Anda di halaman 1dari 12

Ruang Lingkup Pemakmuran Masjid

Desain Manajeman Masjid

Dasar pentingnya manajeman, terdapat dalam QS. As Shaf, 61; 4:

Sesungguhnya Allah SWT. menyukai orang-orang yang berperang di jalan-


Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan
yang tersusun kokoh.

Terdapat dua versi cakupan dalam menajemen masjid. Di samping


desain manajeman masjid yang ringkas meliputi tiga bidang pengelolaan;
Idarah (administrasi manajemen masjid), Imarah (pemakmuran /
peribadatan) dan Ri’ayah (pemeliharaan), model lain dari manajeman masjid
yang terperinci yakni yang meliputi sepuluh bidang pengelolaan.

Sepuluh bidang pengelolaan / manajeman masjid, antara lain:


a. Manajemen Bangunan
b. Manajemen Kepengurusan
c. Manajemen Kepemimpinan
d. Manajemen Kesekretariatan
e. Manajemen Keuangan
f. Manajeman Perawatan dan Perlengkapan
g. Manajemen Pembinaan Jama’ah
h. Manajeman Pendidikan dan Pelatihan
i. Manajemen Pembinaan Remaja
j. Manajemen Kesejahteraan Umat
Bila dirinci delapans bidang pengelolaan tersebut akan terkait dengan
pedoman pembangunan masjid yang harus sejalan tuntunan ke-sayar’i-an,
seperti soal arah kiblat, posisi kloset/wc, model budaya yang sudah baku
seperti bentuk kubah, menara, dan keterkaitan dengan budaya lokal, seperti
model atap, warna cat, atau menejamen yang bersifat fleksibel sejalan dengan
inovasi masing-masing rumah tangga DKM dan jamaah / masyarakat
setempat.

1. Manajeman Bangunan
Tanah Masjid biasanya diperoleh dari wakaf, fasilitas sosial, fasilitas
umum atau pembelian. Sebaiknya dipilih tanah yang cukup luas, sehingga
aktivitas kemasjidan yang diselenggarakan dapat dikembangkan dengan baik.
Perlu diperhatikan kejelasan surat-surat dan sertifikat kepemilikan tanah
tersebut untuk menghindari terjadinya sengketa di kemudian hari.
Diusahakan letak lokasinya strategis, mudah dijangkau, berada di pusat
perumahan, dekat jalan raya dan dapat dikembangkan bangunan Masjid
maupun sarana penunjangnya. Selain itu juga harus bebas bencana terutama
banjir dan penggusuran.

Setelah lokasi Masjid diperoleh, selanjutnya dibentuk panitia. Panitia


Pembangunan Masjid disusun sebagaimana kepanitiaan yang lain, yaitu
terdiri dari Panitia Pengarah (Steeering Committee) dan Panitia Pelaksana
(Organizing Committee). Dipilih orang-orang yang amanah, jujur dan ahli di
bidangnya. Bilamana perlu mengikutsertakan tokoh masyarakat, ulama dan
pemerintahan. Panitia bertugas untuk merencanakan, mencari dana dan
membangun Masjid.

Beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain: Membuat gambar


rencana Masjid, Menyusun Proposal, Konfirmasi dengan FKUB (Forum
Kerukunan Umat Bearagama) dan Kemenag setempat, terakait peraturan
tempat ibadah, Mengurus IMB (Ijin Mendirikan Bangunan), Mencari dana,
Membangun Masjid, Peresmian dan Penetapan Pengurus.

Dalam manajeman bangunan masjid, hal-hal yang diperlukan, antara lain;


a. Tata ruang
Kondisi ruangan harus disesuaikan, misalnya dalam hubungannya
dengan pantulan suara shound system / speaker, maka model atapnya
yang dapat tembus (menyerap) suara, atau permukaan atap dibuat
bergelombang.
Ruangan keseluruhan dalam masjid ada ruangan utama, ada ruangan
pendukunng. Manajeman perencanaan yang harus didahulukan adalah
konsep atau program yang diinginkan dalam pemberdayaan masjid agar
jelas disusun dan ditetapkan, baru dipenuhi tata ruanganya yang
menyesuaikan kepada konsep atau program yang diinginkan dalam
pemberdayaan masjid tersebut.
1) Ruang utama
- Ruang shalat
Ruang shalat harus dikaplingkan untuk laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman di lapangan, seorang
jamaah memerlukan dasar ruang seluas 0,60 m x 1,20 m = 0,72
m2 untuk aktifitas shalat.

Ruang shalat untuk perempuan


Ruang shalat untuk perempuan di belakang laki-laki, hal ini
berdasarkan Hadis Nabi “Shaf yang paling baik bagi laki-laki
adalah shaf yang paling awal. Sedangkan shaf yang paling buruk
bagi mereka adalah shaf yang paling akhir. Dan shaf yang paling
baik bagi wanita adalah shaf yang paling akhir. Sedangkan shaf
yang paling birik bagi mereka adalah shaf yang paling awal”
(HR.Muslim)

- Ruang Mihrab.
Tempat kedudukan imam dalam memimpin shalat berjamaah,
yang posisina paling depan baisan (shaf) di tengah-tengan. Di
bagian kiri ruangan ini harus disiapkan mimbar sebagai tempat
khotbah / ceramah. Sangat baik di samping kanan atau kiri ruang
mihrab ini harus ada akses pintu ke luar, untuk keluar masuk
imam, penceramah, atau takmir masjid yang sewaktu-waktu ada
keperluan.

- Tempat Adzan, posisinya dekat ke mimbar. Biasanya hanya


hanya bercirikan tiang microphone. Dalam hal ini tidak ada
ketentuan khusus tentang tempat adzan.

- Tempat wudlu, Kamar mandi dan Toilet


Terdapat hal-hal penting yang harus diperhatikan;
1) Posisi closet / WC hendaklah tidak memposisikan
penggunanya menghadap atau membelakangi kiblat. Hadis
Nabi: Dari Abi Hurairah ra berkata: “ Telah bersabda
Rasulullah SAW.: Barangsiapa yang tidak menghadap kiblat
dan tidak membelakanginya pada waktu buang hajat, maka
dicatat untuknya satu kebaikan dan dihapuskan satu
kesalahan” (HR. Tabrani)
2) Sumber air, agar ditampung bak/torn yang memperhitungkan
jumlah jamaah, dengan dilengkapi saluran pembuangan air
yang terkendali
3) Tempat wudlu, Kamar mandi dan Toilet harus
mengkaplingkan untuk laki-laki dan untuk perempuan secara
terpisah.
4) Rasio toilet bagi jamaah masjid, 1 WC/toilet untuk 25
perempuan dan 1 WC/toilet untuk 40 laki-laki.
5) Kelengkapan toilet; listrik, selot/kunci pintu yang utuh,
kastop, gayung, tong sampah mini, pewangi kamar mandi.

- Ruang Shound System


Agar dipersiapkan secara proporsional sesuai kebutuhan dan
antisipasi keamanan, serta akses keluar masuk dengan tidak
mengganggu jamaah masjid yang sedang berlangsung kegiatan.

- Ruang Sekretariat / Tempat dokumen administrasi


Agar dilengkapi dengan sarana mebeler dan perangkat alat
administrasi tulis menulis / digital, di samping tempat pelayanan
khusus dan pertemuan takmir majid

2) Ruangan Pendukung: Kantor DKM, Ruang / Tempat Sepatu, sandal /


Penitipan Barang, Ruang Majelis Taklim, Ruang Remaja Masjid,
Gudang perlengkapan, Area parkir dan taman, Ruang Perpustakaan,
Ruang Kantin, Ruang Kesehatan / Klinik, Ruang Ruang TKA/TPA
dll.

b. Kelengkapan manajeman bangunan:


1) Hiasan masjid
Untuk nuansa estetik, perlu dilengkapi ornamen, seperti kaligrafi,
slogan, doa masuk/keluar masjid, petunjuk arah, peringatan
kekhidmatan/keamanan. Akan tetapi penempatannya jangan sampai
membuyarkan kekhusyuan. Hal ini terkait Hadis Nabi: Telah
bersabda Rasulullah SAW. : “Aku tidak diperintahkan untuk mengias
masjid-masjid” (HR. Abu Daud dan Ibnu Hibban)
2) Karpet
Sebaiknya yang tidak banyak bermotif / gambar, dalam menjaga
kekhusyuan shalat
3) Penerangan
Didesain untuk malam, siang harinya agar akses matahari masuk
ruangan masjid. Standar cahaya lampu yang jelas/nyaman untuk
membaca Al Qur’an. Keseimbangan penerangan juga diprogram di
dalam, tempat wudlu, toilet dan di luar yang sekaligus berfungsi
untuk program keamanan.

4) Tempat penyimpanan / penitipan sepatu / sandal.


Disiapkan dengan berbagai alternatif keamanan dan kerapihan

2. Manajeman Kepengurusan
Untuk penetapan kepengurusan takmir masjid / DKM harus diselenggarakan
Musyawarah Jama’ah yang dihadiri anggota jama’ah Masjid. Musyawarah
tersebut dilaksanakan untuk penetapan merencanakan Program Kerja dan
memilih pengurus Ta’mir Masjid / DKM. Kegiatan ini harus berpedoman
pada Peraturan Musyawarah jamaah masjid masjid yang bertanggungjawab
atas suksesnya acara ini. Misalnya pengembangan pemahaman periodesasi
kepengurusan DKM/Takmir masjid itu 5 tahun, di mana dalam kondisi
emergensi bisa mengulang sampai dua periode.
Program Kerja disusun berdasarkan keinginan dan kebutuhan jama’ah yang
disesuaikan dengan kondisi aktual dan perkiraan masa akan datang. Bagan
dan Struktur Organisasi disesuaikan dengan pembidangan kerja dan Program
Kerja yang telah disusun. Hal ini dimaksudkan agar nantinya organisasi
Ta’mir Masjid dapat berjalan secara efektif dan efisisen dalam mencapai
tujuan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: Memilih dan


menyusun Pengurus, Penjabaran Program Kerja, Rapat dan notulen,
Kepanitiaan, Rencana Kerja dan Anggaran Pengelolaan (RKAP) tahunan,
Laporan Pertanggungjawaban Pengurus, Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga, Pedoman-pedoman organisasi dan implementasinya,
Yayasan Masjid.

3. Manajeman Kepemimpinan
Konsep dasar kepemimpinan adalah amanah dan partisipasi, bukan
perolehan kekuasaan dan masa bodoh. Pengurus mengemban amanah
jama’ah bukan menguasai jama’ah. Jama’ah berpartisipasi aktiv dalam
kegiatan yang diselenggarakan Pengurus. Seimbang dengan amanah yang
diembannya Pengurus juga memiliki wewenang dan kekuasaan untuk
memerintah, mengarahkan, membimbing, mengkoordinir, memotivisir,
mengatur organisasi dan lain sebagainya. Jama’ah harus mendukung
Pengurus dengan berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan.
Tidak hanya memberi amanah lalu meninggalkan Pengurus menanggung
beban organisasi sendiri. Jadi dituntut untuk saling tolong menolong dalam
kebaikan bersama.

Pemimpin yang dipilih memiliki kriteria: shiddiq, amanah, tabligh dan


fathonah. Selain itu juga memiliki jiwa kepemimpinan yang baik, berwibawa
dan ahli di bidangnya. Tidak kalah pentingnya adalah pemimpin tersebut
dapat diterima oleh jama’ah. Pengurus sebagai pemimpin yang memimpin
dan mengarahkan jama’ah seharusnya berusaha untuk membina jama’ah
dalam hal keimanan, ibadah maupun akhlaq yang shalih sesuai dengan batas-
batas tugas dan wewenangnya. Kepemimpinan dalam organisasi Ta’mir
Masjid adalah kepemimpinan yang mengarah dan menganjurkan kepada
taqwa dan kebajikan bagi semuanya. Sedang jama’ah sudah seharusnya rela
untuk diatur dan dipimpin serta berpartisipasi dalam aktivitas yang
dilaksanakan Pengurus.

Kepemimpinan dan amanah yang diemban Pengurus secara hablumminallah


dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. dan secara hablumminannas
dipertanggungjawabkan kepada jama’ah dalam musyawarah jama’ah. Dari
hasil pertanggungjawaban dalam musyawarah jama’ah tersebut selanjutnya
dapat dilakukan evaluasi dan pengembangan yang menyahuti keinginan dan
kebutuhan jama’ah di masa akan datang.

4. Manajeman Kesekretariatan
Sekretariat adalah ruangan atau gedung dimana aktivitas Pengurus
direncanakan dan dikendalikan. Sebagai sentral manajerial dalam komando
sekretaris yang dibantu staf sekretariatan atau karyawan masjid. Ruangan
yang minimalnya cukup untuk meja kerja, lemari arsif, mebeler dan meja
dispenser/air minum, sebaiknya memiliki luas minimal untuk rapat 20-25
orang pengurus/karyawan, di samping sebagai pusat informasi dan pelayanan
khusus bagi jamaah maupun pihak tertentu yang berkepentingan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain: Surat menyurat


dan agendanya., Administrasi jama’ah., Fasilitas pendukung, seperti:
komputer desktop, notebook, LCD projector, screen, printer, scanner,
wireless sound system, megaphone, dan lain sebagainya. Fasilitas furniture,
seperti: meja dan kursi tamu, almari arsip, meja kerja dan lain sebaginya,
Lembar informasi, leaflet dan booklet, Papan pengumuman, Papan
kepengurusan, Papan aktivitas, Papan keuangan dan yang lainnya.
5. Manajeman Keuangan
a. Sistematika manajemen keuangan, adalah:
- Sumber Dana dan pengumpulan dana: Donatur, kotak amal, program
shodaqah, infaq dan zakat, sumbangan pemerintah/swasta dan sumber
dana lain yang syar’i, tidak bersifat mengikat dan halal.
- Pemanfaatan dana: Kebutuhan internal dan kebutuhan eksternal
- Kebijakan pengelolaan keuangan: Penerimaan dan pengeluaran
- Pengendalian anggaran / kontrol
- Laporan keuangan
- Audit keuangan

b. Klasifikasi harta kekayaan: uang, barang, saham, tanaman, ternak


Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: Penganggaran,
Pembayaran jasa, Laporan keuangan dan simpanan di rekening bank
syariah.
Sumber keuangan yang masuk ke masjid agar tegas selektif halal dan
tidak termuati oleh pesanan politik/bisnis.

6. Manajeman Perawatan dan Perlengkapan


Bangunan, sarana pendukung dan perlengkapan Masjid harus dirawat
agar dapat digunakan sebaik-baiknya serta tahan lama. Seperti perangkat
administrasi, penerangan listrik dan aqustik (audio, shound system),
inventariasasi alat shalat, Al Qur’an, sandal masjid, sarana pendidikan
formal, TPA, sarana ekonomi ataupun poliklinik dan yang lainnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain: Renovasi dan
pengembangan bangunan Masjid, Kebersihan dan kesehatan, Pengaturan
ruangan dan perlengkapan, Inventarisasi.
7. Manajeman Pembinaan Jamaah
Elemen strategis seletah pengurus / takmir masjid, adalah jamaah masjid.
Sikap Rasulullah SAW. menjadi contok untuk para takmir masjid dalam
memperhatikan jamaah, antara lain :
a. Pengurus masjid harus mengabsen jamaahnya
b. Pengurus masjid harus mengetahui jamaahnya
c. Pengurus masjid harus melakukan silaturahim kepada jamaahnya
d. Pengurus masjid harus peduli kepada jamaahnya

Keberadaanya harus dikelola dengan optimal, terkait dengan semangat


ukhuwahnya, jelas data basenya, hak-hak untuk mendapat pelayanan,
terbangunnya pemahaman jamaah terhadap perilaku, adab dan pertisipasi
keikutsertaannya di masjid, serta memiliki pemahama tentang karakteristik
jamaah masjid yang selalu disosialisakan oleh pengurus.
Upaya-upaya pembinaan jamaah dapat melalui: Shalat berjama’ah,
Pengajian rutin dan pengajian akbar, Majelis Ta’lim Ibu-Ibu, Pengajian
remaja, Tadarus dan bimbingan membaca Al Qur’an, Lembar Informasi,
Ceramah, dialog dan seminar, Kunjungan (ziarah). Selengkapnya terdapat
dalam porgram imarah (pemakmuran)

8. Manajeman Pendidikan dan Pelatihan


Pelayanan pendidikan dan pelatihan bagi jama’ah dapat dilakukan
melalui program kemitraan. Seperti dengan DMI, MUI, Kesra pemerintah
dan kemenag.
Kerjasama dalam program diklat, bisa dalam urusan nara sumber,
media/perlengkapan diklat daan yang lainnya.

Beberapa hal yang terkait dengan kegiatan pendidikan dan pelatihan


non formal, antara lain: Perpustakaan Masjid, Taman Pendidikan Al Qur’an
(TPA), Up Grading Kepengurusan, Pelatihan Kepemimpinan, Pelatihan
Jurnalistik, Pelatihan Mengurus Jenazah, Kursus Kader Da’wah, Kursus
bahasa, Kursus pelajaran sekolah.

9. Manajeman Pemuda Remaja Masjid


Remaja Masjid organisasi otonom underbouw Ta’mir Masjid
beranggotakan para remaja muslim, biasanya berumur sekitar 15 - 25 tahun.
Kegiatannya berorientasi keislaman, keremajaan, kemasjidan, keterampilan
dan keorganisasian. Memiliki kepengurusan sendiri yang lengkap
menyerupai Ta’mir Masjid dan berlangsung dengan periodisasi tertentu.
Organisasi ini harus dilengkapi konstitusi organisasi, seperti misalnya
Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Pedoman Kepengurusan,
Pedoman Kesekretariatan, Pedoman Pengelolaan Keuangan dan lain
sebagainya. Konstitusi organisasi diperlukan sebagai aturan main
berorganisasi dan untuk memberi arahan kegiatan.

Pengurus Ta’mir Masjid Bidang Pembinaan Remaja Masjid berkewajiban


untuk membina dan mengarahkan potensi pengembangan generasi muda
masjid.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembinaan Remaja
Masjid antara lain: Kepengurusan, Musyawarah Anggota, Kegiatan,
Bimbingan, pemberdayaan melalui kepanitiaan kegiatan.

10. Manajeman Kesejahteraan Umat


Potensi jamaah yang beragam latar belakang dan beraneka kebutuhan,
sangat baik bila koprasi syari’ah menjadi lembaga ekonomi andalan bagi
jamaah. Kemudian UPZ (Unit Pelayanan Zakat) di masjid, pemberdayaannya
sebaiknya tidak hanya urusan zakat fitrah di Bulan Ramadhan. Akan tetapi
zakat mal/zakat profesi dan pengelolaan infaq/shadaqah senantiasa terus
berjalan secara rutin.

Kegiatan di bidang ekonomi yang betujuan mewujudkan kesejahteraan


jamaah masjid, agar dipersiapkan dengan tim menajeman SDM yang
profesional yang memiliki girah perjuangan kemasjidan.

Hal-hal yang terkait dengan meningkatkan kesejahteraan umat adalah:


Penetapan Tim SDM yang berlatarbelakang disiplin ilmu/pengalaman
dibidang ekonomi, terlebih dahulu melakukan diklat, menampung asfirasi /
sumbang saran dan sosialisasi terhadap jamaah.

Anda mungkin juga menyukai