Anda di halaman 1dari 32

TUGAS FARMAKOLOGI

ANTIBIOTIKA, ANTIPIRETIK,ANTIARITMIA

DISUSUN OLEH :

NAMA: HUSNAH FADILLAH

NIM: 19.01.0017

AKADEMI KEPERAWATAN PANGKALPINANG

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


PEMBAHASAN

I. ANTIBIOTIK

A. Pengertian

Antibiotik adalah zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan jamur yang
berkhasiat untuk menghambat perkembangbiakan atau membunuh mikroorganisme. Anti
bakteri atau antimikroba adalah subtansi yang dapat menghambat pertumbuhan atau
membunuh bakteri atau mikroorganisme seperti virus, jamur, protozoa, riketsia, dan lain-lain.
Keduanya berfungsi sama tetapi bahan asalnya berbeda.

Antibiotik adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengatasi dan mencegah
infeksi bakteri. Obat ini berkerja secara membunuh dan menghentikan bakteri berkembang
biak di dalam tubuh. Antibiotik tidak dapat digunakan untuk mengatasi infeksi akibat virus,
seperti flu.

B. Penggolongan Antibiotik
1. Penisilin
2. Makrolid
3. Sefalosporin
4. Aminoglikosida
5. Fluorokuinolon
6. Sulfonamid
7. Tetrasiklin
8. Linkosamid
9. Obat Antimikobakteri

1) Penisilin
Nama Zat Aktif : Penisilin G benzatin
Nama branded : Bicillin, Permapen
Indikas Umum : Infeksi berat yang disebabkan oleh organisme yang
sensitif, pengobatan sifilis dan infeksi eriisipeloit
Dosis : Dewasa : 1,2-2,4 juta unit IM
Pediatrik: 900.000 sampai 1,2 juta unit IM injeksi
tunggal

Penisilin Spektrum Luas

Nama Zat Aktif : Ampisilin


Nama Branded : D-Amp, Omnipen
Indikasi Umum : Aktivitas spektrum luas, berguna ketika mengganti
dari bentuk parenteral ke bentuk oral,pantau adanya
nefrintis.
Dosis : Dewasa : 250-500 mg IM atau IV setiap 6 jam,
kemudian 500 mg PO tiap 6 jam jika penggunan oral
dapat dilakukan
Pediatik : 60 mg/kg per hari IM atau IV dalam dosis
terbagi empat sampai enam, kemudian 250 mg PO
setiap 6 jam

Farmakokinetik : Sebagian besar penisilin diabsorpsi dari saluran GI


dengan cepat, mencapai kadar puncak dalam 1 jam.
Penisilin sensitif terhadap tingkat keasaman lambung ,
dan harus diminum dalam keadaan lambung kosong
untuk memastikan keadekuatan absorpsi. Penisilin
dieksresi tanpa mengalami perubahan melalui urine ,
sehingga fungsi ginjal merupakan faktor yang penting
dalam kegunaan obat ini secara aman.
Mekanisme Kerja :Antibiotik penisilin dan resisten penisilinase
menghasilkan efek bakterisidal dengan cara
menganggu kemmpuan bakteri yang rentan dalam
bentuk dinding selnya pada asaat membelah diri.
Obat-obat inu mencegah bakteri melakukan
biosintesis kerangka dinding sel dan bakteri dengan
dinding sel yang lemah akan membengkak dan
akhirnya pecah karena tekan osmotik dari dalam sel.
Sel-sel manusia tidak menggunakan proses biokimia
yang digunakan bakteri untuk membentuk dinding sel,
karena itu efek ini merupakan toksisitas selektif.
Kontraindikasi :Obat-obat ini dikontraindikasikan pada pasien yang
alergi terhadap penisilin, sefalosporin, atau alregen
lainnya. Uji sensititas penisilin harus dilakukan jika
riwayat alergi pasien tidak jelas dan penisilin
merupakan obat pilihan . pemakaian harus hati-hati
pada pasien dengan penyakit ginjal(penurunan dosis
perlu dilakukan karena pasien juga menggalami
penurunan eksresi), pada wanita hamil, dan wanita
yang menyusui( dapat terjdi diare dan superinfeksi
pada bayi).
Efek samping :Efek merugikan yang utama dari terapi penisilin
melibatkan saluran GI. Efek merugikan yang banyak
terjdi meliputi mual, muntah, diare, nyeri abdomen,
glositis, stomattitis , gastritis, luka mukut, dan lidah
kotor. Efek tersebut terutama terjdi akibat hilangnya
bakteri dari flora normal dan kemudian timbul infeksi
oleh bakteri oportunistik. Superinfeksi, termasuk
infeksi ragi, juga sangat umum terjadi dan sekali lagi
dikaitkan dengan hilangnya bakteri dari flora normal.
Nyeri dan inflamasi pada lokasi injeksi dapat terjadi
jika obat berada dalam bentuk yang dapat diinjeksikan.
Reaksi hipersensitivitas dapat termasuk ruam, demam,
mengi, dan pajanan berulang, anasilksis yang dapat
berkembang menjadi syok anafilaktik dan kematian.

2) Makrolid
Nama Zat Aktif : Azitromisin
Nama Branded : Zithromax
Indikasi Umum : Pengobatan infeksi pernafasan ringan sampai
Sedang dan uretritis. Pada orang dewasa dan otitis
media serta feringitis/tonsilits
Dosis : Dewasa 500mg PO sebagai dosis tunggal pada hari
pertama, kemudian 250 mg PO q.d. sampai dosis total
1,5 g
Pediatrik : 10 mg/kg PO sebagai dosis tunggal pada
hari pertama, kemudian 5 mg/kg PO pada hari 1-5

Mekanisme kerja : Makrolid yang dapat bersifat bakterisidal atau


bakterostatik, bekerja dengan cara berkaitan dengan
membrane sel bakteri dan mengubah fungsi protein.
Cara kerja obat ini dapat mencegah sel membelah diri
atau menyebabkan kematian sel, bergantung pada
sensivitas bakteri dan konsentrasi obat.
Kontraindikasi : Makrolid dikontraindikasikan pada pasien yang alergi
terhadap jenis makrolid manapun, karena dapat terjadi
sensivitas silang. Preparat okular dikontraindikasikan
untuk infeksi mata yang disebabkan oleh virus, jamur,
atau mikrobakteri, karena dapat memperburuk kondisi
akibat hilangnya bakteri flora normal. Pemakaian
harus hati-hati pada pasien dengan disfungsi hepatik
karena dapat mengubah metabolisme obat, pada
pasien dengan penyakit ginjal karena dapat
mengganggu ekskresi obat, pada wanita yang
menyusui karena makrolid yang disekresikan ke
dalam ASI dapat menyebabkan diarea serta
superinfeksi pada bayi, dan pada wanita hamil, karena
adanya potensi efek merugikan pada janin yang
sedang berkembang.
Efek Samping : Efek merugikan yang berkaitan pada dengan makrolid
relatif sedikit. Efek merugikan yang paling sering
terjadi, melibatkan efak langsung obat pada saluran
GI, sering kali cukup mudah untuk membatasi
penggunaan obat ini. Efek merugikan tersebut antara
lain adalah kram abdomen, anoreksia, diare, muntah,
dan kolitis pseudomembranosis.
3) Sefalosporin
Sefaloporin generasi pertama
Nama Zat Aktif : Sefadroksil
Nama Branded : Duricef
Indikasi Umum : Diindikasikan untuk infeksi saluran kemih
(ISK),faringitis, dan tonsillitis yang disebabkan oleh
kelompok streptokokus hemolitik β grup A dan juga
untuk infeksi kulit
Dosis : Dewasa : 1-2 g PO dalam dosis tunggal atau dosis
yang dibagi dua, kurangi dosis pada gangguan ginjal.
Pediatrik : 30 mg /kg per hari dalam dosis terbagi
setiap 12 jam.

