1. Manajeman Bangunan
Tanah Masjid biasanya diperoleh dari wakaf, fasilitas sosial, fasilitas
umum atau pembelian. Sebaiknya dipilih tanah yang cukup luas, sehingga
aktivitas kemasjidan yang diselenggarakan dapat dikembangkan dengan baik.
Perlu diperhatikan kejelasan surat-surat dan sertifikat kepemilikan tanah
tersebut untuk menghindari terjadinya sengketa di kemudian hari.
Diusahakan letak lokasinya strategis, mudah dijangkau, berada di pusat
perumahan, dekat jalan raya dan dapat dikembangkan bangunan Masjid
maupun sarana penunjangnya. Selain itu juga harus bebas bencana terutama
banjir dan penggusuran.
- Ruang Mihrab.
Tempat kedudukan imam dalam memimpin shalat berjamaah,
yang posisina paling depan baisan (shaf) di tengah-tengan. Di
bagian kiri ruangan ini harus disiapkan mimbar sebagai tempat
khotbah / ceramah. Sangat baik di samping kanan atau kiri ruang
mihrab ini harus ada akses pintu ke luar, untuk keluar masuk
imam, penceramah, atau takmir masjid yang sewaktu-waktu ada
keperluan.
2. Manajeman Kepengurusan
Untuk penetapan kepengurusan takmir masjid / DKM harus diselenggarakan
Musyawarah Jama’ah yang dihadiri anggota jama’ah Masjid. Musyawarah
tersebut dilaksanakan untuk penetapan merencanakan Program Kerja dan
memilih pengurus Ta’mir Masjid / DKM. Kegiatan ini harus berpedoman
pada Peraturan Musyawarah jamaah masjid masjid yang bertanggungjawab
atas suksesnya acara ini. Misalnya pengembangan pemahaman periodesasi
kepengurusan DKM/Takmir masjid itu 5 tahun, di mana dalam kondisi
emergensi bisa mengulang sampai dua periode.
Program Kerja disusun berdasarkan keinginan dan kebutuhan jama’ah yang
disesuaikan dengan kondisi aktual dan perkiraan masa akan datang. Bagan
dan Struktur Organisasi disesuaikan dengan pembidangan kerja dan Program
Kerja yang telah disusun. Hal ini dimaksudkan agar nantinya organisasi
Ta’mir Masjid dapat berjalan secara efektif dan efisisen dalam mencapai
tujuan.
3. Manajeman Kepemimpinan
Konsep dasar kepemimpinan adalah amanah dan partisipasi, bukan
perolehan kekuasaan dan masa bodoh. Pengurus mengemban amanah
jama’ah bukan menguasai jama’ah. Jama’ah berpartisipasi aktiv dalam
kegiatan yang diselenggarakan Pengurus. Seimbang dengan amanah yang
diembannya Pengurus juga memiliki wewenang dan kekuasaan untuk
memerintah, mengarahkan, membimbing, mengkoordinir, memotivisir,
mengatur organisasi dan lain sebagainya. Jama’ah harus mendukung
Pengurus dengan berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan.
Tidak hanya memberi amanah lalu meninggalkan Pengurus menanggung
beban organisasi sendiri. Jadi dituntut untuk saling tolong menolong dalam
kebaikan bersama.
4. Manajeman Kesekretariatan
Sekretariat adalah ruangan atau gedung dimana aktivitas Pengurus
direncanakan dan dikendalikan. Sebagai sentral manajerial dalam komando
sekretaris yang dibantu staf sekretariatan atau karyawan masjid. Ruangan
yang minimalnya cukup untuk meja kerja, lemari arsif, mebeler dan meja
dispenser/air minum, sebaiknya memiliki luas minimal untuk rapat 20-25
orang pengurus/karyawan, di samping sebagai pusat informasi dan pelayanan
khusus bagi jamaah maupun pihak tertentu yang berkepentingan.