Anda di halaman 1dari 70

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi

ini sesuai dengan waktu yang telah ditargetkan. Proposal skripsi ini disusun dalam

rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi peneliti pada

Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Riau Kepulauan Batam.

Penulisan proposal skripsi ini banyak mendapatkan bantuan dari berbagai

pihak. Pada kesempatan ini ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima

kasih kepada:

1. Bapak Yudhi Hanggara, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Riau Kepulauan.

2. Ibu Nina Agustyaningrum, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Riau

Kepulauan.

3. Bapak Dr. Suryo Hartanto, ST,. M.Pd.T dan Ibu Yesi Gusmania, M.Pd.

selaku pembimbing I dan Pembimbing II yang telah membantu peneliti dalam

memberikan ide, dan bimbingan sehingga proposal skripsi ini dapat

diselesaikan.

4. Kepala SMK Muhammadiyah Batam yang telah memberi izin observasi dan

penelitian.

5. Ibu Desi mitra, S.Pd. selaku guru matematika SMK Muhammadiyah Batam

yang telah membantu peneliti selama observasi dan penelitian.

i
6. Sahabat-sahabat seperjuangan di pendidikan matematika angkatan tahun

2016, serta berbagai pihak lain yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya

satu persatu yang ikut berpartisipasi memberikan bantuan dan dorongan baik

moril dan materiil kepada peneliti dalam penyelesaian proposal skripsi

penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa proposal skripsi yang disusun ini masih

banyak memiliki kekurangan. Karena itu saran dan kritikan yang membangun

dari semua pihak dan pembaca yang budiman untuk kesempurnaan proposal

skripsi yang akan datang.

Terakhir, penulis menyampaikan harapan semoga proposal skripsi

penelitian sederhana yang disusun ini dapat bermanfaat dan berguna untuk

kepentingan dan kemajuan pendidikan yang akan datang. Aamiin.

Batam, Maret 2020


Peneliti yang menyatakan,

Nisputri
NPM. 16.05.0.015

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 9
D. Rumusan Masalah ......................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori ................................................................................. 12
1. Pembelajaran Matematika ...................................................... 12
2. Bahan Ajar ............................................................................. 13
3. Modul .................................................................................... 17
4. Modul Pembelajaran Kontekstual ........................................ 28
5. Materi Matriks ....................................................................... 34
B. Kajian Penelitian Relevan ............................................................. 36
C. Kerangka Berpikir ......................................................................... 38
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................. 38
B. Model Pengembangan .................................................................. 38
C. Prosedur Pengembangan .............................................................. 39
1. Tahap Analisis (Analysis) ...................................................... 40
2. Tahap Perencanaan (Design)................................................... 41
3. Tahap Pengembangan (Development)..................................... 45
4. Tahap Implementasi (Implementation) ................................... 47

iii
5. Tahap Evaluasi (Evaluation) ................................................... 47
D. Desain Uji Coba Produk ............................................................... 49
1. Desain Uji Coba ..................................................................... 49
2. Subyek Uji Coba .................................................................... 50
3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ............................. 50
4. Teknik Analisis Data .............................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 61

iv
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Daftra Persentase Nilai Ulangan Harian Kelas X ......................... 4
2. Hasil Ulangan Harian Matematika Materi Matriks ..................... 5
3. SK dan KD Indikator Materi Matriks ........................................... 35
4. Aspek Kelayakan Isi ..................................................................... 52
5. Aspek Kelayakan Penyajian ......................................................... 52
6. Aspek Kelayakan Kegrafisan dan Penyajian ............................... 53
7. Aspek Kelayakan Bahasa ............................................................. 55
8. Angket Respon siswa ................................................................... 56
9. Konversi Skor Skala 5 ................................................................... 58
10. Konversi Skala 5 ........................................................................... 60
11. Konversi Data Kualitatif Skala Lima Dalam Respon Siswa ........ 61
12. Klasifikasi Rerata Skor Skala 5 .................................................... 61

v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Modul Pengayaan Siswa .............................................................. 4
2. Peta Konsep Matriks .................................................................... 35
3. Digram Alur Kerangka Berpikir .................................................. 39
4. Tahap Model Pengembangan ADDIE ......................................... 40
5. Prosedur Pengembangan dalam Penelitian .................................. 48
6. Tampilan Daftar Isi ...................................................................... 61

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu pembelajaran yang sangat penting di dunia pendidikan

yakni matematika, di mana matematika merupakan ilmu yang bersifat

universal dan realistis yang berarti matematika merupakan ilmu induk yang

dapat diaplikasikan pada cabang ilmu lainnya.

Menurut Hasratuddin (2012: 132) Matematika adalah suatu cara untuk

menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara

menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan

ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang

terpenting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat

dan menggunakan hubungan-hubungan. Dimulai dari suatu permasalahan

nyata yang mampu dijangkau oleh peserta didik, kemudian disederhanakan

dalam rumus-rumus yang matematis untuk dapat diaplikasikan siswa dalam

pembelajaran matematika di sekolah.

Proses pembelajaran matematika di jenjang pendidikan sangat penting

maka dibutuhkan peran guru untuk mewujudkan tercapainya proses

pembelajaran yang menyenangkan, menciptakan pembelajaran yang efektif

dan efisien dan peserta didik dapat memecahkan suatu masalah. Dengan

demikian, guru diharapkan dapat mengembangkan bahan ajar sebagai salah

satu sumber belajar. Menurut Warso (2016:17) bahan ajar merupakan

1
2

pedoman yang akan mengarahkan semua aktivitas peserta didik dalam

proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang

seharusnya dipelajari oleh peserta didik. Sebagai salah satu bahan ajar cetak,

modul merupakan suatu paket belajar yang berkenan dengan satu unit bahan

pelajaran.

Modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik

untuk dapat melatih peserta didik belajar mandiri. Menurut Majid

(2006:176) modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar

peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa bimbingan guru atau

dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang segala

komponen dasar bahan ajar yang telah disebutkan sebelumnya. Dengan

modul siswa dapat mencapai dan menyelesaikan bahan belajarnya dengan

belajar secara individual. Siswa tidak dapat melanjutkan ke suatu unit

pelajaran berikutnya sebelum menyelesaikan secara tuntas materi

belajarnya. Dengan modul siswa dapat mengontrol kemampuan dan

intensitas belajarnya. Adapun tujuan disusunnya modul menurut Prastowo

(2011:108) ialah agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa bimbingan

guru.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada bulan September

2019 di sekolah SMK Muhammadiyah Batam, pada pembelajaran

matematika siswa kelas x selama kegiatan pembelajaran siswa mengalami

kesulitan dalam menyelesaikan soal latihan yang bervariasi, siswa

cenderung meniru contoh soal yang diberikan oleh guru.


3

Hampir semua siswa hanya mengharapkan catatan yang diberikan

guru saja. Sehingga siswa cenderung pasif dan hanya mendengar, mencatat

yang diberikan oleh guru. Selain itu modul yang digunakan siswa bersifat

sangat ringkas, materi yang terdapat dalam modul sulit dipahami siswa

SMK Muhammadiyah dan contoh pembahasan soal juga sangat sedikit.

Modul yang digunakan oleh siswa kurang menarik minat belajar

dikarenakan kertasnya buram dan banyak latihan soal. Selain itu, didalam

modul contoh soalnya tidak dilengkapi pembahasan yang detail. Berikut

terlampir foto cover modul pengayaan kelas X SMK Muhammadiyah Batam

Gambar 1. Cover Modul Pengayann


4

Gambar 2. Latihan dan Contoh Soal Matriks

Berdasarkan data yang diperoleh dari guru pengampu, di kelas X

Akuntansi dan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) tahun pelajaran 2018

bahwa persentase ketuntasan mata pelajaran matematika kelas X Akuntansi

dan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) :

Tabel 1. Daftar Persentase Nilai Ulangan Harian Kelas X


Jumlah Jumlah Siswa Persentase
No. Kelas KKM
Siswa Yang Tuntas Ketuntasan
1 Akuntansi 19 3 75 15,78 %
2 TKJ 28 6 75 21,42 %

Berdasarkan tabel 1 di atas diketahui persentase ketuntansan di

kelas Akuntansi 15,78 % dan TKJ 21,42% . Hampir seluruh siswa di

kedua kelas X tersebut memperoleh hasil ulangan yang di bawah KKM,

yaitu 75. Berdasarkan hasil wawancara guru matematika di SMK

Muhammadiyah Batam menyatakan, penyebab banyaknya siswa tidak

tercapai KKM dikarenakan kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep


5

bahan ajar yang dimiliki. Beberapa siswa tidak memiliki modul hanya

berpatokan kepada catatan guru saja. Berdasarkan hasil wawancara siswa,

siswa berpendapat perlu adanya modul sebagai pegangan, siswa

mengalami kesulitan dalam pemahaman materi dan mengerjaan tugas

dikarenakan terbatasnya bahan ajar yang disediakan oleh sekolah.

Tabel 2.Hasil Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran Matematika


Materi Matriks Kelas X SMK Muhammadiyah Batam T.A
2017/2018 dan 2018/2019
No. Tahun Ajaran Jumlah Persentase
Nilai Rata-Rata
Siswa Ketuntasan
1 2017/2018 139 58,45 42,05%
2 2018/2019 142 56,60 39,85%

Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa pemahaman siswa

pada materi matriks masih rendah. Hal ini karena siswa mengalami

kesulitan dalam memahami dan memecahkan soal yang bervariasi. Oleh

karena itu, siswa perlu memperhatikan pemahaman dasar pada materi

matriks dan berlatih mengerjakan soal yang bervariasi agar hasil belajar

siswa lebih meningkat.

Fasilitas perpustakaan yang ada di SMK muhammdiyah Batam tidak

berjalan dan kurang memadai serta penempatannya terletak di dalam ruang

guru. Dengan kondisi perpustakaan tersebut mengakibatkan siswa kurang

mendapatkan referensi modul matematika yang lain. Selain itu juga,

menghabiskan lebih banyak waktu untuk proses pembelajaran tersebut

dikarenakan siswa harus menyalin catatan yang diberikan guru di kelas.

Sehingga, hal tersebut mengakibatkan proses pembelajaran menjadi tidak


6

efektif dan efisien, serta menyebabkan siswa belum bisa belajar secara

mandiri. Hal ini menunjukkan prestasi pencapaian hasil ujian siswa sangat

rendah dan tidak memuaskan.

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru menurut Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional RI No. 16 Tahun 2007 (Depdiknas, 2017)

tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, ialah guru harus

mampu dalam mengembangkan materi pembelajaran yang diampunya

secara aktif, contohnya seperti bahan ajar berupa modul pembelajaran, agar

proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru dikelas berjalan dengan baik

sesuai dengan pelaksanaan kurikulum yang pemerintah tetapkan. Salah satu

materi dalam matematika untuk kelas X SMK Muhammadiyah Batam yang

menjadi kesulitan siswa yaitu materi matriks. Hal ini disebabkan karena

matriks yang disajikan dalam bahan ajar di sekolah masih bersifat abstrak.

Matriks adalah sekumpulan bilangan (anggota dalam Matriks) yang

disusun secara baris dan kolom sehingga terbentuk segiempat dan

ditempatkan pada kurung biasa atau kurung siku. Dalam kehidupan sehari-

hari matriks dapat digunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan linier,

transformasi geometri, program komputer, dll (Astika, 2014:3).

Pembelajaran akan dirasakan lebih nyaman apabila dikaitkan dengan

konteks sehari-hari. Siswa mendapat kemudahan apabila dalam memahami

konsep-konsep matematika, maka siswa akan mulai tertarik mempelajari

matematika dan mendapatkan kebermaknaan dalam pembelajarannya. Pada

akhirnya, diharapkan prestasi belajar siswa pada pelajaran matematika akan


7

meningkat. Berdasarkan uraian di atas, pendekatan pembelajaran yang

dirasa tepat dengan permasalahan di atas adalah pendekatan Kontekstual.

Menurut Dewi Nasiroh (Mansur, 2007:41) pembelajaran kontekstual

adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

pembelajaran dengan situasi dan kondisi dunia nyata siswa, dan mendorong

siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut

pendapat Johnson (2011 : 67) yang mengatakan Contextual Teaching and

Learning (CTL) adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong

para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari

dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks

dalam kehidupan keseharian. Modul dengan pendekatan kontekstual adalah

bahan ajar yang dirancang untuk belajar secara mandiri dengan konsep

belajar yang menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks

dalam kehidupan keseharian .

Keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran dengan pengembangan

modul menurut Santyasa Suryaningsih (dalam Yunendar, 2016 : 26) dapat

disimpulkan sebagai berikut: (1) Meningkatkan motivasi siswa, karena

setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan

sesuai kemampuan; (2) Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa

mengetahui benar pada modul yang mana siswa telah berhasil dan pada

bagian modul yang mana mereka belum berhasil; (3) Siswa mencapai hasil

sesui dengan kemampuannya; (4) Bahan pelajaran terbagi lebih merata


8

dalam satu semester; (5) Pendidikan lebih berdaya guna, karena dalam

pembelajaran disusun menurut jenjang akademik.

Berdasarkan uraian permasalahan diatas maka peneliti perlu untuk

melakukan penyelesaian masalah di SMK Muhammadiyah Batam melalui

pengembangan modul berbasis kontekstual untuk materi matriks. Modul

Kontekstual adalah modul yang berbeda dengan modul yang telah ada

sebelumnnya, melalui modul kontekstual siswa dapat mempelajari

matematika dengan mudah (Johnson, 2011 : 67). Dengan demikian

berdasarkan uraian yang telah peneliti jelaskan di paragraf sebelumnya,

untuk itu penting dilakukan penelitian “Pengembangan Modul

Pembelajaran Matematika Berbasis Pendekatan Kontekstual Pada Materi

Matriks Untuk Siswa Kelas X Akuntansi SMK Muhammadiyah Batam”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah adalah sebagai

berikut:

1. Media pembelajaran berupa modul untuk mata pelajaran matematika

untuk kelas X di SMK Muhammadiyah Batam belum tersedia.

2. Siswa belum mampu belajar secara mandiri dengan menggunakan buku

pegangan sendiri.

3. Kurangnya pemanfaatan fasilitas perpustakaan sebagai sarana belajar.

4. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal latihan yang

bervariasi.

5. Minat belajar siswa berkurang karena siswa tidak memiliki modul.


9

6. Siswa hanya sekedar mencatat dan mendengarkan apa yang dijelaskan

oleh guru.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka terdapat berbagai

macam masalah yang dijumpai dalam observasi tersebut. Oleh karena itu,

perlu adanya batasan agar penelitian ini dapat dikaji lebih mendalam untuk

memperoleh hasil yang maksimal dan tercapainya tujuan yang diinginkan.

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah: Pengembangan Modul

Pembelajaran Matematika Berbasis Pendekatan Kontekstual Pada Materi

Matriks Untuk Siswa Kelas X Akuntansi SMK Muhammadiyah Batam

Tahun ajaran 2019/2020.

D. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah yang telah ditentukan, maka rumusan masalah

dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana validitas modul pembelajaran matematika berbasis

pendekatan kontekstual pada materi matriks untuk kelas X Akuntansi

SMK?

2. Bagaimana kepraktisan modul pembelajaran matematika berbasis

pendekatan kontekstual pada materi matriks untuk kelas X Akuntansi

SMK?

3. Bagaimana keefektifan modul pembelajaran matematika berbasis

pendekatan kontekstual pada materi matriks untuk kelas X Akuntansi

SMK?
10

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan validitas modul pembelajaran matematika

berbasis pendekatan kontekstual pada materi matriks untuk kelas X

Akuntansi SMK.

2. Untuk mendeskripsikan kepraktisan modul pembelajaran matematika

berbasis pendekatan kontekstual pada materi matriks untuk kelas X

Akuntansi SMK.

3. Untuk mendeskripsikan keefektifan modul pembelajaran matematika

berbasis pendekatan kontekstual pada materi matriks untuk kelas X

Akuntansi SMK.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Siswa

Dapat menjadi sumber belajar bagi siswa untuk pemahaman materi

matriks dan untuk memberi kesempatan siswa belajar secara mandiri

pada materi matriks.

2. Bagi Guru dan Sekolah

Menambah referensi untuk bahan ajar matematika khususnya pada

materi matriks dan membantu guru dalam proses belajar mengajar

matematika khususnya pada materi matriks.


11

3. Bagi peneliti

Memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai tahapan dan proses

pengembangan modul matematika materi matriks berbasis pendekatan

kontekstual, serta mendapatkan pengalaman yang berharga dalam

melakukan suatu proses penelitian.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Matematika

Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah

pengajaran, pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh

seorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar

(Tim pengembangan MKDP, 2011:128). Selanjutnya menurut Jihad &

Haris (2012:11) pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari

kombinasi dua aspek, yaitu belajar dan mengajar, belajar merajuk pada

apa yang harus dilakukan oleh siswa, sedangkan mengajar berorientasi

pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran.

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran merupakan suatu proses belajar dan mengajar yang

dilakukan seorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa

yang belajar.

Sedangkan menurut Wardoyo, (2013:21) pembelajaran adalah

sebagai suatu proses komunikasi yang memiliki tujuan tercapainya

perubahan prilaku melalui interaksi antara pendidik dengan peserta

didik dan antar peserta didik. Maka dapat disimpulkan pembelajaran

adalah suatu interaksi yang dilakukan guru untuk membelajarkan siswa

yang bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku peserta didik.

Guru berperan penting sebagai pemberi pelajaran dalam proses belajar

12
13

maka guru dituntut harus kreatif dalam proses belajar mengajar untuk

tercapainya tujuan dari pembelajaran.

Matematika merupakan salah satu dasar terpenting untuk sains

dan teknologi (Hanggara, 2013). Dalam kehidupan sehari-hari tidak

ada yang terlepas dari hubungannya dengan matematika. Selanjutnya

menurut Permendikbud no 22 tahun 2006 matematika adalah ilmu

universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,

mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan

daya pikir manusia. Belajar matematikabukan perihal menghapal

rumus, melainkan sering mengerjakan latihan-latihan untuk

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang kita dimiliki,

maka dengan sendirinya kita akan mengingat terus rumus tersebut. Jadi

dari uraian di atas pembelajaran matematika adalah suatu proses

interaksi yang dilakukan guru membelajarkan siswa pada program

belajar matematika yang bertujuan untuk memajukan daya pikir siswa

agar tercapainya perubahan perilaku siswa.

2. Bahan ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk

membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar (Warso, 2016:16). Sementara menurut Prastowo (2011:17)

bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks)

yang disusun sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari

kompetensi yang harus dikuasai siswa dan digunakan dalam proses


14

pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan

implementasi pembelajaran. Maka dari uraian penjelasan tentang

bahan ajar di atas dapat disimpulkan bahan ajar adalah segala bentuk

bahan tercetak atau dalam bentuk lainnya yang di susun sistematis

untuk digunakan dalam proses belajar mengajar.

a. Tujuan dan manfaat penyusunan bahan ajar

Menurut Warso, (2016:21) bahan ajar disusun dengan tujuan:

1) Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan

kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa,

yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan

setting atau lingkungan sosial siswa.

2) Membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar

disamping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.

3) Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Selanjutnya manfaat yang diperoleh seorang guru dalam

menggunakan bahan ajar (Daryanto & Aris Dwicahyono, 2014:

172), yakni:

1) Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan

sesuai dengan kebutuhan belajar siswa

2) Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang

sulit untuk diperoleh

3) Bahan ajar menjadi lebih kaya karena dikembangkan

dengan menggunakan berbagai referensi.


15

4) Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru

dalam menulis bahan ajar.

5) Bahan ajarakan mampu membangun komunikasi

pembelajarab yang efektif antara guru dan siswa, karena

siswa akan lebih percaya kepada gurunya.

Manfaat yang siswa dapatkan menurut Warso (2016:22) adalah

sebagai berikut:

1) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.

2) Siswa akan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk

belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan

terhadap kehadiran guru.

3) Siswa juga akan mendapat kemudahan dalam mempelajari

setiap kompetensi yang harus dikuasainya.

b. Jenis bahan ajar

Menurut Daryanto, & Dwicahyono (2014:173) jenis bahan

ajar terbagi menjadi empat macam, yang petama bahan ajar

pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) seperti antara

lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,

wallchart dan foto/gambar. Dimana menurut Prastowo (2011:79)

handout adalah bahan pembelajaran ringkas yang bersumber dari

beberapa literatur yang relevan terhadap kompetensi dasar dan

materi pokok yang diajarkan kepada siswa. Selanjutnya menurut

Prastowo (2011:168) buku adalah bahan tertulis dalam bentuk


16

lembaran-lembaran yang dijilid dan diberikan kulit (cover), yang

menyajikan ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis oleh

pengarangnya. Selanjutnya modul, menurut Purwanto, (2013: 9)

modul adalah bahan belajar yang dirancang secara sistematis

berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan

pembelajaran terkecil dan memungkinkan dipelajari secara mandiri

dalam satuan waktu tertentu. Selanjutnya lembar kerja siswa

adalah suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang

berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas

pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa, yang mengacu

pada kompetensi dasar yang harus dicapai (Prastowo, 2011: 204).

Yang kedua adalah bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio,

piringan hitam, dan compact disk audio.

Menurut Prastowo (2011: 266) kaset, piringan hitam dan

compact disk audio adalah suatu media yang mampu menyimpan

suara yang dapat didengarkan secara berulang-ulang oleh siswa

untuk digunakan sebagai bahan ajar. Selanjutnya radio adalah

mesin dengar yang dapat digunakan sebagai sumber belajar. Yang

ketiga adalah bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti

compact disk, film. Seiring dengan berkembangnya teknologi yang

ada di dunia, maka munculah bahan ajar pandang dengar (audio

visual). Sama halnya dengan penjelasan tentang bahan ajar dengar

(audio) hanya saja ada tambahan berupa tayangan gambar bergerak


17

yang ditampilkan kepada siswa sebagai sumber belajar. Yang

keempat adalah bahan ajar multimedia interaktif (interactive

teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Intruction),

compact disk (CD) dan bahan ajar berbasis web.

Menurut Prastowo (2011: 330) bahan ajar interaktif adalah

bahan ajar yang mengkombinasikan beberapa media pembelajaran

(audio, video, teks atau grafik) yang bersifat interaktif untuk

mengendalikan suatu perintah atau perilaku alami dari suatu

presentasi.

Adapun bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah

modul. Dimana modul berdasarkan jenisnya merupakan salah satu

bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan berbentuk cetak

(printed)

3. Modul

Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang di kemas

secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat

pengalaman belajar yang terencana dan di desain untuk membantu

siswa menguasai tujuan belajar yang spesifik (Daryanto 2013: 9).

Senada dengan Daryanto menurut Purwanto, (2013: 9) modul adalah

bahan belajar yang dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum

tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan

memungkinkan dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu.

Selanjutnya menurut Prastowo (2011: 106) modul adalah sebuah


18

bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah

dipahami oleh siswa sesuai tingkat pengetahuan dan usia siswa, agar

siswa dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan dan bimbingan

yang minimal dari tenaga pendidik. Maka dapat disimpulkan modul

adalah bahan ajar yang berisi materi yang dirancang secara sistematis

dan menarik berdasarkan kurikulum tertentu untuk membantu siswa

dalam mencapai kompetensi yang diharapkan.

a. Karakteristik modul

Menurut Daryanto & Dwicahyono, (2014: 186-188) karakteristik

modul adalah sebagai berikut:

1) Mampu membelajarkan diri sendiri (self instruction)

Merupakan karakteristik penting dalam modul, dengan

karakter tersebut memungkinkan seseorang belajar secara

mandiri tidak tergantung pada orang lain.

Untuk memenuhi karakteristik self instruction, maka modul

harus:

a) Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat

menggambarkan pencapaian standar kompetensi dan

kompetensi dasar.

b) Memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam

unit-unit kegiatan yang spesifik sehingga mudah

dipelajari secara tuntas.


19

c) Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung

kejelasan pemaparan materi pembelajaran.

d) Terdapat soal-soal latihan untuk mengukur penguasaan

siswa

e) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikasi

f) Terdapat rangkuman materi pembelajaran.

g) Terdapat instrumen penilaian

h) Terdapat umpan balik atas penilaian siswa

i) Terdapat informasi tentang referensi

2) Kesatuan materi yang utuh (self contained)

Modul dikatakan self contained bila seluruh materi

pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut.

Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan peserta

didik mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena

materi belajar dikemas secara utuh.

3) Berdiri sendiri (stand alone)

Berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak

tergantung pada bahan ajar/media lainnya, atau tidak harus

digunakan bersama-sama dengan bahan ajar/media lain.

4) Dapat menyesuaikan perkembangan.

Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi

terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.

5) Mudah dikenal/dipahami oleh siswa (user friendly)


20

Modul hendaknya juga memenuhi kaidah user friendly

dengan pemakaiannya. Setiap intruksi dan paparan informasi

yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan

pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam respon dan

mengakses sesuai keinginan.

b. Komponen-komponen modul

Menurut Daryanto & Dwicahyono (2014:179-180) komponen-

komponen atau unsur-unsur yang terdapat dalam modul adalah

sebagai berikut:

1. Pedoman guru

Pedoman guru berisi petunjuk-petunjuk guru yang harus

diselenggarakan secara efisien yang menjelaskan macam-

macam yang harus dilakukan guru, waktu yang disediakan

untuk menyelesaikan modul,alat-alat pelajaran yang harus

digunakan, dan petunjuk-petunjuk evaluasi.

2. Lembar kegiatan siswa

Memuat materi yang harus dikuasai oleh siswa dan pelajaran

juga disusun secara teratur langkah demi langkah sehingga

dapat mudah diikuti oleh siswa.

3. Lembar kerja

Lembaran kerja ini menyertai lembaran kegiatan siswa,

digunakan untuk menjawab soal-soal tugas yang harus

dipecahkan.
21

4. Kunci lembar kerja

Agar siswa dapat mengevaluasi sendiri hasil pekerjaannya.

5. Lembaran tes

Tiap modul disertai lembaran tes, yakni lembaran tes yang

berisi soal-soal untuk menilai keberhasilan siswa dalam

mempelajari bahan yang disajikan dalam modul tersebut.

6. Kunci lembaran tes

Kunci lembaran tes sebagai alat koreksi sendiri terhadap

penilaian yang dilaksanakan.

Dari keenam komponen-komponen modul yang dipaparkan

diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa modul penelitian yang

disusun oleh peneliti adalah sebagai pedoman guru, sumber belajar

yang digunakan siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas adalah

dengan menggunakan modul yang disusun oleh peneliti. Adapun

dalam modul terdapat lembar aktivitas siswa yang digunakan siswa

untuk pemahaman konsep dalam materi peluang harus dikuasai.

Selanjutnya sebagai pemantapan siswa dalam menguasai materi

terdapat contoh soal yang harus di pahami agar siswa dapat

menjawab soal latihan yang di sajikan didalam modul. Sementara

untuk mengukur kemampuan siswa dalam penguasaan materi

selama satu bab terdapat lembar evaluasi bab dengan soal pilihan

ganda beserta dengan kunci jawaban.


22

c. Pengembangan modul

Modul dapat dikembangkan dengan berbagai cara antara lain

melalui adaptasi, kompilasi, dan menulis sendiri (Purwanto, 2013:

10-12).

1. Adaptasi

Bahan belajar yang dikembangkan atas dasar buku yang

ada dipasaran, dengan mengidentifikasi buku-buku yang

relevan dengan materi yang akan diajarkan, kemudian memilih

salah satu buku sebagai bahan belajar yang digunakan dalam

kegiatan pembelajaran secara utuh atau sebagian dengan

dilengkapi panduan belajar untuk dikemas kembali menjadi

modul yang sesuai dengan kriteria modul yang baik.

2. Kompilasi

Kompilasi dapat dilakukan dengan mengunakan garis-garis

besar program pembelajaran, yakni dengan mengumpulkan

seluruh buku, artikel jurnal ilmiah, modul, dan sumber acuan

lainnya. Kemudian memilih bagian-bagian sumber tersubut

untuk dijadikan pokok bahasan sesuai dengan kurikulum yang

berlaku saat ini.

3. Menulis sendiri

Menulis adalah cara pengembangan modul yang paling

ideal, menulis sendiri modul yang akan digunakan dalam


23

proses pembelajaran untuk kebutuhan siswa dalam ilmu dan

mata pelajaran tersebut.

Dalam pengembangan modul yang di paparkan diatas peneliti

mengambil kompilasi dalam pengembangan modul penelitian yang

digunakan. Yakni dengan memilih bagian-bagian materi dan soal

latihan dari berbagai sumber yang sesuai dengan modul penelitian

yang digunakan oleh peneliti.

d. Kualitas pengembangan modul

Menurut Nieven, (2013: 30-37) bahan ajar dapat dikatakan

berkualitas tinggi ditinjau dari tiga aspek yaitu kevalidan,

keefektifan, dan kepraktisan. Pertama, sejauh materi berkualitas

bagus, materi itu sendiri harus diperhatikan dengan baik.

komponen material harus didasarkan pada pengetahuan mutakhir

(validitas isi) dan semua komponen harus saling terkait secara

konsisten (validitas konstruk). Jika produk memenuhi persyaratan

ini dianggap valid. Dalam penelitian ini tingkat kevalidan modul

dapat dilihat dari hasil penilaian oleh para ahli materi dan para ahli

media melalui angket penilaian.

Karakteristik kedua dari bahan berkualitas tinggi adalah

siswa menghargai program pembelajaran dan pembelajaran yang

diinginkan berlangsung. Dengan bahan efektif semacam itu, ada

konsistensi antara kurikulum yang diinginkan dan yang telah

dicapai. Dengan kata lain bahan dikatakan efektif jika siswa dapat
24

memahami materi yang ada dalam modul dengan baik untuk

mencapai hasil yang diharapkan.

Karakteristik ketiga dari bahan berkualitas tinggi adalah

bahwa para guru (dan pakar lainnya) menganggap bahan itu mudah

digunakan bagi guru dan siswa. Ini berarti konsistensi harus ada

antara kurikulum yang diinginkan dan yang dirasakan serta

kurikulum yang diinginkan dan operasional. Jika kedua konsistensi

sudah ada, maka menyebut bahan ini praktis.

e. Prosedur Penyusunan Modul

Modul pembelajaran disusun berdasarkan prinsip-prinsip

pengembangan suatu modul, meliputi: analisis kebutuhan,

pengembangan desain modul, implementasi, penilaian, evaluasi,

dan validasi serta jaminan kualitas. Pengembangan suatu desain

modul dilakukan dengan tahapan yaitu menetapkan strategi

pembelajaran dan media, memproduksi modul, dan

mengembangkan perangkat penilaian. Dengan demikian, modul

disusun berdasarkan desain yang telah ditetapkan. Menurut

Prastowo (2011:119) langkah-langkah penyusunan modul antara

lain:

1. Analisi kurikulum

Tahap ini bertujuan untuk menentukan materi-materi yang

mana memerlukan bahan ajar. Dalam menentukan materi,

analisis dilakukan dengan cara melihat inti materi yang


25

diajarkan serta kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta

didik.

2. Menentukan judul modul

Untuk menentukan judul modul, maka harus mengacu pada

kompetensi-kompetensi dasar atau materi pokok yang ada

didalam kurikulum. Satu kompetensi dapat dijadikan sebagai

judul modul apabila kompetendi itu tidak terlalu besar.

Sedangkan besarnya kompetensi dapat diseleksi, antara lain

dengan cara, apabila diuraikan kedalam materi pokok (MP)

mendapat maksimal 4 MP, maka kompetensi itu telah dapat

dijadikan sebagai satu modul.

3. Pemberian kode modul

Dalam penyusunan modul, agar memudahkan dalam

pengelolaan modul, maka sangat diperlukan adanya kode

modul. Pada umumnya kode modul adalah angka-angka yang

diberi makna.

4. Penulisan modul

Dalam penulisan modul ada lima hal yangdijadikan acuan

yaitu:

a. Perumusan kompetensi dasar yang harus dikuasai

Rumusan kompetensi dasar pada peserta didik setelah mereka

berhasil menyelesaikan modul tersebut.

b. Evaluasi atau penilaian


26

Sejumlah pertanyaan atau tes yang digunakan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam

menguasai kompetensi dasar.

b. Penyusunan materi

Materi atau isi modul bergantung pada kompetensi yang

akan dicapai. Untuk penulisannya, materi modul tidk

harus ditulis secara lengkap. Tugas-tugas harus ditulis

secara jelas dan tidak membingungkan yang bertujuan

untuk mengurangi pertanyaan dari peserta didik tentang

hal-hal yang semestinya bisa mereka kerjakan. Kemudian

kalimat-kalimat yang disajikan tidak boleh terlalu

panjang agar peserta didik lebih mudah memahami

materi yang ada pada modul tersebut.

Langkah-langkah penyusunan modul ini sangat membantu dalam

membuat modul. Dalam membuat modul menjadi terarah dan sesuai

kebutuhan siswa. Dengan melakukan analisis kurikulum, modul yang

disusun menjadi sangat bermanfaat karena sesuai kebutuhan siswa dan

diharapkan sebagai solusi dari permasalahan yang ditemukan.

a. Tujuan Dan Manfaat Penyusunan Suatu Modul

Menurut Hamdani (2011:220) salah satu tujuan penyusunan

modul adalah menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan

kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni

bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik materi ajar dan


27

karakteristik siswa, serta setting atau latar belakang lingkungan

sosialnya. Modul memiliki manfaat, baik ditinjau dari kepentingan

siswa maupun dari kepentingan guru.Bagi siswa modul bermanfaat

antara lain:

a. Siswa memiliki kesempatan melatih diri belajar secara mandiri

b. Belajar menjadi lebih menarik karena dapat dipelajari di luar

kelas dan di luar jam pelajaran

c. Berkesempatan mengekspresikan cara-cara belajar yang sesuai

dengan kemampuan dan minatnya

d. Berkesempatan menguji kemampuan diri sendiri dengan

mengerjakan latihan yang disajikan dalam modul

e. Mampu membelajarkan diri sendiri

f. Mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi langsung

dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya.

Bagi guru, penyusunan modul bermanfaat karena:

a. Mengurangi kebergantungan terhadap ketersediaan buku teks.

b. Memperluas wawasan karena disusun dengan menggunakan

berbagai referensi.

c. Menambah khazanah pengetahuan dan pengalaman dalam menulis

bahan ajar.

d. Membangun komunikasi yang efektif antara dirinya dan siswa

karena pembelajaran tidak harus berjalan secara tatap muka.


28

Sementara menurut BNSP (2008) bahan ajar yang baik itu

berisi mencakup standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

sesuai dengan tuntutan standar isi. Adapun aspek yang di nilai dari

bahan ajar menurut BNSP adalah meliputi kelayakan isi, kelayakan

bahasa, kelayakan penyajian dan kelayakan kegrafikan. Kelayakan

isi dan penyajian dinilaioleh ahli materi dan ahli pembelajaran,

sementara untuk kelayakan bahasa dan penyajian di nilai oleh dua

orang guru bidang studi.

Dari dua penjelasan kualitas pengembangan modul diatas

peneliti menyimpulkan untuk mengambil pengembangan modul

berdasarkan kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Modul ini

dikembangkan berdasarkan standar BNSP. Dimana untuk

kelayakan isi dan penyajian dinilai oleh dua ahli materi agar modul

yang dikembangkan dikatakan valid, sementara untuk kepraktisan

di isi melalui angket respon siswa. Selanjutnya untuk keefektifan

dilihat dari nilai hasil belajar siswa setelah menggunakan modul.

4. Modul Pembelajaran Kontekstual

Modul merupakan salah satu media pembelajaran yang

telah disusun secara sistematis yang dapat digunakan sebagai

bahan ajar siswa dalam proses pembelajaran. Modul menurut

Asyhar (2011: 155), adalah salah satu bentuk bahan ajar berbasis

cetakan yang dirancang untuk belajar secara mandiri oleh siswa

karena itu modul dilengkapi dengan petunjuk untuk belajar sendiri.


29

Pendapat mengenai modul tersebut juga diperkuat oleh

Sukiman (2012 : 125) : Modul yang baik disusun dengan

menyajikan materi yang mudah dipahami siswa sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan tanpa membatasi siswa untuk

mencari lebih bayak materi yang disajikan,menyajikan soal-soal

yang kontekstual, menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah

dipahami oleh siswa serta menyediakan informasi tentang materi

tersebut.

Menurut Sukiman (2012: 133) untuk memenuhi karakter

self-instructional, modul harus memiliki beberapa kriteria sebagai

berikut:

1. Merumuskan standar kompetensi dan kompetensi dasar

dengan jelas.

2. Mengemas materi pembelajaran sehingga memudahkan

peserta didik belajar secara tuntas.

3. Menyediakan contoh dan ilustrasi pendukung kejelasan

pemaparan materi pembelajaran.

4. Menyajikan soal-soal latihan, tugas, dan sebagainya yang

memungkinkan peserta didik memberikan respon dalam

setiap pembelajarannya.

5. Kontekstual, yakni materi-materi yang disajikan terkait

dengan suasana atau dengan keadaan nyata bagi peserta

didik.
30

Memberikan rangkuman materi pembelajaran.

7. Memberikan umpan balik atas penilaian peserta didik,

sehingga peserta didik mengetahui tingkat penguasaan

materi tersebut.

8. Menyediakan informasi tentang rujukan yang mendukung

materi didik.

Suatu modul yang dikembangkan harus dapat membantu

peserta didik dalam meningkatkan motivasi belajarnya. Sejalan

dengan pendapat Suryaningsih (2010: 31) yang mengungkapkan

bahwa manfaat modul yaitu:

a. Meningkatkan pemikiran siswa, karena setiap kali

mengerjakan tugas banyak pelajaran dengan jelas dan

sesuai dengan kemampuan siswa.

b. Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui

benar, pada saat menggunakan modul dan sebelum

menggunakan modul. Bahan pelajaran terbagi lebih

merata dalam satu semester.

c. Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran

disusun menurut jenjang akademik.

Pengembangan modul yang inovatif dibutuhkan penyusunan

yang tepat supaya menjadi menarik, bermanfaat, dan efektif proses

pembelajaran bagi siswa. Hal ini harus diperhatikan dalam membuat

suatu bahan ajar berupa modul adalah kerangka modul. Sebaiknya


31

suatu kerangka modul disusun secara sederhana yang paling sesuai

dengan kebutuhan dan kondisi yang ada dilapangan.

Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan

situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapan dalam

kehidupan sehari-hari menurut Departemen Pendidikan Nasional

biasa disingkat Depdiknas (dalam Lestari & Yudhanegara, 2017:39)

1. Prinsip-prinsip Kontekstual

Menurut Yamin (2013: 53-55), menyebutkan tiga prinsip

ilmiah dalam CTL, sebagai berikut :

a. Prinsip Saling Bergantungan

Prinsip ini merupakan prinsip kebersamaan, di

samping itu manusia merupakan makhluk sosial yang

membutuhkan hubungan satu individu dengan individu

lain. Saling bergantungan guru dengan peserta didik,

peserta didik dengan guru, peserta didik dengan peserta

didik lain. Prinsip CTL, pembelajaran/guru, peserta didik,

dan masyarakat merupakan sistem yang saling terkait di

dalam menghubungkan konteks dan menemukan makna

dari persoalan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari,

kemudian secara bersama-sama dapat memecahkan

persoalan, merancangkan suatu rencana, mengambilkan


32

suatu keputusan dan kesimpulan. Masing-masing

komponen dapat saling memberi dan menerima, bertanya

dan menjawab konteks yang dibutuhkan

b. Prinsip Diferensiasi

Prinsip ini menggambarkan CTL menghargai dan

menjunjung tinggi keberagaman. Mengingat peserta didik

memiliki latar belakang akademik dan sosial yang berbeda,

CTL memberikan peluang dan kesempatan untuk saling isi

dan mengisi serta memberi perhatian individu lebih panjang

dan terkonsentrasi. Keberagaman dan keberbedaan suatu

yang unik, masing-masing individu saling mempelajarinya

dan saling kerja sama.

c. Prinsip Pengaturan Diri (self regulation)

Prinsip ini meminta para pembelajar/guru untuk

mendorong setiap peserta didik mengeluarkan seluruh

potensinya. Sasaran CTL adalah menolong peserta didik

mencapai keunggulan akademik, memperoleh keterampilan

karir, dan mengembangkan karakter dengan cara

menghubungkan tugas sekolah dengan pengalaman serta

pengetahuan pribadinya. Ketika peserta didik

menghubungkan materi akademik dengan konteks keadaan

pribadi mereka, mereka terlihat dalam kegiatan yang

mengandung prinsip pengaturan diri.


33

Dalam Anisah Hilmayani (2016) Prinsip-prinsip

Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu sebagai

berikut :

1. Kesaling bergantungan (intedependensi), prinsip ini

membuat hubungan yang bermakna antara proses

pembelajaran dan konteks kehidupan nyata sehingga peserta

didik berkeyakinan bahwa belajar merupakan aspek yang

esensial bagi kehidupan di masa datang.

2. Perbedaan (diferensiasi) adalah mendorong peserta didik

menghasilkan keberagaman, perbedaan, dan keunikan.

Terciptanya kemandirian dalam belajar yang dapat

mengkontruksi minat peserta didik untuk belajar mandiri

dalam konteks tim dengan mengkorelasikan bahan ajar

dengan kehidupan nyata, dalam rangka mencapai tujuan

secara penuh makna.

3. Pengaturan diri menyatakan bahwa proses pembelajaran

diatur, dipertahankan, dan disadari oleh peserta didik sendiri,

dalam rangka merealisasikan seluruh potensinya. Peserta

didik secara sadar harus menerima tanggung jawab atas

keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternatif, membuat

pilihan, mengembangkan rencana, menganalisa informasi,

menciptakan solusi dan dengan kritis menilai bukti.


34

Penilaian Auntentik yaitu menantang peserta didik agar dapat

mengaplikasikan berbagai informasi akademis baru dan

keterampilannya ke dalam situasi kontekstual secara

signifikan.

5. Materi Matriks

Materi matriks merupakan salah satu kompetensi yang

harus dipelajari oleh siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

kelas X. Matriks merupakan penemuan dalam matematika yanng

memudahkan seseorang dalam pengolahan data. Dengan

mempelajari matriks, siswa akan memperoleh keterampilan mencari

dan mengolah data secara runtut melalui operasi – operasi matriks

hingga diperoleh suatu penyelesaian. Selain itu, siswa dapat

memperoleh kecakapan berfikir rasional, dan keterampilan yang

menunjang kecakapan keahlian siswa.

Di tingkat SMK dengan materi matriks meliputi pokok

bahasan macam – macam matriks, operasi matriks, serta determinan

dan invers matriks. Berikut dijabarkan standar kompetensi dan

kompetensi dasarnya.

Tabel 3. SK dan KD Materi Matriks


Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

3.Memecahkan masalah 1.1 Mendeskripsikan macam-


berkaitan dengan konsep macam matriks
matriks 1.2 Menyelesaikan operasi matriks
1.3 Menentukan determinan dan
invers
35

Berdasarkan SK dan KD di atas dapat disusun peta konsep matriks yang

disajikan pada Gambar 2 dibawah ini. Selanjutnya, materi matriks dijabarkan

secara lebih mendalam dalam modul yang dikembangkan oleh peneliti.

1. Pengertian matriks
2. Macam-macam Matriks
Macam – Macam
3. Kesamaan Matriks
Matriks
4. Transpose Matriks

1. Penjumlahan matriks
Operasi pada 2. Pengurangan Matriks
MATRIKS
Matriks 3. Perkalian Matriks

1. Determinan Matriks
Invers Matriks 2. Minor, Kofaktor dan
Adjoin
3. Invers Matriks

Gambar 3.Peta Konsep Matriks

B. Penelitian yang Relevan

Kajian penelitan yang relevan merupakan bagian yang penting dalam

sebuah penelitian. Kajian ini berisi tentang hasil penelitian sebelumnya

yang kemudian digunakan untuk pembanding dan acuan dalam penelitian

yang dilakukan. Berikut ini penelitian terdahulu yang menjadi acuan bagi

penulisan dalam penelitian :

1. Kurniati (2018) dengan judul “Pengembangan Modul Matematika

Berbasis Kontekstual Terintegrasi Ilmu Keislaman”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis,

mendeskripsikan validitas, dan praktikalitas pengembangan modul

matematika berbasis kontekstual terintegrasi ilmu keislaman pada siswa.


36

Jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian pengembangan (

research and development / R & D ). Subjek dalam uji coba iya itu siswa

SMA IT Az - Zuhra Islamic School. Rancangan penelitian menggunakan

model penelitian ADDIE. Sesuai dengan namanya model ADDIE terdiri

dari lima fase atau tahap utama yaitu (A)nalysis, (D)esign, (D)evelopment,

(I)mplementation, dan (E)valuation. Jenis data yang diambil dalam

penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari

angket. Instrumen pengumpulan data berupa angket uji validitas dan

angket uji praktis kualitas. Data yang di peroleh kemudian di analisis

dengan teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa

modul matematika berbasis kontekstual terintegrasi ilmu keislaman ini

valid dan praktis untuk digunakan.

2. Astika, F (2014) dengan judul “Pengembangan Modul Pada MateriI

Matriks Dengan Pendekatan PMRI Untuk Siswa Kelas X SMK”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa Penelitian ini menghasilkan modul

matematika matriks dengan pendekatan PMRI. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa: (1) berdasarkan penilaian kualitas modul oleh dosen

ahli, modul yang dikembangkan dinyatakan valid dengan skor rata-rata

4,13 yang termasuk dalam kategori valid, (2) berdasarkan hasil post-test,

modul yang dikembangkan dinyatakan efektif dengan ketuntasan hasil

belajar yaitu 71% dan nilai rata-rata kelas 77,61 yang termasuk dalam

kategori baik, dan (3) berdasarkan angket respon siswa, modul yang
37

dikembangkan dinyatakan praktis dengan skor rata-rata 4,22 yang

termasuk dalam kategori sangat baik.

3. Mardati, A. (2016) dengan judul “Pengembangan Modul Matematika

dengan Pendekatan Kontekstual Pada Materi Bangun Datar untuk

Mahasiswa PGSD UAD”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil

penilaian produk oleh ahli materi diperoleh skor X = 259 yang termasuk

dalam kriteria nilai “Sangat Baik”. Sedangkan keseluruhan penilaian

produk oleh ahli media diperoleh skor X = 161, yang termasuk dalam

kriteria nilai “Sangat Baik”. Dari hasil penilaian tersebut maka modul yang

dikembangkan dengan pendekatan kontekstual dinyatakan layak uji coba

kelompok kecil dengan revisi.

C. Kerangka berpikir

Bahan ajar merupakan faktor yang sangat penting pembelajaran,

ketersediaan bahan ajar akan membuat kegiatan pembelajaran menjadi

lebih menarik. Bahan ajar juga memberi kesempatan siswa untuk belajar

secara mandiri serta dapat menghilangkan ketergantungan terhadap

kehadiran gurunya. Salah satu bentuk bahan ajar adalah modul.

Selama penulis melakukan observasi di Smk Muhammadiyah Batam,

penulis menemukan masalah berupa proses pembelajaran matematika

untuk siswa disekolah belum bisa mandiri karena belum tersedianya bahan

ajar untuk mata pelajaran matematika untuk kelas X sehingga

menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah

soal latihan yang bervariasi, siswa sering meniru contoh soal yang
38

diberikan guru dalam menjawab soal latihan. Sehingga siswa kurang

antusias dalam belajar serta pengetahuan siswa hanya sekedar dari

mencatat dan mendengarkan apa yang diberikan oleh guru karena bahan

ajar yang menjadi pegangan tidak mereka milik. Sehingga mengakibatkan

siswa belum bisa belajar secara mandiri.

Modul yang dikembangkan penulis berupa pengembangan modul

matematika berbasis pendekatan kontekstual pada materi matriks, dimana

akan membantu siswa dalam belajar secara mandiri dan terbimbing, serta

dapat membantu guru dalam proses mengajar.

Berikut merupakan diagaram alir yang menggambarkan kerangka

berpikir dalam penelitian:


39

1. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan


soal latihan yang bervariasi
2. Kurangnya minat belajar siswa karena bahan ajar
yang sebagai pedoman tidak dimiliki.
3. Kurangnya pemanfaatan fasilitas perpustakaan
sebagai sarana belajar.
Masalah
4. Siswa hanya sekedar mencatat dan mendengarkan
apa yang dijelaskan oleh guru.
5.Siswa belum mampu belajar secara mandiri dengan
menggunakan buku pegangan.

Solusi Mengembangkan Modul Kontekstual pada


materi Matriks

Hasil Menghasilkan Modul pada materi Matriks dengan


Pendekatan Kontekstual yang Valid, Efektif, dan
Praktis

Gambar 4. Diagram alur kerangka berpikir


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan model

pengembangan ADDIE, yang meliputi tahap analysis (analisis), design

(perancangan), development (pengembangan), implementation

(implementasi), dan evaluation (evaluasi). Penelitian ini bertujuan untuk

menghasilkan bahan ajar berupa modul materi matriks dengan pendekatan

Kontekstual untuk siswa kelas X SMK Muhammadiyah Batam.

B. Model Pengembangan

Pemilihan model pengembangan yang baik akan menghasilkan

produk yang efektif dan efesien. Ketetapan pemilihan model

pengembangan akan menghasilkan produk yang tepat. Salah satu ciri

ketepatan produk hasil pengembangan yaitu produk tersebut dapat

diaplikasikan dengan baik dan memberi manfaat bagi para penggunanya.

Hasil produk pengembangan yang baik dan tepat akan meningkatkan

motivasi dan keinginan peserta didik untuk memperoleh pengetahuan lebih

dalam terhadap materi yang disajikan.

Salah satu media yang memperhatikan tahapan-tahapan dasar

desain pengembangan media yang sederhana dan mudah dipahami adalah

model ADDIE. Model ADDIE adalah istilah sehari-hari yang digunakan

untuk menggambarkan pendekatan sistematis untuk pengembangan

40
41

pembelajaran. ADDIE merupakan singkatan yang mengacu pada proses-

proses utama dari proses pengembangan sistem pembelajaran yaitu :

Analysis (analisis), Design (desain), Development (pengembangan),

Implentation (implementasi), dan Evaluation (evaluasi). beberapa alasan

pemilihan metode ADDIE antara lain:

1. Model ADDIE adalah model yang memberikan kesempatan untuk

melakukan evaluasi dan revisi secara terus menerus dalam setiap fase yang

dilalui. Sehingga produk yang dihasilkan menjadi produk yang valid dan

reliabel.

2. Model ADDIE sangat sederhana tapi implementasinya sistematis

C. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan bahan ajar materi matriks dengan

pendekatan kontekstual ini mengikuti tahapan ADDIE yang sudah ada.

Model ini menggunakan 5 tahapan. Kelima tahap tersebut digambarkan

pada gambar 4 berikut Benny (Fitri, 2014: 42):


42

Analisis kebutuhan untuk menentukan


masalah dan solusi yang tepat dan
A menentukan kompetensi siswa
Analysis
Menentukan kompetensi khusus, metode,
D bahan ajar, dan strategi pembelajaran
Design

Memproduksi program dan bahan ajar


D yang akan digunakan dalam program
Development pembelajaran

Melaksanakan program pembelajaran


I
dengan menerapkan desain atau spesifikasi
Implementation program pembelajaran

E Melakukan evaluasi program


pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.
Evaluation

Gambar 4.Tahap Model Pengembangan ADDIE (Fitri, 2014: 42)

Berikut penjelasan dari tahap pengembangan ADDIE yang akan peneliti

lakukan.

1. Tahap Analisis (Analysis)

Tahap analysis merupakan tahap dimana peneliti menganalisis

perlunya pengembangan bahan ajar dan menganalisis kelayakan dan syarat-

syarat pengembangan.Tahapan analisis yang dilakukan penulis mencakup

tiga hal yaitu analisis kebutuhan, analisis kurikulum, dan analisis karakter

peserta didik.Secara garis besar tahapan analisis yang dilakukan penulis

adalah sebagai berikut :


43

a. Analisis Kurikulum

Pada analisis kurikulum dilakukan dengan memperhatikan karakteristik

kurikulum yang sedang digunakan dalam suatu sekolah.Hal ini dilakukan

agar pengembangan yang dilakukan dapat sesuai tuntutan kurikulum

yang berlaku. Kemudian peneliti mengkaji KD untuk merumuskan

indikator-indikator pencapaian pembelajaran.

b. Analisis Karakter Peserta Didik

Analisis karakteristik siswa dilakukan dengan mengidentifikasi karakter

siswa yang akan menggunakan modul berdasarkan wawancara dengan

guru matematika kelas tersebut. Analsis karakteristik peserta ini di tinjau

sesuai dengan kejuruan masing-masing siswa. Di sini peneliti

menganalisis karakter peserta didik di kelas X Akuntansi. Melalui

analisis karakteristik siswa, peneliti dapat menentukan pendekaran yang

tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran.

2. Tahap Perancangan(Design)

Tujuan tahap perancangan adalah untuk mempersiapkan segala hal

yang dibutuhkan dalam pengembangan modul agar modul yang

dikembangkan dapat mendukung pembelajaran di sekolah. Kegiatan

perancangan modul antara lain, yaitu :

a. Penyusunan peta kebutuhan modul yang memuat gambaran

keseluruhan isi materi berdasarkan kompetensi pada kurikulum yang

digunakan.
44

b. Penentuan kerangka modul yang meliputi penyusunan garis besar

modul, sistematika penyusunan materi akan digunakan dalam

pengembangan produk.

c. Penentuan desain tampilan modul disesuaikan dengan pendekatan

kontekstual yaitu membangun pemahaman siswa dari konteks

kehidupan sehari-hari.

d. Pengumpulan referensi yang berkaitan dengan materi yang akan

dikembangkan dalam modul.

e. Penyusunan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.

3. Tahap Pengembangan (Development)

Pada tahapan ini peneliti mengonkretkan hasil perencanaan pada

tahapan desain. Rancangan modul yang telah dikonsepkan kemudian

dikembangkan dengan melalui langkah-langkah sebagai berikut.

a. Penulisan draft

Penulisan draft modul disesuaikan dengan kerangka modul yang

disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dengan memperhatikan

spesifikasi sebagai berikut.

1) Berbentuk media cetak yang terdiri atas komponen halaman

judul, kata pengantar, daftar isi, pendahuluan, kegiatan belajar,

soal evaluasi, glosarium, kunci jawaban, dan daftar pustaka.

2) Disusun dengan menerapkan tujuh komponen pendekatan

kontekstual. Tujuh komponen pendekatan kontekstual meliputi

: (1) Kontruktivisme, (2) Quistioning, (3) Inquiry, (4) Learning


45

Community, (5) Modeling, (6) Reflection, dan (7) Authentic

assessemen.

3) Ditampilkan dengan layout (tampilan) sesuai dengan desain

tampilan modul yang telah ditentukan pada tahap desain.

Selama proses penyusunan modul dosen pembimbing

memberikan masukan-masukan, sehingga akhirnya modul

tersebut dinyatakan siap untuk divalidasi oleh ahli materi, ahli

media dan ahli bahasa.

b. Memvalidasi modul kepada ahli materi, ahli media dan ahli bahasa

Modul harus dinyatakan valid dan layak oleh ahli-ahli tersebut

sebelum diimplementasikan dalam pembelajaran. data hasil

evaluasi dari ahli materi, ahli media dan ahli bahasa selanjutnya

dianalisis untuk mengetahui tingkat kevalidan modul dan revisi

yang perlu dilakukan berdasarkan masukan dan saran dari ahli-ahli

tersebut.

Setelah penulisan draft modul, tahapan dilanjutkan dengan

penyuntingan draft modul. Tahapan ini terdiri dari kegiatan editing

dan penelitian yang dilakukan oleh tim ahli. Modul yang telah

disusun dikonsultasikan secara berkala dan kemudian dilanjutkan

dengan penilaian oleh ahli materi, ahli media dan ahli bahasa.

Beberapa aspek yang dilihat dalam penilaian antara lain

kompetensi, kualitas materi, kelengkapan komponen modul,


46

kesesuaian modul dengan pendekatan kontekstual, tata bahasa,

penyajian dan desain.

c. Revisi

Peneliti melakukan revisi sesuai kekurangan modul. Setelah modul

dinyatakan layak, selanjutnya dilakukan proses pengolahan produk.

4. Tahap Implementasi(Implementation)

Setelah mendapatkan modul yang valid dan layak, selanjutnya

modul dicetak sebanyak jumlah siswa yang dibutuhkan dan kemudian

diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Uji coba ini

dilakukan dengan cara siswa menggunakan modul tersebut untuk

mempelajari materi Matriks. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan

pengisian angket yang dilakukan oleh siswa yang telah menggunakan

modul, dengan tujuan untuk mendapatkan beberapa data guna menilai

aspek keefektifan dan kepraktisan modul serta evaluasi sebagai acuan

revisi sehingga modul menjadi lebih baik.

5. Tahap Evaluasi(Evaluation)

Kegiatan pada tahap evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi

apakah modul tersebut dapat digunakan sesuai dengan harapan efektif dan

praktis dalam menunjang kualitas hasil belajar siswa pada materi Matrik.

Evaluasi diperoleh dari angket siswa.. Pada tahap evaluasi dilakukan revisi

akhir terhadap produk yang dikembangkan berdasarkan masukan siswa

yang diberikan selama tahap implementasi karena mungkin masih terdapat

kekurangan-kekurangan dalam modul Matriks.


47

Berdasarkan dari keseluruhan proses, maka modul yang

dikembangkan diharapkan layak digunakan untuk pembelajaran

matematika karena telah memenuhi aspek kualitas yang ditinjau dari segi

kelayakan isi, kegrafisan, bahasa dan kesesuaian dengan pendekatan

kontekstual serta aspek kepraktisan.

Rancangan prosedur pengembangan diatas dapat digambarkan

dalam prosedur penelitian berikut ini :

Analisis kurikulum, dan Analisis karakteristik 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠


siswa 𝑚𝑚𝑚
𝑚𝑚
}

Merancang garis besar isi modul dan Menyusun


menyiapkan buku-buku referensi instrumen modul 𝐷𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛

Mengembangkan modul

Produk awal

Ahli Materi 𝐷𝑒𝑣𝑒𝑙𝑜𝑝


Tidak 𝑚𝑚𝑚
Validitas Ahli Media𝑚𝑚

Ahli Bahasa
Revisi awal

Uji coba }
𝐼𝑚𝑝𝑙𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛
𝑚𝑚𝑚
𝑚𝑚
Revisi akhir
}

Produk akhir 𝑚𝑚𝑚 𝐸𝑣𝑎𝑙𝑢𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛


Gambar 5. Prosedur Pengembangan dalam Penelitian.
𝑚𝑚
}
48

C. Desain Uji Coba Produk

1. Desain Uji Coba

Uji coba dilakukan pada pengguna mengenai kualitas modul yang

sedang dikembangkan. Data dari hasil uji coba akan dijadikan sebagai

dasar dalam merevisi modul, sehingga modul yang dihasilkan layak untuk

digunakan dalam pembelajaran.

Tahap-tahap prosedur uji coba adalah sebagai berikut :

a. Tahap Persiapan

Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum uji coba sebagai berikut :

1. Mengurus izin penelitian

2. Menentukan jadwal penelitian

3. Membuat instrumen penelitian

4. Memvalidasi instrumen penelitian kepada validator hingga

diperoleh instrumen yang valid

5. Merancang modul berbasis kontekstual. Selanjutnya, modul

divalidasi oleh validator

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahapan ini yaitu : Pendahuluan, mengkomunikasikan topik

yang akan dipelajari, membagikan modul, menjelaskan manfaat

modul, dan penggunaan modul.

c. Tahap Akhir

Pada tahapan ini yaitu, melakukan revisi dari tahap uji coba dan

menghitung persentase keaktifan siswa, kemudian melakukan tes


49

akhir dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah

menggunakan modul berbasis kontekstual.

2. Subyek Uji Coba

Subjek penelitian ini adalah: Seluruh siswa kelas X Akuntansi

yang berjumlah 20 siswa.

Waktu penelitian dilaksanakan di SMK Muhammadiyah Batam

yang beralamat di JL. Prof. Dr. Hamka No 3, kibing, Kecamatan Batu aji,

Kota Batam, Kepulauan Riau.

3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

a. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan uraian instrumen penelitian yang dibutuhkan,

maka metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam

penelitian ini adalah :

a. Teknik observasi

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

melakukan pengamatan secara langsung ke sekolah yang akan

digunakan sebagai tempat uji coba saat proses pembelajaran

matematika berlangsung. Observasi dilakukan untuk

memperoleh informasi tentang subyek penelitian seperti terjadi

dalam kenyataan. Observasi dilakukan pada saat kegiatan

belajar berlangsung di dalam kelas dengan bantuan observer

non-partisipan.

b. Teknik literatur
50

Teknik literatur ialah mengumpulkan literatur-literatur aspek-

aspek untuk mengembangkan modul materi matematika pada

materi Matriks dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

c. Angket

Angket yang dikembangkan berisi pertanyaan-pertanyaan

berdasarkan standar penilaian bahan ajar dari BSNP (2008),yang

harus dijawab oleh responden. Jenis angket yang digunakan

adalah angket tertutup, dimana angket tersebut terdiri atas

pertanyaan dengan sejumlah jawaban tertentu sebagai pilihan.

Angket yang digunakan dalam penelitian ini meliputi angket

validasi dan evaluasi modul untuk ahli materi dan ahli media,

guru, serta siswa untuk mengetahui respons terhadap

penggunaan modul dalam pembelajaran.

b. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen yang

mendukung penelitian untuk mendapatkan data tentang kevalidan,

keefektifan, dan kepraktisan modul pada materti matriks dengan

pendekatan kontekstual yang dikembangkan. Instrumen yang akan

digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Instrumen pengukur validitas modul

Instrumen untuk mengukur validitas modul, yaitu :

a. Lembar evaluasi modul untuk ahli materi


51

Lembar evaluasi ini bertujuan untuk mengevaluasi modul

yang selanjutnya dijadikan dasar untuk menentukan valid

atau tidaknya modul serta layak atau tidaknya untuk

diimplementasikan dalam pembelajaran ditinjau dari segi

materi.

Tabel 3. Aspek Kelayakan Isi


No. Indikator Instrumen
A. Kesesuaian 1. Kelengkapan materi
materi dengan
1
Silabus dan 2. Kedalaman materi
RPP
3. Keakuratan konsep dan
definisi
4. Keakuratan data dan fakta
B. Keakuratan 5. Keakuratan contoh dan
2
Materi kasus
6. Keakuratan gambar,
diagram dan ilustrasi
7. Keakuratan istilah-istilah
8. Gambar,diagram dan
ilustrasi dalam kehidupan
C. Kemutakhiran sehari-hari
3
Materi 9. Menggunakan contoh dan
kasus yang terdapat dalam
kehidupan sehari-hari
D. Mendorong
4 10. Mendorong rasa ingin tahu
keingintahuan

Tabel 4. Aspek Kelayakan Penyajian

No. Indikator Instrumen

1 A. TeknikPenyajian 1. Keruntutan konsep


B. Pendukung 2. Contoh-contoh soal dalam
Penyajian setiap kegiatan belajar
3. Soal latihan pada setiap
2
akhir kegiatan belajar
4. Pengantar
5. Daftar pustaka
52

C. Penyajian 6. Keterlibatan siswa


3
Pembelajaran
D. Koherensi dan 7. Ketertautan antar kegiatan
4 Keruntutan belajar/sub kegiatan
Alur Pikir belajar/alinea
8. Keutuhan makna dalam
kegiatan belajar/sub
kegiatan belajar/alinea.

b. Lembar evaluasi modul untuk ahli media

Lembar evaluasi ini bertujuan untuk mengevaluasi modul

yang selanjutnya dijadikan dasar untuk menentukan valid

atau tidaknya modul serta layak atau tidaknya untuk

diimplementasikan dalam pembelajaran ditinjau dari segi

media.

Tabel 5. Aspek Kelayakan kegrafisan dan penyajian


No. Indikator Instrumen
A. Ukuran Modul 1. Kesesuaian ukuran modul dengan standar
1. ISO
2. Kesesuaian ukuran dengan materi isi modul
B. Desain Sampul 3. Penampilan unsur tata letak pada sampul
Modul (Cover) muka,belakang dan punggung secara
harmonis memilik irama dan kesatuan serta
konsisten.
4. Warna unsur tata letak harmonis dan
memperjelas fungsi
5. Huruf yang digunakan menarik dan mudah
dibaca
a. Ukuran huruf judul modul lebih dominan
2 dan proporsional dibandingkan ukuran
modul, nama pengarang.
b. Warna judul modul kontras dengan
warna latar belakang
6. Tidak menggunakan terlalu banyak
kombinasi huruf

7. Ilustrasi sampul modul


a. Menggambarkan isi/materi ajar dan
mengungkapkan karakter obyek.
53

b. Bentuk,warna,ukuran,proporsi obyek
sesuai realitas.
C. Desain Isi 8. Konsistensi tata letak
Modul
a. Penempatan unsur tata letak konsisten
berdasarkan pola
b. Pemisahan antar paragraf jelas
9. Unsur tata letak harmonis
a. Bidang cetak dan margin proporsional
b. Spasi antar teks dan ilustrasi sesuai
10. Unsur tata letak lengkap
a. Judul kegiatan belajar, sub judul
kegiatan belajar,dan angka
halaman/folio.
b. Ilustrasi dan keterangan gambar
11. Tata letak penempatan
a. Penempatan hiasan/ilustrasi sebagai
latar belakang tidak mengganggu judul,
teks, angka halaman
b. Penempatan judul, sub judul, ilustrasi,
3 dan keterangan gambar tidak
mengganggu pemahaman
12. Tipo grafi isi modul sederhana
a. Tidak menggunakan terlalu banyak
jenis huruf
b. Penggunaan variasi huruf (bold,italic,
all capital, smallcapital) tidak
berlebihan
c. Lebar susunan teks normal
d. Spasi antar baris susunan teks normal
e. Spasi antar huruf normal
13. Topografi isi modul memudahkan
pemahaman
a. Jenjang judul-judul jelas konsisten dan
proporsional
b. Tanda potongan kata
14. Ilustrasi isi
a. Mampu menggunakan makna atau arti
dari objek
54

b. Bentuk akurat dan proporsional sesuai


dengan kenyataan
c. Kreatif dan dinamis

c. Lembar evaluasi modul untuk ahli bahasa

Lembar evaluasi ini bertujuan untuk mengevaluasi modul

dalam penggunaan bahasa yang disajikan dan selanjutnya

dijadikan dasar untuk menentukan valid atau tidaknya

modul.

Tabel 6. Aspek Kelayakan Bahasa


No. Indikator Instrumen

Kesesuaian bahasa dengan tingkat


1
Bahasa sesuai dengan perkembangan berfikir siswa
1 tingkat
perkembangan siswa
Kesesuaian bahasa dengan tingkat
2
perkembangan emosional siswa

Bahasa yang digunakan menjadikan


3 materi yang disajikan mudah untuk
Komunikatif dan dipahami siswa
2
Interaktif
Kemampuan memotivasi siswa untuk
4
mempelajari materi
Kesesuaian dengan 5 Ketepatan tata bahasa
3 kaidah Bahasa
Indonesia 6 ketepatan ejaan

2. Instrumen pengukur keefektifan modul

Instrumen yang digunakan untuk mengukur keefektifan modul

yaitu tes hasil belajar (post-test). Hasil dari post-test inilah yang

dijadikan dasar untuk mengukur keefektifan modul. Soal dalam

tes hasil belajar (post-test) berbentuk soal uraian. Penyusuna tes


55

hasil belajar didasarkan pada indikator pembelajaran dalam

modul.

2. Instrumen pengukur kepraktisan modul

a. Angket respons siswa

Angket ini bertujuan untuk mengukur kepraktisan modul

dilihat dari aspek isi, penyajian, bahasa, kemenarikan,

kebermanfaatan.

Tabel 7. Angket Respon Siswa


No. Indikator Instrumen
Tampilan modul matematika ini
1
menarik
Modul matematika ini membuat saya
2
lebih bersemangat dalam belajar
Dengan menggunakan modul ini
3 dapat membuat belajar matematika
tidak membosankan
1 A. ketertarikan
Modul matematika ini mendukung
saya untuk menguasai pelajaran
4
matematika, khususnya pada materi
Matriks
Dengan ada nya ilustrasi dapat
5 memberikan motivasi untuk
mempelajari materi
Penyampaian materi dalam modul
6 matematika ini berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari
Materi yang disajikan dalam modul
2 B. Materi 7
ini mudah saya pahami
Penyajian materi dalam modul
matematika ini mendorong saya
8
untuk berdiskusi dengan teman yang
lain
Kalimat dan paragraf yang digunakan
9 dalam modul ini jelas dan mudah
3 C. Bahasa dipahami.
10 Bahasa yang digunakan dalam modul
56

matematika ini sederhana dan mudah


dimengerti
Huruf yang digunakan sederhana dan
11
mudah dibaca.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai

berikut:

c. Analisis validitas Modul

Data yang diperoleh dari lembar validasi dan evaluasi oleh ahli materi,

media, dan bahasa dianalisis dengan langkah sebagai berikut (Widyoko,

2009: 238-243):

a. Tabulasi data yang diperoleh dari lembar evaluasi modul untuk ahli

materi, ahli media dan ahli bahasa dengan mengelompokkan butir-

butir pernyataan sesuai dengan aspek-aspek yang diamati. Penskoran

berdasarkan nilai akurat yang diberikan para ahli tersebut yaitu 4, 3,

2, 1.

b. Menghitung rata-rata skor masing-masing aspek yang diamati

dengan rumus:

∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖
𝑥̅ =
𝑛
Keterangan:
𝑥̅ : skor rata-rata masing-masing aspek yang diamati
∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖 : jumlah skor masing-masing aspek yang diamati
𝑛 : banyaknya butir penilaian masing-masing aspek
yang diamati
57

c. Mengonversikan skor rata-rata yang diperoleh menjadi nilai

kualitatif berdasarkan klasifikasi penilaian skala 5 menurut Widyoko

(2009: 238)

Tabel 3. Pedoman Konversi Skor Kelayakan Modul


Rerata
Rumus Klasifikasi
Skor
𝑋>𝑋 ̅̅̅𝑡 + 1,8𝑠𝑏𝑖 >z4,2 Sangat Valid
̅̅̅ ̅̅̅
𝑋𝑡 + 0,6𝑠𝑏𝑖 < X ≤ 𝑋𝑡 +1,8𝑠𝑏𝑖 >z3,4 - 4,2 Valid
̅̅̅ ̅̅̅
𝑋𝑡 - 0,6𝑠𝑏𝑖 < X ≤ 𝑋𝑡 +0,6𝑠𝑏𝑖 >22,6 – 3,4 Cukup Valid
̅̅̅𝑡 -1,8𝑠𝑏𝑖 < X ≤ 𝑋
𝑋 ̅̅̅𝑡 -0,6𝑠𝑏𝑖 >11,8 – 2,6 Kurang Valid
̅̅̅
𝑋 > 𝑋𝑡 − 1,8𝑠𝑏𝑖 ≤ 1,8 Tidak Valid
(Widyoko, 2009: 238)
Keterangan :
X = Skor Empiris
1
𝑋𝑡 (Rerata Ideal) = 2 (skor maks ideal + skor min ideal)
1
𝑠𝑏𝑖 = 6 (skor maks ideal-skor min ideal)
Skor maksimum ideal = skor tertinggi
Skor minimum ideal = skor terendah

Modul yang dikembangkan dinyatakan memiliki derajat

validitas yang baik jika minimal tingkat validitas yang dicapai adalah

kategori valid.

d. Analisis Keefektifan Modul

Modul yang dikembangkan dikatakan efektif apabila persentase tes

hasil belajar siswa setelah menggunakan modul memenuhi ketuntasan

belajar secara klasikal. Tes hasil belajar dilakukan setelah modul siap

diujicobakan. Dimana tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui

pemahaman siswa dalam mempelajari materi yang ada dalam modul.

Data yang berasal dari post test akan dianalisis secara kuantitatif untuk

mengetahui nilai rata-rata kelas dan ketuntasan belajar. Adapun uji

klasikal adalah sebagai berikut:


58

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠


𝑝= 𝑥 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑖𝑘𝑢𝑡 𝑡𝑒𝑠

Kriteria ketuntasan tes hasil belajar (post-test) ditunjukkan pada tabel

berikut ini (Widyoko, 2017 : 259)

Tabel 5. Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar


Persentase (%) Kategori
p > 80 Sangat Baik
60 < p ≤ 80 Baik
40 < p ≤ 60 Cukup
20 < p ≤ 40 Kurang Baik
p ≤ 20 Tidak Baik
Keterangan :
p = Ketuntasan tes hasil belajar
Modul dinyatakan efektif apabila minimal tingkat ketuntasan tes

hasil belajar setelah menggunakan modulyang dicapai adalah kategori

baik.

e. Analisis Kepraktisan Modul

Data yang diperoleh dari angket kepraktisan modul untuk guru dan

angket tanggapan siswa dianalisis dengan langkah sebagai berikut.

a. Tabulasi data yang diperoleh dari angket kepraktisan modul untuk

guru dan angket tanggapan siswa dengan mengelompokkan butir-

butir pernyataan sesuai dengan aspek-aspek yang diamati. Data yang

diperoleh dari angket kepraktisan modul dan angket respons siswa

menggunakan skala Likert yang disusun dari beberapa pernyataan

dengan pilihan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R),

tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) yang kemudian

menurut Widyoko (2009: 115) menjelaskan teknik analisis angket

respons siswa yang dilakukan dalam penelitian sebagai berikut:


59

Tabel 6. Konversi Skala 5


Kategori Skor
Sangat setuju 5
Setuju 4
Ragu-ragu 3
Tidak setuju 2
Sangat tidak setuju 1
(Widyoko, 2009: 115)

b. Menghitung rata-rata skor masing-masing aspek yang diamati

dengan rumus:

∑𝑛𝑖=1 𝑥𝑖
𝑥̅ =
𝑛

Keterangan:
𝑥̅ : skor rata-rata masing-masing aspek yang diamati
𝑛
∑𝑖=1 𝑥𝑖 : jumlah skor masing-masing aspek yang diamati
𝑛 : banyaknya butir penilaian masing-masing aspek
yang diamati

c. Mengonversikan skor rata-rata yang diperoleh menjadi nilai

kualitatif berdasarkan klasifikasi penilaian skala 5 menurut Widyoko

(2017: 238).

Tabel 7. Konversi Data Kualitatif Skala Lima dalam Respon


Siswa
Rumus Rerata Skor Klasifikasi
̅̅̅
𝑋 > 𝑋𝑡 + 1,8𝑠𝑏𝑖 >z4,2 Sangat Baik
̅̅̅𝑡 + 0,6𝑠𝑏𝑖 < X ≤ 𝑋
𝑋 ̅̅̅𝑡 +1,8𝑠𝑏𝑖 >z3,4 - 4,2 Baik
̅̅̅ ̅̅̅
𝑋𝑡 - 0,6𝑠𝑏𝑖 < X ≤ 𝑋𝑡 +0,6𝑠𝑏𝑖 >22,6 – 3,4 Cukup
̅̅̅ ̅̅̅
𝑋𝑡 -1,8𝑠𝑏𝑖 < X ≤ 𝑋𝑡 -0,6𝑠𝑏𝑖 >11,8 – 2,6 Kurang
𝑋>𝑋 ̅̅̅𝑡 − 1,8𝑠𝑏𝑖 ≤ 1,8 Sangat Kurang
Keterangan :
X = Skor Empiris
1
𝑋𝑡 (Rerata Ideal) = 2 (skor maks ideal + skor min ideal)
1
𝑠𝑏𝑖 = 6 (skor maks ideal-skor min ideal)
Skor maksimum ideal = skor tertinggi
Skor minimum ideal = skor terendah
60

Modul yang akan dikembangkan dinyatakan praktis apabila

minimal kriteria respon siswa dicapai adalah kategori baik.


DAFTAR PUSTAKA

Astika, F. F. (2014). Pengembangan Modul Pada Materi Matriks Dengan


Pendekatan PMRI Untuk Siswa Kelas X SMK. 3(August), 1–43.
Retrieved from https://eprints.uny.ac.id/13264/1/SKRIPSI.pdf

Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran.


Jakarta: Gaung Persada (GP) Press.

BSNP.(2008).Standarpenilaianbukutekspelajaran.Darihttp.//staf.cs.ui.ac.id/
~heru/bsnp/13oktober08/Bahan%20Sosialisasi%20Standar%20Pen
ilaian%20buku%20Pelajaran%20TIK.ppt. Di akses pada tanggal 04
November 2017.

Daryanto. (2013). Menyusun modul, bahan ajar guru untuk persiapan guru
dalam mengajar. Yogyakarta: GAVA MEDIA.

Daryanto & Dwicahyono, A. (2014). Pengembangan perangkat


pembelajaran (silabus, rpp, phb, bahan ajar). Yogyakarta: Gava
Media.

Depdiknas. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik


Indonesia Nomer 16, Tahun 2007, tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru

Ekasari, D. (2015). Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika Pada


Materi Operasi Aljabar Untuk Siswa Kelas VIII SMP/MTs. 1–4.
Retrieved from http://eprints.umpo.ac.id/1634/8/ARTIKEL.pdf

Fitri, R., et al. (2014). Penerapan Strategi The Firing Line pada
Pembalajaran Matematika Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1
Batipuluh. Jurnal Pendidikan Matematika,3(1), 18–22.

Hamdani. (2011). Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif.


Yogyakarta: DIVA Press (Anggota IKAPI).

Hasratuddin. (2012). Membangun Karakter Melalui Pembelajaran


Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, 6(2),
130–141. https://doi.org/10.15294/jpii.v4i2.4179

Hanggara, Y., dkk (2013). Eksperimentasi model pembelajaran problem


based instruction, inkuiri terbimbing dan konvensional pada materi
pokok bangun ruang sisi datar di tinjau dari kreativitas siswa SMP
Negeri se-kabupaten Blora. Jurnal Pendidikan matematika
Pytagoras. Vol. 1 No. 1 Edisi 2013 hal. 12-23.

61
62

Jihad, A., & Haris, A. (2012). Evaluasi pembelajaran. Yogyakarta : Multi


Pressindo.

Johnson, B. Elaine. 2011. CTL (Contextual Teaching and Learning):


Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan
Bermakna. Bandung: Kaifa Learning

Kurniati, A. (2018). Pengembangan Modul Matematika Berbasis


Kontekstual Terintegrasi Ilmu Keislaman. Al-Khwarizmi: Jurnal
Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, 4(1), 43–58.
https://doi.org/10.24256/jpmipa.v4i1.251

Lestari, K.E & Yudhanegara, M.R. (2017). Penelitian Pendidikan


Matematika. Bandung: PT. Prestasi Pustakarya

Mansur Muslich. (2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan


Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara

Mardati, A. (2016). Pengembangan Modul Matematika dengan Pendekatan


Kontekstual pada Materi Bangun Datar untuk Mahasiswa PGSD
UAD. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, 3(1): 4-6

Nieven. (2013). Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif. Yogyakarta:


DIVA Press (Anggota IKAPI).

Puspendik.(2016). Pusat penilaian pendidikan badan penelitian dan


pemngembangan.
Darihttp://puspendik.kemdikbud.go.id/seminar/index.php?folder=h
asil%20puspendik%202016. Di akses pada tanggal 15 November
2017

Prastowo, A. (2011). Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif.


Yogyakarta: DIVA Press (Anggota IKAPI).

Purwanto, dkk. (2013). Pengembangan modul. Jakarta : Depdiknas.

Shahidayanti, T., & Dhoruri, A. (2012). Pengembangan Modul Pada Materi


Segi Empat Untuk Siswa Kelas VII SMP Berdasarkan Pendekatan
Kontekstual Untuk Menigkatkan Hasil Belajar Siswa. 53(9), 1–7.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta:


Pedagogja.

Suryaningsih. 2010. Pengembangan media cetak modul sebagai media


pembelajaran mandiri. Jakarta: Salemba Empat.
63

Tim pengembangan MKDP. (2011). Kurikulum & pembelajaran. Jakarta :


Jurusan kurikulum dan teknologi pendidikan fakultas ilmu
pendidikan universitas Indonesia.

Wardoyo, S. M. (2013). Pembelajaran konsruktivisme. Bandung : Alfabeta

Warso, A.W.D.D. (2016). PPembuatan Buku, Modul, Diktat & Nilai Angka
Kreditnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Widyoko, E. P. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Yamin, M. (2013). Strategi & Metode dalam Model Pembelejaran. Jakarta:


GP Press Group

Yunendar, W. (2016). Pengembangan modul pembelajaran berbasis


SMARTPHONE (ANDROID) Pada Mata Pelajaran Teknolgi
Informasi dan Komunikasi di SMA Negeri 2 Makassar. Tesis
Universitas Negeri Makassar, 98.

Anda mungkin juga menyukai