Anda di halaman 1dari 21

Trauma Abdomen pada Kehamilan

Disusun oleh :
PUTRI CAHYANI (P17312215073)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI KEBIDANAN KEDIRI
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sacara umum trauma didefiniskan sebagai benturan, tekanan, atau singgungan yang
menimbulkan dampak berupa perlukaan baik luka terbuka, tertutup, maupun luka memar.
Tekanan bisa berasal dari benda tumpul maupun benda tajam. Trauma tidak hanya bersifat
fisik melainkan bisa berupa tekanan psikologis yang lebih banyak berefek pada kelainan
psikologis seperti rasa cemas, gelisah, takut, sulit tidur sampai depresi. Secara khusus trauma
dalam kehamilan adalah trauma yang berdampak tidak hanya pada ibu tetapi juga pada
janinnya.
Trauma abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen yang
mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati,
pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh-pembuluh
darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. (Temuh Ilmiah PerawatBedah
Indonesia, 13 Juli 2000).
Berdasar akibat yang ditimbulkan, trauma bisa diklasifikasi sebagai trauma mayor dan
trauma minor. Trauma selama kehamilan dihubungkan dengan peningkatan resiko terjadinya
abortus spontan, persalinan preterm, solusio plasenta, bayi lahir mati dan transfusi
fetomaternal. Ruptur uterus dan cedera janin secara langsung merupakan keadaan yang
jarang terjadi,tetapi merupakan komplikasi trauma yang mengancam jiwa.
Trauma abdominal dapat berakibat fatal bagi wanita dan janin terutama dapat
mempengaruhi janin. Pukulan langsung pada abdomen maternal tanpa adanya cedera
terbuka pada maternal, akibat kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh atau penyerangan,
mungkin tidak berdampak besar bagi wanita tapi memiliki signifikasi yang sangat besar
terhadap kesejahteraan dan kemampuan janin untuk bertahan hidup. Pada trauma
abdominalis dapat membuat banyak dampak terhadap ibu hamil salah satunya yaitu abortus,
karena trauma yang dialami ibu.
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pertemuan sel telur dan sel
sperma pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin dapat bertahan hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran
hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk tumbuh. Apabila janin lahir selamat
(hidup) sebelum 28 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran
prematur (Manuaba, 2013).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari trauma abdomen?
2. Bagaimana klasifikasi dari trauma abdomen?
3. Apa penyebab dari trauma abdomen?
4. Bagaimana patofisiologi dari trauma abdomen?
5. Apa saja komplikasi dari trauma abdomen?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari trauma abdomen?
7. Apa definisi abortus?
8. Bagaimana hubungan trauma abdomen dengan abortus
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan persalinan pada ibu abortus
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian dari trauma abdomen
2. Mengidentifikasi klasifikasi dari trauma abdomen
3. Memahami penyebab dari trauma abdomen
4. Mengetahui patafisiologi dari trauma abdomen
5. Mengetahui komplikasi dari trauma abdomen
6. Mengetahui penatalaksanaan dari trauma abdomen
7. Mengetahui definisi abortus
8. Mengidentifikasi hubungan trauma abdomen dengan abortus
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Trauma Abdomen
2.1.1 Definisi
Trauma abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen
yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama
organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus
besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen
(Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 13 Juli 2000).

