Anda di halaman 1dari 4

Membumikan Pendidikan Politik

Oleh: Eko Supriatno.

“Semoga kedepan lebih banyak kegiatan yang dapat memberikan edukasi bagi
rakyat tentang apa makna pemilu dan bagaimana pemilu dapat menjadi harapan
untuk menentukan nasib bangsa kita ke depan”
(Rakyat)

M embumikan pendidikan politik bagi publik menjelang

Pemilihan Umum 2014, menurut penulis adalah fardhu Ain.


Alasannya, agar publik lebih cerdas dalam memlilih “siapa
pemimpinnya” untuk lima tahun ke depan itu.

Seperti kita ketahui, sekarang ini tingkat kekecewaan publik terhadap proses politik di
Indonesia sudah kian merata diseluruh Indonesia. Begitu pun kepercayaan terhadap parpol kian
tipis. Dari sisi pembelajaran politik, ini mengandung sisi positif. Artinya rakyat kian melek dan
cerdas politik. Jika rakyat diposisikan sebagai mahasiswa, para ilmuwan politik dan elite parpol
sebagai dosennya yang mesti menjelaskan, mengapa praktik politik di Indonesia mengalami
pembusukan, lalu kapan kita keluar dari persoalan-persoalan tersebut?

Inilah saatnya kita untuk membumikan pendidikan politik, tetapi ada sebagian pihak
yang beranggapan bahwa seakan-akan terjadi jalan buntu. Bukan hanya rumitnya untuk
mengimplementasinya, tetapi juga tidak adanya langkah-langkah cerdas dalam menyikapi
wacana menarik ini.

Membumikan Pendidikan Politik memang harus melibatkan seluruh elemen bangsa ini
dan tentunya tidak semudah seperti membalikkan sebuah telapak tangan. Karena, misalkan
budaya “politik uang” yang terjadi di bangsa kita ini sudah bertalenta atau mendarah
mendaging disetiap aliran darah bangsa kita. Sehingga segala cara apapun dilakukan untuk
memuaskan nafsunya. Entah halal atau haram, itu adalah urusan belakangan baginya.

Menurut penulis setidaknya ada beberapa “makna” dari arti Membumikan Pendidikan
Politik ini, yaitu: Pertama, Membumikan Pendidikan Politik esensi terpentingnya adalah
pendidikan politik itu sendiri atau political education, yaitu pendidikan yang bertujuan untuk
mengetahui tugas dan tanggung jawab sebagai warga negara atau lebih tepat lagi disebut
dengan pendidikan demokrasi (democracy education), pendidikan yang mewujudkan
masyarakat demokratis, yaitu masyarakat yang bebas ( free society) yang hanya dibatasi oleh
kebebasan itu sendiri, bukan masyarakat kolektivisme yang “terpasung” oleh atribut-atribut
agama atau norma-norma budaya. Dalam kontek inilah diharapkan pendidikan politik mampu
melahirkan budaya politik yang sehat, yang hingga pada akhirnya berhasil mewujudkan
masyarakat demokratis yang bebas dari bias apapun. Kedua, Membumikan Pendidikan Politik
bermakna juga dalam menyiapkan warga negara untuk terlibat dalam membangun kesadaran
publik dan membangun kesadaran untuk reproduksi sosial yang ideal. Dalam artian bukan
hanya sekedar pendidikan demokrasi tetapi juga demokrasi politik. Dan penegasan tentang
urgensi pendidikan politik ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan politik merupakan
penanaman nilai-nilai kebaikan, pengetahuan dan keterampilan yang merupakan keniscayaan
untuk dapat melakukan partisipasi politik menjadi kewajiban moral utama dari berbagai tujuan
pendidikan publik dalam masyarakat demokratis. Ketiga, Membumikan Pendidikan politik akan
menjadi sangat berarti dalam pelaksanaan Pemilu 2014. Proses ini bukan hanya sekedar
memberikan pemahaman tentang teknik dan tata cara pencoblosan dan hal-hal yang bersifat
teknis lainnya, melainkan dapat menyentuh pada nilai/norma yang lebih mengarah pada arti
dan peran penting pemilu terhadap rakyat. Dari pendidikan politik yang dilakukan, diharapkan
akan terjadi suatu perubahan pola pikir masyarakat yang tadinya hanya dianggap sebagai
sebuah rutinitas, mengarah kepada memposisikan pemilu sebagai media untuk menjadikan
kedauatan secara total, sehingga memunculkan bargaining antara partai politik dan
masyarakat. Keberhasilan pendidikan politik tidak akan dapat tercapai jika tidak dibarengi
dengan usaha yang nyata di lapangan. Penyelenggaraan pendidikan politik akan erat kaitannya
dengan bentuk pendidikan politik yang akan diterapkan di masyarakat nantinya. Oleh karena
itu, bentuk pendidikan politik yang dipilih dapat menentukan keberhasilan dari adanya
penyelenggaraan pendidikan politik ini. Keempat, Membumikan Pendidikan politik bermakna
juga sebagai aktivitas yang bertujuan untuk membentuk dan menumbuhkan orientasi-orientasi
politik pada individu. Ia meliputi keyakinan konsep yang memiliki muatan politis, meliputi
loyalitas dan perasaan politik, serta pengetahuan dan wawasan politik yang menyebabkan
seseorang memiliki kesadaran terhadap persoalan politik dan sikap politik. Selain itu, pendidikan
politik ini bertujuan agar setiap individu mampu memberikan partisipasi politik yang aktif di
masyarakatnya. Pendidikan politik merupakan aktifitas yang harus berlanjut sepanjang hidup
manusia dan itu tidak mungkin terwujud secara utuh kecuali dalam sebuah masyarakat yang
bebas. Dengan demikian pendidikan politik memiliki tiga tujuan: membentuk kepribadian politik,
kesadaran politik, dan partisipasi politik. Pembentukan kepribadian politik dilakukan melalui
metode tak langsung, yaitu pelatihan dan sosialisasi, serta metode langsung berupa pengajaran
politik dan sejenisnya. Untuk menumbuhkan kesadaran politik ditempuh dua metode : dialog
dan pengajaran instruktif. Kelima, Pendidikan politik memiliki peran yang vital dan strategis
bagi kelangsungan hidup serta regenerasi suatu organisasi politik. Melalui proses pendidikan
politik anggota suatu organisasi dan warga negara pada umumnya kemungkinan memiliki sikap
yang idealis di satu sisi bersikap mendukung negara-pemerintah yang sesuai dengan aspirasi
rakyat serta pada waktu yang sama juga memungkinkan memiliki sikap kritis kepada kebijakan
pemerintah yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Dan keenam, Membumikan Pendidikan
Politik merupakan wadah dimana pembentukan kultur generasi baru terjadi. Membumikan
Pendidikan Politik adalah rahim dari setiap karakter yang akan dimiliki oleh rakyat kita di masa
depan. Membumikan Pendidikan Politik bukan berarti mengarahkan publik pada kepentingan-
kepentingan politik tertentu. Membumikan Pendidikan Politik ini justru mengenalkan publik pada
nilai-nilai penting politik dimulai dari kehidupan kita sehari-hari.

Berdasarkan pemaparan tentang tujuan membumikan pendidikan politik di atas, penulis


berpendapat bahwa yang menjadi tujuan utama dari membumikan pendidikan politik adalah
agar publik saat ini memiliki kemampuan untuk memahami situasi sosial politik. Aktifitas yang
dilakukan pun diarahkan pada proses demokratisasi serta berani bersikaf kritis. Pendidikan
politik mengajarkan publik untuk mampu mengembangkan wawasan kritis, sikap positif, dan
keterampilan politik. Kesemua itu dirancang agar mereka dapat mengaktualisasikan diri dengan
jalan ikut berpartisipasi secara aktif dalam bidang politik.
Tercapainya fungsi dan tujuan pendidikan politik merupakan keberhasilan dari
diadakannya pendidikan politik itu sendiri. Dan harapan saya dengan pendidikan politik yang
baik dan benar, tidak ada masyarakat yang jadi korban politik. Sebab pendidikan itu salah satu
hal yang penting bagi semua orang. Semoga dengan pendidikan politik, benar-benar dapat
menjadikan rakyat – sebagai pemegang kedaulatan – cerdas dan jeli dalam menggunakan dan
menyalurkan hak politiknya, serta dapat meningkatkan partisipasi masyarakat secara luas dan
massif di Pemilu 2014 yang akan datang.

Bagaimana dengan Parpol?

Menurut penulis, Parpol di Indonesia dalam hal “membumikan pendidikan politik” saat
ini kurang adanya partisipasi dalam memberikan pencerahan politik pada masyarakat. Sekarang
sistem pengkaderan di partai politik di Indonesia cenderung elitis dan oligarkis, dengan
menggunakan pola "main comot" orang-orang tertentu untuk mengusung nama partai sebagai
peserta pesta demokrasi. "Misalnya menggandeng kaum selebriti untuk meningkatkan
elektabilitas partai".

Padahal, salah satu fungsi dari partai politik adalah memberikan pendidikan politik
kepada masyarakat kita, salah satunya dengan sosialisasi kepartaian, tetapi partisipasi untuk itu
minim sekali atau mungkin tidak ada. Itu berarti bahwa, pola kerja sistem kepartaian di
Indonesia saat ini berbanding terbalik dengan apa yang seharusnya.

Partai politik adalah “pencipta, perancang, dan designer” pendidikan politik bagi rakyat.
Artinya, sebuah kegagalan besar bagi partai politik jika tidak mampu menciptakan pendidikan
politik, khusus nya bagi para pendukung atau simpatisan nya. Oleh karena itu, kalau sekarang
ini terpantau ketidak-mampuan partai politik dalam melaksanakan salah satu tupoksinya itu,
maka sebagai warga bangsa, kita patut untuk mengingatkan nya, agar para pengurus partai
politik jangan setengah hati dalam mengelola partai nya. Hanya, akan sangat memilukan jika
para pengurus telah menjebakkan diri pada kepentingan pribadi atau kelompoknya dengan
mengabaikan kepentingan rakyat secara keseluruhan. Momentum tahun politik 2014, yang tidak
terjadi tiap tahun, dapat dimanfaatkan parpol untuk melakukan pendidikan politik.

Sejatinya partai politik pada dasarnya merupakan piranti utama bagi berlangsung nya
demokrasi. Agar semangat kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat sesuai dengan
apa yang diamanatkan oleh para pendiri republik ini, kehadiran partai politik yang benar-benar
mampu menjalankan pendidikan politik bagi rakyat nya, pasti sangat dimintakan. Melalui
pendidikan politik yang diharapkan mampu meningkatkan kecerdasan politik rakyat inilah,
peran nyata partai politik dimintakan. Dan fungsi partai politik sebenarnya memberikan
pemahaman politik bagi masyarakat sehingga masyarakat menyadari pentingnya keikutsertaan
dalam politik terlebih dalam penentuan pemimpin masa depan dengan menggunakan hak
pilihnya.

Dan ingat!! bukan partai yang mensosialisasikan program kerjanya kepada masyarakat,
melainkan calon legislatif (caleg) yang membawa nama partai itu, ini mah malah menjual visi
dan misinya hanya ketika menjelang pemilihan umum (pemilu) saja.
Lalu apa yang bisa dilakukan “kita” dalam ikut mewarnai tahun politik?

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan elemen masyarakat dalam ikut mewarnai tahun
politik (kampus, LSM, dll) di antaranya menyiapkan agenda diskusi dalam kerangka
membangun kesadaran berpolitik dengan pendekatan multidimensi; mengundang capres-
cawapres menyampaikan ide dan gagasannya, dalam koridor apapun, bukan politik praktis. Jadi
kegiatannya adalah murni pendidikan dalam koridor apapun, bukan politik praktis, sebagaimana
aturan dalam UU Pemilu.

Sekali lagi, Pelaksanaan pemilu yang lima tahun sekali merupakan momentum yang
besar bagi bangsa Indonesia untuk memilih pemimpin yang bisa membawa Indonesia lebih
maju lagi. Dan Pemilu yang jujur, adil, dan damai adalah harapan kita. Mungkinkah Pemilu
2014 akan lebih baik dari sebelumnya, baik dalam konteks kualitas, penyelenggaraan, dan
proses yang ada. Semoga kedepan lebih banyak kegiatan yang dapat memberikan edukasi bagi
rakyat tentang apa makna pemilu dan bagaimana pemilu dapat menjadi harapan untuk
menentukan nasib bangsa kita ke depan. Amin.

---The End---
---000---

Data Penulis:

Nama : Eko Supriatno, S.IP, M.Si, M.Pd.


Lembaga : Dosen Universitas Mathla’ul Anwar Banten.
Direktur Banten Religion and Culture Center (BRCR)
Mahasantri Perguruan Islam An Nzhomiyyah Jaha Labuan
Alamat : Jl.Raya Labuan-Cigondang Blok Masjid, Labuan, Pandeglang.
HP : 081385628075.
Email : eko_mpd@yahoo.co.id.
No rekening : bank bjb, No Rek.0013957118100, Atas nama Eko Supriatno
BRI Cabang Labuan 0166-01-016888-50-7, Atas nama Eko Supriatno.

Anda mungkin juga menyukai