Anda di halaman 1dari 21

KONTRIBUSI BANGSA INDONESIA DALAM PERDAMAIAN

DUNIA

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia
Guru Mata Pelajaran :
Susan Fitriyanti, S.Pd.

Oleh :

Kelaa : XII-MIPA 2

Sekolah Menengah Atas (SMA)


PEMUDA BANJARAN
BANDUNG
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat-Nya karya tulis ilmiah yang berjudul ”Peranan Pendidikan
Agama Islam dalam Pembentukan Akhlaq Al-karimah pada Siswa” dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Karya ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran
pendidikan agama Islam. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis
mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
yang tulus kepada:
● Dra.H.Entat Siti Latifah.M.Ag, selaku kepala SMA Pemuda Banjaran.
● Fathurrohman.S.Pd.I selaku wali kelas
● Susan Fitriyanti, S.Pd. selaku guru pembimbing karya tulis ilmiah ini yang
telah memberikan banyak bantuan, masukan, dan dukungan terkait
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
● Orang tua yang senantiasa membantu baik dari moril maupun materi.
● Teman-teman seperjuangan yang telah mendukung penyusunan karya tulis
ilmiah ini sehingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna
dan perlu pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan karya tulis
ilmiah ini. Penulis berharap semoga gagasan pada karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi dunia kesehatan dan pendidikan pada khususnya dan pembaca
pada umumnya.

Bandung, Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................


DAFTAR ISI .........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................
1.1 Latar Belakang ........................................................................
1.2 Rumusan Masalah....................................................................
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................
2.1 KAA (Konferensi Asia – Afrika) ............................................
2.2 Misi Garuda ............................................................................
2.3 Deklarasi Djuanda ...................................................................
2.4 GNB (Gerakan Non Blok) ......................................................
2.5 ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) ................
2.6 OKI (Organisasi Kerjasama Islam) .........................................
2.7 JIM (Jakarta imformal Meeting) .............................................
BAB III PENUTUP ..............................................................................
3.1 Kesimpulan .............................................................................
3.2 Saran .......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
BIOGRAFI PENULIS .........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hubungan internasional diidentifikasikan sebagai studi tentang interaksi
antara beberapa faktor yang berpartisipasi dalam politik internasional, yang
meliputi negara- negara, organisasi internasional, organisasi nonpemerintah,
kesatuan substansional (kelompok-kelompok atau badan-badan dalam suatu
negara), seperti birokrasi dan pemerintah domestik, serta individu-individu.
Dalam hubunngan internasional terdapat berbagai pola hubungan antar
bangsa seperti : Pola Penjajahan, Pola Hubungan Ketergantungan, Pola Hubungan
Sama Derajat Antarbangsa. Ketentuan atas karena perjanjian internasional akan
mengakibatkan hokum yang juga sekaligus akanmenjalani kepastian hukum pada
perjanjian internasianal hal-hal yang menyangkut hak dan kewajiban antar subjek-
subjek hokum internasional.
Dari sebagian masyarakat dunia, bangsa Indonesia selalu melakukan
hubungan dengan bangsa lainnya. Dalam menjalin hubungan dengan bangsa lain,
kita menetapkan politik luar negeri yang "bebas" dan "aktif". Politik luar negeri
bebas aktif ini mulai dicanangkan sejak awal merdeka. Sebagai salah satu
perwujudan politik luar negeri yang bebas aktif, bangsa Indonesia pernah
menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955 dan juga
membentuk Gerakan Non Blok bersama beberapa negara Asia Afrika lainnya.
Pada umumnya, negara yang telah merdeka dan bedaulat penuh akan
mengadakan hubungan dengan negara lain. Setiap negara memiliki perbedaan
masyarakat, struktur pemerintah, kepentingan nasional dan perbedaan-perbedaan
lainnya. Namun, perbedaan tersebut biasanya menimbulkan suatu kebutuhan yang
menyebabkan adanya hubungan internasional. Bahkan tidak bisa dipungkiri
bahwa suatu negara yang tidak dapat menjalin hubungan internasional dengan
negara lain akan sulit untuk mempertahankan kedaulatannya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hubungan internasional
diperlukan karena suatu negara memiliki ketergantungan dengan negara lain
dalam hal memenuhi semua kebutuhan dan menjaga kedaulatan negaranya.
1.2 Rumusan Masalah
a)      Apa itu KAA (Konferensi Asia – Afrika) ?
b)      Apa itu Misi Garuda ?
c)      Apa itu Deklarasi Djuanda ?
d)      Apa itu GNB (Gerakan Non Blok) ?
e)      Apa itu ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) ?
f)       Apa itu OKI (Organisasi Kerjasama Islam) ?
g)      Apa itu JIM (Jakarta imformal Meeting) ?

1.3 Tujuan Penulisan


a)      Kita Dapat Mengetahui KAA (Konferensi Asia – Afrika).
b)      Kita Dapat Mengetahui Misi Garuda.
c)      Kita Dapat Mengetahui Deklarasi Djuanda.
d)      Kita Dapat Mengetahui GNB (Gerakan Non Blok).
e)      Kita Dapat Mengetahui ASEAN (Association of Southeast Asian Nations).
f)       Kita Dapat Mengetahui OKI (Organisasi Kerjasama Islam).
g)      Kita Dapat Mengetahui JIM (Jakarta imformal Meeting).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KAA (Konferensi Asia – Afrika)


A. Latar Belakang
Ada beberapa latar belakang terselenggaranya KAA dan berkumpulnya
negara-negara Asia Afrika. latar belakang tersebut, yaitu :
1. Rasa Senasib dan Sepenanggungan
Perasaan senasib dan sepenanggungan di sini berkaitan dengan persamaan
bahwa hampir seluruh negara Asia Afrika adalah bekas negara jajahan. Baik itu
sebagai negara jajahan Bangsa-Bangsa Eropa dan penjajahan Jepang saat Perang
Dunia kedua. Perasaan yang sama, senasib dan sepenggungan, membuat negara-
negara Asia Afrika ingin bersatu mengatasi masalah bersama.
2. Persamaan Masalah Negara Berkembang
Karena kebanyakan negara Asia Afrika adalah negara baru merdeka, maka
semua termasuk negara berkembang. Negara yang belum maju di segala bidang.
Negara yang masih harus bebebah diri untuk mewujudkan kesejahteraan
rakyatnya. Persamaan ini juga melatarbelakangi pertemuan KAA. Membuat
semua negara ingin bekerja sama di segala bidang.
3. Kedekatan Keturunan, Agama, dan Latar Belakang Sejarah
Latar belakang selanjutnya adalah kedekatan hubungan keturunan. Ini
dilihat dari ciri-ciri orang Asia yang hampir mirip sesamanya. Begitu pula degan
orang Afrika. Aga yang dianut orang Asia afrika kebanyakan juga hampir sama,
yaitu Islam, Kristen, Hindu, dan Budha. Sementara latar belakang sejarah, hampir
bisa dipastikan mirip sesuai latar belakang pertama.
4. Letak Geografis
Sesuai dengan sebuatan negara Asia Afrika, otomatis negara-negara
peserta KAA mempunyai letak geografis yang berdekatan dan hampir mirip.
Kondisi alam yang hampir mirip satu sama lain akan mudah diatasi jika bekerja
sama.
B. Tujuan
Beberapa tujuan diadakannya Konferensi Asia Afrika antara lain adalah
sebagai berikut.
1)   Meninjau masalah-masalah hubungan sosial ekonomi dan kebudayaan dari
negara-negara Asia dan Afrika
2)   Menjalin kerukunan antar umat beragama di wilayah Asia dan Afrika
3)   Memberikan sumbangan untuk memajukan perdamaian dan kerja sama dunia
4)   Mencanangkan gerakan politik untuk melawan kapitalisme asing
5)   Melawan kolonialisme dan neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet dan
negara imprialis lainnya

C. Peranan
1)   Indonesia ikut memprakarsai dan sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi
Pancanegara II yang berlangsung pada tanggal 28 sampai 29 Desember 1954
di Bogor. Konferensi ini sebaagai pendahuluan dari Konferensi Asia-Afrika.
2)   Indonesia ikut memprakarsai dan sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi
Asia-Afrika yang berlangsung pada tanggal 18 sampai 24 April 1955 di
Gedung Merdeka Bandung. Dalam Konferensi tersebut beberapa tokoh
Indonesia menduduki peranan penting, antara lain:
Ketua Konferensi: Mr. Ali Sastroamidjoyo, Sekretaris Jenderal Konferensi
: Ruslan Abdulgani, Ketua Komite Kebudayaan : Mr. Muh. Yamin, dan ketua
Komite Ekonomi : Prof. Ir. Roseno.

2.2 Misi Garuda


A. Latar Belakang
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan lembaga tertinggi yang
mewadahi negara-negara di dunia. PBB juga menjadi lembaga yang aktif dalam
mengupayakan perdamaian dunia dan aktif menyelesaikan konflik antar negara.
Indonesia pernah mendapat bantuan dari PBB pada masa revolusi. Pada saat itu,
PBB membantu menyelesaikan konflik antara Indonesia-Belanda. PBB juga
membantu Indonesia dalam masalah Irian Barat.
Dengan dasar politik tersebut, Indonesia menunjukkan tekad untuk
mengupayakan perdamaian dunia. Melalui pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika
hingga pembentukan Gerakan Non-Blok, upaya tersebut semakin terlihat.
Tindakan pemerintah Indonesia mendapat sambutan positif Perserikatan Bangsa-
Bangsa. Sejak tahun 1950-an, pemerintah Indonesia mulai diberi kepercayaan
untuk turut serta dalam pasukan perdamaian Dewan Keamanan PBB. Pasukan
tersebut terdiri atas pasukan dari berbagai negara. Indonesia mengirim suatu
pasukan yang kemudian dinamakan Kontingen Garuda atau Konga.
B. Tujuan
Dalam rangka ikut mewujudkan perdamaian dunia, maka Indonesia
memainkan sejumlah peran dalam percaturan internasional. Peran yang cukup
menonjol yang dimainkan oleh Indonesia adalah dalam rangka membantu
mewujudkan pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Dalam hal ini
Indonesia sudah cukup banyak pengirimkan Kontingen Garuda (KONGA) ke luar
negeri. Sampai tahun 2015 Indonesia telah mengirimkan kontingen Garudanya
sampai dengan kontingen Garuda yang ke dua puluh enam (XXVI).
Bagi bangsa Indonesia pengiriman Misi Garuda untuk memenuhi
permintaan PBB memiliki alasan yang kuat. Yang pertama sesuai dengan
Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang berbunyi ikut melaksanaka ketertiban
dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial dan kedua sesuai dengan
politik Luar Ngeri Indonesia bebas aktif, diantaranya :
1)      Ikut serta sebagai anggota Dewan Keamanan PBB
2)      Mewujudkan Landasan ideologi Indonesia (Pancasila)
3)      Menyesuaikan Landasan Konstitusional Indonesia (Pembukaan UUD 1945)
4)      Perwujudan dari politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.

C. Peranan
Dalam hal ini Indonesia sudah cukup banyak pengirimkan Kontingen
Garuda (KONGA) ke luar negeri. Sampai tahun 2014 Indonesia telah
mengirimkan kontingen Garudanya sampai dengan kontingen Garuda yang ke
duapuluh tiga (XXIII). Pengiriman Misi Garuda yang pertama kali dilakukan pada
bulan Januari 1957. Pengiriman Misi Garuda dilatarbelakangi adanya konflik di
Timur Tengah terkait masalah nasionalisasi Terusan Suez yang dilakukan oleh
Presiden Mesir Ghamal Abdul Nasser pada 26 Juli 1956. Sebagai akibatnya,
pertikaian menjadi meluas dan melibatkan negara-negara di luar kawasan tersebut
yang berkepentingan dalam masalah Suez. 
Pada bulan Oktober 1956, Inggris, Perancis dan Israel melancarkan
serangan gabungan terhadap Mesir. Situasi ini mengancam perdamaian dunia
sehingga Dewan Keamanan PBB turun tangan dan mendesak pihak-pihak yang
bersengketa untuk berunding. Dalam Sidang Umum PBB Menteri Luar Kanada
Lester B.Perason mengusulkan agar dibentuk suatu pasukan PBB untuk
memelihara perdamaian di Timur Tengah. Usul ini disetujui Sidang dan pada
tanggal 5 November 1956 Sekjen PBB membentuk sebuah komando PBB dengan
nama United Nations Emergency Forces (UNEF). Pada tanggal 8 November
Indonesia menyatakan kesediannya untuk turut serta menyumbangkan pasukan
dalam UNEF.
Sebagai pelaksanaanya, pada 28 Desember 1956, dibentuk sebuah pasukan
yang berkuatan satu detasemen (550 orang) yang terdiri dari kesatuan-kesatuan
Teritorium IV/Diponegoro dan Teritorium V/Brawijaya. Kontingen Indonesia
untuk UNEF yang diberinama Pasukan Garuda ini diberangkatkan ke Timur
Tengah pada bulan Januari 1957.Untuk kedua kalinya Indonesia mengirimkan
kontingen untuk diperbantukan kepada United Nations Operations for the Congo
(UNOC) sebanyak satu batalyon. Pengiriman pasukan ini terkait munculnya
konflik di Kongo (Zaire sekarang). Konflik ini muncul berhubungan dengan
kemerdekaan Zaire pada bulan Juni 1960 dari Belgia yang justru memicu
pecahnya perang saudara. 
Untuk mencegah pertumpahan darah yang lebih banyak, maka PBB
membentuk Pasukan Perdamaian untuk Kongo, UNOC. Pasukan kali ini di sebut
“Garuda II” yang terdiri atas Batalyon 330/Siliwangi, Detasemen Polisi Militer,
dan Peleton KKO Angkatan Laut. Pasukan Garuda II berangkat dari Jakarta
tanggal 10 September 1960 dan menyelesaikan tugasnya pada bulan Mei 1961.
Tugas pasukan Garuda II di Kongo kemudian digantikan oleh pasukan Garuda III
yang bertugas dari bulan Desember 1962 sampai bulan Agustus 1964.
Peran aktif Indonesia dalam menjaga perdamaian dunia terus berlanjut,
ketika meletus perang saudara antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan.
Indonesia kembali diberikan kepercayaan oleh PBB untuk mengirim pasukannya
sebagai pasukan pemelihara perdamaian PBB. Untuk menjaga stabilitas politik di
kawasan Indocina yang terus bergolak akibat perang saudara tersebut, PBB
membentuk International Commission of Control and Supervission (ICCS)
sebagai hasil dari persetujuan internasional di Paris pada tahun 1973. Komisi ini
terdiri atas empat negara, yaitu Hongaria, Indonesia, Kanada dan Polandia. Tugas
ICCS adalah mengawasi pelanggaran yang dilakukan kedua belah pihak yang
bertikai.
Pasukan perdamaian Indonesia yang dikirim ke Vietnam disebut sebagai
Pasukan Garuda IV yang berkekuatan 290 pasukan, bertugas di Vietnam dari
bulan Januari 1973, untuk kemudian diganti dengan Pasukan Garuda V, dan
kemudian pasukan Garuda VII. Pada tahun 1975 Pasukan Garuda VII ditarik dari
Vietnam karena seluruh Vietnam jatuh ketangan Vietcong (Vietnam Utara yang
komunis).Pada tahun 1973, ketika pecah perang Arab-Israel ke 4, UNEF
diaktifkan lagi dengan kurang lebih 7000 anggota yang terdiri atas kesatuan-
kesatuan Australia, Finlandia, Swedia, Irlandia, Peru, Panama, Senegal, Ghana
dan Indonesia.Kontingen Indonesia semula berfungsi sebagai pasukan
pengamanan dalam perundingan antara Mesir dan Israel. Tugas pasukan Garuda
VI berakhir 23 September 1974 untuk digantikan dengan Pasukan Garuda VIII
yang bertugas hingga tanggal 17 Februari 1975.
Sejak tahun 1975 hingga kini dapat dicatat peran Indonesia dalam
memelihara perdamaian dunia semakin berperan aktif, ditandai dengan
didirikannya Indonesian Peace Security Centre (IPSC/Pusat Perdamaian dan
Keamanan Indonesia) pada tahun 2012, yang didalamnya terdapat unit yang
mengelola kesiapan pasukan yang akan dikirim untuk menjaga perdamaian dunia.

2.3 Deklarasi Djuanda


A. Latar Belakang
1)   Setiap pulau di Indonesia kala itu hanya memiliki luas laut sepanjang 3 Mil
dihitung dari garis pantai.
2)  Luas laut yang sempit ini menjadikan setiap pulau di Indonesia terpisah oleh
kawasan laut bebas.
3)  Setiap pulau di Indonesia yang terpisah oleh kawasan laut bebas,menjadikan
kawasan ini bebas dilewati oleh pihak-pihak asing. Integrasi Nasional menjadi
terancam dikarenakan pihak-pihak asing bebas melakukan aktivitas pelayaran
di antara pulau-pulau Indonesia.
4)  Terbatasnya kebijakan Pemerintah Indonesia yang ingin direalisasikan
terkendala dengan sempitnya wilayah Indonesia.

B. Tujuan
1)   Untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan Republik Indonesia yang utuh
dan bulat.
2)   Untuk menentukan batas-batas wilayah NKRI, sesuai dengan azas negara
Kepulauan.
3)   Untuk mengatur lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamanan
dan keselamatan NKRI.
4)   Untuk mengatasi masalah di atas, pemerintah Indonesia dipimpin oleh PM
Juanda pada tanggal 13 Desember 1957 telah mengeluarkan keputusan yang
dikenal dengan Deklarasi djuanda, yang isinya :
a)   Demi kesatuan bangsa, integritas wilayah, serta kesatuan ekonomi, ditarik
garis-garis pangkal lurus yang menghubungkan titi-titik terluar dari pulau-
pulau terluar.
b)   Negara berdaulat atas segala perairan yang terletak dalam garis-garis
pangkal lurus termasuk dasar laut dan tanah dibawahnya serta ruang udara
di atasnya, dengan segala kekayaan didalamnya
c)   Laut territorial seluas 12 mil diukur dari pulau yang terluar.
d)   Hak lintas damai kapal asing melalui perairan Nusantara (archipelago
watwrs) dijamin tidak merugikan kepentingan negara pantai, baik
keamanan maupun ketertibannya.
C. Peranan
1)   Menetapkan batas terluar ZEE Indonesia dalam suatu peta yang disertai
koordinat dan titik-titiknya : Menetapkan dalam persetujuan-persetujuan
dengan negara tetangga tentang batas-batas dan ZEE Indonesia yang mungkin
tumpang tindih dengan ZEE negara tetangga.
2)   Konsepsi yang berbeda dan masing-masing merupakan konsep yang sui
generis.
3)   Mengumumkan dan mendepositkan copy dan peta-peta atau daftar koordinat-
koordinat tersebut pada Sekjen PBB (Pasal 75).

2.4 GNB (Gerakan Non Blok)


A. Latar Belakang
1)   Munculnya dua blok, yaitu Blok Barat di bawah Amerika Serikat dan Blok
Timur di bawah Uni Soviet yang saling memperebutkan pengaruh di dunia.
2)   Adanya kecemasan negara-negara yang baru merdeka dan negara-negara
berkembang, sehingga berupaya meredakan ketegangan dunia.
3)   Ditandatanganinya “Dokumen Brioni” tahun 1956 oleh Presiden Joseph Broz
Tito (Yugoslavia), PM Jawaharlal Nehru (India), Presiden Gamal Abdul
Nasser (Mesir), bertujuan mempersatukan negara-negara non blok.
4)  Terjadinya krisis Kuba 1961 karena US membangun pangkalan militer di
Kuba secara besar-besaran, sehingga mengkhawatirkan AS.
5)   Pertemuan 5 orang negarawan pada sidang umum PBB di markas besar PBB,
yaitu:
a)      Presiden Soekarno (Indonesia)
b)      PM Jawaharlal Nehru (India)
c)      Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir)
d)     Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia)
e)      Presiden Kwame Nkrumah (Ghana)
B. Tujuan
1)   Mendukung perjuangan dekolonisasi dan memegang teguh perjuangan
melawan imperialisme, kolonialisme, neokolonialisme, rasialisme, apartheid,
zionisme.
2)   Merupakan wadah perjuangan sosial politik negara-negara yang sedang
berkembang.
3)   Mengurangi ketegangan antara Blok Barat yang di pimpin oleh Amerika
Serikat dan Blok Timur yang di pimpin oleh Uni Soviet.
4)   Tidak membenarkan usaha penyelesaian sengketa dengan kekerasan senjata.

C. Peranan
1)  Presiden pertama Republik Indonesia yaitu Ir. Soekarno menjadi salah satu
pemrakarsa berdirinya Organisasi tersebut bersama dengan 4 kepala negara
sahabat lainnya, yaitu Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito, Perdana menterii
India Pandit Jawaharlal Nehru, Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser, dan
Perdana Menteri Ghana Kwame Nkrumah.
2)   GNB lahir sebagai suatu solusi atas beberapa kekisruhan yang terjadi di dunia
internasional di sera tahun 1950-an, dimana pada waktu itu telah terjadi
perang dingin antara Amerika Serikat dan uni Sovyet yang membawa dampak
besar bagi beberapa negara, seperti Jerman, Vietnam, serta semenanjung
Korea.
3)   Salah satu alasan terjadinya perang dingin diantara 2 negara adikuasa tersebut
adalah untuk memperebutkan negara-negara yang berada di kawasan Asia
Timur serta Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, thailand, serta negara-
negara yang banyak menghasilkan energi dunia seperti Qatar, Uni Emirat
Arab, serta Kuwait.
Awal kelahiran Gerakan Non Blok adalah ketika terjadi Konferensi Asia
afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955 dimana kurang lebih 29  kepala negara
di kawasan Asia dan Afrika berkumpul guna melakukan identifikasi serta
pendalaman berbagai masalah yang menimpa dunia kala itu, serta
mendeklarasikan keinginan mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi kedua
blok yang sedang bertikai tersebut.
2.5 ASEAN (Association of Southeast Asian Nations)
A. Latar Belakang
Latar belakang berdirinya ASEAN karena adanya beberapa faktor. Adapun
faktor faktor yang melatarbelakangi beridirnya ASEAN adalah sebagai berikut:
1)      Persamaan geografis.
2)      Persamaan nasib yang pernah dijadikan negara jajahan dan kolinasasi.
3)      Persamaan budaya.
4)      Persamaan kepentingan di berbagai bidang.
Seperti yang kita ketahui, baik negara Indonesia, Thailand, Filipina,
Singapura, dan Malaysia memang terdapat di benua yang sama yakni Asia
Tenggara. Hal ini tentunya memicu persamaan geografis yang juga diikuti oleh
persamaan budaya yang berkembang di masyarakat. Selain itu persamaan
kepentingan untuk memajukan sektor sektor negara di berbagai bidang juga
menjadi latar belakang berdirinya ASEAN.

B. Tujuan
1)   Mempercepat kemajuan dan pertumbuhan di bidang ekonomi, sosial dan
budaya di kawasan Asia Tenggara.
2)   Meningkatkan kerjasama antar negara se-Asia tenggara dengan cara saling
membantu demi mencapai kepentingan bersama di bidang ekonomi, sosial,
budaya, ilmu pengetahuan dan administrasi.
3)  Meningkatkan stabilitas nasional agar tercipta perdamaian.
4)  Meningkatkan kerjasama untuk memajukan pelatihan, pendidikan serta
penelitian di Asia Tenggara.
5)   Memelihara kerjasama ditengah tengah organisasi regional maupun organisasi
internasional yang ada.

C. Peranan
1. Sebagai salah satu pendiri ASEAN
Indonesia adalah salah satu dari lima negara pemrakarsa berdirinya
ASEAN. Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa dasar berdirinya ASEAN
adalah deklarasi Bangkok, dimana deklarasi tersebut ditanda tangani oleh menteri
luar negri dari kelima negara pendiri ASEAN, Yaitu :
 Adam Malik dari Indonesia
 Narsisco Ramos dari Filipina
 Tun Abdul Razak dari Malaysia
 Rajaratnam dari Singapura
 Thanat Koman dari Thailand
2. Sebagai Salah Satu Pemimpin ASEAN
Pada Zaman Orde Baru yaitu pada masa kepemimpinan Presiden Suharto
(tahun 2004), Indonesia menjadi pemimpin ASEAN, dimana dengan gaya
kepemimpinannya Indonesia mampu menjalin hubungan kerjasama yang baik
dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
3. Sebagai Tuan Rumah KTT Asean
Indonesia telah mendapatkan kepercayaan untuk mengadakan beberapa
kali Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Adapun KTT ASEAN yang
pernah diselenggarakan di Indonesia antara lain adalah :
 KTT ASEAN Ke-1 yang dilaksanakan pada 23 hingga 24 Februari 1976 di
Bali. Dalam KTT tersebut terdapat kesepakatan tentang pembentukan
sekretariat ASEAN yang berpusat di Jakarta dengan Sekretaris Jendral
(Sekjen) pertamanya adalah putra Indonesia yang bernama H.R. Dharsono
 KTT ASEAN ke-9 yang dilaksanakan pada 7 hingga 8 Oktober 2003 di Bali.
Dalam KTT tersebut, Indonesia mengusulkan pembentukan Komunitas Asean
(Asean Community) yang mencakup bidang ekonomi, sosial, budaya, serta
keamanan.
 KTT ASEAN ke-18 yang dilaksakan pada tanggal 4 hingga 8 Mei 2011 di
Jakarta
 KTT ASEAN ke-19 yang dilaksanakan pada tanggal 17 hingga 19 Nopember
2011 di Bali. Dalam Konferensi tersebut didapat kesepakatan tentang
Kawasan bebas senjata nuklir di Asia tenggara atau yang dikenal dengan
Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ)
4. Mampu menciptakan perdamaian di kawasan Asia Tenggara
Indonesia telah banyak membantu menjaga perdamaian khususnya di
kawasan Asia Tenggara, yaitu dengan membantu penyelesaian konflik-konflik
yang dialami oleh negara anggota ASEAN lainnya.
 Pada tahun 1987, Indonesia menjadi penengah saat terjadinya konflik antara
Kamboja dan Vietnam yang pada akhirnya pada tahun 1991 dalam
Konferensi Paris, kedua negara tersebut menyepakati adanya perjanjian
damai.
 Indonesia menjadi penengah antara Moro National Front Liberation (MNFL)
dengan pemerintah Filiphina, yang pada akhirnya kedua belah pihak tersebut
sepakat untuk melakukan perjanjian damai yang dilakukan pada pertemuan di
Indonesia.

2.6 OKI (Organisasi Kerjasama Islam)


A. Latar Belakang
Beberapa hal berikut inilah yang melatar belakangi berdirinya OKI
(Organisasi Konferensi Islam):
1)      Terjadinya pembakaran masjidil Aqsha oleh Israel.
2)      Israel menduduki negara-negara jazirah Arab yang menyebabkan perang
Arab-Israel pada
tahun 1967.
3)      Isreal menduduki Yarussalem.

B. Tujuan
Selain itu tujuan utama dibentuknya OKI (Organisasi Konferensi Islam)
adalah sebagai berikut:
1)      Melenyapkan perbedaarn diskriminasi, kolonialisme dan rasial.
2)      Memperteguh dan menjunjung tinggi perjuangan umat islam.
3)      Membantu dan mendukung Palestina untuk memperjuangkan kemerdekaan.
4)      Meningkatkan solidaritas antar negara-negara islam.
5)      Melindungi tempat-tempat suci dan ibadah agama.
C. Peranan
1)      Indonsia memberikan andil penyelesaian sengketa antara pakistan dan
bangladesh.
2)      Indonesia turut menyelesaikan masalah muslim Moro di Filipina.
3)      Indonesia membantu perjuangan rakyat Palestina.
4)      Mendukung perjuangan OKI melenyapkan Rasial, Diskriminasi, dan
Kolonialisme di dunia.
5)      Sebagai pemrakarsa dibentuknya ''Tata informasi Baru Dunia Islam''.
2.7 JIM (Jakarta imformal Meeting)
A. Latar Belakang
Invasi (serbuan) yang terjadi kepada Kamboja yang dilakukan pada tahun
1978 segera menarik perhatian dunia. Negara-negara Barat yang dipelopori oleh
Amerika Serikat mengutuk invasi Vietnam tersebut, sedangkan negara-negara
Blok Timur yang dipelopori oleh Uni Soviet mendukung sikap Vietnam itu.

B. Tujuan
Untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai atau berperang di kamboja
dengan cara mempertemukan mereka dalam suatu perundingan. Akhirnya
dibentuklah jakarta informal meeting(JIM).artinya pertemuan tidak resmi yang
diadakan di Jakarta tahun 1988.
Jakarta Informal Meeting (JIM) adalah upaya ASEAN yang bertujuan
untuk menyelesaikan konflik antara Thailand dan Kamboja. Konflik ini
berlangsung pada tanggal 4-6 Februari 2011, yang menewaskan 8 orang dan
mencederai beberapa orang.
Pertemuan ini digelar pada tanggal 22 Februari 2011 di Jakarta yang
digelar Informal Foreign Minister’s Meeting (Pertemuan Infromal Para Menteri
Luar Negeri Negara Anggota ASEAN) dengan agenda tunggal yaitu penyelesaian
konflik antara Kamboja dan Thailand.
Dua masalah yang dianggap penting dalam penyelesaian masalah
Kamboja yang ditemukan pada pertemuan ini adalah sebagai berikut:
1)  Penarikan pasukan Vietnam dari Kamboja akan dilaksanakan dalam kaitannya
dengan penyelesaian politik menyeluruh. Vietnam mulai memberikan janji
dan bersedia menarik pasukannya dari Kamboja.
2)  Munculnya upaya untuk mencegah kembalinya rezim Pol Pot, yang semasa
berkuasa di Kamboja telah melakukan pembantaian keji terhadap jutaan
rakyat.

C. Peranan
Keberhasilan Indonesia menyelenggarakan Jakarta Informal
Meeting ternyata mendapat apresiasi dari Dewan Keamanan PBB. Seluruh
anggota Dewan keamanan PBB menyetujui upaya pembentukan pemerintahan
transisi di Kamboja dengan membentuk United Nation Transitional Authority in
Cambodia (UNTAC) tanggal 28 Februari 1992 berdasarkan Resolusi Dewan
Keamanan PBB Nomor 745.
Pasca pembentukan UNTAC, Indonesia mengambil peran dengan
mengirimkan pasukan Kontingen Garuda XII A – XII D untuk menjaga transisi
pemerintahan di Kamboja. Bahkan jumlah pasukan Kontingen Garuda Indonesia
di UNTAC sebanyak 2.000 personil militer ataupun polisi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hubungan dan kerjasama antar bangsa muncul karena tidak meratanya
pembagian kekayaan alam dan perkembangan industri di seluruh dunia sehingga
terjadi saling ketergantungan antara bangsa dan negara yang berbeda.Karena
hubungan dan kerjasama ini terjadi terus menerus, sangatlah penting untuk
memelihara dan mengaturnya sehingga bermanfaat dalam pengaturan khusus
sehingga tumbuh rasa persahabatan dan saling pengertian antar bangsa di dunia.
Politik luar negeri adalah strategi yang digunakan suatu negara dalam
hubungannya dengan negara-negara lain. Maka politik luar negeri berhubungan
erat dengan kebijakan yang akan dipilih oleh suatu negara. Hal ini terkait dengan
politik luar negeri yang diterapkan Indonesia. Kebijakan politik luar negeri
Indonesia bebas aktif tentunya merupakan strategi politik yang diterapkan
Indonesia dalam politik global. Agar prinsip bebas aktif ini dapat
dioperasionalisasikan dalam politik luar negeri Indonesia maka setiap periode
pemerintahan hendaklah menetapkan landasan operasional politik luar negeri
Indonesia yang senantiasa berubah sesuai dengan kepentingan nasional.
Perumusan politik luar negeri suatu negara tak terlepas dari kepentingan
nasional negara yang bersangkutan. Dengan kata lain, ketika kepentingan nasional
suatu negara terancam, maka politik luar negeri akan dikeluarkan sebagai salah
satu upaya dalam mengamankan kepentingan ansional negara yang bersangkutan.
Sengketa internasional adalah suatu perselisihan antara subjek-subjek hukum
internasional mengenai fakta, hukum atau politik dimana tuntutan atau pernyataan
satu pihak ditolak, dituntut balik atau diingkari oleh pihak lainnya.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa hasil makalah ini belum lengkap dan masih
jauh dari pengharapan, Hal ini disebabkan karena keterbatasan ilmu dan literatur
yang penulis miliki pada saat ini. Penulis sangat mengharapkan kritikan terutama
dari pembaca dan teman-teman. Adanya kritikan yang membangun yang bisa
melengkapi makalah ini di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.zonareferensi.com/konferensi-asia-afrika/
https://guruppkn.com/peran-indonesia-dalam-kaa
https://pendidikanmu.com/2018/11/konferensi-asia-afrika-dan-peran-indonesia-
terlengkap.html
https://knowledgeisfreee.blogspot.com/2016/02/sejarah-deklarasi-djuanda.html
https://www.zonareferensi.com/deklarasi-djuanda/
https://guruppkn.com/peran-indonesia-dalam-gerakan-non-blok
http://zettablogs.blogspot.com/2016/03/pengertian-latar-belakang-dan-tujuan-oki-
organisasi-konferensi-islam.html
https://gurusiaga.com/qa/apa-tujuan-jim-jakarta-informal-meeting/
BIOGRAFI PENULIS

Nama Lengkap :
TTL :
Alamat :
Agama :
Nomor Telepon :
Email :

Riwayat Pendidikan
Tahun
Tahun
Tahun

Riwayat Prestasi
Tahun
Tahun
Tahun

Pengesah Penulis

Susan Fitriyanti, S.Pd.

Anda mungkin juga menyukai