Gambar 2.1 Trauma Abdomen

2.2.2 Klasifikasi
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
1. Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat
cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah
dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.
2. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen
harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi. Trauma Abdomen
adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat
menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme,
kelainan imunologi dan gangguan faal berbagai organ. Trauma abdomen pada
isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2002) terdiri dari:
a. Perforasi organ viseral intraperitoneum. Cedera pada isi abdomen mungkin
di sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen.
b. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen. Luka tusuk pada abdomen
dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.
c. Cedera thorak abdomen. Setiap luka pada thoraks yang mungkin
menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan hati harus
dieksplorasi
2.2.3 Etiologi Trauma Abdomen
Menurut (Hudak & Gallo, 2012) kecelakaan atau trauma yang terjadi pada
abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan
kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan
kekuatan yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil
atau benda tumpul lainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang
menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak,
trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka
tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen.
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu :
1. Paksaan /benda tumpul. Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke
dalam rongga peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan
oleh jatuh, kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor,
cedera akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresi atau
sabuk pengaman. Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
2. Trauma tembus. Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam
rongga peritoneum. Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan
benda tajam atau luka tembak..
2.2.4 Patofisiologi
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat
kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari
ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara
faktor–faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma
yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk)
untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan
pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal
ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting.
Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan
tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan
yang sebelumnya. Viskositas 14 adalah kemampuan jaringan untuk menjaga
bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan
tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi
tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati
ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam
beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal
tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa
mekanisme:
a. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh
gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang
letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ
padat maupun organ berongga.
b. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan
vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
c. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan
gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.
2.2.5 Komplikasi
Menurut smaltzer (2002), komplikasi dari trauma abdomen adalah :
Hemoragi, Syok, Cedera dan Infeksi
2.2.6 Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer, (2002) penatalaksanaan adalah :
1. Abdominal paracentesis menentukan adanya perdarahan dalam rongga
peritonium, merupakan indikasi untuk laparotomi
2. Pemasangan NGT memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada
trauma abdomen
3. Pemberian antibiotik mencegah infeksi
4. Pemberian antibiotika IV pada penderita trauma tembus atau pada trauma
tumpul bila ada persangkaan perlukaan intestinal.
5. Penderita dengan trauma tumpul yang terkesan adanya perdarahan hebat
yang meragukan kestabilan sirkulasi atau ada tanda-tanda perlukaan
abdomen lainnya memerlukan pembedahan
6. Prioritas utama adalah menghentikan perdarahan yang berlangsung.
Gumpalan kassa dapat menghentikan perdarahan yang berasal dari daerah
tertentu, tetapi yang lebih penting adalah menemukan sumber perdarahan
itu sendiri 19
7. Kontaminasi lebih lanjut oleh isi usus harus dicegah dengan
mengisolasikan bagian usus yang terperforasi tadi dengan mengklem
segera mungkin setelah perdarahan teratasi.
Sedangkan menurut (Hudak & Gallo, 2001). penatalaksanaannya adalah :
1. Pre Hospital Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang
mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi
kejadian. Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka
tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani,
penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban
tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas.
a. Airway Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas
menggunakan teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala
dan mengangkat dagu,periksa adakah benda asing yang dapat
mengakibatkan tertutupnya jalan napas, muntahan, makanan, darah atau
benda asing lainnya.
b. Breathing Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan
dengan menggunakan cara ‘lihat – dengar – rasakan’ tidak lebih dari 10
detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya
lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan
adekuat tidaknya pernapasan).
c. Circulation Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban
tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat
dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi
jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP
adalah 30 : 2 (30kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).
d. Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul): Stop makanan
dan minuman, Imobilisasi dan Kirim kerumah sakit
e. Penetrasi (trauma tajam)
1) Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam
lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis. 20
2) Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan
dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau
sehingga tidak memperparah luka.
3) Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut
tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian
organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila
ada verban steril.
4) Imobilisasi pasien.
5) Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
6) Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan
menekang.
7) Kirim ke rumah sakit.
2. Hospital
a. Trauma penetrasi Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding
abdomen, seorang ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa
lukanya secara lokal untuk menentukan dalamnya luka.
Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka
keluar yang berdekatan.
b. Skrinning pemeriksaan rontgen Foto rontgen torak tegak berguna
untuk menyingkirkan kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau
untuk menemukan adanya udara intra peritonium. Serta rontgen
abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau
adanya udara retro peritoneum.
c. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning Ini di lakukan untuk
mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada
d. Uretrografi. Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
e. Sistografi. Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera
pada kandung kencing, contohnya pada: Fraktur pelvis dan Trauma
non – penetrasi
3. Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit:
a. Pengambilan contoh darah dan urine Darah di ambil dari salah satu
vena permukaan untuk pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk
pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap,
potasium, glukosa, amilase. 21 b. Pemeriksaan rontgen Pemeriksaan
rongten servikal lateral, toraks antero posterior dan pelvis adalah
pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan multi
trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di
retro peritoneum atau udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya
memerlukan laparotomi segera. c. Study kontras urologi dan
gastrointestinal . Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah
duodenum, kolon ascendensatau decendens dan dubur.
2.2 Abortus
Definisi
Menurut Rahmani (2013) dalam Rochmawati (2014) bahwa: “Faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya abortus pada ibu hamil adalah usia, paritas,
riwayat abortus, jarak kehamilan, sosial ekonomi, pendidikan, penyakit infeksi,
alkohol, merokok, dan status perkawinan”. Jarak kehamilan sangat mempengaruhi
kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya.Seorang ibu memerlukan waktu
selama 2-3 tahun agar dapat pulih secara fisiologis dari satu kehamilan atau
persalinan dan mempersiapkan diri untuk kehamilan berikutnya. Bila jarak
kehamilan dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim dan kesehatan ibu
belum pulih dengan baik. 4 Kehamilan dalam keadaan ini perlu diwaspadai karena
ada kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, mengalami persalinan yang
lama, atau perdarahan (abortus).
Berdasarkan studi WHO satu dari setiap empat kehamilan berakhir dengan
abortus(BBC, 2016). Estimasi kejadian abortus tercatat oleh WHO sebanyak 40-
50 juta, sama halnya dengan 125.000 abortus per hari (Sedgh Get al, 2016).
Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI, setiap tahun diperkirakan
1,5-3 juta ibu mengalami abortus. Kejadian abortus yang terjadi di Indonesia
disertai dengan komplikasi utama berupa perdarahan dan infeksi yang dapat
berakhir dengan kematian (Depkes RI). Pada tahun 2012 abortus menyumbang
angka kematian ibu di Indonesia sebesar 1,6% (Kemenkes RI,2015). Beberapa
studi menyatakan bahwa abortus spontan terjadi pada 10% - 25% kehamilan pada
usia kehamilan antara bulan kedua dan kelima dengan 50% -75% kasus
disebabkan oleh abnormalitas kromosom (Sulfiana, Chalid,Farid, Rauf, &
Hartono, 2016; Cunningham, 2014). Di Jawa Tengah, Abortus merupakan
penyebab langsung kematian ibu ditunjukkan prevalensi abortus sebesar 2 juta
kasus pada tahun 2013 dengan rasio 37 per 1000 kelahiran pada wanita usia
produktif (Depkes, 2014).
Riwayat abortus juga merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan
risiko terjadinya abortus pada ibu hamil.Pada penelitian yang dilakukan oleh
(Resya,2016), sekitar 21 dari 35 ibu. Abortus sering dikaitkan dengan tingginya
angka persalinan prematur, abortus rekuren, dan berat bayi lahir rendah (BBLR).
Selain itu, abortus diduga memiliki pengaruh terhadap kehamilan berikutnya, baik
menyebabkan penyulit kehamilan atau pada produk kehamilan (Amalia &
Sayono, 2015). Abortus seringkali mengakibatkan komplikasi seperti perdarahan,
infeksi, perforasi, dan syok (Cunningham, 2014).
Dampak fisik yang timbul pasca abortus terjadi adanya perdarahan dari
sisa-sisa hasil konsepsi, terjadinya robekan rahim (perforasi) akibat dampak fisik
tindakan medis kerokan kuret yang tekanannya terlalu besar, infeksi dari
pertumbuhan bakteri dari sisa produk kehamilan karena kuman endogen, abortus
juga mengakibatkan syok karena terjadi perdarahan (shock hemoragik) dan infeksi
berat (shock endoseptik) (Salamah, 2013). Dalam penelitian, menurut David C.
Reardon, didapatkan kondisi psikologis pada wanita pasca abortus meliputi rasa
bersalah (61%), depresi (52,5%), menyesal (52,1%), malu (52%), sedih (55,3%).
Dampak psikis yang biasanya terjadi pasca abortus adalah gangguan
mental. Berbagai gangguan mental yang muncul kecemasan yang mengakibatkan
peningkatan emosi sehingga penderita merasa tegang dan takut, depresi dapat
menyebabkan beberapa gangguan pada penderita seperti; gangguan daya ingat,
gangguan konsentrasi, lesu badan dan jiwa, perasaan kosong, hambatan dalam
berpikir dan bertindak, penurunan nafsu makan, gangguan tidur, gangguan
pencernaan, berdebar-debar, sesak nafas dan tremor, abortus juga mengakibatkan
gangguan psikotik dan resiko bunuh diri (Salamah, 2013).

2.3 Hubungan Trauma abdomen dengan Abortus


Berdasar akibat yang ditimbulkan, trauma bisa diklasifikasi sebagai
trauma mayor dan trauma minor. Trauma mayor adalah trauma yang dampaknya
mengancam kehidupan, memerlukan perawatan di rumah sakit, menimbulkan
cacat fisik yang permanen sampai disabilitas atau menyebabkan kehidupan janin
terganggu. Beberapa tanda klinis untuk sebuah trauma mayor antara lain adalah
adanya gejala shock maternal seperti penurunan kesadaran, tekanan sistolik <90
mmHg, respirasi <10 atau >30 kali per menit, SpO2 <95%, nadi >120 kali per
menit. Trauma minor adalah trauma yang tidak memenuhi kriteria mayor atau
trauma yang hanya berdampak ringan seperti luka memar, lecet, nyeri, atau luka
tajam yang penanganannya selesai dengan penjahitan dan tidak memerlukan
pemondokan. Meskipun demikian trauma minor bisa berdampak serius pada janin
dalam kandungan. Tingkat keparahan, frekuensi, dan waktu awitan semua
komplikasi ini berkaitan dengan tipe dan lokasi terjadinya cedera, usia gestasional
dan keparahan cedera tersebut. Trauma selama kehamilan dihubungkan dengan
peningkatan resiko terjadinya abortus spontan, persalinan preterm, solusio
plasenta, bayi lahir mati dan transfusi fetomaternal. Ruptur uterus dan cedera
janin secara langsung merupakan keadaan yang jarang terjadi,tetapi merupakan
komplikasi trauma yang mengancam jiwa.
Trauma abdominal dapat berakibat fatal bagi wanita dan janin terutama
dapat mempengaruhi janin. Pukulan langsung pada abdomen maternal tanpa
adanya cedera terbuka pada maternal, akibat kecelakaan kendaraan bermotor,
jatuh atau penyerangan, mungkin tidak berdampak besar bagi wanita tapi
memiliki signifikasi yang sangat besar terhadap kesejahteraan dan kemampuan
janin untuk bertahan hidup. Pada trauma abdominalis dapat membuat banyak
dampak terhadap ibu hamil salah satunya yaitu abortus, karena trauma yang
dialami ibu.

Sebagian besar trauma tumpul yang cukup berat dalam kehamilan


disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, jatuh dan penyerangan langsung
(Connolly, et al., 1997; Pak et al., 1998). Beberapa kasus abortus terjadi
setelah ibu mengalami kecelakaan lalulintas. Selain kecelakaan, penganiayaan
fisik dan penganiayaan Idea Nursing Journal Darmawati 17 seksual juga bisa
menjadi penyebab abortus (Darmawati, 2011).
Pada penelitian (Rachman etal, 2013) dilihat dari 41 riwayat trauma yang
didapat dalam kuesioner, pijat perut memegang peran penting dalam
kejadian abortus yaitu sebanyak 30 (73%) sampel, sedangkan
untuk trauma fisik didapatkan 6 (15%) sampe l. Untuk ibu yang
mengalami baik riwayat pijat perut maupun trauma fisik lainnya
didapatkan 5 (12%) sampel. Pijat perut tidak hanya digunakan dengan
tujuan abortus provokatus, di beberapa negara ada juga yang
menggunakannya dengan tujuan untuk kesehatan ibu dan bayi yang
dikandung itu sendiri, seperti meringankan gejala keram, nyeri
punggung dan leher akibat perubahan postur tubuh saat hamil
serta gejala - gejala lain yang berhubungan dengan kehamilan.
Namun dengan catatan, tidak disarankan untuk melakukan pijat
perut yang dalam pada trimester 1, karena risiko abortus lumayan tinggi
pada saat itu.

BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah diatas dapat disimpulkan, bahwa :
1. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh sebab akibat tertentu) pada
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 28 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup diluar kandungan.
2. Abortus dapat menimbulkan berbagai hal yang dapat membahayakan keselamatan
bagi penderita, seperti komplikasi ke:
a. Hemorargi
b. Syok
c. Renal Failure (faal ginjal rusak)
d. Infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis
3.2 SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Hendaknya mampu menetapkan pengetahuan yang diterima dibangku
kuliah dengan kasus yang ditemui dilapangan sehingga dapat memberikan asuhan
yang menyeluruh kepada klien.
2. Bagi Lahan Praktek
Hendaknya lebih meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kepada klien
agar terpenuhi pelayanan yang sesuai kebutuhan klien dan terjadi peningkatan
cakupan pelayanan.
3. Bagi Institusi
Hendaknya lebih memberikan arahan dan bimbingan pada peserta didik
dalam melaksanakan praktek dilapangan.
.
DAFTAR PUSTAKA

Bare & Smeltzer.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


Suddart (Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC,
Jakarta.

Cunningham, et al. 2014. Obstetri Williams Edisi 23. Jakarta: EGC

Darmawati. 2011. Mengenali Abortus dan Faktor yang Behubungan dengan Kejadian
Abortus. Aceh : Idea Nursing Journal

Departemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 5. Jakarta: Depkes RI

Hudak & Gallo, 2012. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistic Vol 1.Jakarta:
EGC.

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan, Edisi 2. Jakarta: EGC.

Rachman, dkk. 2013. Hubungan Riwayat Trauma Terhadap Kejadian Abortus.


Banjarmasin : Berkala Kedokteran

Rochmawati D.H. 2014. Teknik Relaksasi Otot Progresif untuk Menurunkan Kecemasan.
Skripsi . Semarang: Universitas Islam Sultan Agung

Sedgh G, Brearak J, Singh S, Bankole A, Popinchalk A, Ganatra B, et al. (2016).Abortion


incidence between 1990 and 2014: global, egional, and
subregional levels and trends. The Lancet Journals vol 388 No 10041
p258-267

Sulfiana, I., Chalid, S. M., Farid, R. B., Rauf, S., & Hartono, E. (2016). A1298C
Polymorphism of Fetal Methylenetetrahydrofolate Reductase
(MTHFR) Gene as a Risk Factor for Spontaneous Abortion. Indones J
Obstet Gynecol , 4 (2), 67-9.
KASUS
Seorang ibu hamil Ny.P usia 25 tahun datang ke PMB dengan keluhan keluar
darah banyak dari vagina sejak pukul 12.00 dan merasa tidak nyaman serta
nyeri pada perut bagian bawah dan sedikit merasa sesak serta sangat
mengganggu aktivitas sehingga ibu takut bergerak banyak. Hasil pemeriksaan
didapatkan TD 100/70 mmHg, N 78 x/ mnt S: 36,8 C P: 20 x/ menit.
Bidan melakukan pengkajian lebih mendalam pada ibu, dan didapatkan hasil
bahwa ibu sempat jatuh dari sepeda motor saat akan pergi berkunjung ke
rumah saudaranya, saat setelah jatuh, ibu tidak mengalami hal apapun, tetapi
setelah 3 jam berlalu ibu merasa pusing dan saat pukul 12.00 ibu mulai
mengeluarkan darah yang banyak secara tiba-tiba dari vaginanya.
Format Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil (ANC)
I. Pengkajian

Tanggal : 22-9-2020 Jam : 12.00


No. RM :
Nama : Ny. P Nama Suami: Tn. R
Umur : 25 tahun Umur : 29 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan: SMA Pendidikan: S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan: Swasta
Alamat : Jombang Alamat : Jombang

Cara masuk :
√Datang Sendiri Rujukan dari :

Diagnose :
A. DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan utama :
Keluhan keluar darah banyak dari vagina sejak pukul 10.00 dan merasa tidak nyaman serta
nyeri pada perut bagian bawah dan sedikit merasa sesak
Riwayat menstruasi
 Usia menarche : 12 tahun
 Jumlah darah haid : 3x ganti pembalut
 HPHT : 3-3-2021
 Keluhan saat haid : Tidak ada
 Lama haid : 6-7 hari
 Flour albus : Tidak ada
 TP : 10-12-2021
 Keluhan haid : Tidak ada

Disminorhoe Spoting Menorrhagia Premenstrual syndrome


Dll..............
2. Riwayat hamil ini
 Hamil muda :
√Mual Muntah Perdarahan lain-lain(isi sesuai keluhan)
 Hamil tua : Tidak ada
Pusing Sakit Kepala Perdarahan Lain-lain(isi
sesuai keluhan)
Riwayat imunisasi : T5
 Gerakan janin pertama 4 bulan
 Gerakan janin terakhir
Tadi sore pukul 16.00 WIB

Obat/jamu yang pernah dan sedang di konsumsi
Ibu tidak pernah mengkonsumsi obat atau jamu kecuali yang diberikan oleh tenaga
kesehatan
 Keluhan BAK :Tidak ada Keluhan BAB :Tidak ada
3. Riwayat kehamilan,persalinan, dan nifas yang lalu.
G1p0A0Hidup0

NO Tgl, Temp Umur Jenis Penolong Penyuli Anak Keadaa


. Th at kehamila Kelami persalina t JK/B n anak
partu partus n n n B sekaran
s g

HAMIL
INI

4. Riwayat kesehatan penyakit yang pernah diderita : Tidak pernah


 Anemia
 Hipertensi
 Kardiovaskular
 TBC
 Diabetes
 Malaria
 IMS (Sphilis, GO, HIV/AIDS, dll)
 Lain-lain....
Pernah dirawat : ya/tidak Kapan : ........................... Dimana :...............
Pernah dioperasi : ya/tidak Kapan : ........................... Dimana :...............
Lain-lain
5. Riwayat penyakit keluarga (Ayah, Ibu, Mertua) yang pernah menderita sakit :
Keluarga tidak pernah menderita penyakit menurun maupun menular
6. Status perkawinan : ya/tidak
Kawin 1 kali, kawin usia 24 tahun, lama menikah 1 tahun
7. Riwayat psiko sosial ekonomi
- Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan
Ibu sangat senang dan bahagia akan kehamilannya
- Penggunaan alat kontrasepsi KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB
- Dukungan keluarga
Keluarga sangat mendukung kehamilan ini
- Pengambilan keputusan dalam keluarga
Pengambilan keputusan diambil oleh suami dan istri
- Gizi yang dikonsumsi dan kebiasaan makan
Ibu makan 3x sehari dengan lauk lengkap, minum air ± 7-8 gelas sehari.
- Kebiasaan hidup sehat
Ibu tidur 7-8 jam pada malam hari, dan 1-2 jam pada siang hari. Ibu mandi 2x sehari, keramas 3x
seminggu, mengganti pakaian 2x/hari, mengganti pakaian dalam 2x/hari
- Beban kerja sehari
Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri, tidak dibantu oleh suami maupun mertua selama
kurang lebih 5jam perhari, seperti menyapu, mencuci, mengepel, setrika dll.
- Tempat dan penolong persalinan yang diinginkan
Ibu mengatakan ingin melakukan persalinannya di PMB
- Penghasilan keluarga
Rp. 4.000.000
8. Riwayat KB dan rencana KB
Metode yang pernah dipakai :Tidak pernah, Lama - bulan/tahun
Komplikasi dari KB Tidak ada, Rencana KB selanjutnya:
Suntik 3 bulan
9. Riwayat Ginekologi : Tidak ada
Infertilitas Infeksi virus PMS Endometritis
Polip serviks Kanker kandungan Operasi kandungan Perkosaan

DUB dll:
10. Pola makan / minum/ eliminasi/ istirahat
- Pola minum : 7-8 gelas/hari alkoholJamu Kopi
- Pola eliminasi :
BAK 6x cc/hari, warna : jernih/kuning/kuning pekat/ groshematuri, BAK
terakhir jam : 18.00 WIB
BAB 1 kali/hari, karakteristik: lembek/keras, BAB terakhir jam : 05.00
- Pola istirahat : 7-8 jam/hari, tidur terakhir jam : 21.00 WIB
- Dukungan keluarga : √Suami √Orang tua √Mertua √Keluarga lain

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis
BB/TB : 58kg/165cm Tekanan Darah : 100/70 mmHg
o
Nadi : 77x/menit Suhu:36.8 C
Pernafasan : 26x/menit :
2. Pemeriksaan Fisik
- Mata : Konjungtiva : anemis/tidak Selera : Ikterik/tidak
Pandangan Kabur Adanya pemandangan dua
- Rahang, gigi, gusi: normal/tidak, gusi berdaarah/tidak
- Leher : adanya pembesaran vena jugularis / tidak, adanya
pembesaran kelenjar thyroid/tidak.
- Dada : √aerola hiperpigmentasi Tumor Kolostrum
√Puting susu menonjol/masuk ke dalam
- Axilla : Tidak ada benjolan dan
tidak nyeri
- Sistem respiratori: dispneu tachipneu
wheezing batuk
- Sistem kardio : Nyeri dada murmur palpitasi
- Pinggang : nyeri/tidak, skoliosis, lordosis, kiposis (coret yang tidak perlu)
- Ekstrimitas atas dan bawah: √ tungkai simetris/asimetris oedema
√ Reflek patella varises
3. Pemeriksaan khusus
Abdomen
Inspeksi membesar dengan arah memanjang melebar
Pelebur vena linea alba √ linea strie livide
agra lain-lain
Strie albican luka bekas operasi
Palpasi : Teraba ballotemen, 2 jari diatas pusat
TFU : - cm, letak punggung : -
Presentasi :- penurun kepala :-
TBJ - gram
Auskultasi : BJJ - x/mnt, reguler / irreguler
His/kontraksi : -
4. Pemeriksaan laboratorium :
- Laboratorium lengkap.
- CTG : janin................reaktif/tidak
- USG : ...........................................
- Foto thorak : ..........................................
- EKG : ......................................................
C. ANALISIS / INTEPRETASI DATA
G1P0A0H0, UK 23 2/7 minggu dengan abortus

D. PENATALAKSANAAN
Tanggal :22-09-2020 Jam : 12.40

1. Menyapa ibu dan menjalin hubungan baik dengan ibu atau membuatnya merasa
nyaman untuk mendapatkan riwayat kehamilan, kesehatan ibu, dengan
mendengarkan cermat hal-hal yang diceritakan ibu, ibu sudah merasa nyaman dan
ibu telah menceritakan permasalahan yang telah dialami
2. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu, ibu mengetahui keadaaannya saat
ini bahwa janinnya harus segera di kurate
3. Melakukan informend consent untuk dilakukan rujukan, keluarga telah
menyetujuinya
4. Melakukan rujukan dan kolaborasi dengan dokter obgyn,ibu telah dirujuk dan telah
ditangani oleh dokter obgyn
Kediri,............................
Pembimbing Praktik Mahasiswa

.................................................... ......................................................
NIP. NIM.

Dosen Pembimbing

..................................................

NIP.
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI KEBIDANAN KEDIRI

FORMAT DOKUMENTASI KEBIDANAN (SOAP)

Nama Klien : Ny P

No. Register : 770807

Diagnosa : G1p0A0Hidup0

Masalah/ Kebutuhan : Abortus

TGL SUBYEKTIF OBYEKTIF ANALISIS DATA PENATALAKSANAAN

22-09- Keluhan keluar darah keadaan umum : Baik G1p0A0Hidup0 1. Menyapa ibu dan menjalin hubungan baik dengan
2020 banyak dari vagina sejak Abortus
ibu atau membuatnya merasa nyaman untuk
pukul 12.00 dan merasa Kesadaran : Composmentis,
tidak nyaman serta nyeri mendapatkan riwayat kehamilan, kesehatan ibu,
pada perut bagian bawah BB/TB: 62 kg/165 cm, dengan mendengarkan cermat hal-hal yang diceritakan
dan sedikit merasa sesak
ibu, ibu sudah merasa nyaman dan ibu telah
Tekanan Darah : 100/70
menceritakan permasalahan yang telah dialami
mmHg, Nadi :78x/menit
2. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu,
Suhu:36,80C, Pernafasan: ibu mengetahui keadaaannya saat ini bahwa janinnya
26x/menit, harus segera di kurate
3. Melakukan informend consent untuk dilakukan
rujukan, keluarga telah menyetujuinya

4. Melakukan rujukan dan kolaborasi dengan dokter


obgyn,ibu telah dirujuk dan telah ditangani oleh dokter
obgyn

Mengetahui ................, ……………….


Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik Mahasiswa

NIP …………………………. NIP…............................................ NIM…………………………

Anda mungkin juga menyukai