Disusun Oleh :
Selly Nika Ivada (108118010)
2. Etiologi
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum
bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai
keenam usia kehamilan.
3. Patofisiologi
1) Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit
karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik
2) Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur
3) Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada
kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan
4) Berkaitan dengan sindrom down 5) Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan Terdapat
tiga macam letak
- Tinggi (supralevator) → rektum berakhir di atas M.Levator ani (m.puborektalis)
dengan jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. Letak
upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital
- Rendah → rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit dan
ujung rectum paling jauh 1 cm. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina/perineum
Pada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke traktus urinarius
4. Manifestasi Klinis
3) Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
4) Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).
5) Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
4. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :
a. Asidosis hiperkioremia.
d. Komplikasi jangka panjang. - Eversi mukosa anal - Stenosis (akibat kontriksi jaringan
perut dianastomosis)
1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat
keluar
3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus.
a. Pembedahan Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan
keparahan kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya.
Untuk kelainan dilakukan kolostomi beberapa lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu
dibuat anus permanen (prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi
berusia 12 bulan.
Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi waktu pada
pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga
memungkinkan bayi untuk menambah berat badan dan bertambah baik status nutrisnya.
Gangguan ringan diatas dengan menarik kantong rectal melalui afingter sampai lubang
pada kulit anal fistula, bila ada harus tutup kelainan membranosa hanya memerlukan
tindakan pembedahan yang minimal membran tersebut dilubangi degan hemostratau
skapel
b. Pengobatan
2) Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan dilakukan
korksi sekaligus (pembuat anus permanen) (Staf Pengajar FKUI. 205)
8. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umum
dilakukan pada gangguan ini.
b) Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel mekonium.
a. Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah tersebut.
b. Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan gambaran
ini harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus, pada bayi dengan anus
impoefartus. Udara berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid, kolon/rectum.
c. Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawah dan
kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto daerah antara benda
radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat diukur.
INTRA OPERASI ATRESIA ANI
C. Ruang Operasi
-Mengatur ruang operasi
-Melindungi keselamatan dan kebutuhan kesehatan pasien dengan cara :
a. Memantau aktivitas anggota tim bedah
b. Memeriksa kondisi di dalam ruang operasi.
- Memastikan kebersihan, suhu yang tepat, kelembaban dan pencahayaan;
menjaga peralatan tetap berfungsi; dan ketersediaan perbekalan material.
- Memantau praktik aseptis untuk menghindari pelanggaran teknik,
- Memantau pasien sepanjang prosedur operasi untuk memastikan keselamatan
dan kesejahteraan individu.
D. Alat-alat
-Peralatan resusitasi
-Lemari obat emergency
-Oksigen, kateter, dan masker O2
-Monitor EKG
-Gantungan infus
-Oksimeter, thermometer, tensimeter, dan stetoskop
-Selimut
E. Jenis Anestesi
1. Anestesi Regional Adalah anestesi local dgn menyuntikkan agens anestetik di
sekitar saraf sehingga area yang dipersyarafi oleh saraf ini teranestesi. Efeknya
bergantung jenis saraf yang terlibat. Macam anesthesia regional :
a. Anesthesia Spinal Merupakan tipe blok konduksi saraf yang luas dgn
memasukan anesthesia local kedalam ruang Subaraknoid di tingat Lumbal
( biasanya L4 & L5). Menghasilakan anesthesia pd ekstrimitas bawah, abdomen
bawah & perineum. Penyebaran agens anesthesia dan tk. Anesthesia bergantung
pd jml. Cairan yang disuntikan, kecepatan disuntikan, posisi padien stl.
Penyuntikan dan Bj agens. Contoh Agens : Prokain, tetrakain (Pontocaine) dan
Lidokain (Xylocaine).
Efek Samping : mual & muntah, pusing Pengkajian stl anestesi spinal : TV &
sensasi kaki dan jarinya.
b. Blok Konduksi Macam – macam blok konduksi :
1) Blok Epidural Dicapai dgn menyuntikan anestetik local kedlm kanalis spinalis
sekeliling duramater. Memblok fungsi sensori, motor & otonomik mirip dgn
anestesi spinal hanya tempat yang membedakannya. Dosis lebih besar.
Keuntungan : tidak sakit kepala
Kerugian : memerluan keakhlian khusus untuk menyuntikan kedalam epidural
bukan ke subarahnoid.
Penanganan komplikasi : dukungan jalan nafas, ciaran intravena & penggunaan
vasopressor.
2) Blok Pleksus brakialis Menyebabkan anesthesia pada lengan.
3) Anastesia Paravertebral Menyebabkan anestesi pd saraf yang mempersarafi
dada, dinding abdomen & ekstrimitas.
4) Blok Transakral (Kaudal) Menyebabkan anestesi pd perineum, kadang
abdomen bawah.
c. Anestesia Infiltrasi Lokal Adalah penyuntikan larutan yang mengandung
anestetik local ke dlm jaringan pda bidang yang direncanakan sebagai tempat
insisi.
Keuntungan : Sederhana, ekonomis, tidak meledak. Peralatan minimal.
Pemulihan cepat Efek yang tidak diinginkan dlm anestesi umum dpt dihindari.
Ideal untuk prosedur bedah yang pendek & superficial. Agens : Lidokain
(xylocaine), Bupivakain (Marcain), Prokain (Novocain). Biasanya dikombinasi
dgn epinefrin.
Kontraindikasi : pasien gelisah.
F. Pelaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan
a. Memberikan keselamatan untuk pasien
b. Mempertahankan lingk aseptic dan terkontrol
c. Secara efektif mengelola SDM
-Pola nafas
-Frekuensi nafas
4. Bladder: urogenitalis
A. PENGKAJIAN
1. Biodata klien
2. Riwayat keperawatan
a. lahir abnormal
Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umu terjadi pada pasien dengan atresia ani
post Kolostomi. keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu oleh mual dan
munta dampak dari anestesi.
5. Pola eliminasi dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru
maka tubuh dibersihkan dari bahan- bahan yang melebihi kebutuhan dan dari produk
buangan. oleh karena pada atresia ani tidak terdapatnya lubang pada anus, sehingga
pasien akan mengalami kesulitan dalam defekasi
8. Pola Tidur dan Istirahat Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu
karena nyeri pada luka inisisi.
-Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body comfort.
perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena dampak luka jahitan operasi
Stress dan Toleransi, Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk
dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan perawat dalam mem
motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah.
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah anus tampak
merah, usus melebar, kadang tampak ileus obstruksi, thermometer yang dimasukkan
melalui anus tertahan oleh jaringan pada auskultasi hiperperistaltik tanpa meconium
dalam 24jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina.
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
D. Evaluasi Keperawatan
Tahap Evaluasi adalah perbandingan hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang dibuat
pada tahap perencanaan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap ini
memahami respon terhadap inter5ensi keperawatan, kemampuan mengembalikan
kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan
tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap Evaluasi ini terdiri dari 2 kegiatan
yaitu:
1. Tujuan tercapai, tujuan dikatakan tercapai bila klien telah menunjukan perubahan dan
kemajuan yang dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2.Tujuan tercapai sebagian tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak
tercapai secara keselu sehingga masih perlu dicari berbagai masalah atau penyebabnya,
seperti klien dapat makan sendiri tetapi masih merasa mual. Setelah makan bahkan
kadang&kadang muntah. 3. Tujuan tidak tercapai -ikatakan tidak tercapai apabila tidak
menunjukan adanya perubahan kearah kem sebagaimana kriteria yang diharapkan