Anda di halaman 1dari 17

Pelayanan Dokter Keluarga yang melibatkan dokter keluarga sebagai penapis (gate keeper) di

tingkat pelayanan primer, Dokter spesialis di tingkat pelayanan sekunder, Rumah Sakit
Rujukan dan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan yang bekerja secara bersama-sama,
menempatkan dokter keluarga pada posisi yang sangat strategis dalam pembangunan
kesehatan. Tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan kedokteran keluarga adalah suatu
bentuk pelayanan kesehatan bagi individu dan keluarga serta masyarakat yang bermutu
namun terkendali biayanya, yang tercermin dalam tatalaksana pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh dokter keluarga. Menurut The American Academy of Family Physician (1969),
pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh dan memusatkan
pelayanannya pada keluarga sebagai suatu unit, pada mana tanggungjawab dokter terhadap
pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien, juga tidak
oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja.

Pelaksana pelayanan dokter keluarga kita kenal dengan dokter keluarga (Family doctor,
family physician). Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mendefinisikan dokter keluarga adalah
dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik
berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit
tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif, tapi bila perlu
aktif mengunjungi penderita atau keluarganya.

Dokter keluarga adalah setiap dokter yang mengabdikan dirinya dalam bidang profesi
kedokteran maupun kesehatan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan khusus di bidang kedokteran keluarga yang mempunyai wewenang untuk
menjalankan praktek dokter keluarga.

Definisi Dokter Keluarga menurut Olesen F, Dickinson J dan Hjortdahl P. dalam jurnal
General Practice – “Time for A New Definition”, BMJ; 320:354– 7. 2000, Dokter Keluarga
adalah:
- Dokter yang dididik secara khusus untuk bertugas di lini terdepan sistem pelayanan
kesehatan; bertugas mengambil langkah awal penyelesaian semua masalah yang mungkin
dimiliki pasien.
- Melayani individu dalam masyarakat, tanpa memandang jenis penyakitnya ataupun karakter
personal dan sosialnya, dan memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia dalam system
pelayanan kesehatan untuk semaksimal mungkin kepentingan pasien.
- Berwenang secara mandiri melakukan tindak medis mulai dari pencegahan, diagnosis,
pengobatan, perawatan dan asuhan paliatif, menggunakan dan memadukan ilmu-ilmu
biomedis, psikologi medis dan sosiologi medis. Secara singkat dapat didefinisikan sebagai
Dokter yang berprofesi khusus sebagai Dokter Praktik Umum yang menyelenggarakan
Pelayanan Kesehatan Tingkat Primer dengan menerapkan prinsip-prinsip Kedokteran
keluarga.
- Berprofesi khusus, karena dididik secara khusus untuk mencapai standar kompetensi
tertentu

Dokter Praktik Umum, yaitu Dokter yang dalam praktiknya menampung semua masalah yang
dimiliki pasien tanpa memandang jenis kelamin, status sosial, jenis penyakit, golongan usia,
ataupun sistem organ.
- Pelayanan kesehatan tingkat primerUjung tombak pelayanan kesehatan tempat kontak
pertama dengan pasien untuk selanjutnya menyelesaikan semua masalah sedini dan sedapat
mungkin atau mengkoordinasikan tindak lanjut yang diperlukan pasien.
- Prinsip-prinsip Kedokteran Keluarga, adalah pelayanan yang komprehensif, kontinyu,
koordinatif(kolaboratif), mengutamakan pencegahan, menimbang keluarga dan komunitasnya
Sedangkan Kolese Dokter Indonesia (KDI, 2003) menterjemahkan secara maknawi sebagai
berikut:
- Dokter keluarga adalah dokter yang dididik secara khusus untuk bertugas di lini terdepan
sistem pelayanan kesehatan, bertugas mengambil langkah awal penyelesaian semua masalah
yang mungkin dipunyai pasien.
- Melayani individu dalam masyarakat tanpa memandang jenis penyakitnya ataupun karakter
personal dan sosialnya dan memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia dalam sistem
pelayanan kesehatan untuk semaksimal mungkin kepentingan pasien.
- Berwenang secara mandiri melakukan tindak medis mulai dari pencegahan, diagnosis,
pengobatan, perawatan dan asuhan paliatif, menggunakan dan memadukan ilmu-ilmu
biomedis, psikologi medis dan sosiologi medis.

PERAN DOKTER KELUARGA


1. Pengaplikasi ilmu kedokteran klinik dan ilmu perilaku, dilengkapi ilmu kedokteran
mutakhir
2. Memantapkan pelayanan kesehatan primer dan sistem rujukan
3. Pengendali biaya:
a. Efektifitas pelayanan kesehatan
b. Efektifitas sumber daya kesehatan
c. Edukasi kesehatan
d. Pelayanan kesehatan yang bermutu
4. Mengembalikan pelayanan kesehatan yang rasional dan manusiawi
Peran dokter keluarga menurut The Philippine Academy of Family Physicians adalah:
1. Health Care Provider (penyelenggara pelayanan kesehatan)
2. Educator (teacher)
3. Counselor
4. Reseacher (life long learner)
5. Community Leader (Social Mobilizer)

Prinsip-Prinsip Pelayanan Kedokteran Keluarga


Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti anjuran WHO dan
WONCA. Prinsip-prinsip ini juga merupakan simpulan untuk dapat meningkatkan kualitas
layanan dokter primer dalam melaksanakan pelayanan kedokteran. Prinsip-prinsip
pelayanan/pendekatan kedokteran keluarga adalah memberikan/mewujudkan:
1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif
2. Pelayanan yang kontinu
3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integrasi dari keluarganya.
6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat
tinggalnya.
7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hokum.
8. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan.
9. Pelayanan yang sadar biaya dan mutu.