Sefalosporin generasi kedua

Nama Zat Aktif : Sefaklor


Nama Branded : Ceclor
Indikasi Umum : Infeksi saluran pernafasan, infeksi kulit, ISK, otitis
media, demam tifoid, pajanan antraks.
Dosis : Dewasa : 250 mg PO setiap 8 jam tidak boleh lebih
dari 4g/hari, harus diminum setiap 8-12 jam dalam 24
jam.
Pediatrik : 20 mg /kg per hari PO dalam dosis terbagi
setiap 8 jam, tidak boleh lebih dari 1 g/hari.
Sefalosporin generasi ketiga

Nama Zat Aktif : Sefoperazon


Nama Branded : Cefobid
Indikasi Umum : Infeksi kulit sedang sampai berat, infeksi saluran
kemih,dan infeksi saluran pernafasan, penyakit radang
panggul, infeksi intra abdomen, peritonitis,
septicemia.
Dosis : Dewasa : 2-4g/hari IM atau IV dalam dosis terbagi
setiap 12 jam, kurangi dosis pada gangguan ginjal
Pediatrik : Tidak dianggap aman.
Sefalosporin generasi keempat

Nama Zat Aktif : Sefdioren


Nama Branded : Spectracef
Indikasi Umum : Eksaserbasi akut bronchitis kronis, faringitis dan
tonsillitis, infeksi kulit dan struktur kulit.
Dosis : Dewasa dan anak-anak >12 tahun: 200-400 mg PO
dua kali sehari, kurangi dosis pada gangguan ginjal.

Farmakokinetik :Beberapa sefalosporin diabsorpsi dengan baik dari


saluran GI, sefadrin, sefditoren. Obat-obat lainnya
diabsorpsi dengan baik melalui rute IM atau IV.
Sefalosporin terutama dimetabolisme dihati dan
diekskresikan melalui urine. Perhatian harus diberikan
pada pasien dengan kerusakan hati atau ginjal, karena
setiap kondisi tersebut dapat mengubah metabolism
dan eksresi obat. Obat ini menembus plasenta dan
masuk ke ASI. Obat ini hanya boleh digunakan
selama kehamilan dan menyusui jika manfaatnya jelas
lebih besar dari resiko potensi toksisitas terhadap
janin atau neonates.

Mekanisme kerja : Sefalosporin bersifat bakterisidal dan bakteriostatik,


bergantung pada dosis yang digunakan dan obat
tertentu yang terlibat. Pada spesies yang rentan, agens
tersebut pada prinsipnya mengganggu kemampuan
bakteri dalam membentuk dinding sel ketika
membelah diri.

Kontraindikasi : Obat-obat ini tidak boleh digunakan pada pasien yang


memiliki alergi terhadap sefalosporin atau penisilin,
karena banyak terjadi sensivitas silang. Selain itu
pengguna harus hati-hati pada pasien dengan gagal
ginjal.
Efek samping : Efek merugikan yang paling banyak terjadi akibat
penggunaan sefalosporin pada saluran pencernaan
antara lain mual, muntah, diare, anoreksia, nyeri
abdomen, dan flatuslensi (biasa terjadi).

4) Aminoglikosida

Nama Zat Aktif : Amikosin


Nama Branded : Amikinama
Indikasi Umum : Pengobatan infeksi gram negatif yang serius.
Dosis : 15mg/kg per hari IM atau IV yang dibagi menjadi dua
atau tiga dosis yang sama, turunkan dosis pada pasien
dengan gagal ginjal.

Farmakokinetik : Aminoglikosida diabsorpsi buruk dari saluran GI,


tetapi diabsorpsi dengan cepat setelah injeksi IM,
mencapai kadar puncak dalam 1 jam. Obat ini
didistribusikan secara luas ke seluruh tubah, melewati
plasenta dan masuk ke dalam ASI. Obat ini harus
digunakan dengan sangat hati-hati selama kehamilan
dan menyusui karena potensi toksiknya pada
neonates.
Mekanisme kerja : Aminoglikosida bersifat bakterisidal. Obat ini
menghambat sintesis protein pada strain bakteri gram
negatifyang rentan, yang mengakibatkan hilangnya
integritas fungsional membrane sel sehingga
menyebabkan kematian sel.

Kontraindikasi : Aminoglikosida dikontraindikasiakn pada kondisi


adanya alergi terhadap segala jenis aminoglikosida,
penyakit hati atau ginjal yang dapat diperburuk oleh
efek toksik aminoglikosida dan dapat mengganggu
metabolism dan ekskresi obat, sehingga menyebabkan
toksisitas yang lebih tinggi.
Efek samping : Berbagai efek serius yang disebabkan oleh
aminoglikosida membatasi kegunaannya. Efek pada
sistem saraf pusat (SSP) mencakup ototoksisitas yang
dapat menyebabkan tuli ireversibel, paralisis
vestibular yangterjadi akibat efek obat saraf
auditorius, konfusi, depresi, disorientasi, dan mati
rasa, kesemutan, dankelemahan yang berkaitan
dengan efek obat pada saraf lainnya.

5) Fluorokuinolon

Nama Zat Aktif : Siprofloksin


Nama branded : Cipro
Indikasi : Pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram
negatif berspektrum luas
Dosis : Dewasa: 100-500 mg b.i.d PO sampai 6 minggu
kurangi dosis pada pasien dengan gagal ginjal
Pediatrik: tidak dianjrkan karena efeknya berpotensi
mengganggu perkembangan kartilago.

Farmakokinetika :Fluorokuinolon diabsorpsi dari saluran GI,


dimetabolisme dihati, dan dieksresikan melalui urine
dan feses. Pemakaian harus hati-hati pada pasien
dengan gangguan hati atau ginjal, karena dapat
memengaruhi metabolisme dan eksresi obat. Obat ini
didistribusikan secara luas di seluruh tubuh.
Fluorokuinolon menembus plasenta dan masuk ke
dalam ASI ; hanya boleh digunakan selama kehamilan
dan laktasi jika manfaatnya jauh lebih besar daripada
potensi risikonya yang neonates.
Mekanisme Kerja :Fluorokuinolon memasuki sel bakteri secara difusi
pasif melalui saluran dalam membran sel. Setelah
berada di dalam, obat ini mengganggu kerja enzim
DNA yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
reproduksi bakteri. Hal in menyebabkan kematian sel
karena DNA bakteri rusak san sel tidak dapat
dipertahankan. Fluorokuinolon memiliki cara unik
untuk merusak aktivitas bakteri, terdapat sedikit
resistensi silang dengan bentuk antibiotik lainnya
Kontraindikasi :Fluorokuinolon dikontaindikasikan pada pasien yang
diketahui alergi terhadap fluorokuinolon apapun dan
pada wanita hamil atau menyusui, karena efek obat ini
belum diketahui terhadap janin dan bayi. Pemakaian
harus hati-hati jika terdapat disfungsi ginjal, yang dapat
mengganggu eksresi obat, dan kejang, yang dapat
memperburuk efek obat pada saluran membran sel

Efek Samping :Efek yang sering terjadi behubunggan dengan efek


pada membran SSP adalah sakit kepala, pusing,
insomnia, dan depresi. Efek pada GI meliputi mual,
muntah, diare, dan mulut kering, yang berkaitan secara
langsung pada saluran GI dan kemungkinan stimulasi
zona pemicu kemoreseptor pada SSP. Efek
imunologisnya antara lain depresi sumsum tulang
belakang, hang mungkin terkait dengan efek obat pada
sel sumsum tulang yang berganti cepat. Efek lainnya
meliputi ruam, demam, dan fotosensitivitas.

6) Sulfonamid

Nama Zat Aktif : Sulfadiazin


Nama branded : Generik
Indikasi Umum : Pengobatan spektrum luas untuk infeksi
Dosis : Dewasa: 2-4 g PO sebagai dosis tunggal pada hari
pertama, kemudian 2-4 g/hari dosis terbagi empat
sampai enam.
Pediatrik: 75 mg/kg PO empat sampai enam, kemudian
120-150/kg per hari PO dalam dosis tertinggi.
Farmakokinetik : Sulfonamid diabsorpsi dari saluran GI, dimetabolisme
di hati, dan dieksresikan melalui urine. Waktu untuk
mencapai kadar puncak dan waktu paruh setiap obat
bervariasi (seperti yang dijelaskan sebelumnya).
Sulfonamid bersifat teratogenik; obat ini dapat masuk
ke ASI dan seharusnya tidak boleh digunakan selama
kehamilan atau laktasi.

Mekanisme Kerja : Sulfonamid secara kompetitif menghambat asam


paraaminobenzoat(PABA) untuk mencegah sintesis
asam folat pada bakteri yang rentan mensintensis
folatnya sendiri untuk produksi RNA dan DNA .
Bakteri tersebut antara lain bakteri gram negatif dan
gram positif seperti C. Trachomatis; Nocardia dan
beberapa strain H. Influenzae, E. Coli, dan P.
Mirabilis. Obat-obat ini digunakan untuk mengobati
trakoma (penyebab utama kebutaan), nokardiosis (yang
menyebabkan pneumonia dan juga abses otak serta
inflamasi), infeksi saluran perkemihan dan penyakit
menular seksual.
Kontraindikasi : Sulfonamid dikontraindikasikan pada pasien yang
alergi terhadap satu jenis sulfonamid, sulfoniluera, atau
diuretik tiazid, karena dapat terjadi sensitivitas silang;
selama kehamilan, karena obat dapat menyebabkan
cacat lahir dan kernikterus; dan selama laktasi, karena
adanya risiko kernikterus, diare, dan ruam pada bayi.

Efek Samping : Yang terjadi pada GI, seperti mual, muntah, diare,
nyeri abdomen, anoreksia, stomatitis dan cedera hati
yang kesemuanya terkait dengan iritasi langsung pada
saluran GI dan kematian bakteri normal. Efek pada
ginjal berhubungan dengan filtrasi obat diglomerulus
dan meliputi kristaluria, hematuria, dan proteinuria,
yang dapat berkembang menjadi sindrom nefrotik dan
kemungkinan nefrosis toksik. Efek pada SSP antara lain
sakit kepala, pusing, vertigo, ataksia, konvulsi, dan
depresi(kemungkinan terkait dengan efek obat pada
saraf). Depresi sumsum tulang dapat terjadi dan terkait
dengan efek obat pada sel-sel yang berganti dengan
cepat disumsum tulang. Efek dermatologi meliputi
fotosentivitas dan ruam akibat efek langsung pada sel-
sel kulit. Reaksi hipersentivitas yang luas juga dapat
terjadi.
7) Tetrasiklin

Nama Zat Aktif : Demeklosiklin


Nama Branded : Declomycin
Indikasi Umum : Pengobatan berbagai jenis infeksi, jika penisilin tidak
dapat digunakan
Dosis : Dewasa: 150 mg PO q.i.d atau 300 mg PO b.i.d.
Pediatrik (>8 thn): 6-12 mg/kg per hari PO dalam
dosis tertinggi dua sampai empat.

Farmakokinetik : Tetrasiklin diabsorpsi cara adekuat, tetapi tidak


seluruhnya dari saluran GI. Absorpsi obat ini
dipengaruhi oleh makanan, zat besi, kalsium, dan obat-
obatan lain yang ada dalam lambung. Tetrasiklin
terkonsentrasi dihati dan eksresikan melalui uirine tanpa
perubahan, dengan waktu paruh dari 12-25 jam. Obat
ini menembus plaenta dan masuk ke ASI. Tetrasiklin
sebaiknya tidak digunakan pada wanita hamil atau
menyusui, atau pada anak-anak yang berusia kurang
dari 8tahun , karena dapat secara permanen mengubah
warna dan merusak enamel gigi yang sedang tumbuh.
Obat ini juga dapat menyebabkan pembentukkan
kompleks kalsium pada tulang, yang menyebabkan
berkurangnya pertumbuhan tulang.
Mekanisme Kerja : Tetrasiklin menghambat sintesis protein pada bakteri
yang rentan, menyebabkan ketidakmampuan bakteri
untuk membelah diri. Karena protein yang terpengaruh
oleh obat ini sama dengan protein yang ada pada sel-sel
manusia, obat ini dapat bersifat toksik terhadap manusia
pada konsentrasi yang tinggi.
Kontraindikasi : Tetrasiklin dikontraindikasikan pada pasien yang
alergi terhadap tetrasiklin atau tartrazin (yaitu preparat
oral khusus yang mengandung tatrazin) dan selama
kehamilan dan laktasi karena efeknya pada tulang dan
gigi. Tetrasiklin harus digunakan secra hati-hati pada
anak-anak yang berusia kurang dari 8 tahun karena
berpotensi merusak tulang dan gigi. Tetrasiklin juga
harus digunakan secara hati-hati pada pasien dengan
disfungsi hati atau ginjal, karena obat ini terkonsentrasi
didalam empedu dan dieksresikan didalam urine.
Preparaoftalmik dikontraindikasikan pada pasien
dengan infeksi jamur, mikobakteri, atau infeksi virus
okular, karena obat ini tidak hanya membunuh bakteri
yang tidak diinginkan tetapi juga bakteri flora normal,
sehingga meningkatkan resiko terjadinya ekserbasi
infeksi okular yang sedang diobati.
Efek samping : Yang utama terapi tetrasiklin melibatkan iritasi
langsung pada saluran GI yang meliputi mual, muntahj,
diare, nyeri abdomen, glositis , dan disfagia.
Hepatotoksisitas fatal akibat efek obat yang mengiritasi
hati juga telah dilaporkan. Efek pada skeletmeliputi
kerusakan gigi dan tulang. Karena tetrasiklin memiliki
afinitas dengan gigi dan tulang, obat ini terakumulasi
ditulang dan gigi, memperlemas strukturnya dan
menyebabkan perubahan warna serta melubangi tulang
dan gigi. Efek dermatologis meliputi fatosensivitas dan
ruam. Super infeksi, termasuk infeksi ragi, terjadi jika
bakteri flora normal dihancurkan.
8) Linkosamid
Nama Zat Aktif : Klindamisin
Nama Branded : Cleocin
Indikasi Umum :Pengobatan infeksi yang berat jika penisilin atau
antibiotik yang kurang toksik lainnya tidak dapat
digunakan.
Dosis : Dewasa : 150-300 mg setiap 6 jam atau 600-2700
mg/hari yang dibagi menjadi dua sampai empat dosis
yang sama.
Pediatrik : 8-25 mg/kg per hari PO atau 15-40 mg/kg
per hari IM atau IV dalam dosis terbagi tiga atau empat.

9) Obat Antimikobakteri
Nama Zat Aktif : Pirazinamid
Nama Branded : Generik
Indikasi Umum : Obat ini kedua untuk pengobatan mycobacterium
tuberculosis.
Dosis : Dewasa dan pediatrik : 15-30 mg/g per hari PO

Mekanisme Kerja : Sebagian besar agens antimikobakteri bekerja pada


DNA bakteri, menyebabkan tidak adanya pertumbuhan
bakteri tersebut dan akhirnya terjadi kematian sel.

Kesimpulan
 Antibiotik bekerjadengan mengganggu sistem proteinatau enzim
didalam bakteri,yang menyebabkan kematian sel (bakterisidal) atau
mencegah pembelahan diri (bakteriostatik).
 Sistem protein atauenzim yang dipengaruhi oleh antibiotik biasanya
ditemukan atau digunakan dalam sel bakteri bukan sel manusia.
 Tujuan dari terapi antibiotik adalah untuk mengurangi jumlah bakteri
penginvasi sehingga sistem imun normal dapatmengatasi infeksi
tersebut.
 Efek merugikan yang paling banyak dari terapi antibiotik biasanya
melibatkan efek pada GI (mual,muntah, diare, anoreksi, nyeri
abdomen) dan superinfeksi (invasi tubuh oleh mikroorganisme normal
yang perkembangannya biasanya selalu dikendalikan oleh flora
normal).

II. Antipiretik

Pemberian dan pengobatan antipiretik adalah pemberian obat kepada


konsumen atau seseorang yang bertujuan untuk menurunkan demam (suhu
tubuh yang tinggi). Antipiretik juga memiliki arti sebagai golongan obat obat
untuk demam. Demam sebenarnya adalah mekanisme pertahanan tubuh
terhadaap kuman infeksi. Saat terjadi infeksi, otot kita akan menaikkan standar
suhu tubuh diatas nilai normal sehingga tubuh menjadi demam. Obat ini
bekerja dengan menurunkan standar suhu tersebut kenilai normal, namun pada
kenaikan suhu tubuh yang rendah atau sedang, tidak teerdapat banyak bukti
yang menunjukkan bahwa demam merupakan keadaan yang berbahaya atau
terapi ini bermanfaat. Perintah pemberian obat ini dengan rutin dapat
mengaburkan informasi klinis penting yang perlu di cari dengan mengikuti
perjalanan suhu tubuh apakah naik atau turun. Dan pada umumnya demam
adalah suatu gejala dan bukan merupakan suatu penyakit tersendiri. Oleh
sebab itu pembahasan antipiretik secara khusus jaraang ada. Antipiretik juga
memiliki arti sebagai golongan obat obat untuk demam.

Penggolongan

1. Nama zat aktif

1. Obat obatan anti radang non steroid, seperti ibu profen, ketoprofen,
nimesulide
2. Aspirin
3. Paracetamol
4. Metimazol
5. Alphamol
Diantara obat antipiretik tersebut yang banyak digunakan adalah paracetamol.
Onbat antipiretik ini diindikasi untuk segala penyakit yang menghasilkan
gejala demam. Sejumlah pedoman menyatakan bahwa obat antipiretik
sebaiknya diberikan jika demam lebih dari 38,5 derajat celcius. Demam yang
kurang dari batas tersebut sebaiknya jangan cepat cepat dikasih obat. Selain
membantu menurunkan demam obat antipiretik juga berfungsi untuk
mengurangi nyeri.

2. Nama branded

 Aspirin
 Paracetamol
 Ibuprofen
 Naproxen
 Ketoprofen
 Etodolac
 Diclofenac
 Piroxicam
 Nabumetone
 Meloxicam
 Ketorolac
 Asam mefenamat

Indikasi

Indikasi Antipiretik

Penggunaan obat antipiretik pada umumnya harus menunggu demam. Pasien


baru boleh diberikan obat antipiretik bila tubuhnya mengalami demam atau memiliki
suhu tubuh lebih dari 37,5 derajat Celcius.

Ada juga yang menyebutkan bahwa antipiretik baru boleh dipakai jika suhu
tubuh mencapai lebih dari 38,5 derajat Celcius. Apabila suhu tubuh kurang dari suhu
tersebut, maka sebaiknya jangan cepat-cepat diberikan antipiretik.
Kontraindikasi Antipiretik

Obat-obatan antipiretik memiliki kontraindikasi yang berbeda-beda tergantung


pada jenis obat antipiretik yang digunakan. Anda bisa melihat kontraindikasi dari
beberapa contoh obat antipiretik di bawah ini:

1. Parasetamol
Obat antipiretik yang mengandung parasetamol tidak boleh digunakan oleh
pasien yang menderita gangguan fungsi hati berat. Pasien juga tidak bisa
menggunakan parasetamol bila memiliki riwayat alergi terhadap obat yang
mengandung parasetamol.

2. Ibuprofen
Ibuprofen adalah kandungan obat yang juga memiliki sifat
antipiretik.Penderita hipersensitivitas dan ibu hamil trimester akhir tidak bisa
menggunakan ibuprofen untuk meredakan demam. Selain itu, orang-orang yang
menderita asma, alergi, urtikaria, dan ulkus peptikum juga tidak bisa menggunakan
ibuprofen.

3. Asetosal (asam asetilsalisilat)


Anak dan remaja yang berusia di bawah 16 tahun tidak bisa menggunakan
obat antipiretik yang mengandung asetosal. Obat antipiretik yang mengandung
asetosal juga tidak boleh digunakan pada ibu menyusui, penderita hemofilia. penderita
asma, dan sindrom Reye.

4. Asam mefenamat
Obat antipiretik yang mengandung asam mefenamat tidak boleh digunakan
sembarangan karena juga memiliki beberapa kontraindikasi. Pasien yang mengalami
nyeri akibat operasi CABG tidak boleh menggunakan obat antipiretik yang
mengandung asam mefenamat.

Selain itu, jika Anda mengalami peradangan usus besar juga tidak bisa
menggunakan asam mefenamat. Tidak hanya obat antipiretik yang mengandung asam
mefenamat, obat antipiretik lainnya juga tidak boleh digunakan secara rutin karena
bersifat toksik.

Dosis Pemakaaian Pengobatan Antipiretik


1. Analgetik-antipiretik jenis salisilat
a. Aspirin
Merek dagang Aspirin: Aspilets, Astika, Farmasal, Miniaspi, Thrombo aspilets

 Kondisi: Pemasangan ring


Dewasa: 325 mg, 2 jam sebelum tindakan dilakukan, dilanjutkan dengan 160-
325 mg per hari pasca pemasangan.
 Kondisi: Demam dan nyeri ringan hingga sedang
Dewasa: 325-650 mg setiap 4-6 jam. Dosis maksimal adalah 4000 mg per hari.

2. Analgetik-antipiretik jenis paracetamol


a. Paracetamol
Merek dagang Paracetamol: Biogesic, Eterfix, Fevrin, Kamolas, Naprex,
Ottopan, Panadol, Pehamol, Pyrexin, Sanmol, Tamoliv, Cetapain, Farmadol,
Ikacetamol, Moretic, Nofebril, Pamol, Praxion, Pyridol, Sumagesic, Tempra.

 Kondisi: Demam dan nyeri ringan hingga sedang


Dewasa: 500-1000 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 4000 mg per
hari.
Anak-anak (dosis maksimal adalah 4 kali sehari)
3-<6 bulan: 60 mg.
6 bulan-<2 tahun: 120 mg.
2-<4 tahun: 180 mg.
4-<6 tahun: 240 mg.
6-<8 tahun: 240-250 mg.
8-<10 tahun: 360-375 mg.
10-<12 tahun: 480-500 mg.
12-16 tahun: 480-750 mg.

3. Analgetik-antipiretik jenis Obat Antiinflamasi Non Steroid (OAINS)


a. Ibuprofen
Merek dagang Ibuprofen: Arfen, Brufen, Farsifen, Iprox, Proris, Prosinal,
Spedifen, Arthrifen, Bufect, Farsifen, Ostarin, Prosic, Rhelafen, Yariven

 Kondisi: Demam
Dewasa: 200-400 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 1200 mg per hari,
atau 2400 mg per hari dalam pengawasan dokter.
Anak-anak (6 bulan-12 tahun): 10 mg/kgBB per kali pemberian, 2-3 kali sehari.
Dosis maksimal adalah 40 mg/kgBB per hari.
 Kondisi: Nyeri ringan hingga sedang
Dewasa: 200-400 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 1200 mg per hari,
atau 2400 mg per hari dalam pengawasan dokter.
Anak-anak: 4-10 mg/kgBB per hari, dibagi menjadi 2-3 kali sehari.

b. Naproxen
Merek dagang Naproxen: Xenifar

 Kondisi: Nyeri haid, nyeri sendi dan otot


Dewasa: diawali 500 mg, kemudian 250 mg tiap 6-8 jam. Dosis maksimal adalah
1100 mg per hari.
 Kondisi: Nyeri sendi akibat penyakit asam urat
Dewasa: Dosis awal adalah 750 mg, dan dilanjutkan dengan 250 mg per 8 jam.
c. Ketoprofen
Merek dagang Ketoprofen: Altofen, Lantiflam, Nazovel, Pronalges,
Rhetoflam, Kaltrofen, Nasaflam, Profika, Remapro, Profenid

 Kondisi: Nyeri dan peradangan


Dewasa: 25-50 mg, 3-4 kali sehari. Dosis maksimal adalah 300 mg per hari.
 Kondisi: Nyeri dan peradangan (Obat rektal)
Dewasa: 100 mg setiap malam, atau 2 kali sehari. Dosis maksimal bersamaan
dengan obat oral adalah 200 mg per hari.
 Kondisi: Pereda nyeri (Obat topikal)
Dewasa: Oleskan gel kandungan 2,5% ke bagian yang nyeri, 2-4 kali sehari selama
10 hari.

d. Etodolac
Merek dagang Etodolac: Lonene

 Kondisi: Pereda nyeri


Dewasa: 200-400mg, 2-3 kali sehari. Dosis maksimal adalah 1000 mg per hari.
 Kondisi: Osteoarthritis dan rheumatoid arthritis
Dewasa: 600-1000 mg per hari dengan pembagian dosis sesuai respon tubuh

e. Diclofenac
Merek dagang Diclofenac: Diclofenac potassium, X-flam, Neo rheumacyl anti
inflammation.
 Kondisi: Migrain
Dewasa: 50 mg saat terjadi serangan, dan 50 mg setelah 2 jam. Jika diperlukan, dosis
dapat diulang setiap 4-6 jam. Dosis maksimal adalah 200 mg per hari.

 Kondisi: Nyeri sendi dan nyeri haid


Dewasa: 75-150 mg per hari, dengan dosis yang dibagi sesuai kondisi pasien. Dosis
maksimal adalah 150 mg per hari.
 Kondisi: Nyeri sendi dan nyeri haid (Obat Rektal)
Dewasa: 100 mg sekali sehari.

f. Piroxicam
Merek dagang Piroxicam: Ovtelis, Novaxicam, Piroxicam, Feldene, Selmatic, Fleroxi.

 Kondisi: Ankylosing spondylitis, Osteoarthritis, Rheumatoid arthritis


Dewasa: 20 mg sekali sehari, atau dibagi jika diperlukan.
 Kondisi: Nyeri dan peradangan (Obat topikal)
Dewasa: Oleskan gel 0,5% pada area yang terasa nyeri, 3-4 kali sehari.

g. Nabumetone
Merek dagang Nabumetone: Goflex

 Kondisi: Nyeri dan peradangan


Dewasa: 1000 mg setiap malam, dengan dosis tambahan 500-1000 mg yang dapat
diberikan pada pagi hari jika diperlukan. Dosis maksimal adalah 2000 mg per hari,
dibagi dalam 1-2 kali konsumsi. Pasien dengan berat badan dibawah 50 kg dan lansia
disarankan mengonsumsi maksimal 1000 mg per hari

h. Meloxicam
Merek dagang Meloxicam: Meloxicam, Cameloc, Flamoxi, Genxicam, Melogra.

 Kondisi: Rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitis


Dewasa: 15 mg sekali sehari.
Lansia: 7,5 mg sehari, untuk jangka panjang.
 Kondisi: Juvenile rheumatoid arthritis
Anak (2 tahun ke atas): 0,125 mg/kgBB sekali sehari, dengan dosis maksimal
7,5 mg per hari

i. Ketorolac
Merek dagang Ketorolac: Ketorolac, Torasic, Redupain, Metopain, Toramine.

 Kondisi: Nyeri pasca operasi


Dewasa: 20 mg pada konsumsi awal, dilanjutkan dengan 10mg setiap 4-6 jam.
Dosis maksimal adalah 40 mg per hari, selama 5 hari.
Lansia: 10 mg pada konsumsi awal, dilanjutkan dengan 10 mg setiap 4-6 jam.
Dosis maksimal adalah 40 mg per hari.

j. Asam mefenamat
Merek dagang Asam menefamat: Allogon, Datan, Femisic, Maxstan, Pehastan.

 Kondisi: Nyeri sedang hingga berat, sakit gigi, nyeri pasca operasi, rheumatoid


arthritis, osteoarthritis, dan nyeri haid.
Dewasa: 500 mg, 3 kali sehari.
Anak-anak usia > 6: 25 mg/kgBB per hari

Bagi yang membutuhkan penanganan dengan menggunakan obat-obatan analgetik-


antipiretik dalam bentuk suntik, dosis akan disesuaikan oleh dokter di klinik atau rumah sakit
sesuai kondisi pasien.
1. Farmakokinetika

Ibuprofen diabsorpsi dengan baik melalui saluran gastrointestinal.


Obat-obat ini mempunyai waktu paruh yang singkat, tetapi tinggi berikatan
dengan protein. Jika ibuprofen dipakai bersama-sama dengan obat lain yang
juga tinggi berikatan dengan protein, maka dapat terjadi efek samping yang
berat. Obat ini dimetabolisme oleh hati menjadi metabolit dan ekskresikan
sebagai metabolit dan dieksresikan sebagai metabolit inaktif di dalam urin.
2. Mekanisme Kerja

Obat-obatan antipiretik dapat menurunkan demam dengan cara


menghambat sintesa dan pelepasan prostaglandin E2. Hambatan sintesa dan
pelepasan ini distimulasi oleh pirogen endogen pada hipotalamus.

3. Efek Samping
Penggunaan obat-obatan antipiretik tak luput dari beberapa efek
samping. Efek samping antipiretik yang sering terjadi adalah tekanan darah
rendah dan adanya gangguan pada fungsi hati dan ginjal.

 Efek samping antipiretik yang juga sering terjadi adalah oliguria dan retensi
garam dan air. Di samping itu, penggunaan obat antipiretik juga bisa
menimbulkan efek samping berupa gangguan saluran cerna.
 Fungsi hati dan ginjal bisa terganggu pada beberapa kasus pengguna obat
antipiretik. Inilah salah satu alasan mengapa orang yang memiliki gangguan
fungsi hati dan ginjal tidak bisa menggunakan obat antipiretik.
 Orang-orang yang memiliki riwayat alergi terhadap kandungan bahan aktif
dari obat-obatan antipiretik bisa mengalami reaksi alergi. Adapun beberapa
tanda reaksi alergi yang bisa muncul seperti gatal-gatal, ruam, pusing, mual
muntah, sesak napas, dan nyeri ulu hati.
 Hentikanlah penggunaan obat antipiretik jika Anda mengalami efek samping
yang telah disebutkan. Segeralah mencari bantuan medis agar efek samping
antipiretik dapat diatasi sehingga tidak berkembang menjadi lebih parah.

Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat di simpulkan antipiretik memiliki arti sebagai zar
kimia yang berfungsi sebagai penurun demam yang tidak di pakai dalam jangka
waktu lama dan cara pemakaiannya pun harus sesuai dengan dosis dari obat
antipiretik.

III. Antiaritmia
Aritmia merupakan gangguan ritme normal jantung karena terjadi malfungsi
sistem konduktivitas elektrik. Malfungsi dapat menyebabkan perubahan pada frekuensi
denyut jantung, ritme, pengaturan dan tempat asal implus, atau konduski elektrik pada
otot jantung.
Sebelum kita masuk ke obat antiaritmia, perlu kita kembali ke fase-fase
potensial aksi pada sel otot jantung. Secara ringkas, implus ion natrium berperan dalam
fase depolarisasi cepat ( fase 0 ), implus ion kalsium berperan dalam fase plateau ( fase
2 ), dan ef-luks ion kalium berperan dalam fase repolarisasi ( fase 3 ). Klasifikasi obat
anti aritmia dibagi menjadi 4 kelas :
1. Klas 1, obat yang bekerja menghambat kanal ion natrium yang tergantung foltase
misalnya prokainamid ( klas 1a ), lidokain ( klas 1b ) dan flekainid ( klas 1c ).
2. Klas 2, obat golongan β-blocker misalnya propanolol.
3. Klas 3, obat penghambat kanal ion kalium misalnya bretilium, amiodaron.
4. Klas 4, obat penghambat kanal ion klorida, misalnya verapamil.
5. Obat antiaritmia lainnya, obat yang dipakai untuk mengontrol aritmia
supraventrikular terutama kontrol laju ventrikel ( rate control ) pada atrial fibrilasi.
Misalnya, adenosin, atropin,
1. Penggolongan Obat Antiaritmia

A. Kelompok I : Morisizin
 Nama zat aktif : Moricizin
 Nama branded : Ethimazine
 Inidaksi umum : Pengobatan aritmia ventrikular yang membahayakan jiwa
pasien.
 Dosis : 600 - 900mg/hari PO dalam dosis terbagi setiap 8 jam :
dimulai dengan < 600 mg/hari pada pasien lansia dan yang
mengalami kerusakan hati.
1. Kelompok IA : Disopiramid, Prokainamid, Quinidin.
a) Disopiramid
 Nama zat aktif : Disopiramid
 Nama branded : Narpace
 Indikasi umum : Pengobatan aritmia ventrikular yang membahayakan
Pasien.
 Dosis : Dewasa = 400 - 800 mg/hari PO dalam dosis terbagi
setiap 6 - 12 jam ; gunakan dosis rendah pada pasien
lansia.
Pediatrik = 6 -3 0 mg/hari/kg/hari PO dalam dosis
terbagi setiap 6 jam, hitung dosis berdasarkan usia.
b) Prokainamid
 Nama zat aktif : Prokainamid
 Nama branded : Pronestyl, Procan, Procanbid.
 Indikasi umum : Pengobatan aritmia ventrikular yang membahayakan
Pasien.
 Dosis : Dewasa = 50 mg/kg/hari PO dalam dosis terbagi setiap
3 jam ; 0,5 - 1 g IM setiap 4 - 8 jam ; 500 - 600 mg IV
selama 25 - 30 menit, kemudian 2 - 6 mg/menit IV.
Pediatrik : 15 - 50 mg/kg per hari PO dalam dosis
terbagi setiap 4 - 6 jam ; 3 – 6 mg/kg IV selama 5
menit kemudian 20 – 80 pg/kg per menit IV.
c) Kuinidin
 Nama zat aktif : Kuinidin
 Nama branded : Quinaglute, Cardioquin.
 Indikasi umum : Pengobatan aritmia atrial pada orang dewasa.
 Dosis : 400 - 600 mg PO setiap 2 - 3 jam ; 600 mg IM,
kemudian 400 mg IM setiap 2 jam sesuai kebutuhan
330 mg IV dengan kecepatan 1 ml/menit.

2. Kelompok IB : Lidokain, Meksiletin, Fenitoin, Tokaini.


a) Lidokain
 Nama zat aktif : Lidokain
 Nama branded : Bioron, Extracaine, Lidocaine Compositum, Lidocaine
HCL, Lidocaine HCL (NAT) G, Lidodex, Lidox 2%,
Pehacain, Vitamin B Complex (IKA), Xylocaine.
 Indikasi umum : Pengobatan aritmia ventrikular yang membahayakan
jiwa pasien selama infrak miokard atau bedah jantung,
pengobatan kedaruratan aritmia ventrikular jika uji
diagnostik tidak tersedia.
 Dosis : Dewasa = 300 mg larutan 10% IM : 50 - 100 mg IV
bolus dengan kecepatan 20-50 mg/menit : 1 – 4
mg/menit infus IV Pediatrik : keamanan dan
efektifitasnya belum ditetapkan : 1mg/kg IV
dilanjutkan dengan 30 pg/kg per menit infus IV sudah
dianjurkan.

b) Meksiletin
 Nama zat aktif : Meksiletin
 Nama branded : Mexilil
 Indikasi umum : Pengobatan aritmia ventrikular yang membahayakan
( jiwa pada orang dewasa ).
 Dosis : 200mg PO setiap 8 jam sampai 1200mg/ hari PO
sesuai kebutuhan.
c) Tokainid
 Nama zat aktif : Tokainid
 Nama branded : Tonocard
 Indikasi umum : Pengobatan aritmia ventrikular yang membahayakan

jiwa pada orang dewasa. Sedang diteliti untuk


mengobati distrofi miotonik, neuraigia trigeminus.
 Dosis : 1200 - 1800 mg/hari dalam dosis terbagi setiap 8 jam :
kurangi dosis pada pasien lansia dan pada pasien yang
mengalami kerusakan ginjal atau hati.

3. Kelompok IC : Flekainid, Propafenon


a) Flekainid
 Nama zat aktif : Flekainid
 Nama branded : Tambocor
 Indikasi umum : pengobatan aritmia ventrikular yang membahayakan
jiwa pada orang dewasa : pencegahan takikardia atrial
paraksismal PAT pada pasien simtomatik yang tidak
memiliki defek jantung struktural.
 Dosis : 50 - 100 mg Po setiap 12 jamm ; kurangi dosis sesuai
kebutuhan pada pasien lansia atau yang mengalami
kerusakan ginjal.
b) Propafenon
 Nama zat aktif : Propafenon
 Nama branded : Rhythmol
 Indikasi umum : Pengobatan aritmia ventrikular yang membahayakan
jiwa pada pasien dewasa : pencegahan PAT pada
pasien simtomatik yang tidak memiliki defek jantung
struktural.
 Dosis : 150 - 300 mg PO setiap 8 jam bedasarkan respon
pasien ; mulai dengan dosis rendah dan tingkatkan
dosis secara perlahan pada pasien lansia.

Farmakikonetik Golongan 1 :
Obat ini didistribusikan secara luas setelah injeksi atau setelah absorsi cepat
memalui saluran GI. Obat ini mengalami metabolisme dalam jumlah besar di hati dan
di ekresikan melalui urine. Obat ini menembus plasenta, meskipun tidak diketahui efek
merugikan spesifik yang terkait dengan penggunaannya, obat ini boleh digunakan
selama kehamilan jika manfaatnya pada ibu jauh lebih besar dari pada risiko pontensial
pada janin. Obat ini masuk ke ASI, dan karena efek merugikan potensial pada neonatus,
obat ini tidak boleh digunakan selama laktasi.
Mekanisme kerja golongan 1 :
Antiaritmia kelas 1 menstabilkan membran sel dengan cara berikatan dengan
seluran natrium, menekan fase 0 potensial aksi, dan mengubah durasi potensial aksi.
Obat ini memiliki efek anestisia lokal. Obat ini di indikasikan untuk pengobatan aritmia
ventrikular yang berpotensi membahayakan jiwa pasien dan tidak boleh digunakan
untuk mengobati aritmia lainnya karena adanya risiko efek proaritmia. Kuinidin
terutama efektif dalam pengobatan aritmia atrial. Flekainid dan propafenon juga
digunakan untuk mencegah PAT pada pasien simtomatik yang tidak menderita defek
jantung struktural.
Kontaindikasi golongan 1 :
Obat ini dikontaindikasi jika terdapat alergi terhadap obat tersebut yang;
bradikardia atau blok jantung, kecuali jika terdapat pacu jantung buatan karena
perubahan konduksi dapat menyebabkan blok jantung total; gagal jantung kongestif
(GJK), hipotensi atau syok, yang dapat diperburuk oleh efek obat ini pada potensial
aksi; laktasi, karena efek merugikan potensial pada neonatus; dan jika terdapat
gangguan elektrolit yang dapat mengubah efektifitas obat. Obat ini harus digunakan
dengan hati-hati pada disfusi ginjal atau hati, yang dapat menganggu biotranformasi
dan ekresi obat ini, dan selama kehamilan, karena adanya efek merugikan potensial
pada janin.

Efek samping golongan 1 :


Efek merugikan dari penggunaan antiaritmia kelas 1 berhubungan dengan efek
stabilisasi membran yang dimiliki dan efek pada potensial aksi. Efek pada sistem saraf
pusat (SSP) mencakup pusing, mengantuk, keletihan, kedutan, mati rasa dimulut, bicara
tidak jelas, penglihatan kabur, dan tremor yang dapat berkembang menjadi konvulsi.

B. Kelompok II : asebutolol, esmolol, propanolol


1. Asebutolol
 Nama zat aktif : Asebutolol
 Nama branded : Sectral

 Indikasi umum : Penatalaksanaan kontraksi ventrikular prematur pada


orang dewasa.
 Dosis : 200 - 600 mg PO b.i.d, berdasarkan respons pasien :
turunkan dosis pada pasien lansia : turunkan dosis
sampai 50% pada kerusakan ginjal atau hati.
2. Esmolol
 Nama zat aktif : Esmolol
 Nama branded : Brevibloc

 Indikasi umum : Penatalaksanaan jangka pendek takikardia


Supraventrikular pada orang dewasa.
 Dosis : Dosis muatan 500 pg/kg per menit IV, kemudian 50
pg/kg per menit selama 4 menit pertahankan dengan
100 pg/kg permenit infus IV.
3. Propranolol
 Nama zat aktif : Propranolol
 Nama branded : Farmadral, Liblok, Propanolol
 Indikasi umum : Pengobatan takikardia supraventrikular yang di
sebabkan digoksit atau katekolamin pada orang
dewasa : pengobatan hipertensi. Angina, migren,
anesietas situasional.
 Dosis : 10 - 30 mg PO t.i.d.-q.i.d.; 1-3 mg IV untuk aritmia
yang membahayakan jiwa pasien, dapat diulang dalam
2 menit, kemudian jangan diulang selama 4 jam.
Farmakokinetika golongan II :
Obat ini diabsorsi dari saluran GI dan mengalami metabolisme di hati.
Makanan dapat meningkatkan biovailabilitas propanolol, meskipun efek ini tidak
terjadi pada agens penyekat β-adrenergik lainnya. Propanolol juga menembus barier
darah otak tetapi karteolol, nadolor dan sotalol tidak menembus barier darah otak,
membuatnya menjadi obat pilihan jika terjadi efek SSP pada penggunaan propranolol.
Karena di ekresikan melalui urine, obat ini digunakan dengan hati-hati pada pasien
yang menderita kerusakan ginjal. Efek teratogenik telah terjadi pada penelitian hewan
yang menggunakan semua obat ini kecuali sotalol. Penggunaan setiap penyekat β-
andenergik selama kehamilan diperbolehkan hanya jika manfaaatnya pada ibu jauh
lebih besar daripada resikonya pada janin. Secara umum, obat ini tidak boleh digunakan
selama laktasi karena berpotensi menimbulkan efek pada janin. Keamanan dan
efektifitas obat ini pada anak-anak belum ditetapkan.
Mekanisme kerja golongan II :
Antiaritmia kelas II bersaing menghambat sisireseptor B dijantung dan ginjal,
sehingga menurunkan frekuensi, eksitabilitas jantung, dan curah jantung:
memperlambat konduksi melalui nodus AV: dan mengurangi pelepasan renin. Efek ini
menstabilkan jaringan jantung yang dapat mengalami eksitasi dan menurunkan tekanan
darah, yang kemudian akan mengurangi beban kerja jantung dan lebih lamjut
menstabilkan jaringan jantung yang mengalami hipoksia.
Kontraindikasi golongan II :
Penggunaan obat ini dikontraindikasikan jika terdapat bradikardia ( frekuensi
jantung kurang dari 45 kali/menit dan blok AV, yang dapat diperburuk oleh efek obat
ini; pada syok kardigening, GJK, asma atau depresi pernapasan, yang dapat diperburuk
oleh penghambatan reseptor-β; dan pada kehamilan serta laktasi, karena adanya efek
merugikan potensial pada neonatus. Obat ini harus digunakan dengan hati-hati pada
pasien diabtes dan disfungsi tiroid, yang dapat mengalami perubahan karena
penghambatan reseptor-β, dan pada disfungsi ginjal serta hati, yang dapat mengubah
metabolisme dan eksresi obat ini.
Efek samping golongan II :
Efek merugikan dari penggunaan obat antiaritmia kelas II berhubungan
dengan efek penghambatan reseptor-β pada sistem saraf simpatis. Efek pada SSP
meliputi pusing, insomnia, mimpi, dan keletihan.

C. Kelompok III : amiodaron, bretilium


1. Amiodaron
 Nama zat aktif : Amiodaron
 Nama branded : Cordarone
 Indikasi umum : Pengobatan aritmia ventikular yang mengancam jiwa
pasien dan tidak berespons terhadap obat lain: hanya
digunakan pada orang dewasa.
 Dosis : 800 - 1600 mg/hari PO dalam dosis terbagi selama
1 - 3minggu, kemudian 600-800 mg/hari PO selama
1bulan, kurangi dosis sampai 400 mg/hari PO jika
irama jantung stabil : 100 mg IV selama 24jam :
kemudian 540 mg IV dengan kecepatan 0,5 mg/menit
selama 18 – 96 jam.
2. Bretilium

 Nama zat aktif : Bretilium


 Nama branded : Generik
 Indikasi umum : Pengobatan fibrilasi ventrikular dan takikardia
ventikular yang tidak berespons terhadap obat lain.
 Dosis : Dewasa : 5mg/kg IV bolus, kemudian 1 – 2 mg/menit
dengan infus IV kontinue : 5 - 10mg/kg IM diulang
dengan interval 6 sampai 8 jam.
Pediatrik : 5 mg/kg per dosis IV dilanjutkan dengan 10
mg/kg dengan interval 15-30 menit, dipertahankan
pada 5 – 10 mg/kg per dosis IV tiap 6 jam.
Farmakokinetika golongan III :
Obat ini diabsorpsi dengan baik dan didistribusikan secara luas. Absorpsi
sotalol menurun jika terdapat makanan. Obat ini dimetabolismekan di hati dieksresikan
melalui urine. Tidak terdapat penelitian yang terkontrol dengan baik tentang efek obat
ini selama kehamilan, sehingga obat ini dapat digunakan selama kehamilan hanya jika
manfaatnya pada ibu jauh lebih besar dari pada resiko potensialnya pada janin.

Mekanisme kerja golongan III :


Antiaritmia kelas III menghambat saluran kalium dan memperlambat
keluarnya kalium selama fase 3 potensial aksi. Aksi ini memperpanjang potensial aksi.
Semua obat ini dapat menyebabkan proaritmia dan berpotensi menyebabkan aritmia.
Kontraindikasi golongan III :
Jika obat ini digunakan untuk mengobati aritmia yang membahayakan jiwa
ketika tidak ada obat lain yang efektif, tidak terdapat kontraindikasi. Ibutilid dan
dofetilid tidak boleh digunakan jika terdapat blok AV, yang dapat diperburuk oleh obat
ini. Semua obat ini harus digunakan dengan hati-hati jika terdapat syok, hipotensi,
depresi pernapasan.
Efek samping golongan III:
Efek merugikan dari penggunaan obat ini berkaitan dengan perubahan yang
ditimbulkannya pada potensial aksi. Mual, muntah, dan distres GI; kelemahan fisik dan
pusing; dan hipotensi, GJK, dan artimia biasa terjadi.

D. Kelompok IV : Diltiazem, Verapamil


1. Diltiazem

 Nama zat aktif : Diltiazem


 Nama branded : Cardizem, farmabes 5, herbesser
 Indikasi umum : Secara IV untuk pengobatan Takikardia
supraventrikular paroksismal pada orang dewasa
 Dosis : 0,25 mg/kg bolus, IV kemudian bolus, kedua 0,35
mg/kg IV jika perlu : dipertahankan dengan infus
kontinu 5-10 mg per jam sampai 24 jam.
2. Verapamil

 Nama zat aktif : Verapamil


 Nama branded : Isoptin, tarka, verampil HCL
 Indikasi umum : Secara IV untuk pengobatan takikardia
Supraventrikular paroksismal memperlambat respon
ventrikel terhadap frekuensi atrium yang cepat.
 Dosis : Dewasa 5 - 10 mg IV selama 2 menit, dapat diulang
dengan 10 mg dalam 30 menit jika perlu Pediatrik : 0,1
- 0,3 mg/kg IV selama 2 menit, dosis tidak boleh lebih
dari 5 mg/dosis, dapat diulang dalam 30 menit jika
perlu.
Farmakokinetika golongang IV :
Obat ini diabsorpsi dengan baik, sangat berikatan dengan protein, dan
dimetabolisme dihati, serta diekskresikan melalui urine. Obat ini menembus plasenta,
dan dikaitkan dengan abnormalitas janin pada penelitian terhadap hewan.
Mekanisme kerja golongan IV :
Antiaritmia golongan kelas IV bekerja menghambat pergerakan ion kalsium
menembus membran sel, menekan munculnya potensial aksi, menunda fase 1 dan 2
repolarisasi, dan memperlambat konduksi melalui nodus AV.
Kontraindikasi golongan IV :
Jika obat ini digunakan untuk mengobati aritmia yang membahayakan jiwa
ketika tidak ada obat lain yang efektif, tidak terdapat kontraindikasi. Ibutilid dan
dofetilid tidak boleh digunakan jika terdapat blok AV, yang dapat diperburuk oleh obat
ini. Semua obat ini harus digunakan dengan hati-hati jika terdapat syok, hipotensi,
depresi pernapasan
Efek samping golongan IV :
Efek merugikan dari penggunaaan obat ini berkaitan dengan vasosilatasi
pembuluh darah di seluruh tubuh, efek pada SSP meliputi pusimg, kelemahan,
keletihan, depresi, dan sakit kepala.
E. Lain-lainnya : adenosim, digoksin
1. Adenosin

 Nama zat aktif : Adenosin


 Nama branded : Adenocard
 Indikasi umum : Pengobatan takikardia supraventrikular, termasuk yang
disebabkan oleh penggunaan jalur konduksi alternatif
pada orang dewasa.
 Dosis : 6 mg IV sebagai bolus cepat selama 1 - 2 detik ; dapat
diulang dengan 12 mg bolus IV setelah 1 - 2 menit jika
perlu, dapat diulang kedua kali jika perlu.
2. Digoksin

 Nama zat aktif : Digoxsin


 Nama branded : Digoxin, fargoxin, lanoxin, lanoxicaps
 Indikasi umum : Pengobatan atrial flutter, fibrialis atrial, takikardia
atrial paroksismal.
 Dosis : Dewasa : 0,75 - 1,25 mg PO dosis muatan, kemudian
0,125 - 0,25 mg/hari PO atau 0,125-0,25 mg IV dosis
muatan dan kemudian 0,125-0,25 mg/hari PO
Pediatrik : 10 - 50 pg/kg dosis muatan PO atau 8 - 50
pg/kg dosis muatan IV, berdasarkan usia ; kemudian
dosis rumatan 25% - 35% dosis muatan.

Kesimpulan

Antiaritmia adalah obat yang mengubah potensial aksi sel jantung dan
menghentikan aritmia. Penelitian CAST menemukan bahwa pengobatan aritmia jangka
panjang dapat menyebabkan kematian akibat jantung, sehingga obat ini hanya
diindikasikan untuk pengobatan jangka pendek dari aritmia ventrikel yang berpotensi
mengancam jiwa pasien.
 Antiaritmia golongan I : Moricizin
 Antiaritmia golongan Ia : Disopiramid, prokainamid, quinidin
 Antiaritmia golongan Ib : Lidokain, meksiletin, tokainid
 Antiaritmia golongan Ic : Flekainid, propafenon
 Antiaritmia golongan II : Asebutolol, esmolol, propanolol
 Antiaritmia golongan III : Amiodaron, bretilium
 Antiaritmia golongan IV : Diltiazem, verapamil
 Antiaritmia golongan lainnya : Adenosin, digoksin
Pasien yang menerima obat antiaritmia perlu dipantau secara kontinu ketika
kondisinya sedang distabilkan dan selama penggunaan obat ini untuk mendektesikan
terjadinya aritmia atau efek merugikan lainnya yang berhubungan dengan perubahan
potensial aksi otot atau saraf lain.
DAFTAR PUSTAKA

Karch, Amy M 2010, Buku Ajar Farmakologi Keperawatan, Jakarta : EGG, 2010

Djamhuri, Dr. Agus. (1995). Sinopsis farmakologi dengan Terapan khusus di Klinik dan
Perawatan. Jakarta:Hipokrates.

-www.alodokter.com,analgetik-antipiretik

L.Kee, Joyce dan R.Hayes Evelyn (1996). Farmakologi Pendekatan Proses


Keperatawan.Jakarta:EGC

Pustaka pelajar, 2012. Farmakologi obat-obat penting dalam pembelajaran ilmu farmasi dan
dunia kesehatan, Celeban timur yogyakarta.

Karch, Amy M 2010, Buku ajar Farmakologi Keperawata

Anda mungkin juga menyukai