Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN ATRESIA ANI


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II
Dosen Pembimbing :
Ida Ariani, M.Kep.,Sp.Kep.An

Disusun Oleh :
Selly Nika Ivada (108118010)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2021
1. Pengertian Atresia Ani
Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate
meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002) Atresia ini atau anus
imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian
entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak  sempurna. Anus
tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak
berhubungan langsung dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM)
Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau
saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003). Atresia berasal dari bahasa Yunani, a
artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia
itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau
organ tubular secara kongenital disebut juga clausura. Dengan kata lain tidak adanya
lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh,
hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses
penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh,
misalnya atresia ani.
Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu
anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi
untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya Menurut Ladd dan Gross (1966)
anus imperforata dalam 4 golongan, yaitu:
1. Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus
2. Membran anus yang menetap
3. Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam- macam jarak
dari peritoneum
4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung

2. Etiologi

Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur 
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum
bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai
keenam usia kehamilan.

3. Patofisiologi

Atresia ani atau anus imperforate dapat disebabkan karena :

1) Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit
karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik 
2) Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur 
3) Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada
kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan
4) Berkaitan dengan sindrom down 5) Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan Terdapat
tiga macam letak 
- Tinggi (supralevator) → rektum berakhir di atas M.Levator ani (m.puborektalis)
dengan jarak  antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. Letak
upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital

- Intermediate → rectum terletak pada m.levator ani tapi tidak menembusnya

- Rendah → rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit dan
ujung rectum paling jauh 1 cm. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina/perineum
Pada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke traktus urinarius

4. Manifestasi Klinis

1) Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.

2) Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.

3) Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.

4) Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).
5) Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.

6) Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.

7) Perut kembung. (Betz. Ed 7. 2002)

4. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :

a. Asidosis hiperkioremia.

b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.

c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).

d. Komplikasi jangka panjang. - Eversi mukosa anal - Stenosis (akibat kontriksi jaringan
perut dianastomosis)

e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.

f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)

g. Prolaps mukosa anorektal.

h. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi)

(Ngustiyah, 1997 : 248)

6. Klasifikasi Klasifikasi atresia ani :

1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat
keluar

2. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.

3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus.

4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum (Wong, Whaley. 1985).


7. Penatalaksanaan Medis

a. Pembedahan Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan
keparahan kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya.
Untuk kelainan dilakukan kolostomi beberapa lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu
dibuat anus permanen (prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi
berusia 12 bulan.

Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi waktu pada
pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga
memungkinkan bayi untuk menambah berat badan dan bertambah baik status nutrisnya.
Gangguan ringan diatas dengan menarik kantong rectal melalui afingter  sampai lubang
pada kulit anal fistula, bila ada harus tutup kelainan membranosa hanya memerlukan
tindakan pembedahan yang minimal membran tersebut dilubangi degan hemostratau
skapel

b. Pengobatan

1) Aksisi membran anal (membuat anus buatan)

2) Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan dilakukan
korksi sekaligus (pembuat anus permanen) (Staf Pengajar FKUI. 205)

8. Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umum
dilakukan pada gangguan ini.

b) Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel mekonium.

c) Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat menunjukkan


adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada mekonium yang mencegah
udara sampai keujung kantong rectal.

d) Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.


e) Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum tersebut
sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5
cm Derek tersebut dianggap defek tingkat tinggi.

f) Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan

a. Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah tersebut.

b. Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan gambaran
ini harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus, pada bayi dengan anus
impoefartus. Udara berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid, kolon/rectum.

c. Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawah dan
kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto daerah antara benda
radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat diukur.
INTRA OPERASI ATRESIA ANI

A. Pengertian Keperawatan Intraoperatif Keperawatan Intraoperatif dimulai ketika


pasien masuk ke bagian bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang
pemulihan.
B. Persiapan
Aktifitas keperawatan pada intraoperatif:
1. Pemeliharaan Keselamatan
a. Atur Posisi Pasien - Kesejajaran fungsional - Pemajanan area pembedahan -
Mempertahankan posisi selama di operasi.
b. Memasang alat grounding ke pasien
c. Memberikan dukungan fisik
d. Memastikan bahwa jumlah jarum dan instrument yang tepat.
2. Pemantauan Fisiologis
a. Memperhitungkan efek dari hilangnya atau masuknya cairan yang berlebihan.
b. Mengobservasi kondisi kardiopulmunal
c. Melaporkan perubahan-perubahan pada TPRS
3. Dukungan Psikologis (Sebelum Induksi dan Jika Pasien Sadar)
a. Memberikan dukungan emosional pada pasien.
b. Berdiri dekat dan menyentuh pasien selama prosedur dan induksi.
c. Terus mengkaji status emosional pasien.
d. Mengkomunikasikan status emosional pasien ke anggota kes yang sesuai.

C. Ruang Operasi
-Mengatur ruang operasi
-Melindungi keselamatan dan kebutuhan kesehatan pasien dengan cara :
a. Memantau aktivitas anggota tim bedah
b. Memeriksa kondisi di dalam ruang operasi.
- Memastikan kebersihan, suhu yang tepat, kelembaban dan pencahayaan;
menjaga peralatan tetap berfungsi; dan ketersediaan perbekalan material.
- Memantau praktik aseptis untuk menghindari pelanggaran teknik,
- Memantau pasien sepanjang prosedur operasi untuk memastikan keselamatan
dan kesejahteraan individu.
D. Alat-alat
-Peralatan resusitasi
-Lemari obat emergency
-Oksigen, kateter, dan masker O2
-Monitor EKG
-Gantungan infus
-Oksimeter, thermometer, tensimeter, dan stetoskop
-Selimut
E. Jenis Anestesi
1. Anestesi Regional  Adalah anestesi local dgn menyuntikkan agens anestetik di
sekitar saraf sehingga area yang dipersyarafi oleh saraf ini teranestesi. Efeknya
bergantung jenis saraf yang terlibat. Macam anesthesia regional :
a. Anesthesia Spinal Merupakan tipe blok konduksi saraf yang luas dgn
memasukan anesthesia local kedalam ruang Subaraknoid di tingat Lumbal
( biasanya L4 & L5). Menghasilakan anesthesia pd ekstrimitas bawah, abdomen
bawah & perineum. Penyebaran agens anesthesia dan tk. Anesthesia bergantung
pd jml. Cairan yang disuntikan, kecepatan disuntikan, posisi padien stl.
Penyuntikan dan Bj agens. Contoh Agens : Prokain, tetrakain (Pontocaine) dan
Lidokain (Xylocaine).
Efek Samping : mual & muntah, pusing  Pengkajian stl anestesi spinal : TV &
sensasi kaki dan jarinya.
b. Blok Konduksi Macam – macam blok konduksi :
1) Blok Epidural Dicapai dgn menyuntikan anestetik local kedlm kanalis spinalis
sekeliling duramater. Memblok fungsi sensori, motor & otonomik mirip dgn
anestesi spinal hanya tempat yang membedakannya. Dosis lebih besar.
Keuntungan : tidak sakit kepala
Kerugian : memerluan keakhlian khusus untuk menyuntikan kedalam epidural
bukan ke subarahnoid.
Penanganan komplikasi : dukungan jalan nafas, ciaran intravena & penggunaan
vasopressor.
2) Blok Pleksus brakialis Menyebabkan anesthesia pada lengan.
3) Anastesia Paravertebral Menyebabkan anestesi pd saraf yang mempersarafi
dada, dinding abdomen & ekstrimitas.
4) Blok Transakral (Kaudal) Menyebabkan anestesi pd perineum, kadang
abdomen bawah.
c. Anestesia Infiltrasi Lokal Adalah penyuntikan larutan yang mengandung
anestetik local ke dlm jaringan pda bidang yang direncanakan sebagai tempat
insisi.
Keuntungan : Sederhana, ekonomis, tidak meledak. Peralatan minimal.
Pemulihan cepat Efek yang tidak diinginkan dlm anestesi umum dpt dihindari.
Ideal untuk prosedur bedah yang pendek & superficial. Agens : Lidokain
(xylocaine), Bupivakain (Marcain), Prokain (Novocain). Biasanya dikombinasi
dgn epinefrin.
Kontraindikasi : pasien gelisah.
F. Pelaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan
a. Memberikan keselamatan untuk pasien
b. Mempertahankan lingk aseptic dan terkontrol
c. Secara efektif mengelola SDM

G. Tindakan perawat Recovery Room

Dapat dilakukan monitoring B6, yaitu :

1. Breath nafas) : sistem respirasi

-Pola nafas

-Pernafasan cuping hidung

-Frekuensi nafas

-Suara nafas tambahan : tidak adapada obstruksi total


2. Blood darah) : kardiovaskuler

-Tekanan darah, Nadi, Kadar Hb

3. Brain otak) : sistem SSP

-Menilai kesadaran pasien dengan GCSPerhatikan gejala kenaikan TIK.

4. Bladder: urogenitalis

-Periksa kualitas, kuantitas, warna,kepekatan urine, dehidrasi, ARF.

5. Bowel usus) : gastrointestinalis

- Perdarahan, Obstruksi atauhipoperistaltik, gangguan organ lain,misal: hepar,lien, pancreas

6. Bone tulang) : musculoskeletal

- Gangguan gerakan ekstremita

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

INTRA OPERASI ATRESIA ANI

A. PENGKAJIAN

1. Biodata klien

2. Riwayat keperawatan

a. Riwayat keperawatan = kesehatan sekarang  


b. Riwayat kesehatan masa lalu

3. Riwayat tumbuh kembang

a. lahir abnormal  

b. kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang

pernah mengalami trauma saat sakit

c. Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal

d. Sakit kehamilan tidak keluar mekonium

4. Pola nutrisi Metabolik 

Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umu terjadi pada pasien dengan atresia ani
post Kolostomi. keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu oleh mual dan
munta dampak  dari anestesi.

5. Pola eliminasi dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru
maka tubuh dibersihkan dari bahan- bahan yang melebihi kebutuhan dan dari produk
buangan. oleh karena pada atresia ani tidak terdapatnya lubang pada anus, sehingga
pasien akan mengalami kesulitan dalam defekasi

6. Pola Aktivitas dan latihan

Pola latihan dan akti5itas dipertahankan untuk menhindari kelemahan otot. :

7. Pola Persepsi kognitif  menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran,


penciuman, daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.

8. Pola Tidur dan Istirahat Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu
karena nyeri pada luka inisisi.

9. Konsep Diri dan Persepsi

-Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body comfort.
perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena dampak luka jahitan operasi

10. Peran dan Pola hubungan


bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit.
Perubahan pola  biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran

11. Pola reproduktif dan seksual

Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagi alat reproduksi

12. Pola Pertahanan Diri

Stress dan Toleransi, Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan

13. Pola Keyakinan dan Nilai

Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk
dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan perawat dalam mem
motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah.

14. Pemeriksaan fisik 

Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah anus tampak
merah, usus melebar, kadang tampak ileus obstruksi, thermometer yang dimasukkan
melalui anus tertahan oleh jaringan pada auskultasi hiperperistaltik tanpa meconium
dalam 24jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Kecemasan = Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan


prosedur perawatan.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan.

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional


Kecemasan = ansietas bd 1.Jelaskan dg istilah yg 1. Agar orang tua mengert
kurang pengetahuan dimengerti tentang anatomi kondisi klien.
tentang  penyakit dan dan fisiologi saluran 2. Pengetahuan tersebut
prosedur  perawatan. pencernaan normal. diharapkan dapat
2.Gunakan alat, media dan membantu menurunkan
Tujuan Setelah dilakukan gambar. kecemasan.
tindakan keperawatan 3.Beri informasi pada 3. Membantu mengurangi
selama 1x24 jam orang tua tentang operasi kecemasan klien
diharapkan kecemasan kolostomi
orang tua dapat berkurang.
Kriteria hasil :
1 Pasien tidak lemas
2 vital sign dalam batas
normal
3. menunjukkan tehnik
untuk mengontrol cemas
4. Postur tubuh, ekspresi
wajah,  bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan  berkurang
nya kecemasan

Resiko infeksi 1. Kaji KU pasien 1. untuk mengetahui


berhubungan dengan 2. Observasi tanda-tanda keadsaan umum pasien
prosedur pembedahan. infeksi   2.mengetahui adanya
Tujuan : setelah dilakukan 3. Kolaborasi pemberian tanda-tanda infeksi
tindakan keperawatan antibiotik  3. untuk meminimalkan
selama 2x24 jjam jumlah  bakteri
diharapkan tidak ada
tanda&tanda infeksi.
Kriteria hasil :
1 Pasien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
2 menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi

D. Evaluasi Keperawatan

Tahap Evaluasi adalah perbandingan hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang dibuat
pada tahap perencanaan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap ini
memahami respon terhadap inter5ensi keperawatan, kemampuan mengembalikan
kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan
tindakan keperawatan  pada kriteria hasil. Pada tahap Evaluasi ini terdiri dari 2 kegiatan
yaitu:

a. Evaluasi formatif menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan


intervensi dengan respon segera.  
b. Evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status klien
pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan. di
samping itu, evaluasi juga sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria
tertentu yang membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak tercapai atau tercapai sebagian.

1. Tujuan tercapai, tujuan dikatakan tercapai bila klien telah menunjukan perubahan dan
kemajuan yang dengan kriteria yang telah ditetapkan.

2.Tujuan tercapai sebagian tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak
tercapai secara keselu sehingga masih perlu dicari berbagai masalah atau penyebabnya,
seperti klien dapat makan sendiri tetapi masih merasa mual. Setelah makan bahkan
kadang&kadang muntah. 3. Tujuan tidak tercapai -ikatakan tidak tercapai apabila tidak
menunjukan adanya perubahan kearah kem sebagaimana kriteria yang diharapkan

Anda mungkin juga menyukai