Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN

KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


“CRONIC KIDNEY DISEASE”
Disusun untuk memenuhi tugas pada stase Keperawatan Medikal Bedah

OLEH :
NAMA: GUSTI AYU KETUT PURNA SUCITAWATI
NIM : 20089142206

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN AKADEMIK

2020/2021

1
I. Tinjauan Teori Kasus
a. Definisi
Chronic Kidney Desease (CKD) yaitu kelainan pathologis ginjal atau
adanya kelainan urin (umumnya jumlah protein urin dan sedimen urin)
selama tiga bulan atau lebih yang tidak tergantung pada laju filtrasi
glomerulus. Penyakit ginjal kronik terjadi apabila laju filtrasi glomerulus
kurang dari 60 ml/menit/1,73m2, meskipun tidak ditemukan kelainan pada
urin. Fase akhir dari CKD adalah terjadinya gagal ginjal kronis. (3).
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan ginjal yang progresif dan dapat
bersifat irreversibel di mana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah
(4).
b. Etiologi
CKD dapat disebabkan oleh penyakit sistemik diantaranya adalah (5):

1. DM.
2. Hipertensi yang tidak terkontrol
3. Glomerulonefrtitis kronis
4. Obstruksi traktus urinalisis
5. Pielonefritis
6. Infeksi
7. Agen toksis
8. Gangguan vaskuler
Terdapat 8 kelas penyakit penyebab gagal ginjal, yaitu sebagai berikut :
Klasifikasi penyakit Penyakit
Infeksi Pielonefritis kronik
Penyakit peradangan Glomerulonefritis
Penyakit vascular Nefrosklerosis benigna
Hipertensif Nefrosklerosis maligna

Stenosis arteri renalis


Gangguan jaringan Lupus eritematosus sistemik Poliarteritis
Penyambung nodus
Skelrosis sistemik progresif

2
Gangguan kongenital dan herediter Penyakit ginjal polikistik
Asidosis tubulus ginjal
Penyakit metabolik Diabetes mellitus, Gout
Hiperparatiroidisme, Amiloidosis
Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesik
Nefropati timbal
Nefropati obstruktif Saluran kemih atas : kalkuli, neoplasma
fibrosis retroperitoneal
Saluran kemih bawah : hipertropi prostat,
striktur uretra, anomaly congenital pada
leher kandung kemih dan uretra

c. Manifestasi Klinis
Sistem kardiovaskuler : hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari
aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron), aritmia dan perikarditis
(akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh toksin uremik), gagal jantung
kongestif dan edema pulmoner (akibat cairan berlebih).
Sistem pulmoner: sputum mengental, krekels, nafas dalam dan nafas
kusmaul.
Sistem gastrointestinal: anoreksia, mual, muntah.
Sistem integrumen: rasa gatal yang parah (pruritus). Butiran uremik
merupakan suatu penumpukan kristal urin di kulit, rambut tipis dan kasar
Sistem neurovaskuler: penurunan tingkat kesadaran, tidak mampu
berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang.
Sistem reproduktif: amenore, atrifi testikuler.

d. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
1) Hematologi analizer, Hemopoesis : Hb, erithrosit, trombosit,
fibrinogen, faktor pembekuan
2) Kimia klinik
a) Pemeriksaan penurunan fungsi ginjal : ureum, kreatinin, asam
urat serum

3
b) Identifikasi perjalanan penyakit : progresifitas penurunan fungsi
ginjal, ureum, kreatinin, Creatinin Clearence Test/CCT :
CCT = (140 – umur ) X BB (kg)
72 X kreatinin serum
Wanita = 0,85 X CCT, Laki-laki = 1 x CCT
c) Elektrolit
d) Endokrin : PTH, T3,T4, Gula darah sewaktu, Gula darah 2 jam
post prandia.
e) Tri Gliserida, asam urat, cholesterol
f) Liver Function Test
3) Blood Gas Analize untuk menilai terjadinya asidosis, tekanan oksigen
dan tekanan karbindioksida.
b. Pemeriksaan urin
1) Fisik/karakteristik makroskopis urin seperti warna, volume, bau
2) Kimia : proteinuria, sedimen, Ca Oxalat, erithrosit
2. Radio Diagnostik
a. Etiologi GGK dan terminal
1. BNO, Foto polos abdomen, IVP
2. USG dan/ CT Scan Abdomen
3. Nefrotogram
4. Pielografi retrograde
5. Pielografi antegrade
6. Mictuating Cysto Urography (MCU)
b. Diagnosis fungsi ginjal
1. Renogram
c. Cardiac Studies
1. EKG
2. Echocardiografy

e. Patofisiologi
CKD dibagi menjadi 5 stadium berdasarkan hasil CCT (Clirent Creatinin
Test) : (5)

4
1. Stadium 1
Kerusakan ginjal dengan LFG normal. LFG ≥ 90 (ml/mn/1,73m2)
2. Stadium
Penurunan ringan. LFG 60-89 (ml/mn/1,73m2)
3. Stadium 3
Penurunan LFG sedang. LFG 30-59 (ml/mn/1,73m2)
4. Stadium 4
Penurunan berat. LFG 15-29 (ml/mn/1,73m2)
5. Stadium 5
Stadium gagal ginjal. LFG < 15 (ml/mn/1,73m2)
Berdasarkan hipotesis nefron yang utuh, dikatakan bahwa bila nefron terserang
penyakit maka seluruh unitnya akan hancur. Namun sisa nefron yang masih utuh
tetap bekerja normal. Uremia timbul jika jumlah nefron sudah berkurang
sehingga keseimbangan cairan dan elektrolit tidak dapat dipertahankan lagi. Sisa
nefron yang ada beradaptasi dengan mengalami hipertensi dalam usahanya untuk
melaksanakan seluruh beban ginjal.
Peningkatan solute, filtrasi dan reabsorbsi tubulus dalam setiap nefron terjadi
meskipun GRF untuk seluruh massa nefron yang terdapat dalam ginjal turun di
bawah nilai normal, namun akhirnya jika kurang lebih 75% massa nefron telah
hancur maka kecepatan filtrasi dan beban solut bagi setiap nefron demikian tinggi
sehingga keseimbangan glomerulus tubulus tidak dapat lagi dopertahankan.
Hilangnya kemampuan memekatkan atau mengencerkan kemih menyebabkan BJ
urin tetap pada nilai 1,010 atau 285mOsmot (sama dengan konsentrasi plasma)
dan merupakan penyebab gejala poliuria dan nokturia.
Retensi cairan danan natrium yaitu ginjal yang tidak mampu mengkonsentrasikan
dan mengencerkan urin. Respon ginjal yang tersisa terhadap masukan cairan dan
elektrolit sehari-hari tidak terjadi. Pasien sering menahan cairan dan natrium,
sehingga meningkatkan risiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan
hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis renin angiotensin
dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Episode muntah dan
diare menyebabkan penipisan air dan natrium yang menyebabkan memepreberat
stadium uremik.

5
Dengan berkembangnya penyakit renal terjadi asidosis metabolic seiring dengan
ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan asam (H+) yang berlebihan.
Penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus ginjal
mengekskresikan amonia dan mengabsorbsi natrium bikarbonat. Penurunan
ekskresi fosfat dan asam organik lain yang terjadi. Anemia. Terjadinya anemia
sebagai akibat terjadi produksi erytropoitin yang tidak adekuat, memendekkan
usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami
perdarahan akibat status uremik pasien, terutamam dari saluran gastrointertinal.
Erytropoitin adalah suatu substansi normal yang diprosuksi oleh ginjal,
menstimulus sum-sum tulang untuk menghasilkan sel darah merah. Pada gagal
ginjal produksi erytropoitin menurun dan anemia berat terjadi disertai keletihan,
angina dan sesak nafas.
Pada CKD terjadi gangguan metabolisme kalsium dan fosfat. Kedua kadar serum
tersebut memiliki hubungan yang saling berlawanan. Dengan menurunnya filtrasi
melalui glomerulus ginjal, terdapat peningkatan kadar fosfat serum dan
penurunan kadar serum kalsium.
Penyakit tulang uremik (osteodistrofi renal) terjadi perubahan kompleks kalsium,
fosfat dan keseimbangan parathormon. Laju penurunan fungsi ginjal dan
perkembangan CKD berkaitan dengan gangguan yang mendasari yaitu ekskresi
protein dalam urin dan adanya hipertensi. Pasien yang mengekskresikan sejumlah
protein atau mengalami peningkatan tekanan darah cenderung akan cepat
memburuk daripada mereka yang tidak mengalami kondisi ini.
f. Penatalaksanaan Kasus
CKD
Terapi konservatif
Penyakit ginjal terminal
Peritoneal dialisis
Dialisis di RS, Rumah, CAPD
Hemodialisa
Terapi operatif : salah satunya tranplantasi
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan
homeostasis selama mungkin.

6
Intervensi diit. Protein dibatasi karena urea, asam urat dan asam organik
merupakan hasil pemecahan protein yang akan menumpuk secara cepat dalam
darah jika terdapat gangguan pada klirens renal. Protein yang dikonsumsi harus
bernilai biologis (produk susu, telur, daging) di mana makanan tersebut dapat
mensuplai asam amino untuk perbaikan dan pertumbuhan sel. Biasanya cairan
diperbolehkan 300-600 ml/24 jam. Kalori untuk mencegah kelemahan dari
karbohidrat dan lemak. Pemberian vitamin juga penting karena pasien dialisis
mungkin kehilangan vitamin larut air melalui darah sewaktu dialisa.

Hipertensi ditangani dengan medikasi antihipertensi kontrol volume


intravaskuler. Gagal jantung kongestif dan edema pulmoner perlu pembatasan
cairan, diit rendah natrium, diuretik, digitalis atau dobitamine dan dialisis. Asidosis
metabolik pada pasien CKD biasanya tanpa gejala dan tidak perlu penanganan,
namun suplemen natrium bikarbonat pada dialisis mungkin diperlukan untuk
mengoreksi asidosis.

Anemia pada CKD ditangani dengan epogen (erytropoitin manusia rekombinan).


Anemia pada pasaien (Hmt < 30%) muncul tanpa gejala spesifik seperti malaise,
keletihan umum dan penurunan toleransi aktivitas. Abnormalitas neurologi dapat
terjadi seperti kedutan, sakit kepala, dellirium atau aktivitas kejang. Pasien
dilindungi dari kejang.

Pada prinsipnya penatalaksanaan terdiri dari tiga tahap :

1. Penatalaksanaan konservatif : Pengaturan diet protein, kalium, natrium,


cairan
2. Terapi simptomatik : Suplemen alkali, transfusi, obat-obat lokal & sistemik,
anti hipertensi
3. Terapi pengganti : HD, dialisis peritoneal, CAPD, transplantasi

g. Komplikasi
Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme
dan masukan diit berlebih.

7
Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin-
angiotensin-aldosteron.
Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah.
Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar aluminium.
Asidosis metabolic
Osteodistropi ginjal
Sepsis
Neuropati perifer
Hiperuremia

h. WOC (Terlampir)

II. Tinjauan Askep


a. Fokus pengkajian
Pengkajian
a. Aktifitas dan Istirahat
Kelelahan, kelemahan, malaise, gangguan tidur
Kelemahan otot dan tonus, penurunan ROM
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada
Peningkatan JVP, tachycardia, hipotensi orthostatic, friction rub
c. Integritas Ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada kekuatan
Menolak, cemas, takut, marah, irritable
d. Eliminasi
Penurunan frekuensi urin, oliguri, anuri, perubahan warna urin, urin pekat
warna merah/coklat, berawan, diare, konstipasi, abdomen kembung

8
e. Makanan/Cairan
Peningkatan BB karena edema, penurunan BB karena malnutrisi, anoreksia,
mual, muntah, rasa logam pada mulut, asites
Penurunan otot, penurunan lemak subkutan
f. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang, kebas, kesemutan
Gangguan status mental,penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran,
koma
g. Nyeri/Kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki. Distraksi, gelisah
h. Pernafasan
Pernafasan Kussmaul (cepat dan dangkal), Paroksismal Nokturnal Dyspnea
(+). Batuk produkrif dengan frotty sputum bila terjadi edema pulmonal
i. Keamanan
Kulit gatal, infeksi berulang, pruritus, demam (sepsis dan dehidrasi),
petekie, ekimosis, fraktur tulang, deposit fosfat kalsieum pada kulit, ROM
terbatas
j. Seksualitas
Penurunan libido, amenore, infertilitas
k. Interaksi Sosial
Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasanya

b. Diagnosa Keperawatan
Intoleransi aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialysis.
Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, pneumonitis,
perikarditis
Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluan urin, retensi cairan dan
natrium.

9
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
makanan yang inadekuat (mual, muntah, anoreksia dll).
Kurang pengetahuan tentang penyakit dan cara perawatan b.d kurangnya
informasi kesehatan.
Risiko infeksi b.d penurunan daya tahan tubuh primer, tindakan invasive
PK: Insuf Renal
PK : Anemia Defisit self care b.d kelemahan, penyakitnya.

c. Intervensi Keperawatan & Rasional

10
c. Intervensi Keperawatan & Rasional
N Diagnosa Tujuan/KH Intervensi Rasional
o
1 Intoleransi Klien dapat NIC: Toleransi aktivitas
aktivitas B.d menoleransi - Menentukan penyebab Menentukan penyebab dapat
ketidakseimba aktivitas & intoleransi membantu menentukan
ngan suplai & melakukan ADL aktivitas&menentukan apakah intoleransi
kebutuhan O2 dgn baik penyebab dari fisik,
Kriteria Hasil: psikis/motivasi
- Berpartisipasi - Kaji kesesuaian Terlalu lama bedrest dapat
dalam aktivitas aktivitas&istirahat klien sehari- memberi kontribusi pada
fisik dgn TD, HR, hari intoleransi aktivitas
RR yang sesuai - Tingkatkan aktivitas secara Peningkatan aktivitas
- Warna kulit bertahap, biarkan klien membantu mempertahankan
normal,hangat&k berpartisipasi dapat perubahan kekuatan otot, tonus
ering posisi, berpindah&perawatan
- Memverbalisasika diri
n pentingnya - Pastikan klien mengubah posisi Bedrest dalam posisi supinasi
aktivitas secara secara bertahap. Monitor gejala menyebabkan perubahan
bertahap intoleransi aktivitas volume plasma→hipotensi
- Mengekspresikan postural & syncope
pengertian - Ketika membantu klien berdiri, TV & HR respon terhadap
pentingnya observasi gejala intoleransi spt ortostatis sangat beragam
keseimbangan mual, pucat, pusing, gangguan
latihan & istirahat kesadaran & tanda vital
- ↑toleransi - Lakukan latihan ROM jika Ketidakaktifan berkontribusi
aktivitas klien tidak dapat menoleransi terhadap kekuatan otot &

aktivitas struktur sendi


2 Pola nafas Setelah dilakukan Monitor Pernafasan:
tidak efektif askep 3x24 jam - Monitor irama, kedalaman dan Klien bisa bernafas spontan
b.d pola nafas klien frekuensi pernafasan. dan adekuat, serta dengan

hiperventilasi, menunjukkan - Perhatikan pergerakan dada. segera diatasi masalah bila


penurunan ventilasi yg adekuat - Auskultasi bunyi nafas terjadi kelainan.
energi, dg kriteria : - Monitor peningkatan
kelemahan - Tidak ada dispnea ketdkmampuan istirahat,
- Kedalaman nafas kecemasan dan seseg nafas.
normal Pengelolaan Jalan Nafas
- Tidak ada retraksi - Atur posisi tidur klien untuk
dada / maximalkan ventilasi
penggunaan otot - Lakukan fisioterapi dada jika
bantuan perlu
pernafasan - Monitor status pernafasan dan
oksigenasi sesuai kebutuhan
- Auskultasi bunyi nafas
- Bersihhkan skret jika ada
dengan batuk efektif / suction
jika perlu.

3 Kelebihan NOC: cairan dan elektrolit. Fluid manajemen:


volume cairan Setelah dilakukan - Monitor status hidrasi
b.d. askep 3x24 jam (kelembaban membran
mekanisme pasien mengalami mukosa, nadi adekuat)
pengaturan keseimbangan - Monitor tnada vital
melemah
11
- Monitor adanya
indikasi Status hidrasi
overload/retraksi sangat penting
untuk diketahui
secara dini agar
tidak terjadi
overlod cairan

12
Kriteria hasil: - Kaji daerah edema jika ada
- Bebas dari edema Fluit monitoring:
anasarka, efusi - Monitor intake/output cairan
- Suara paru bersih - Monitor serum albumin dan
- Tanda vital protein total
dalam batas - Monitor RR, HR
normal - Monitor turgor kulit dan
adanya kehausan
- Monitor warna, kualitas dan BJ
urine
4 Ketidakseimba Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi Manajemen nutrisi dan
ngan nutrisi askep selama 3x24 - kaji pola makan klien monitor nutrisi yang adekuat
kurang dari jam klien - Kaji adanya alergi makanan. dapat membantu klien
kebutuhan menunjukan status - Kaji makanan yang disukai mendapatkan nutrisi sesuai
tubuh nutrisi adekuat oleh klien. dengan kebutuha tubuhnya.
berhubungan dibuktikan dengan - Kolaborasi dg ahli gizi untuk
dengan tidak BB stabil tidak penyediaan nutrisi terpilih
seimbangnya terjadi mal nutrisi, sesuai dengan kebutuhan klien.
asupan nutrisi tingkat energi - Anjurkan klien untuk
dengan adekuat, masukan meningkatkan asupan
kebutuhan nutrisi adekuat nutrisinya.
- Yakinkan diet yang dikonsumsi
mengandung cukup serat untuk
mencegah konstipasi.
- Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi dan
pentingnya bagi tubuh klien.

Monitor Nutrisi
- Monitor BB setiap hari jika
memungkinkan.
- Monitor respon klien terhadap
situasi yang mengharuskan
klien makan.
- Monitor lingkungan selama
makan.
- Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak bersamaan
dengan waktu klien makan.
- Monitor adanya mual muntah.
- Monitor adanya gangguan
dalam proses mastikasi/input
makanan misalnya perdarahan,
bengkak dsb.
- Monitor intake nutrisi dan
kalori.
5 Kurang

pengetahuan NOC: Pengetahuan NIC: Pengetahuan penyakit


tentang tentang penyakit, Aktifitas:
penyakit dan setelah diberikan - Kaji pengetahuan klien tentang Mempermudah dalam
pengobatannya penjelasan selama 2 penyakitnya memberikan penjelasan pada
b.d. kurangnya x pasien mengerti - Jelaskan tentang proses klien
sumber proses penyakitnya penyakit (tanda dan gejala), Meningkatan pengetahuan
informasi dan Program identifikasi kemungkinan dan mengurangi cemas
perawatan serta penyebab.
Therapi yg Mempermudah intervensi
13
diberikan dg: - Jelaskan kondisi klien
Indikator: - Jelaskan tentang program
Pasien mampu: pengobatan dan alternatif
- Menjelaskan pengobantan
kembali tentang - Diskusikan perubahan gaya
penyakit, hidup yang mungkin digunakan
- Mengenal untuk mencegah komplikasi Mencegah keparahan
kebutuhan - Diskusikan tentang terapi dan penyakit
perawatan dan pilihannya Memberi gambaran tentang
pengobatan tanpa - Eksplorasi kemungkinan pilihan terapi yang bisa
cemas sumber yang bisa digunakan/ digunakan
mendukung
- Instruksikan kapan harus ke
pelayanan
- Tanyakan kembali pengetahuan
klien tentang penyakit,
prosedur perawatan dan
pengobatan
6 Resiko infeksi NOC:

b.d. tindakan Kontrol infeksi dan NIC: proteksi infeksi:


invasive, kontrol resiko, - Monitor tanda dan gejala Proteksi diri dari infeksi
penurunan setelah diberikan infeksi Mencegah infeksi sekunder
daya tahan perawatan selama - Pantau hasil laboratorium dan infeksi nosokomial
tubuh primer 5x24 jam tidak - Amati faktor-faktor yang bisa
terjadi infeksi Meningkatkan infeksi
sekunder dg: - Monitor TTV
Indikator:
- Bebas dari tanda-
tanda infeksi
NIC: Kontrol infeksi
- Angka leukosit
- Ajarkan tehnik mencuci tangan
normal
- Ajarkan tanda-tanda infeksi
- Ps mengatakan
- Laporkan dokter segera bila ada
tahu tentang
tanda infeksi
tanda-tanda dan
- Batasi pengunjung
gejala infeksi
- Cuci tangan sebelum dan
sesudah merawat ps
- Tingkatkan masukan gizi yang Meningkatkan daya tahan
cukup tubuh
- Anjurkan istirahat cukup
- Pastikan penanganan aseptic Membantu proteksi infeksi
daerah IV
- Berikan PEN-KES tentang Meningkatkan

resiko infeksi pengetahuan ps


7 PK: Perawat akan - Pantau tanda dan gejala insuf Mencegah jangan sampai
Insufisiensi menangani atau renal ( peningkatan TD, urine terjadi insuf yang lebih berat
Renal mengurangi <30 cc/jam, peningkatan BJ
(Doenges, komplikasi dari urine, peningkatan natrium
2002) insuf renal urine, BUN Creat, kalium,
pospat dan amonia, edema).
- Timbang BB jika Mengetahui pemasukan
memungkinkan cairan dalam tubuh, bila
- Catat balance cairan pemasukan cairan berlebihan
- Sesuaikan pemasukan cairan akan memperberat kerja
setiap hari = cairan yang keluar jantung dan terjadi edema.
+ 300 – 500 ml/hr