STANDAR KOMPETENSI DOKTER KELUARGA


Perbedaan garis kompetensi yang tegas antara dokter keluarga dengan dokter yang
melaksanakan pelayanan dengan pendekatan kedokteran keluarga, memang sangat sulit
dilakukan. Namun demi kepentingan pasien, dokter yang bekerja di pelayanan primer
diharapkan memiliki kemampuan untuk melaksanakan prinsip-prinsip pelayanan dokter
keluarga. Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti anjuran WHO
dan WONCA yang mencantumkan prinsip-prinsip ini dalam banyak terbitannya. Prinsip-
prinsip ini juga merupakan simpulan untuk dapat meningkatkan kualitas layanan dokter
primer dalam melaksanakan pelayanan kedokteran. Prinsip-prinsip pelayanan/pendekatan
kedokteran keluarga adalah memberikan/mewujudkan:
1) Pelayanan yang holistik dan komprehensif
2) Pelayanan yang kontinu
3) Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
4) Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
5) Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integrasi dari keluarganya.
6) Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat
tinggalnya.
7) Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum.
8) Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan.
9) Pelayanan yang sadar biaya dan mutu.

Dengan melihat pada prinsip pelayanan yang harus dilaksanakan, maka disusun kompetensi
yang harus dimiliki oleh seorang dokter untuk dapat disebut sebagai dokter keluarga.
Kompetensi dokter keluarga seperti yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter
Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia tahun 2006 adalah:

1. Kompetensi dasar
a. Keterampilan Komunikasi Efektif
b. Keterampilan Klinis Dasar
c. Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedis, ilmu klinis, ilmu perilaku, dan
epidemiologi dalam praktik kedokteran keluarga.
d. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun masyarakat
dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan, terkoordinasi, dan bekerja sama
dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer.
e. Memanfaatkan, menilai secara kritis, dan mengelola informasi.
f. Mawas diri dan pengembangan diri/belajar sepanjang hayat.
g. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktik.

2. Ilmu dan Keterampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Utama


a. Bedah
b. Penyakit Dalam
c. Kebidanan dan Penyakit kandungan
d. Kesehatan Anak
e. THT
f. Mata
g. Kulit dan Kelamin
h. Psikiatri
i. Saraf
j. Kedokteran Komunitas

3. Keterampilan Klinis Layanan Primer Lanjut


a. Keterampilan melakukan “health screening”
b. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut
c. Membaca hasil EKG
d. Membaca hasil USG
e. BTLS, BCLS, dan BPLS

4. Keterampilan pendukung
a. Riset
b. Mengajar Kedokteran keluarga

5. Ilmu dan Keterampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Pelengkap


a. Semua cabang ilmu kedokteran lainnya
b. Memahami dan menjembatani pengobatan alternatif

6. Ilmu dan Keterampilan Manajemen Klinik Dokter keluarga

Standar Kompetensi Dokter Keluarga menurut Deklarasi WONCA-WHO tahun 2003


meliputi:

1. Melaksanakan asuhan bagi pasien dalam kelompok usia tertentu


a. Bayi baru lahir
b. Bayi
c. Anak
d. Remaja
e. Dewasa
f. Wanita hamil dan menyusui
g. Lansia wanita dan pria

2. Mengintegrasikan komponen asuhan komprehensif


a. Memahami epidemiologi penyakit
b. Melakukan anamnesis dan pemerikasaan fisik secara memadai
c. Memahami ragam perbedaan faali dan metabolisme obat
d. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi
e. Menyelenggarakan upaya pencegahan, penapisan, dan panduan serta penyuluhan gizi
f. Memahami pokok masalah perkembangan normal
g. Menyelenggarakan konseling psikologi dan perilaku
h. Mengonsultasikan atau merujuk pasien tepat pada waktunya bila diperlukan
i. Menyelenggarakan layanan paliatif dan menjelang ajal
j. Menjunjung tinggi aspek etika pelayanan kedokteran.

3. Mengkoordinasikan layanan kesehatan


a. Dengan keluarga pasien
1) Penilaian keluarga
2) Menyelenggarakan pertemuan keluarga pasien
3) Pembinaan dan konseling keluarga
b. Dengan masyarakat
1) Penilaian kesehatan masyarakat dan epidemiologi
2) Pemeriksaan/penilaian masyarakat
3) Mengenali dan memanfaatkan sumber daya masyarakat
4) Program pencegahan dan pendidikan bagi masyarakat
5) Advokasi/pembelaan kepentingan kesehatan masyarakat

4. Menangani masalah-masalah kesehatan yang menonjol


a. Kelainan alergik
b. Anastesia dan penanganan nyeri
c. Kelainan yang mengancam jiwa dan kegawatdaruratan
d. Kelainan kardiovaskuler
e. Kelainan kulit
f. Kelainan mata dan telinga
g. Kelainan saluran cerna
h. Kelainan perkemihan dan kelamin
i. Kelainan obstetrik dan ginekologik
j. Penyakit infeksi
k. Kelainan muskuloskeletal
l. Kelainan neoplastik
m. Kelainan neurologi
n. Psikiatri

5. Melaksanakan profesi dalam tim penyedia kesehatan


a. Menyusun dan menggerakkan tim
b. Kepemimpinan
c. Keterampilan manajemen praktik
d. Pemecahan masalah konflik
e. Peningkatan kualitas
PELAYANAN KEDOKTERAN KELUARGA
Pelayanan kesehatan/asuhan medis yang didukung oleh pengetahuan kedokteran terkini
secara menyeluruh (holistik), paripurna (komprehensif), terpadu, berkesinambungan untuk
menyelesaikan semua keluhan dari pengguna jasa/pasien sebagai komponen keluarganya
dengan tidak memandang umur, jenis kelamin dan sesuai dengan kemampuan sosialnya.

Tujuan pelayanan kedokteran keluarga


Terselesaikannya masalah kesehatan keluarga dan terciptanya keluarga yang partisipatif,
sehat sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap anggota keluarga hidup
produktif secara sosial dan ekonomi.

Indikator keberhasilan pelayanan kesehatan


1. Meningkatnya status kesehatan keluarga dengan peningkatan kesehatan fisik, mental dan
sosial seluruh anggota keluarga
2. Meningkatnya peran serta setiap anggota keluarga khususnya penanggung jawab keluarga
dalam menyelesaikan masalah kesehatan dirinya, social maupun lingkungan keluarganya
3. Adanya kemampuan keluarga untuk mengatasi permasalahannya. Semua tujuan ini selalu
dimanfaatkan dalam pembahasan kasus yaitu evaluasi keberhasilan tindakan untuk
pencapaian tujuan pelayanan.

KARAKTERISTIK PELAYANAN KEDOKTERAN KELUARGA


Adalah pelayanan kesehatan/asuhan medik yang:
- Didukung oleh pengetahuan kedokteran mutakhir;
- Dilakukan secara paripurna (comprehensive), terpadu (integrated), menyeluruh (holistic),
berkesinambungan (sustainable);
- Terhadap semua keluhan dan pengguna jasa pelayanan kesehatan (PJPK) sebagai komponen
keluarganya;
- Dengan tidak memandang umur, jenis kelamin dan sesuai dengan kemampuan yang ada

PARIPURNA (COMPREHENSIVE)
Tersedianya semua langkah-langkah pelayanan kesehatan:
- Promotif (peningkatan dan pembinaan)
- Preventif (pencegahan dan perlindungan khusus)
- Kuratif (deteksi dini dan tindakan segera)
- Pencegahan cacat lebih lanjut (terapi, konsultasi, dan rujukan)
- Rehabilitatif (pemulihan, pengendalian, evaluasi)

MENYELURUH (HOLISTIC)
Dilaksanakan pelayanan kesehatan yang meliputi semua aspek kehidupan
Pasien sebagai manusia seutuhnya yang meliputi aspek-aspek :
- Biologis
- Psikologis
- Sosial
- Spiritual

BERKESINAMBUNGAN (SUSTAINABLE)
Pelayanan kesehatan merupakan upaya terus menerus untuk meningkatkan fungsi
keluarga sesuai dengan sumber-sumber yang dimiliki.

TERPADU (INTEGRATED)
Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan dalam bentuk interaksi antara
Dokter, Pasien dan Keluarga serta melibatkan seluruh komunitas masyarakat
disekitarnya.

ASAS-ASAS DALAM PELAYANAN DOKTER KELUARGA


Dalam pelayanan dokter keluarga seyogyanya memenuhi standar pelayanan kedokteran yang
bermutu dan berasaskan:
- Hukum dan etika profesi, serta moral dan spiritual
- Ilmu pengetahuan dan ketrampilan teknis kedokteran mutakhir
- Bersifat paripurna, terpadu, menyeluruh, bersinambung
- Pendekatan yang manusiawi dan rasional
- Manfaat (memberikan manfaat yang sebesar-besarnya)
- Partisipasi keluarga (kehidupan PJPK dalam wawasan keluarga)
- Peduli pencegahan (Paradigma Sehat)

Batasan-Batasan Pelayanan Dokter Keluarga


Pada saat ini, batasan dokter keluarga banyak macamnya. Beberapa diantaranya yang
dipandang cukup penting adalah:
1. Dokter keluarga adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan komprehensif
bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran, dan mengatur pelayanan oleh provider
lain bila dibutuhkan. Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima semua orang yang
membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan usia, gender, ataupun jenis
penyakit. Dikatakan pula bahwa dokter ini adalah dokter yang mengasuh individu sebagai
bagian dari keluarga dan dalam lingkup komunitas dari individu tersebut tanpa membedakan
ras, budaya, dan tingkatan social. Dokter ini bertanggungjawab atas berlangsungnya
pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan bagi pasiennya ( WONCA, 1991).

2. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang
penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya
pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya ( IDI, 1982).

3. Dokter keluarga adalah dokter yang memiliki tanggung jawab menyelenggarakan


pelayanan kesehatan tingkat pertama serta pelayanan kesehatan yang menyeluruh yang
dibutuhkan oleh semua anggota yang terdapat dalam satu keluarga, dan apabila kebetulan
berhadapan denga suatu masalah kesehatan khusus yang tidak mampu ditanggulangi,
meminta bantuan dokter ahli yang sesuai ( The American Board of Family Practice, 1969).

2. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter keluarga (family clinic)
Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga adalah suatu
klinik yang didirikan secara khusus yang disebut dengan nama klinik dokter keluarga (family
clinic/center). Pada dasarnya klinik dokter keluarga ini ada dua macam. Pertama, klinik
keluarga mandiri (free-standing family clinic). Kedua, merupakan bagian dari rumah sakit
tetapi didirikan diluar komplek rumah sakit (satelite family clinic). Di luar negeri klinik
dokter keluarga satelit ini mulai banyak didirikan. Salah satu tujuannya adalah untuk
menopang pelayanan dan juga penghasilan rumah sakit. Terlepas apakah klinik dokter
Keluarga tersebut adalah suatu klinik mandiri atau hanya merupakan klinik satelit dari rumah
sakit, lazimnya klinik dokter keluarga tersebut menjalin hubungan kerja sama yang erat
dengan rumah sakit. Pasien yang memerlukan pelayanan rawat inap akan dirawat sendiri atau
dirujuk ke rumah sakit kerja sama tersebut. Klinik dokter keluarga ini dapat diselenggarakan
secara sendiri (solo practice) atau bersama-sama dalam satu kelompok (group practice). Dari
dua bentuk klinik dokter keluarga ini, yang paling dianjurkan adalah klinik dokter keluarga
yang dikelola secara berkelompok. Biasanya merupakan gabungan dari 2 sampai 3 orang
dokter keluarga.

Pada klinik dokter keluarga berkelompok ini diterapkan suatu sistem manajernen yang sama.
Dalam arti para dokter yang tergabung dalam klinik dokter keluarga tersebut secara bersama-
sama membeli dan memakai alatalat praktek yang sama. Untuk kemudian menyelenggarakan
pelayanan dokter keluarga yang dikelola oleh satu sistem manajemen keuangan, manajemen
personalia serta manajemen system informasi yang sama pula. Jika bentuk praktek
berkelompok ini yang dipilih, akan diperoleh beberapakeuntungan sebagai berikut (Clark,
1971) :

a. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu


Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara
kelompok, para dokter keluarga yang terlibat akan dapat saling tukar menukar
pengalaman, pengetahuan dan keterampilan. Di samping itu, karena waktu praktek
dapat diatur, para dokter mempunyai cukup waktu pula untuk menambah pengetahuan
dan keterampilan. Kesemuannya ini, ditambah dengan adanya kerjasama tim (team
work) disatu pihak, serta lancarnya hubungan dokter-pasien di pihak lain,
menyebabkan pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu.

b. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih terjangkau


Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara
berkelompok, pembelian serta pemakaian pelbagai peralatan medis dan non medis dapat
dilakukan bersama-sama (cost sharing). Lebih dari pada itu, karena pendapatan dikelola
bersama, menyebabkan penghasilan dokter akan lebih terjamin. Keadaan yang seperti ini
akan mengurangi kecenderungan penyelenggara pelayanan yang berlebihan. Kesemuanya ini
apabila berhasil dilaksanakan, pada gilirannya akan menghasilkan pelayanan dokter keluarga
yang lebih terjangkau.

PERALATAN DAN TENAGA PELAKSANA


Untuk dapat menyelenggarakan praktek dokter keluarga sebagaimana dikemukakan diatas,
tentu perlu disediakan pelbagai peralatan dan tenaga pelaksana yang memadai. Peralatan dan
tenaga pelaksana yang dimaksud adalah :
1. Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan pada praktek dokter keluarga pada dasarnya tidak berbeda dengan
peralatan pelbagai pelayanan kedokteran lainnya. Jika pelayanan dokter keluarga tersebut
dilaksanakan dalam bentuk klinik dokter keluarga, maka peralatan yang dibutuhkan secara
umum dapat dibedakan atas dua macam :
a. Peralatan medis
Karena praktek dokter keluarga melayani beberapa tindakan spesialistis sederhana, maka
pada praktek dokter keluarga perlu disediakan pelbagai peralatan medis spesialistis yang
dimaksud. Disamping, dibutuhkan pula pelbagai peralatan pemeriksaan penunjang serta
pertolongan gawat darurat. Di Amerika Serikat sebagaimana yang dikemukakan oleh Djati
Pratignyo (1983), peralatan medis yang tersedia disuatu klinik dokter keluarrga cukup
lengkap. Peralatan yang dimaksud telah mencakup pula laboratorium klinis, rontgen foto,
EKG, minor surgery set, sigmoiskop, audiometer, otoskop, visual chart, tonometer dan
ophtalmoskop.

b. Peralatan non-medis
The American Academy of General Practice (1960) menyebutkan peralatan non medis
pelayanan dokter keluarga adalah suatu klinik yang memiliki sekurangkurangnya sebuah
ruang tunggu, ruang konsultasi, ruang periksa, ruang tindakan, ruang laboratorium, ruang
rontgen (fakultatif), ruang administrasi, gudang serta kamar mandi, yang luas lantai
seluruhnya minimal antara 150 s.d 200 meter persegi. Karena praktek dokter keluarga, seperti
yang dikemukakan oleh Clark, (1971) sangat menganjurkan pelayanan dengan perjanjian
(appointment system), maka perlu pula disediakan alat komunikasi seperti telepon.

2. Tenaga pelaksana
Tenaga pelaksana yang dibutuhkan pada praktek dokter keluarga pada dasarnya tidaklah
berbeda dengan tenaga pelaksana pelbagai pelayanan kedokteran lainnya. Tenaga pelaksana
yang dimaksud secara umum dapat dibedakan atas tiga macam :

a. Tenaga medis
Tenaga medis yang dimaksudkan disini ialah para dokter keluarga (family doctor/physician).
Tergantung dari sarana pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga serta
beban kerja yang dihadapi, jumlah dokter keluarga yang dibutuhkan dapat berbeda. Secara
umum dapat disebutkan, apabila sarana pelayanan tersebut adalah rumah sakit serta beban
kerjanya lebih berat, maka jumlah dokter keluarga yan dibutuhkan akan lebih banyak.
Sedangkan jika pelayanan dokter keluarga tersebut diselenggarakan oleh suatu klinik dokter
keluarga, jumlah dokter yang dibutuhkan umumnya lebih sedikit. Klinik dokter keluarga
memang dapat diselenggarakan hanya oleh satu orang dokter keluarga (solo practice)
ataupun oleh sekelompok dokter keluarga (group practice). Telah disebutkan, dari kedua
bentuk ini, yang dianjurkan adalah bentuk kedua, yakni yang diselenggarakan oleh satu
kelompok dokter keluarga.
b. Tenaga paramedis
Untuk lancaranya pelayanan dokter keluarga, perlu mengikut sertakan tenaga paramedis.
Disarankan tenaga paramedis tersebut seyogoyanya yang telah mendapatkan pendidikan dan
latihan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga, baik aspek medis dan ataupun aspek non
medis. Jumlah tenaga paramedis yang diperlukan tergantung dari jumlah dokter keluarga
yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga secara umum disebutkan untuk setiap
satu orang dokter keluarga, diperlukan 2 sampai 3 tenaga paramedic terlatih.
c. Tenaga non-medis
Sama halnya dengan tenaga paramedis, untuk lancarnya pelayanan dokter keluarga, perlu
pula mengikutsertakan tenaga non-medis. Pada umumnya ada dua katagori tenaga non-medis
tersebut. Pertama, tenaga administrasi yang diperlukan untuk menangani masalah–masalah
administrasi. Kedua, pekerja sosial (social worker) yang diperlukan untuk menangai program
penyuluhan/nasehat kesehatan dan atau kunjungan rumah misalnya. Jumlah tenaga non medis
yang diperlukan tergantung dari jumlah dokter keluarga, dibutuhkan sekurang-kurangnya satu
orang tenaga administrasi serta satu orang pekerja sosial.

PELAYANAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA


Pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga banyak macamnya. Secara
umum dapat dibedakan atas tiga macam :
1. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga hanya
pelayanan rawat jalan saja. Dokter yang menyelenggarakan praktek dokter keluarga tersebut
tidak melakukan pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah atau pelayanan rawat
inap di rumah sakit. Semua pasien yang membutuhkan pertolongan diharuskan datang ke
tempat praktek dokter keluarga. Jika kebetulan pasien tersebut memerlukan pelayanan rawat
inap, pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit.
2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien dirumah.
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga mencakup
pelayanan rawat jalan serta pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah. Pelayanan
bentuk ini lazimnya dilaksanakan oleh dokter keluarga yang tidak mempunyai akses dengan
rumah sakit.
3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta
pelayanan rawat inap di rumah sakit.
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga telah
mencakup pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta perawatan
rawat inap di rumah sakit. Pelayanan bentuk ini lazimnya diselenggarakan oleh dokter
keluarga yang telah berhasil menjalin kerja sama dengan rumah sakit terdekat dan rumah
sakit tersebut memberi kesempatan kepada dokter keluarga untuk merawat sendiri pasiennya
di rumah sakit. Tentu saja penerapan dari ketiga bentuk pelayanan dokter keluarga ini tidak
sama antara satu negara dengan negara lainnya, dan bahkan dapat tidak sama antara satu
daerah lainnya. Di Amerika Serikat misalnya, pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di
rumah mulai jarang dilakukan. Penyebabnya adalah karena mulai timbul kesadaran pada diri
pasien tentang adanya perbedaan mutu pelayananantara kunjungan dan perawatan pasien di
rumah dengan di tempat praktek. Pasien akhirnya lebih senang mengunjungi tempat praktek
dokter, karena telah tersedia pelbagai peralatan kedokteran yang dibutuhkan.
Di beberapa negara lainnya, terutama di daerah pedesaan, karena dokter keluarga tidak
mempunyai akses dengan rumah sakit, maka dokter keluarga tersebut hanya
menyelenggarakan pelayanan rawat jalan saja. Pelayanan rawat inap dirujuk sertakan
sepenuhnya kepada dokter yang bekerja dirumah sakit. Tetapi pengaturan rujukan untuk
pelayanan rawat inap tersebut, tetap dilakukan oleh dokter keluarga. Dokter keluarga
memberikan bantuan sepenuhnya, dan bahkan turut mencarikan tempat perawatan dan jika
perlu turut mengantarkannya ke rumah sakit.

Sekalipun pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga tidak sama, perlulah
diingatkan bahwa orientasi pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan tetap tidak boleh
berbeda. Orientasi pelayanan dokter keluarga bukan sekedar menyembuhkan penyakit, tetapi
diarahkan pada upaya pencegahan penyakit. Atau jika tindakan penyembuhan yang
dilakukan, maka pelaksanaannya, kecuali harus mempertimbangkan keadaan pasien sebagai
manusia seutuhnya, juga harus mempertimbangkan pula keadaan sosial ekonomi keluarga
dan lingkungannya. Praktek dokter keluarga tidak menangani keluhan pasien atau bagian
anggota badan yang sakit saja, tetapi individu pasien secara keseluruhan.

Kesamaan lain yang ditemukan adalah pada ruang lingkup masalah kesehatan yang ditangani.
Praktek dokter keluarga melayani seluruh anggota keluarga dan semua masalah kesehatan
yang ditemukan pada keluarga. Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan yang seperti ini
dibutuhkan pelbagai pengetahuan dan keterampilan yang luas. Karena adanyan ciri yang
seperti inilah ditemukan pihak pihak yang tidak sependapat bahwa dokter spesialis dapat
bertindak sebagai dokter keluarga. Oleh kalangan yang terakhir ini disebutkan bahwa dokter
keluarga harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang luas, yang mencakup
pengetahuan dan keterampilan beberapa dokter spesialis, dan karenanya tidak mungkin jika
diselenggarakan oleh satu dokter spesialis saja.

Dari uraian tentang orientasi serta ruang lingkup masalah kesepakatan yang ditangani pada
praktek dokter keluarga diatas, jelaslah bahwa pelayanan kedokteran diselenggarakan pada
praktek dokter keluarga memang agak berbeda dengan pelayanan kedokteran yang
diselenggarakan oleh dokter umum dan atau dokter spesialis. Pelayanan kedokteran yang
diselenggarakan pada praktek dokter keluarga pada umumnya :
1. lebih aktif dan bertanggung jawab
Karena pelayanan kedokteran yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga mengenal
pelayanan kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah, bertanggung jawab mengatur
pelayanan rujukan dan konsultasi, dan bahkan, apabila memungkinkan, turut menangani
pasien yang memerlukan pelayanan rawat inap di rumah sakit, maka pelayanan kedokteran
yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga umunya lebih aktif dan bertanggung
jawab dari pada dokter umum.
2. Lebih lengkap dan bervariasi
Karena praktek dokter keluarga menangani semua masalah kesehatan yang ditemukan pada
semua anggota keluarga, maka pelayanan dokter keluarga pada umumnya lebih lengkap dan
bervariasi dari pada dokter umum. Tidak mengherankan jika dengan pelayanan yang seperti
ini, seperti yang ditemukan di Amerika Serikat misalnya, praktek dokter keluarga dapat
menyelesaikan tidak kurang dari 95 % masalah kesehatan yang ditemukan pada pasien yang
datang berobat.
3. Menangani penyakit pada stadium awal
Sekalipun praktek dokter keluarga dapat menangani pasien yang telah membutuhkan
pelayanan rawat inap, bukan selalu berarti praktek dokter keluarga sarna dengan dokter
spesialis. Praktek dokter keluarga hanya sesuai untuk penyakit -penyakit pada stadium awal
saja. Sedangkan untuk kasus yang telah lanjut atau yang telah terlalu spesialistik, karena
memang telah berada diluar wewenang dan tanggung jawab dokter keluarga, tetap dan harus
dikonsultasikan dan atau dirujuk kedokter spesialis. Seperti yang dikatakan oleh Malerich
(1970), praktek dokter keluarga memang sesuai untuk penyakit penyakit yang masih dalam
stadium dini atau yang bersifat umum saja. ‘The family doctor cannot be expected to treat all
problems as best possible, but he can be expected to treat all common diseases as best
possible’.

PEMBIAYAAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA


Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga tentu diperlukan tersedianya dana
yang cukup. Tidak hanya untuk pengadaan pelbagai sarana dan prasarana medis dan non
medis yang diperlukan (investment cost), tetapi juga untuk membiayai pelayanan dokter
keluarga yang diselenggarakan (operational cost). Seyogiyanyalah semua dana yang
diperlukan ini dapat dibiayai oleh pasien dan atau keluarga yang memanfaatkan jasa
pelayanan dokter keluarga. Masalah kesehatan seseorang dan atau keluarga adalah tanggung
jawab masingmasing orang atau keluarga yang bersangkutan. Untuk dapat mengatasi masalah
kesehatan tersebut adalah amat diharapkan setiap orang atau keluarga bersedia membiayai
pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya.

Mekanisme pembiayaan yang ditemukan pada pelayanan kesehatan banyak macamnya. Jika
disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, pembiayaan secara
tunai (fee for service), dalam arti setiap kali pasien datang berobat diharuskan membayar
biaya pelayanan. Kedua, pembiayaan melalui program asuransi kesehatan (health insurance),
dalam arti setiap kali pasien datang berobat tidak perlu membayar secara tunai, karena
pembayaran tersebut telah ditanggung oleh pihak ketiga, yang dalam hat ini adalah badan
asuransi.

Tentu tidak sulit dipahami, tidaklah kedua cara pembiayaan ini dinilai sesuai untuk pelayanan
dokter keluarga. Dari dua cara pembiayaan yang dikenal tersebut, yang dinilai sesuai untuk
pelayanan dokter keluarga hanyalah pembiayaan melalui program asuransi kesehatan saja.
Mudah dipahami, karena untuk memperkecil risiko biaya, program asuransi sering
menerapkan prinsip membagi risiko (risk sharing) dengan penyelenggara pelayanan, yang
untuk mencegah kerugian, tidak ada pilihan lain bagi penyelenggara pelayanan tersebut,
kecuali berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, dan atau mencegah para anggota
keluarga yang menjadi tanggungannya untuk tidaksampai jatuh sakit. Prinsip kerja yang
seperti ini adalah juga prinsip kerja dokter keluarga.

BENTUK-BENTUK PEMBIAYAAN PRA-UPAYA


Mengingat bentuk pembayaran pra-upaya banyak menjanjikan keuntungan, maka pada saaat
ini bentuk pembayaran pra-upaya tersebutbanyak diterapkan. Pada dasarnya ada tiga bentuk
pembiayaan secara pra-upaya yang dipergunakan. Ketiga bentuk yang dimaksud adalah:
1. sistem kapitasi (capitation system)
yang dimaksud dengan sistem kapitasi adalah sistem pembayaran dimuka yang dilakukan
oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan
harga yang dihitung untuk setiap peserta untuk jangka waktu tertentu. Dengan sistem
pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada
penyelenggara pelayanan yang tidak ditentukan oleh frekwensi penggunaan pelayanan
kesehatan oleh peserta, melainkan ditentukan oleh jumlah peserta dan kesepakatan jangka
waktu jaminan.
2. Sistem paket (packet system)
Yang dimaksud dengan sistem paket adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan oleh
badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga
yang dihitung untuk suatu paket pelayanan kesehatan tertentu. Dengan sistem pembayaran
ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan,
melainkan oleh paket pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan. Penyakit apapun yang
dihadapi, jika termasuk dalam satu paket pelayanan yang sama, mendapatkan biaya dengan
besar yang sama. Sistem pernbiayaan paket ini dikenal pula dengan nama sistem pembiayaan
kelompok diagnosis terkait (diagnosis related group) yang di banyak negara maju telah lama
diterapkan.

3. Sistem anggaran (budget system)


Yang dimaksud dengan sistem anggaran adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan
oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan
harga, sesuai dengan besarnya anggaran yang diajukan penyelenggara pelayanan kesehatan.
Sama halnya dengan sistern paket, padasistem anggaran ini, besarnya biaya yang dibayar oleh
badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh macam
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, melainkan oleh besarnya anggaran yang telah
disepakati.

PENGENDALIAN BIAYA KESEHATAN


Dengan diterapkannya sistem pembayaran pra-upaya, maka telah merupakan kewajiban bagi
penyelenggara pelayanan untuk berupaya mengendalikan biaya kesehatan (cost containment)
yang sebaik-baiknya, sedemikian rupa sehingga resiko pembiayaan dapat diperkecil. Untuk
dapat mengendalikan biaya kesehatan ini, ada beberapa prinsip pokok yang harus
diperhatikan oleh penyelenggara pelayanan. Prinsip pokok yang dimaksud adalah:

1. Mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit


Prinsip pokok pertama yang harus diperhatikan oleh penyelenggara pelayanan adalah lebih
mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit, bukan pelayanan penyembuhan penyakit.
Apabila prinsip pokok ini dapat diterapkan, pasti akan besar peranannya dalam upaya
mengendalikan biaya kesehatan. Karena memanglah biaya pelayanan pencegahan penyakit
memang jauh lebih murah dari pada biaya pelayanan penyembuhan penyakit. Bentuk-bentuk
pelayanan penceghan penyakit yang dapat dilakukan banyak macamnya. Yang terpenting di
antaranya ialah melakukan penyuluhan kesehatan, pemeriksaan kesehatan berkala, imunisasi
serta pelayanan keluarga berencana.

2. Mencegah pelayanan yang berlebihan


Prinsip pokok yang diperhatikan oleh penyelenggara petayanan adalah mencegah pelayanan
yang berlebihan. Jika memang tidak ada indikasinya, pemeriksaan penunjang tidak perlu
dilakukan. prinsip yang sarna juga berlaku untuk tindakan dan ataupun pemberian obat.
Dengan perkataan lain, pelayanan kedokteran yang diselenggarakan harus memenuhi serta
sesuai standar pelayanan yang telah ditetapkan.

3. Membatasi konsultasi dan rujukan


Pelayanan konsultasi dan apalagi rujukan, memerlukan biaya tambahan. Untuk mencegah
biaya kesehatan, penyelenggara pelayanan harus berupa untuk membatasi konsultasi atau
rujukan. Pelayanan konsultasi atau rujukan tersebuthanya dilakukan apabila benar-benar
diperlukan saja. Apabila ketiga prinsip diatas dapat diterapkan, manfaatnya bukan saja akan
besar dalam memperkecil risiko biaya penyelenggara pelayanan, tetapi juga badan asuransi
kesehatan. Apabila keadaan yang seperti ini dapat diwujudkan, pada gilirannya juga akan
menguntungkan penyelenggara pelayanan sendiri. Karena sesungguhnyalah pada program
asuransi yang menerapkan sistem pembiayaan praupaya, sering diterapkan sistem intensif,
antara lain dalam bentuk bonus bagi para dokter yang berhasil menghemat pengeluaran.
Dalam keadaan yang seperti ini kedudukan penyelenggara pelayanan adalah sebagai penjaga
gawang (gate keeper) program asuransi kesehatan

ANALISIS MASALAH

a. Bagaimana konsep dokter keluarga?

Ilmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mempelajari:


- Dinamika kehidupan keluarga dalam lingkungannya
- Pengaruh penyakit dan keturunan terhadap fungsi keluarga
- Pengaruh fungsi keluarga terhadap timbul dan berkembangnya penyakit serta permasalahan
kesehatan keluarga
- Berbagai cara pendekatan kesehatan untuk mengembalikan fungsi keluarga dalam keadaan
normal.
b. Bagaimana standar dan kompetensi dokter keluarga?

STANDAR KOMPETENSI DOKTER KELUARGA


Perbedaan garis kompetensi yang tegas antara dokter keluarga dengan dokter yang
melaksanakan pelayanan dengan pendekatan kedokteran keluarga, memang sangat sulit
dilakukan. Namun demi kepentingan pasien, dokter yang bekerja di pelayanan primer
diharapkan memiliki kemampuan untuk melaksanakan prinsip-prinsip pelayanan dokter
keluarga. Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti anjuran WHO
dan WONCA yang mencantumkan prinsip-prinsip ini dalam banyak terbitannya. Prinsip-
prinsip ini juga merupakan simpulan untuk dapat meningkatkan kualitas layanan dokter
primer dalam melaksanakan pelayanan kedokteran. Prinsip-prinsip pelayanan/pendekatan
kedokteran keluarga adalah memberikan/mewujudkan:
1) Pelayanan yang holistik dan komprehensif
2) Pelayanan yang kontinu
3) Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
4) Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
5) Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integrasi dari keluarganya.
6) Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat
tinggalnya.
7) Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum.
8) Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan.
9) Pelayanan yang sadar biaya dan mutu.

Dengan melihat pada prinsip pelayanan yang harus dilaksanakan, maka disusun kompetensi
yang harus dimiliki oleh seorang dokter untuk dapat disebut sebagai dokter keluarga.
Kompetensi dokter keluarga seperti yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter
Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia tahun 2006 adalah:
1. Kompetensi dasar
a. Keterampilan Komunikasi Efektif
b. Keterampilan Klinis Dasar
c. Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedis, ilmu klinis, ilmu perilaku, dan
epidemiologi dalam praktik kedokteran keluarga.
d. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun masyarakat
dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan, terkoordinasi, dan bekerja sama
dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer.
e. Memanfaatkan, menilai secara kritis, dan mengelola informasi.
f. Mawas diri dan pengembangan diri/belajar sepanjang hayat.
g. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktik.

2. Ilmu dan Keterampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Utama


a. Bedah
b. Penyakit Dalam
c. Kebidanan dan Penyakit kandungan
d. Kesehatan Anak
e. THT
f. Mata
g. Kulit dan Kelamin
h. Psikiatri
i. Saraf
j. Kedokteran Komunitas

3. Keterampilan Klinis Layanan Primer Lanjut


a. Keterampilan melakukan “health screening”
b. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut
c. Membaca hasil EKG
d. Membaca hasil USG
e. BTLS, BCLS, dan BPLS

4. Keterampilan pendukung
a. Riset
b. Mengajar Kedokteran keluarga

5. Ilmu dan Keterampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Pelengkap


a. Semua cabang ilmu kedokteran lainnya
b. Memahami dan menjembatani pengobatan alternatif

6. Ilmu dan Keterampilan Manajemen Klinik Dokter keluarga

Standar Kompetensi Dokter Keluarga menurut Deklarasi WONCA-WHO tahun 2003


meliputi:

1. Melaksanakan asuhan bagi pasien dalam kelompok usia tertentu


a. Bayi baru lahir
b. Bayi
c. Anak
d. Remaja
e. Dewasa
f. Wanita hamil dan menyusui
g. Lansia wanita dan pria

2. Mengintegrasikan komponen asuhan komprehensif


a. Memahami epidemiologi penyakit
b. Melakukan anamnesis dan pemerikasaan fisik secara memadai
c. Memahami ragam perbedaan faali dan metabolisme obat
d. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi
e. Menyelenggarakan upaya pencegahan, penapisan, dan panduan serta penyuluhan gizi
f. Memahami pokok masalah perkembangan normal
g. Menyelenggarakan konseling psikologi dan perilaku
h. Mengonsultasikan atau merujuk pasien tepat pada waktunya bila diperlukan
i. Menyelenggarakan layanan paliatif dan menjelang ajal
j. Menjunjung tinggi aspek etika pelayanan kedokteran.

3. Mengkoordinasikan layanan kesehatan


a. Dengan keluarga pasien
1) Penilaian keluarga
2) Menyelenggarakan pertemuan keluarga pasien
3) Pembinaan dan konseling keluarga
b. Dengan masyarakat
1) Penilaian kesehatan masyarakat dan epidemiologi
2) Pemeriksaan/penilaian masyarakat
3) Mengenali dan memanfaatkan sumber daya masyarakat
4) Program pencegahan dan pendidikan bagi masyarakat
5) Advokasi/pembelaan kepentingan kesehatan masyarakat

4. Menangani masalah-masalah kesehatan yang menonjol


a. Kelainan alergik
b. Anastesia dan penanganan nyeri
c. Kelainan yang mengancam jiwa dan kegawatdaruratan
d. Kelainan kardiovaskuler
e. Kelainan kulit
f. Kelainan mata dan telinga
g. Kelainan saluran cerna
h. Kelainan perkemihan dan kelamin
i. Kelainan obstetrik dan ginekologik
j. Penyakit infeksi
k. Kelainan muskuloskeletal
l. Kelainan neoplastik
m. Kelainan neurologi
n. Psikiatri

5. Melaksanakan profesi dalam tim penyedia kesehatan


a. Menyusun dan menggerakkan tim
b. Kepemimpinan
c. Keterampilan manajemen praktik
d. Pemecahan masalah konflik
e. Peningkatan kualitas
c. Bagaimana proses konsultasi?

Konsultasi ialah suatu proses yang biasanya didasarkan pada karakteristik hubungan
yang sama yang ditandai dengan saling mempercayai dan komunikasi yang  terbuka, bekerja
sama dalam mengidentifikasikan masalah, menyatukan sumber-sumber pribadi untuk
mengenal dan memilih strategi yang mempunyai kemungkinan dapat memecahkan masalah
yang telah diidentifikasi, dan pembagian tanggung jawab dalam pelaksanaan dan evaluasi
program atau strategi yang telah direncanakan (Zins, 1993). Pengertian konsultasi  menurut 
Depdiknas (2008:804) adalah pertukaran pikiran untuk mendapatkan kesimpulan berupa
nasihat, saran, dan sebagainya yang sebaik-baiknya. Misalnya, konsultasi medis berarti
percakapan antara pemberi dan penerima layanan kesehatan yang bertujuan mencari
penyebab timbulnya penyakit dan menentukan cara-cara pengobatannya.
Konsultasi didefinisikan oleh Audit Commission (1999) sebagai sebuah proses
dialog yang mengarah kepada sebuah keputusan. Definisi tersebut menyiratkan tiga aspek
dalam konsultasi :
1.      Konsultasi adalah sebuah dialog, di dalamnya ada aktifitas berbagi dan bertukar informasi
dalam rangka untuk memastikan pihak yang berkonsultasi agar mengetahui lebih dalam
tentang suatu tema. Oleh karenanya konsultasi adalah sesuatu yang edukatif dan inklusif.
2.      Konsultasi adalah sebuah proses. Konsultasi adalah sebuah proses yang interaktive dan
berjalan.
3.      Konsultasi adalah tentang aksi dan hasil. Konsultasi harus dapat memastikan bahwa
pandangan yang dikonsultasikan mengarahkan kepada sebuah pengambilan keputusan. Oleh
karenanya konsultasi adalah tentang aksi dan berorientasi kepada hasil.

 Ruang lingkup kegiatan.


Konsultasi memintakan bantuan profesional dari pihak ketiga.
Rujukan, melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan kasus penyakit yang
sedang dihadapi kepada pihak ketiga
2.      Kemampuan dokter.
Konsultasi ditujukan kepada dokter yang lebih ahli dan atau yang lebih pengalaman. Pada
rujukan hal ini tidak mutlak.
3.      Wewenang dan tanggung jawab.
Konsultasi wewenang dan tanggungjawab tetap pada dokter yang meminta konsultasi. Pada
rujukan sebaliknya.

1. Dokter yang mengajukan konsultasi mengisi lembar konsul yang ditujukan kepada dokter
spesialis lain yang dituju
2. Dokter yang dikonsulkan memeriksa pasien
Dokter yang dikonsulkan memberikan jawaban konsultasi berupa instruksi terapi atau
tindakan untuk pasien dengan mencatat jawaban konsultasi pada lembar konsul

d. Bagaimana prosedur melalukan binaan kepada keluarga?

1. Membuat surat tugas


2. Mengunjungi keluarga sesuai sasaran
3. Memberi salam
4. Memberi tahu pasien dan keluarganya ttg maksud dan tujuan
5. Menganamese tentang penyakit yang diderita
6. Menganalisa keadaan rumah dan lingkungan
7. Memberi penyuluhan dan pendidikan kesehatan
8. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk bertanya
9. Memberi tindakan keperawatan bila diperlukan
10. Mencatat hasil anamese di form Askep
11. Mengevaluasi hasil dari anamese
12. Minta tanda tangan sebagai bukti kunjungan
13. Berpamitan dan mengucap salam

DAFTAR PUSTAKA

Arsita eka Prasetiawati.2011. Kedokteran Keluarga. Jakarta: Rhineka Cipta

Azwar, A. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta : Yayasan Penerbit


Ikatan Dokter Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai