Disusun oleh :
PUTRI CAHYANI (P17312215073)
2.2.2 Klasifikasi
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
1. Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat
cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah
dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.
2. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen
harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi. Trauma Abdomen
adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat
menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme,
kelainan imunologi dan gangguan faal berbagai organ. Trauma abdomen pada
isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2002) terdiri dari:
a. Perforasi organ viseral intraperitoneum. Cedera pada isi abdomen mungkin
di sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen.
b. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen. Luka tusuk pada abdomen
dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.
c. Cedera thorak abdomen. Setiap luka pada thoraks yang mungkin
menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan hati harus
dieksplorasi
2.2.3 Etiologi Trauma Abdomen
Menurut (Hudak & Gallo, 2012) kecelakaan atau trauma yang terjadi pada
abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan
kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan
kekuatan yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil
atau benda tumpul lainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang
menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak,
trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka
tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen.
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu :
1. Paksaan /benda tumpul. Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke
dalam rongga peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan
oleh jatuh, kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor,
cedera akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresi atau
sabuk pengaman. Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
2. Trauma tembus. Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam
rongga peritoneum. Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan
benda tajam atau luka tembak..
2.2.4 Patofisiologi
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat
kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari
ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara
faktor–faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma
yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk)
untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan
pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal
ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting.
Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan
tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan
yang sebelumnya. Viskositas 14 adalah kemampuan jaringan untuk menjaga
bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan
tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi
tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati
ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam
beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal
tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa
mekanisme:
a. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh
gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang
letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ
padat maupun organ berongga.
b. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan
vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
c. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan
gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.
2.2.5 Komplikasi
Menurut smaltzer (2002), komplikasi dari trauma abdomen adalah :
Hemoragi, Syok, Cedera dan Infeksi
2.2.6 Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer, (2002) penatalaksanaan adalah :
1. Abdominal paracentesis menentukan adanya perdarahan dalam rongga
peritonium, merupakan indikasi untuk laparotomi
2. Pemasangan NGT memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada
trauma abdomen
3. Pemberian antibiotik mencegah infeksi
4. Pemberian antibiotika IV pada penderita trauma tembus atau pada trauma
tumpul bila ada persangkaan perlukaan intestinal.
5. Penderita dengan trauma tumpul yang terkesan adanya perdarahan hebat
yang meragukan kestabilan sirkulasi atau ada tanda-tanda perlukaan
abdomen lainnya memerlukan pembedahan
6. Prioritas utama adalah menghentikan perdarahan yang berlangsung.
Gumpalan kassa dapat menghentikan perdarahan yang berasal dari daerah
tertentu, tetapi yang lebih penting adalah menemukan sumber perdarahan
itu sendiri 19
7. Kontaminasi lebih lanjut oleh isi usus harus dicegah dengan
mengisolasikan bagian usus yang terperforasi tadi dengan mengklem
segera mungkin setelah perdarahan teratasi.
Sedangkan menurut (Hudak & Gallo, 2001). penatalaksanaannya adalah :
1. Pre Hospital Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang
mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi
kejadian. Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka
tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani,
penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban
tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas.
a. Airway Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas
menggunakan teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala
dan mengangkat dagu,periksa adakah benda asing yang dapat
mengakibatkan tertutupnya jalan napas, muntahan, makanan, darah atau
benda asing lainnya.
b. Breathing Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan
dengan menggunakan cara ‘lihat – dengar – rasakan’ tidak lebih dari 10
detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya
lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan
adekuat tidaknya pernapasan).
c. Circulation Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban
tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat
dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi
jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP
adalah 30 : 2 (30kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).
d. Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul): Stop makanan
dan minuman, Imobilisasi dan Kirim kerumah sakit
e. Penetrasi (trauma tajam)
1) Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam
lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis. 20
2) Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan
dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau
sehingga tidak memperparah luka.
3) Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut
tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian
organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila
ada verban steril.
4) Imobilisasi pasien.
5) Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
6) Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan
menekang.
7) Kirim ke rumah sakit.
2. Hospital
a. Trauma penetrasi Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding
abdomen, seorang ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa
lukanya secara lokal untuk menentukan dalamnya luka.
Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka
keluar yang berdekatan.
b. Skrinning pemeriksaan rontgen Foto rontgen torak tegak berguna
untuk menyingkirkan kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau
untuk menemukan adanya udara intra peritonium. Serta rontgen
abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau
adanya udara retro peritoneum.
c. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning Ini di lakukan untuk
mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada
d. Uretrografi. Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
e. Sistografi. Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera
pada kandung kencing, contohnya pada: Fraktur pelvis dan Trauma
non – penetrasi
3. Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit:
a. Pengambilan contoh darah dan urine Darah di ambil dari salah satu
vena permukaan untuk pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk
pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap,
potasium, glukosa, amilase. 21 b. Pemeriksaan rontgen Pemeriksaan
rongten servikal lateral, toraks antero posterior dan pelvis adalah
pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan multi
trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di
retro peritoneum atau udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya
memerlukan laparotomi segera. c. Study kontras urologi dan
gastrointestinal . Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah
duodenum, kolon ascendensatau decendens dan dubur.
2.2 Abortus
Definisi
Menurut Rahmani (2013) dalam Rochmawati (2014) bahwa: “Faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya abortus pada ibu hamil adalah usia, paritas,
riwayat abortus, jarak kehamilan, sosial ekonomi, pendidikan, penyakit infeksi,
alkohol, merokok, dan status perkawinan”. Jarak kehamilan sangat mempengaruhi
kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya.Seorang ibu memerlukan waktu
selama 2-3 tahun agar dapat pulih secara fisiologis dari satu kehamilan atau
persalinan dan mempersiapkan diri untuk kehamilan berikutnya. Bila jarak
kehamilan dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim dan kesehatan ibu
belum pulih dengan baik. 4 Kehamilan dalam keadaan ini perlu diwaspadai karena
ada kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, mengalami persalinan yang
lama, atau perdarahan (abortus).
Berdasarkan studi WHO satu dari setiap empat kehamilan berakhir dengan
abortus(BBC, 2016). Estimasi kejadian abortus tercatat oleh WHO sebanyak 40-
50 juta, sama halnya dengan 125.000 abortus per hari (Sedgh Get al, 2016).
Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI, setiap tahun diperkirakan
1,5-3 juta ibu mengalami abortus. Kejadian abortus yang terjadi di Indonesia
disertai dengan komplikasi utama berupa perdarahan dan infeksi yang dapat
berakhir dengan kematian (Depkes RI). Pada tahun 2012 abortus menyumbang
angka kematian ibu di Indonesia sebesar 1,6% (Kemenkes RI,2015). Beberapa
studi menyatakan bahwa abortus spontan terjadi pada 10% - 25% kehamilan pada
usia kehamilan antara bulan kedua dan kelima dengan 50% -75% kasus
disebabkan oleh abnormalitas kromosom (Sulfiana, Chalid,Farid, Rauf, &
Hartono, 2016; Cunningham, 2014). Di Jawa Tengah, Abortus merupakan
penyebab langsung kematian ibu ditunjukkan prevalensi abortus sebesar 2 juta
kasus pada tahun 2013 dengan rasio 37 per 1000 kelahiran pada wanita usia
produktif (Depkes, 2014).
Riwayat abortus juga merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan
risiko terjadinya abortus pada ibu hamil.Pada penelitian yang dilakukan oleh
(Resya,2016), sekitar 21 dari 35 ibu. Abortus sering dikaitkan dengan tingginya
angka persalinan prematur, abortus rekuren, dan berat bayi lahir rendah (BBLR).
Selain itu, abortus diduga memiliki pengaruh terhadap kehamilan berikutnya, baik
menyebabkan penyulit kehamilan atau pada produk kehamilan (Amalia &
Sayono, 2015). Abortus seringkali mengakibatkan komplikasi seperti perdarahan,
infeksi, perforasi, dan syok (Cunningham, 2014).
Dampak fisik yang timbul pasca abortus terjadi adanya perdarahan dari
sisa-sisa hasil konsepsi, terjadinya robekan rahim (perforasi) akibat dampak fisik
tindakan medis kerokan kuret yang tekanannya terlalu besar, infeksi dari
pertumbuhan bakteri dari sisa produk kehamilan karena kuman endogen, abortus
juga mengakibatkan syok karena terjadi perdarahan (shock hemoragik) dan infeksi
berat (shock endoseptik) (Salamah, 2013). Dalam penelitian, menurut David C.
Reardon, didapatkan kondisi psikologis pada wanita pasca abortus meliputi rasa
bersalah (61%), depresi (52,5%), menyesal (52,1%), malu (52%), sedih (55,3%).
Dampak psikis yang biasanya terjadi pasca abortus adalah gangguan
mental. Berbagai gangguan mental yang muncul kecemasan yang mengakibatkan
peningkatan emosi sehingga penderita merasa tegang dan takut, depresi dapat
menyebabkan beberapa gangguan pada penderita seperti; gangguan daya ingat,
gangguan konsentrasi, lesu badan dan jiwa, perasaan kosong, hambatan dalam
berpikir dan bertindak, penurunan nafsu makan, gangguan tidur, gangguan
pencernaan, berdebar-debar, sesak nafas dan tremor, abortus juga mengakibatkan
gangguan psikotik dan resiko bunuh diri (Salamah, 2013).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah diatas dapat disimpulkan, bahwa :
1. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh sebab akibat tertentu) pada
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 28 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup diluar kandungan.
2. Abortus dapat menimbulkan berbagai hal yang dapat membahayakan keselamatan
bagi penderita, seperti komplikasi ke:
a. Hemorargi
b. Syok
c. Renal Failure (faal ginjal rusak)
d. Infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis
3.2 SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Hendaknya mampu menetapkan pengetahuan yang diterima dibangku
kuliah dengan kasus yang ditemui dilapangan sehingga dapat memberikan asuhan
yang menyeluruh kepada klien.
2. Bagi Lahan Praktek
Hendaknya lebih meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kepada klien
agar terpenuhi pelayanan yang sesuai kebutuhan klien dan terjadi peningkatan
cakupan pelayanan.
3. Bagi Institusi
Hendaknya lebih memberikan arahan dan bimbingan pada peserta didik
dalam melaksanakan praktek dilapangan.
.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC,
Jakarta.
Darmawati. 2011. Mengenali Abortus dan Faktor yang Behubungan dengan Kejadian
Abortus. Aceh : Idea Nursing Journal
Hudak & Gallo, 2012. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistic Vol 1.Jakarta:
EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Rochmawati D.H. 2014. Teknik Relaksasi Otot Progresif untuk Menurunkan Kecemasan.
Skripsi . Semarang: Universitas Islam Sultan Agung
Sulfiana, I., Chalid, S. M., Farid, R. B., Rauf, S., & Hartono, E. (2016). A1298C
Polymorphism of Fetal Methylenetetrahydrofolate Reductase
(MTHFR) Gene as a Risk Factor for Spontaneous Abortion. Indones J
Obstet Gynecol , 4 (2), 67-9.
KASUS
Seorang ibu hamil Ny.P usia 25 tahun datang ke PMB dengan keluhan keluar
darah banyak dari vagina sejak pukul 12.00 dan merasa tidak nyaman serta
nyeri pada perut bagian bawah dan sedikit merasa sesak serta sangat
mengganggu aktivitas sehingga ibu takut bergerak banyak. Hasil pemeriksaan
didapatkan TD 100/70 mmHg, N 78 x/ mnt S: 36,8 C P: 20 x/ menit.
Bidan melakukan pengkajian lebih mendalam pada ibu, dan didapatkan hasil
bahwa ibu sempat jatuh dari sepeda motor saat akan pergi berkunjung ke
rumah saudaranya, saat setelah jatuh, ibu tidak mengalami hal apapun, tetapi
setelah 3 jam berlalu ibu merasa pusing dan saat pukul 12.00 ibu mulai
mengeluarkan darah yang banyak secara tiba-tiba dari vaginanya.
Format Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil (ANC)
I. Pengkajian
Cara masuk :
√Datang Sendiri Rujukan dari :
Diagnose :
A. DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan utama :
Keluhan keluar darah banyak dari vagina sejak pukul 10.00 dan merasa tidak nyaman serta
nyeri pada perut bagian bawah dan sedikit merasa sesak
Riwayat menstruasi
Usia menarche : 12 tahun
Jumlah darah haid : 3x ganti pembalut
HPHT : 3-3-2021
Keluhan saat haid : Tidak ada
Lama haid : 6-7 hari
Flour albus : Tidak ada
TP : 10-12-2021
Keluhan haid : Tidak ada
HAMIL
INI
DUB dll:
10. Pola makan / minum/ eliminasi/ istirahat
- Pola minum : 7-8 gelas/hari alkoholJamu Kopi
- Pola eliminasi :
BAK 6x cc/hari, warna : jernih/kuning/kuning pekat/ groshematuri, BAK
terakhir jam : 18.00 WIB
BAB 1 kali/hari, karakteristik: lembek/keras, BAB terakhir jam : 05.00
- Pola istirahat : 7-8 jam/hari, tidur terakhir jam : 21.00 WIB
- Dukungan keluarga : √Suami √Orang tua √Mertua √Keluarga lain
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis
BB/TB : 58kg/165cm Tekanan Darah : 100/70 mmHg
o
Nadi : 77x/menit Suhu:36.8 C
Pernafasan : 26x/menit :
2. Pemeriksaan Fisik
- Mata : Konjungtiva : anemis/tidak Selera : Ikterik/tidak
Pandangan Kabur Adanya pemandangan dua
- Rahang, gigi, gusi: normal/tidak, gusi berdaarah/tidak
- Leher : adanya pembesaran vena jugularis / tidak, adanya
pembesaran kelenjar thyroid/tidak.
- Dada : √aerola hiperpigmentasi Tumor Kolostrum
√Puting susu menonjol/masuk ke dalam
- Axilla : Tidak ada benjolan dan
tidak nyeri
- Sistem respiratori: dispneu tachipneu
wheezing batuk
- Sistem kardio : Nyeri dada murmur palpitasi
- Pinggang : nyeri/tidak, skoliosis, lordosis, kiposis (coret yang tidak perlu)
- Ekstrimitas atas dan bawah: √ tungkai simetris/asimetris oedema
√ Reflek patella varises
3. Pemeriksaan khusus
Abdomen
Inspeksi membesar dengan arah memanjang melebar
Pelebur vena linea alba √ linea strie livide
agra lain-lain
Strie albican luka bekas operasi
Palpasi : Teraba ballotemen, 2 jari diatas pusat
TFU : - cm, letak punggung : -
Presentasi :- penurun kepala :-
TBJ - gram
Auskultasi : BJJ - x/mnt, reguler / irreguler
His/kontraksi : -
4. Pemeriksaan laboratorium :
- Laboratorium lengkap.
- CTG : janin................reaktif/tidak
- USG : ...........................................
- Foto thorak : ..........................................
- EKG : ......................................................
C. ANALISIS / INTEPRETASI DATA
G1P0A0H0, UK 23 2/7 minggu dengan abortus
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal :22-09-2020 Jam : 12.40
1. Menyapa ibu dan menjalin hubungan baik dengan ibu atau membuatnya merasa
nyaman untuk mendapatkan riwayat kehamilan, kesehatan ibu, dengan
mendengarkan cermat hal-hal yang diceritakan ibu, ibu sudah merasa nyaman dan
ibu telah menceritakan permasalahan yang telah dialami
2. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu, ibu mengetahui keadaaannya saat
ini bahwa janinnya harus segera di kurate
3. Melakukan informend consent untuk dilakukan rujukan, keluarga telah
menyetujuinya
4. Melakukan rujukan dan kolaborasi dengan dokter obgyn,ibu telah dirujuk dan telah
ditangani oleh dokter obgyn
Kediri,............................
Pembimbing Praktik Mahasiswa
.................................................... ......................................................
NIP. NIM.
Dosen Pembimbing
..................................................
NIP.
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
JURUSAN KEBIDANAN
Nama Klien : Ny P
Diagnosa : G1p0A0Hidup0
22-09- Keluhan keluar darah keadaan umum : Baik G1p0A0Hidup0 1. Menyapa ibu dan menjalin hubungan baik dengan
2020 banyak dari vagina sejak Abortus
ibu atau membuatnya merasa nyaman untuk
pukul 12.00 dan merasa Kesadaran : Composmentis,
tidak nyaman serta nyeri mendapatkan riwayat kehamilan, kesehatan ibu,
pada perut bagian bawah BB/TB: 62 kg/165 cm, dengan mendengarkan cermat hal-hal yang diceritakan
dan sedikit merasa sesak
ibu, ibu sudah merasa nyaman dan ibu telah
Tekanan Darah : 100/70
menceritakan permasalahan yang telah dialami
mmHg, Nadi :78x/menit
2. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu,
Suhu:36,80C, Pernafasan: ibu mengetahui keadaaannya saat ini bahwa janinnya
26x/menit, harus segera di kurate
3. Melakukan informend consent untuk dilakukan
rujukan, keluarga telah menyetujuinya