Anda di halaman 1dari 13

KONTRIBUSI BANGSA INDONESIA DALAM PERDAMAIAN

DUNIA

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia
Guru Mata Pelajaran :
Susan Fitriyanti, S.Pd.

Oleh :

Kelaa : XII-MIPA 2

Sekolah Menengah Atas (SMA)


PEMUDA BANJARAN
BANDUNG
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat-Nya karya tulis ilmiah yang berjudul ”Peranan Pendidikan
Agama Islam dalam Pembentukan Akhlaq Al-karimah pada Siswa” dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Karya ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran
pendidikan agama Islam. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis
mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
yang tulus kepada:
● Dra.H.Entat Siti Latifah.M.Ag, selaku kepala SMA Pemuda Banjaran.
● Fathurrohman.S.Pd.I selaku wali kelas
● Susan Fitriyanti, S.Pd. selaku guru pembimbing karya tulis ilmiah ini yang
telah memberikan banyak bantuan, masukan, dan dukungan terkait
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
● Orang tua yang senantiasa membantu baik dari moril maupun materi.
● Teman-teman seperjuangan yang telah mendukung penyusunan karya tulis
ilmiah ini sehingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna
dan perlu pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan karya tulis
ilmiah ini. Penulis berharap semoga gagasan pada karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi dunia kesehatan dan pendidikan pada khususnya dan pembaca
pada umumnya.

Bandung, Februari 2020

Penulis

\
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................


DAFTAR ISI .........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................
1.1 Latar Belakang ........................................................................
1.2 Rumusan Masalah....................................................................
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................
2.1 Demokrasi pada masa Revolusi (1945-1950)..........................
2.2 Demokrasi pada masa Orde Lama...........................................
2.3 Demokrasi pada masa Orde Baru (1966-1998).......................
2.4 Demokrasi pada masa Reformasi (1998-sekarang).................
BAB III PENUTUP ..............................................................................
3.1 Kesimpulan .............................................................................
3.2 Saran .......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
BIOGRAFI PENULIS .........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

3.2 LATAR BELAKANG


Demokrasi telah menjadi istilah yang sangat diagungkan dalam sejarah
pemikiran manusia tentang tatanan sosio-politik yang ideal. Ajaran demokrasi
merupakan ide besar para filsuf untuk mengkonstruksi rasionalitas kekuasaan
yang sulit dijinakkan. Kekuasaan menjadi tema sentral dalam ide demokrasi.
Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang sudah sejak lama
menerapkan demokrasi sebagai dasar pemerintahan Indonesia. Namun
samapai saat ini, negara Indonesia belum memiliki kejelasan yang tepat
tentang arti demokrasi itu sendiri. Jika kita melihat sistem demokrasi dalam
struktur pemerintahan Indonesia dari level negara, provinsi, kabupaten,
hingga kecamatan hampir dapat dipastikan demokrasi ini hanya sampai pada
pembuatan kebijakan. Sementara jika mencari demokrasi yang merupakan
ciri bahwa negara Indonesia mempunyai ciri demokrasi itu sendiri dapat
dilihat di level desa.
Hal ini sebagaimana seperti yang ditulis oleh Moh. Hatta, “Di desa-desa
sistem yang demokrasi masih kuat dan hidup sehat sebagai bagian adat
istiadat yang hakiki.” Dasarnya adalah pemilikan tanah yang komunal yaitu
setiap orang yang merasa bahwa ia harus bertindak berdasarkan persetujuan
bersama. Struktur demokrasi yang hidup dalam diri bangsa Indonesia harus
berdasarkan demokrasi asli yang berlaku di desa. Gambaran dari tulisan ini
tidak lain merupakan pola-pola demokrasi tradisional yang dilambangkan
oleh musyawarah dalam pencapaian keputusan dan gotong royong dalam
pelaksanaan keputusannya tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa demokrasi
desa memuat baik kepemimpinan.
Mungkin jika kita menanyakan tentang arti demokrasi, kebanyakan
orang akan mengatakan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat. Hal ini sering diartikan sebagai semua keinginan rakyat adalah
yang paling benar. Dan ada juga yang mengatakan bahwa kehendak rakyat
adalah kehendak Tuhan. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan konsep
demokrasi itu sendiri. Sebagai contoh bila ada dua pendapat yang saling
bertentangan dari rakyat, pastinya kedua pendapat itu tidak mesti
dilaksanakan. Oleh karena itu, perlu adanya sosok pemimpin yang dapat
memimbing dan memutuskan pendapat yang terbaik yang bisa digunakan.
Untuk itu, makalah yang kami susun ini akan membahas tentang
bagaimana pelaksanaan demokrasi di Indonesia saat ini, yang berdasarkan
pada Undang-Undang Dasar 1945.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana perkembangan demokrasi di Indonesia?
2. Bagaimana pelaksanaan demokrasi di Indonesia saat ini?

1.3 TUJUAN
3. Mengetahui perkembangan demokrasi di Indonesia.
4. Mengetahui bagaimana pelaksanaan demokrasi di Indonesia saat ini.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Demokrasi pada masa Revolusi (1945-1950)


Tahun 1945-1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang
ingin kembali ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum
berjalan dengan baik. Hal itu disebabkan oleh masih adanya revolusi fisik.
Pada awal kemerdekaan masih terdapat sentralisasi kekuasaan hal itu terlihat
Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbunyi sebelum MPR, DPR, dan
DPA dibentuk menurut UUD ini segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden
dengan dibantu oleh KNIP. Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia
adalah negara yang absolut pemerintah mengeluarkan:
a. Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP berubah
menjadi lembaga legislatif.
b. Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang Pembentukan
Partai Politik.
c. Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang perubahan
sistem pemerintahn presidensiil menjadi parlementer.

2.2 Demokrasi pada masa Orde Lama


a. Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)
Periode kedua pemerintahan negara Indonesia adalah tahun 1950 sampai
1959, dengan menggunakan UUD Sementara (UUDS) sebagai landasan
konstitusionalnya. Pada masa ini adalah masa kejayaan demokrasi di
Indonesia, karena hampir semua elemen demokrasi dapat ditemukan dalam
perwujudan kehidupan politik di Indonesia. Lembaga perwakilan rakyat atau
parlemen memainkan peranan yang sangat tinggi dalam proses politik yang
berjalan. Perwujudan kekuasaan parlemen ini diperlihatkan dengan adanya
sejumlah mosi tidak percaya kepad pihak pemerintah  yang mengakibatkan
kabinet harus meletakkan jabatannya. Sejumlah kasus jatuhnya kabinet dalam
periode ini  merupakan contoh konkret  dari tingginya akuntabilitas
pemegang jabatan dan politisi. Ada hampir 40 partai yang terbentuk dengan
tingkat otonomi yang tinggi  dalam proses rekruitmen baik pengurus, atau
pimpinan partainya maupun para pendukungnya.
Masa demokrasi liberal atau parlementer, presiden sebagai lambang
atau berkedudukan sebagai kepala negara bukan sebagai kepala eksekutif.
Masa demokrasi ini peranan parlemen akuntabilitas politik sangat tinggi dan
berkembangnya partai-partai politik.
Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal
disebabkan:
1) Dominannya partai politik.
2) Landasan sosial ekonomi yang masih lemah.
3) Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950.
Atas dasar kegagalan itu maka presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli
1959:
1) Bubarkan konstituante.
2) Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUDS 1950.
3) Pembentukan MPRS dan DPAS.
b. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966)
Sejak berakhirnya pemillihan umum 1955, presiden Soekarno sudah
menunjukkan gejala ketidaksenangannya kepada partai-partai politik. Hal itu
terjadi karena partai politik sangat orientasi pada kepentingan ideologinya
sendiri dan dan kurang memperhatikan kepentingan politik nasional secara
menyeluruh.disamping itu Soekarno melontarkan gagasan bahwa demokrasi
parlementer tidak sesuai dengan kepribadian bangsa indonesia yang dijiwai
oleh semangat kekeluargaan dan gotong royong.
Politik pada masa ini diwarnai oleh tolak ukur yang sangat kuat antara
ketiga kekuatan politik yang utama  pada waktu itu, yaitu: presiden Soekarno,
Partai Komunis Indonesia, dan Angkatan Darat. Karakteristik  yang utama
dari demokrasi terpimpin adalah: menggabungkan sistem kepartaian, dengan 
terbentuknya DPR-GR peranan lembaga legislatif dalam sistem politik 
nasionall menjadi sedemikian lemah, Basic Human Right menjadi sangat
lemah, masa demokrasi terpimpin adalah masa puncak dari semnagt anti
kebebasan pers, sentralisasi kekuasaan semakin dominan dalam proses
hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No.
VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan yang berintikan musyawarah untuk
mufakat secara gotong royong diantara semua kekuatan nasional yang
progresif revolusioner dengan berporoskan nasakom dengan ciri:
1) Dominasi presiden.
2) Terbatasnya peran partai politik.
3) Berkembangnya pengaruh PKI.
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:
1) Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang
dipenjarakan.
2) Peranan parlemen lemah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan
presiden membentuk DPRGR.
3) Jaminan HAM lemah.
4) Terjadi sentralisasi kekuasaan.
5) Terbatasnya peranan pers.
6) Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur).
Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI
yang menjadi tanda akhir dari pemerintahan Orde Lama.

2.3 Demokrasi pada masa Orde Baru (1966-1998)


Wajah demokrasi mengalami pasang surut sejalan dengan
perkembangan tingkat ekonomi, poltik dan, ideologi sesaat atau temporer.
Tahun-tahun awal pemerintahan Orde Baru  ditandai oleh adanya
kebebasan politik yang besar. Presiden Soeharto yang menggantikan Ir.
Soekarno sebagai Presiden ke-2 RI dan menerapkan model Demokrasi
yang berbeda lagi, yaitu dinamakan Demokrasi Pancasila (Orba), untuk
menegaskan klaim bahwasanya model demokrasi inilah yang
sesungguhnya sesuai dengan ideologi negara Pancasila. Dalam masa yang
tidak lebih dari tiga tahun ini, kekuasaan seolah-olah akan didistribusikan
kepada kekuatan masyarakatan. Oleh karena itu pada kalangan elit
perkotaan dan organisasi sosial politik yang siap menyambut pemilu 1971,
tumbuh gairah besar untuk berpartisipasi mendukung program-program
pembaruan pemerintahan baru.
Perkembangan yang terlihat adalah semakin lebarnya kesenjangan
antara kekuasaan negara dengan masyarakat. Negara Orde Baru
mewujudkan dirinya sebagai kekuatan yang kuat dan relatif otonom, dan
sementara masyarakat semakin teralienasi dari lingkungan kekuasaan
danproses formulasi kebijakan.
Pelaksanaan demokrasi orde baru ditandai dengan keluarnya Surat
Perintah 11 Maret 1966. Orde Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Awal Orde baru memberi
harapan baru pada rakyat pembangunan disegala bidang melalui Pelita I,
II, III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil menyelenggarakan
Pemilihan Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini
dianggap gagal sebab:
a. Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada.
b. Rekrutmen politik yang tertutup.
c. Pemilu yang jauh dari semangat demokratis.
d. Pengakuan HAM yang terbatas.
e. Tumbuhnya KKN yang merajalela.
Sebab jatuhnya Orde Baru:
a. Hancurnya ekonomi nasional (krisis ekonomi).
b. Terjadinya krisis politik.
c. TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba.
d. Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto
untuk turun jadi Presiden.

2.4 Demokrasi pada masa Reformasi (1998-sekarang)


Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan
lengsernya Presiden Soeharto, maka NKRI memasuki suasana kehidupan
kenegaraan yang baru, sebagai hasil dari kebijakan reformasi yang
dijalankan terhadap hampir semua aspek kehidupan masyarakat dan negara
yang berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini berpuncak dengan di
amandemennya UUD 1945 (bagian Batangtubuhnya) karena dianggap
sebagai sumber utama kegagalan tataan kehidupan kenegaraan di era Orde
Baru.
Demokrasi yang diterapkan Negara kita pada era reformasi ini adalah
demokresi Pancasila, tentu saja dengan karakteristik tang berbeda dengan
orde baru dan sedikit mirip dengan demokrasi perlementer tahun 1950-
1959. Pertama, Pemilu yang dilaksanakan (1999-2004) jauh lebih
demokratis dari yang sebelumnya. Kedua, ritasi kekuasaan dilaksanakan
dari mulai pemerintahan pusat sampai pada tingkat desa. Ketiga, pola
rekruitmen politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara terbuka.
Keempat, sebagian besar hak dasar bisa terjamin seperti adanya kebebasan
menyatakan pendapat
Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan
dari Presiden Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei
1998.
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang
demokratis antara lain:
a. Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok
reformasi.
b. Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang
Referandum.
c. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang
bebas dari KKN.
d. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan masa jabatan
Presiden dan Wakil Presiden RI.
e. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV.
f. Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum
sudah dua kali yaitu tahun 1999 dan tahun 2004.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan makalah yang telah kami susun, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Demokrasi adalah suatu paham yang menegaskan bahwa pemerintahan
suatu negara di pegang oleh rakyat, karena pemerintahan tersebut pada
hakikatnya berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
2. Demokrasi di Indonesia mengalami perubahan dari waktu ke waktu yang
terbagi menjadi empat periode, yakni: Demokrasi Parlementer (1945-
1959), Demokrasi Terpimpin (1959-1966), Demokrasi Pancasila Era
Orba (1966-1999), dan Demokrasi Pancasila Era Reformasi (1999-
sekarang).

3.2 SARAN
Sebagai warga negara Indonesia yang telah menerapkan Demokrasi
Pancasila, hendaknya kita dapat menjalankan hak dan kewajibannya serta
berpartisipasi secara aktif dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Sudah
seharusnya kita saling bergotong royong demi mewujudkan bangsa Indonesia
yang demokratis seperti yang telah dicita-citakan oleh pahlawan-pahlawan
bangsa ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://tifiacerdikia.wordpress.com/lecture/lecture-1/ilmu-
kewarganegaraan/perkembangan-demokrasi-di-indonesia/

https://hilalfarisy.wordpress.com/2012/03/21/sejarah-perkembangan-demokrasi-
di-indonesia/

https://hilalfarisy.wordpress.com/2012/03/21/sejarah-perkembangan-demokrasi-
di-indonesia/
BIOGRAFI PENULIS

Nama Lengkap :
TTL :
Alamat :
Agama :
Nomor Telepon :
Email :

Riwayat Pendidikan
Tahun
Tahun
Tahun

Riwayat Prestasi
Tahun
Tahun
Tahun

Pengesah Penulis

Susan Fitriyanti, S.Pd.

Anda mungkin juga menyukai