengertian narapidana
2. Memahami faktor penyebab seseorang menjadi narapidana
3. Memahami masalah kesehatan fisik dan mental pada narapidana
4. Memahami penatalaksanaan masalah pada narapidana
5. Memhami diagnose keperawatan yang muncul pada narapidana
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Berdasarkan Undang-undang republik indonesia No.12 tahun 1995 Tentang


pemasyarakatan, BAB I pasal 1 ayat 6 & 7 Narapidana adalah Terpidana yang menjalani
pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan. Terpidana adalah seseorang yang
dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Kamus besar Bahasa Indonesia memberikan arti bahwa:Narapidana adalah orang
hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak pidana); terhukum.
Narapidana adalah individu pelaku tindak pidana yang telah di nyatakan bersalah oleh
majelis hakim dan di hukum penjara dalam jangka waktu tertentu serta di tempatkan dalam
rumah tahanan atau lembaga pemasyarakatan sebagai tempat pelaksanaan hukuman
tersebut (Widianti, 2011). Adapun tindak pidana yang dilakukan biasanya berupa
pembunuhan, penculikan, penganiayaan, pencurian, kejahatan seksual, pemalsuan,
perjudian, penyalahgunaan napza, dan lain-lain (Vaeroy, 2011; Ardilla & Herdiana, 2013).
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa narapidana adalah
orang yang telah diputus oleh pengadilan untuk menjalani hukuman/pembinaan di
Lembaga Pemasyarakatan atas tindakan yang melanggar hukuman pidana yang telah di
lakukan.

B. Etiologi

Faktor-faktor penyebab kejahatan sehingga sesorang menjadi narapidana adalah:


1. Faktor ekonomi
a. Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi baru dengan produksi besar-besaran,
persaingan bebas, menghidupkan konsumsi dengan jalan periklanan,
cara penjualan modern dan lain-lain, yaitu menimbulkan keinginan untuk
memenuhi barang dan sekaligus mempersiapkan suatu dasar
untuk kesempatan melakukan penipuan-penipuan.
b. Pendapatan
Dalam keadaan krisis dengan banyak pengangguran dan gangguan
ekonomi nasional, upah para pekerja bukan lagi merupakan indeks keadaan
ekonomi pada umumnya.
c. Pengangguran
Di antara faktor-faktor baik secara langsung atau tidak, mempengaruhi
terjadinya kriminalitas, terutama dalam waktu-waktu krisis.

2. Faktor Mental
a. Agama
Kepercayaan hanya dapat berlaku sebagai suatu anti krimogemis bila
dihubungkan dengan pengertian dan perasaan moral yang telah meresap
secara menyeluruh. Meskipun adanya faktor-faktor negatif , memang
merupakan fakta bahwa norma- norma etis yang secara teratur diajarkan
oleh bimbingan agama dan khususnya bersambung pada keyakinan
keagamaan yang sungguh, membangunkan secara khusus dorongan-
dorongan yang kuat untuk melawan kecenderungan- kecenderungan
kriminal.
b. Bacaan dan film
Sering orang beranggapan bahwa bacaan jelek merupakan faktor yang
kuat terjadinya kriminalistas, mulai dengan roman-roman dari
abad ke-18, lalu dengan cerita-cerita dan gambar-gambar erotis dan
pornografi, buku-buku picisan lain dan akhirnya cerita- cerita detektif
dengan penjahat sebagai pahlawannya, penuh dengan kejadian berdarah.
Pengaruh crimogenis yang lebih langsung dari bacaan demikian ialah
gambaran suatu kejahatan tertentu dapat berpengaruh langsung dan suatu
cara teknis tertentu kemudian dapat dipraktekkan oleh si pembaca. Harian-
harian yang mengenai bacaan dan kejahatan pada umumnya juga dapat
berasal dari koran-koran. Di samping bacaan- bacaan tersebut di atas,
film (termasuk TV) dianggap menyebabkan pertumbuhan kriminalitas
tertutama kenakalan remaja akhir- akhir ini.

3. Faktor Pribadi
a. Umur
Kecenderungan untuk berbuat antisocial bertambah selama masih sekolah
dan memuncak antara umur 20 dan 25, menurun perlahan-lahan sampai
umur 40, lalu meluncur dengan cepat untuk berhenti sama sekali pada hari
tua.
b. Alkohol
Dianggap faktor penting dalam mengakibatkan kriminalitas, seperti
pelanggaran lalu lintas, kejahatan dilakukan dengan
kekerasan, pengemisan, kejahatan seks, dan penimbulan pembakaran,
walaupun alcohol merupakan faktor yang kuat, masih juga merupakan
tanda tanya, sampai berapa jauh pengaruhnya.