14
- Berikan dorongan untuk
pembatasan masukan cairan
yang ketat : 800-1000 cc/24
jam. Atau haluaran urin / 24
jam + 500cc
- Kolaborasi dengan ahli gizi
dalam pemberian diet, rendah
natrium (2-4g/hr)
- pantau tanda dan gejala asidosis
metabolik ( pernafasan dangkal
cepat, sakit kepala, mual
muntah, Ph rendah, letargi)
- Kolaborasi dengan timkes lain
dalam therapinya
- Pantau perdarahan, anemia,
hipoalbuminemia
- Kolaborasi untuk hemodialisis
8 PK: Anemia Setelah dilakukan - Monitor tanda-tanda anemia Mengatasi anemia dengan
(Doenges, askep 3x24 jam - Anjurkan untuk meningkatkan segera agar tidak terjadi
2002) perawat akan dapat asupan nutrisi klien yg bergizi komplikasi.
meminimalkan - Kolaborasi untuk pemeberian
terjadinya terapi initravena dan tranfusi
komplikasi anemia : darah
- Hb >/= 10 gr/dl. - Kolaborasi kontrol Hb, HMT,
- Konjungtiva tdk Retic, status Fe
anemis - Observasi keadaan umum klien
- Kulit tidak pucat
- Akral hangat

9 Kurang Setelah dilakukan Bantuan perawatan diri


perawatan diri askep 3x24 jam - Monitor kemampuan pasien Bantuan perawatan diri dapat
berhubungan klien mampu terhadap perawatan diri membantu klien dalam
dengan kurang Perawatan diri - Monitor kebutuhan akan beraktivitas dan melatih
energi Self care : Activity personal hygiene, berpakaian, pasien untuk beraktivitas
Daly Living (ADL) toileting dan makan kembali.
dengan kriteria : - Beri bantuan sampai klien
- Pasien dapat mempunyai kemapuan untuk
melakukan merawat diri
aktivitas sehari- - Bantu klien dalam memenuhi
kebutuhannya.
hari (makan,
- Anjurkan klien untuk
berpakaian,
melakukan aktivitas sehari-hari
kebersihan,
sesuai kemampuannya
toileting,
- Pertahankan aktivitas
ambulasi)
perawatan diri secara rutin
- Kebersihan diri
- Evaluasi kemampuan klien
pasien terpenuhi
dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
- Berikan reinforcement atas
usaha yang dilakukan dalam
melakukan perawatan diri
sehari hari.

15
Daftar Pustaka

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC


Baradero, Mary dkk. 2008. Klien Gangguan Ginjal : Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta : EGC
Debora, Oda. 2017. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik Ed 2. Jakarta :
Salemba Medika
Haryono. 2013. Keperawatan Medical Bedah : System Perkemihan. Yogyakarta :
Rapha Publishing
Lai et al. 2017. Transformation of 5-D Itch Scale and Numerical Ratting Scale in Chronic
Hemodialysis Patients E-journal. DOI 10. 1186/S 12882-017-0475-Z diakses
tanggal 10 Mei 2021.
LeeMone, Priscilla dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 5 Vol 2.
Jakarta : EGC
Muttaqin & Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika
NANDA. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015 – 2017.
Jakarta : EGC
Nursalam & Batticaca. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba
Medika
Perry dan Potter. (2015). Fundamental Of Nursing. USA:C.V Moasby Company St.
Louis
Prabowo & Pranata. 2014. Buku Ajar Keperawatan Sistem Perkemihan. Yogyakarta :
Nuha Medika
Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan : Teori &
Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu
! Smeltzer & Bare. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart. Edisi 8. Vol I, alih bahasa : Kuncara Monica Ester. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai