Anda di halaman 1dari 5

Cara Jitu Membuat Cerita Untuk Media

Oleh : Slamet Priyatin


Hidup adalah cinta, dan menulis adalah bercinta. Artinya, kalau hidup kita identik dengan
cinta, maka akan mendapat ketentraman. Demikian juga dengan menulis, yang berarti
bercinta. Sebab dengan menulis, kita bisa merasakan kebahagiaan. Seperti halnya saat kita
bercinta, dunia terasa milik kita bersama. Menulis, harus mempunyai tujuan.
Bagaimana Caranya Memulai Menulis ?

Mulailah menuli dengan cerita yang sederhana. Seperti misal, menulis


cerita kegiatan kita sehari-hari. Jangan dulu mengarang. Harus jujur.
Artinya, apa yang kita tulis, adalah apa yang kita lakukan. Semacam
catatan buku harian. Selain itu, kita juga harus rajin membaca. Baik itu,
bacaan karya sastra, atau berita. Juga tidak kalah penting, adalah kamus
bahasa Indonesia.

Saya punya sedikit pengalaman, yang mungkin juga dialami sebagian


besar orang yang baru pertama kali belajar menulis. Waktu itu, saya,
bingung mau menulis apa, kalimat apa yang pertama kali harus saya tulis
dan semacamnya. Saya harus berkali-kali menyobek kertas, yang sudah
saya ketik (waktu itu, belum kenal laptop, apalagi handphone). Sadarlah
saya, kalau memulai menulis itu ternyata tidak mudah. Tidak semudah
perintah langsung menulis saja, karena kita memerlukan adanya pemetaan
yang jelas. Beruntung, waktu itu, saya mempunyai teman, yang sudah
seperti kakak sendiri, seorang penyair dan penulis, bernama, Timur Sinar
Suprabana. Mas Timur inilah, yang mengajari saya, bagaimana cara
menulis cerita untuk media.

Dari pengalaman saya itulah, akhirnya saya bisa merumuskan hal apa saja
yang harus dilakukan oleh penulis pemula untuk memulai menulis.
Fokus Pada Jenis Karya Tulis.

1. Buat Cerita. Bukan Merangkai Kata.

2. Ceritakan Kejadian, Bukan Sekadar Cerita Kosong.

3. Pertajam Konflik.

4. Buat Kejutan Dalam Cerita.

5. Konsisten Berlatih Menulis


Fokus Pada Jenis Karya Tulis

Langkah awal menulis yaitu langsung menulis saja. Tentu untuk awal,
hasilnya kurang maksimal. Tapi setidaknya, dengan kita terus menulis,
akan menjadi terbiasa. Jika kita sudah terbiasa, tinggal mencari orang yang
bisa diajak untuk memberi masukan. Setelah kita terbiasa menulis,
sebaiknya, ketika mau menulis, memilah dulu jenis karya apa yang ingin
ditulis. Jangan langsung menulis. Ibarat kata kita mau bepergian kemana,
maka jangan langsung pergi. Kalau kita tidak tahu jalan, yang ada kita
malah nyasar. Maka dari itu, sebelum pergi perlu kita petakan dulu kita
mau pergi kemana. Transportasinya apa menuju ke tempat tujuan kita,
mau berapa lama kita di sana, bekal apa saja yang perlu kita bawa dan
keperluan lainnya. Setelah kita tahu dengan jelas detail yang kita perlukan,
barulah kita bisa berangkat dengan perencanaan yang sudah matang.
Kalau toh di perjalanan nanti, kita mendapatkan hambatan. Kita sudah bisa
mengatasinya dengan prediksi awal yang kita buat. Jadi kita tidak asal
berangkat begitu saja. Menulis juga seperti itu. Jika kita mau
menulis, langkah awal yang kita lakukan adalah tentukan dulu jenis
tulisan yang akan kita buat. Jadi kita perlu fokuskan dulu jenis tulisan
seperti apa yang ingin kita tulis. Mau menulis berita, cerita pendek, novel
atau naskah skenario. Hal ini penting karena masing-masing jenis karya
tulis itu punya ciri khas dan gaya tulisan yang berbeda. Menulis berita jelas
berbeda dengan menulis cerita pendek atau puisi. Jika berita
membutuhkan riset berisi data pasti dan akurat, maka menulis Cerpen,
lebih membutuhkan imajinasi liar penulisnya. Narasi pada penulis berita
menggunakan bahasa yang tegas dan sesuai EYD. Bahasanya pun bisa
terbilang formal. Berbeda dengan penulis Cerpen yang lebih
mengedepankan keindahan diksi dalam kata-katanya. Bukan berarti
cerpenis tidak membutuhkan riset. Hanya saja bahasa yang digunakan
lebih bebas daripada penulis berita.

Menulis puisi, berbeda lagi. Sebab puisi menggunakan bahasa yang


cenderung lebih indah, dan singkat.Puisi adalah ungkapan perasaan.
Membuat puisi harus jujur.

Satu hal yang perlu saya tekankan di sini. Menulis yang baik bukan
sekedar merangkai kata-kata. Sebab ada kisah di balik rangkaian kata
itu. Sehingga barisan huruf yang diketik tidak hanya menjadi kalimat atau
paragraf. Tapi juga alunan cerita yang mampu menggugah emosi
pembacanya. Itulah tugas utama penulis. Yaitu membuat rangkaian cerita
yang bisa menggugah emosi pembacanya.
Penulis membuat rangkaian kejadian dengan bahasa yang enak dibaca.
Tulisan yang sudah bisa menggambarkan rangkaian kejadian atau
gagasan sebuah wacana, bisa dikatakan sebagai sebuah karya tulis. Karya
tulis inilah yang dikategorikan dalam berbagai bentuk. Bisa berita, cerita
pendek, cerita bersambung, novelet, novel, bahkan naskah skenario.

Buat Cerita. Bukan Merangkai Kata


Inilah kesulitan yang sering dibuat oleh sebagian besar penulis pemula.
Ketika disuruh untuk menulis, mereka cenderung untuk merangkai kata
demi kata menjadi paragraf. Tapi tidak ada kejadian di dalamnya.
Meskipun penulis pemula sudah berkata kalau mereka sudah berusaha
untuk membuat cerita, namun tetap saja pembaca tidak menemukan cerita
yang bisa ditangkap. Hal ini juga yang saya alami ketika saya pertama kali
belajar menulis dulu. Tidak ada cerita yang terkandung dalam kalimat saya.
Sehingga membuat pembaca bosan membacanya. Inilah kesalahan fatal
yang dilakukan sebagian besar penulis pemula.
Ceritakan Kejadian, Bukan Sekadar Cerita
Kosong
Sebuah cerita akan membekas di hati pembaca, jika ada rangkaian
kejadian yang berhasil ditulis dengan jelas. Seolah-olah pembacanya bisa
merasakan sendiri apa yang dirasakan oleh penulisnya. Itulah inti dari poin
ini.
Pertajam Konflik
Cerita yang bagus dan menarik pembaca adalah cerita yang memiliki
konflik tinggi. Hal ini berlaku bagi semua jenis karya tulis. Baik itu berita,
cerita pendek, novel ataupun skenario. Kalau diwujudkan dalam bentuk
grafik, maka alur grafiknya adalah semakin naik tajam hingga puncak. Lalu
turun lagi dan kemudian naik kembali. Naik turunnya konflik inilah yang
membuat emosi pembacanya akan diadu. Sehingga cerita akan menjadi
menarik.

Bagi penulis pemula, mungkin kesulitan menemukan konflik dalam


ceritanya. Hal ini wajar, karena pengenalan konflik membutuhkan banyak
riset dan kepekaan penulisnya. Tapi dengan sering berlatih
mendeskripsikan kejadian dan membangun cerita, maka konflik itu akan
ketemu dengan sendirinya. Bahkan konflik inilah yang sebenarnya dicari
terlebih dulu untuk menemukan sebuah ide cerita.

Penulis pemula juga bisa membuat rangkaian konflik terlebih dulu sebelum
menentukan cerita. Dalam sebuah karya, rangkaian konflik ini bisa
ditemukan dalam premis,yaitu ide dasar. Tapi ini tidak menjadi patokan
awal. Bisa jadi penulis menemukan ide dasarnya dulu, baru
mengembangkannya menjadi rangkaian konflik. Atau bisa juga konflik dulu
diutarakan, baru muncul ide dasarnya. Berlatihnya membuat konflik untuk
menemukan ide dalam bercerita. Setelah menemukan ide, baru belajar
mengembangkannya menjadi sebuah sinopsis.

Buat Kejutan Dalam Cerita


Kejutan dalam sebuah cerita, memang diperlukan. Hal ini, untuk membuat
pembaca penasaran dan selalu menunggu cerita berikutnya.

Konsisten Berlatih Menulis


Menulis sebuah karya tidak harus langsung dari hal-hal yang besar.
Mulailah berlatih menulis tentang hal-hal kecil di sekitar kita. Komitmen
pada diri sendiri untuk terus menulis dan mengembangkan ilmu. Dari
komitmen itu, akan muncul konsistensi kita sehingga tulisan kita semakin
berkembang.

Mulailah dengan poin-poin yang saya jabarkan di atas. Maka tulisanmu


tidak akan menjadi sekedar tulisan kosong. Tapi ada poin tersendiri yang
didapatnya.

Jika masih bingung, cobalah membuat ploting. Yaitu urutan poin yang ingin
kamu tulis untuk ceritamu. Semua penulis melakukannya. Tidak terpaku
pada satu jenis karya tulis saja. Cerpenis, novelis bahkan penulis skenario
sangat membutuhkan ploting. Agar cerita tidak lari kemana-mana.

Isi ploting mencakup ide dasar, konflik yang akan dimunculkan, kejutan
yang akan dibuat, konklusi atau penyelesaian masalah dan ending cerita.
Semakin banyak konflik dan kejutan yang akan dibuat, semakin menarik
cerita kamu.

Tapi ingat, penulisan narasi juga penting. Sebab pemilihan gaya bahasa
menentukan menarik atau tidaknya tulisanmu. Jangan khawatir kalau
masih pemula, karena gaya menulis penulis berbeda-beda. Semakin sering
kita menulis, kita akan menemukan sendiri gaya bercerita kita. Itu soal
waktu dan jam terbang. Jadi bisa diasah dengan banyak membaca dan
berlatih.

Kesimpulan
Sudah tahu bagaimana cara memulai menulis? Mudah kan.
Ingat. Menulis itu ending. Bukan mukadimah. Kita butuh banyak kosakata
dan pembendaharaan pengetahuan untuk dituangkan dalam sebuah
tulisan. Karena bagaimanapun juga, tulisan itu adalah karya. Jadi kita
harus membuatnya benar-benar berharga. Tulislah sesuatu yang membuat
pembacamu sangat terkesan dan menantikan tulisanmu yang lainnya.

Nah, setelah kita bisa menulis cerita, jika mau dikirim ke media massa,
tinggal menyesuaikan tulisan cerita kita. Sebab pembaca satu media
dengan media lain berbeda. Jika thema tulisan kita soal keluarga, maka
kirimkanlah tulisan ceritamu, ke media keluarga.
Selamat mencoba.

Anda mungkin juga menyukai