C. Masalah Kesehatan Narapidana

1. Kesehatan Mental
Menurut data dari Bureau of justice, 1999 kira-kira 285.000 tahanan
dilembaga pemasyarakatan mengalami gangguan jiwa. Penyakit jiwa yang
sering dijumpai adalah skozofrenia, bipolar affective disorder dan personality
disorder. Karena banyak yang mengalami ganguan kesehatan jiwa
maka pemerintah harus menyediakan pelayanan kesehatan mental.
2. Kesehatan fisik
Perawatan kesehatan yang paling penting adalah penyakit kronis dan penyakit
menular seperti HIV, Hepatitis dan Tuberculosis.
a. HIV
Angka kejadian HIV diantara para narapidana diperkiraan 6 kali lebih
tinggi daripada populasi umum. Tingginya angka infeksi HIV
ini berkaitan dengan perilaku yang beresiko tinggi seperti penggunaan
obat-obaan, sexual intercourse yang tidak aman dan pemakaian tato.
Pendekatan yang dilakukan utnuk menekan angka kejadian yaitu
dengan dilakukannya penegaan dan program pendidikan kesehatan
mengenai HIV dan AIDS.
b. Hepatitis

Hepatitis B dan C meningkat lebih tinggi dariopada populasi umum


walaupun data yang ada belum lengkap. Hal ini berkaitan dengan
penggunaan obat-obat lewat suntikan, tato, imigran dari daerah dengan
insiden hepatitis B dan C tinggi. National Commision on Correctional
Healt Care (NCCHC) menyarankan agar dilakukan skrining pada semua
tahanan dan jika diindikasikan maka harus segera
diberikan pengobatan. NCCHC juga merekomendasikan pendidikan bagi
semua staf dan tahanan mengenai cara penyebaran, pencegahan,
pengobatan dan kemajuan penyakit.

c. Tuberculosis

Angka TB tiga kali lebih besar di LP dibanding populasi umum. Hal ini
terkait dengan kepadatan penjara dan ventilasi yang buruk, yang
mempengaruhi penyebaran penyakit.

D. Penatalaksanaan
1. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang
lain, penderita lain, perawat dan dokter. Dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama.
2. Keperawatan
Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas
kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi
aktivitas kelompok stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi).
Dari empat jenis terapi aktivitas kelompok diatas yang paling relevan
dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah
terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi.
a. Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang
mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan
pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok,
hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif
penyelesaian masalah
b. Terapi kerja

Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni
pengarahan partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu
yang telah ditetapkan. Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan
yang masih ada pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan
bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri, tidak tergantung
pada pertolongan orang lain (Riyadi dan Purwanto, 2010).

1) Terapi kerja pada narapidana laki laki


- Pelatih binatang
Bekerja sebagai pelatih sekaligus merawat binatang- binatang
dianggap dapat membantu narapidana untuk mendapatkan terapi
secara psikologis dan menjadi lebih terlatih secara emosional.
Binatang yang dilatih tidak hanya binatang peliharaan,
namun juga binatang yang ditinggalkan atau dibuang
oleh pemiliknya. Diharapkan nantinya binatang-binatang
ini juga dapat berguna di masyarakat, sama seperti narapidana
yang mendapatkan pelatihan untuk dapat diterima dan bekerja
dengan masyarakat lainnya.
- Bidang kuliner
Dapur yang ada di penjara juga dapat dimanfaatkan sebagai
pelatihan memasak bagi para narapidana. Meskipun ada yang
mendapatkan pekerjaan sederhana seperti membuka kaleng,
banyak pula yang mendapatkan pelatihan memasak secara
khusus, mulai dari membuat menu hingga menyusun anggaran.
Beberapa penjara juga bekerja sama dengan restoran lokal untuk
memberi pelatihan ini. Selain itu, dengan pekerja di dapur,
mereka tidak perlu banyak berinteraksi dengan masyarakat yang
mungkin memandang negatif.
2) Terapi kerja pada anak
- Keterampilan
Agar narapidana anak menjadi terampil dan juga sebagai bekal
baginya setelah kembali kemasyarakat nantinya, kepada mereka
di berikan latihan kerja. Pemberian latihan kerja ini dapat
dilakukan oleh lembaga pemasyarakatan sedangkan tempat
penentuan kerja dan jenis pekerjaan yang akan diberikan kepada
narapidana ditetapkan oleh Tim Pengamat Pemasyarakatan.
Latihan kerja ini berupa latihan kerja di bidang pertanian,
Perkebunan, Pengelasan, Penjahitan dan lain sebagainya.

3) Terapi kerja pada narapidana perempuan


- Pembinaan soft skill yang dilaksanakan yaitu pembinaan
intelektual, pembinaan kerohanian dan pembinaan rekreatif.
- Pembinaan hard skill yang dilaksanakan yaitu pembinaan
keterampilan dan kemandirian melalui bimbingan kerja.
- Ketrampilan khusus yang di latihkan pada naraidana perempuan
berupa ketrampilan hidup seperti pertukangan kayu, kerajinan
sapu, las listrik, batik tulis, kerajinan sangkar burung,perkebunan,
dan pembuatan souvenir
3. Konseling
Narapidana diberikan pengetahuan mengenai rehabilitasi dan terapi
konseling. Hal ini dikarenakan narapidana memiliki pengalaman yang
membuat mereka lebih mengerti mengenai tindak kejahatan.
E. Diagnosa Keperawatan

1. Ansietas
Kecemasan adalah pengalaman yang tidak menyenangkan yang merupakan perasaan
(mood) yang ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan
kekhawatiran tentang masa depan. Kecemasan bisa jadi berupa perasaan gelisah yang
bersifat subjektif, sejumlah perilaku (tampak khawatir dan gelisah, resah), atau respon
fisiologis yang bersumber di otak dan tercermin dalam bentuk denyut jantung yang
meningkat dan otak yang menegang. Kecemasan yang disertai dengan gejala fisik
seperti sakit kepala, jantung berdebar cepat, dada terasa sesak, sakit perut atau tidak
tenang dan tidak dapat duduk diam, dan lain-lain.

Karena kecemasan yang dialami oleh narapidana merupakan suatu ancaman pada jiwa
atau psikisnya seperti kehilangan makna hidup dan memiliki masa depan yang suram
sehingga narapidana yang mengalami tingkat kecemasannya tinggi akan mengalami
kecemasan pada masa depannya yaitu kecemasan menjelang bebas dari Lembaga
Pemasyarakatan agar dapat diterima oleh keluarga dan masyarakat.

2. Harga diri rendah


Harga diri yang rendah meliputi perasaan ditolak, ragu-ragu, merasa tidak berharga,
merasa terisolasi, tidak memiliki kekuatan, tidak pantas dicintai, tidak mampu
mengekspresikan diri, meremehkan bakat sendiri, merasa bahwa tidak ada yang
menghargainya, merasa tidak berdaya, menunjukkan deretan emosi dan perasaan yang
sempit, menghindari situasi yang menimbulkan kecemasan, defensif dan mudah
tersinggung.

3. Isolasi Sosial
Narapidana menarik diri dari dari lingkungan, berfikir orang lain tidak menerima dia
karena dia narapidana dan mungkin merasa tidak berharga dalam lingkungannya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan mental narapidana dalam lapas sangat berpengaruh dalam masalah kesehatan
jiwa narapidana tersebut, jika koping narapidana efektif, masalah kesehatan jiwa
narapidana tidak akan terjadi namun sebaliknya jika koping narapidana tidak efektif
terhadap situasi yang baru dijalani masalah kesehatan jiwa akan muncul. Kecemasan, harga
diri rendah dan isolasi sosial merupakan masalah yang sering muncul pada narapidana.
Penatalaksanaan keperawatan dalam menghadapi hal tersebut dengan pendekatan kepada
narapidana serta melakukan terapi aktifitas kelompok dan memberikan konseling
DAFTAR PUSTAKA

Putri Eka, Dewi, dkk. 2014. Hubungan dukungan social dengan tingkat kecemasan
narapidana di Lembaga pemasyarakatan klas II A. Ners Jurnal Keperawatan Volume 10.
No. 1. 22 Juni 2021

Budiarti, Mellyani. 2015.” Gangguan Kepribadian Antisosial pada Narapidana” dalam


Social Work Jurnal Vol 7 No. 2 (Hal 20-21). Jakarta : Erlangga

Maramis. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga.

Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai