Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN DIAGNOSA DHF

OLEH :
MADE ARIS GITA YOGESWARA
NIM : 20089142215

PROGRAM STUDY PROFESI NERS


STIKES BULELENG
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN DENGUE HAEMORRAGHIC FEVER (DHF)

1. Pengertian
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan
adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2007). Dengue Haemoragic Fever
(DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus (arthropodborn virus) dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus (Ngastiyah,
2011). Adapun klasifikasi DHF menurut WHO sebagai berikut:
a. Derajat I 
Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan (uji tourniquet
positif).
b. Derajat II 
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.
c. Derajat III 
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmHg,
kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi).
d. Derajat IV 
Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur.

2. Penyebab
a. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan
4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu
dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus
ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai
macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK
(Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.
b. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain
merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita,2007).
c. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe
lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah
mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk
kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus
dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari
ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990).

3. Tanda dan Gejala


a. Demam tinggi selama 5 – 7 hari
b. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
c. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
d. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
f. Sakit kepala.
g. Pembengkakan sekitar mata.
h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah) (Arief Mansjoer
&Suprohaita, 2007).
KLASIFIKASI DHF
Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi menjadi 4
tingkat yaitu :
a. Derajat I
Panas 2 – 7 hari , gejala umum tidak khas, uji tourniquet hasilnya positif
b. Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan spontan seperti
petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi telinga
dan sebagainya.
c. Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan
cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun (120 /
80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
d. Derajat IV
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg) anggota
gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru (Arief Mansjoer &Suprohaita,
2007).

4. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal
tersebut menyebabkan pengaktifan komplemen sehingga terjadi komplek imun Antibodi–
virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin,
serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga
terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+
dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan
permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanya
komplek imun antibodi–virus juga menimbulkan Agregasi trombosit sehingga terjadi
gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal tersebut
menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika shock
tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis
metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan
sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia
jaringan. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat
hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam
kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh
manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen sehingga
dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler
sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular, (2)
agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan
fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari
sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau
mengaktivasi faktor pembekuan. Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1)
peningkatan permiabilitas kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh
vaskulopati; trombositopenia; dan kuagulopati (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2007).
5. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan luas.
b. Shock atau renjatan.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran.

6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Ig.G dengue positif
b. Trombositopenia
c. Hemoglobin meningkat
d. Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat)
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hiponatremia dan
hipokalemia
f. Pada hari kedua dan ketiga terjadi lekopenia, netropenia, aneosinophilia,
peningkatan limposit, monosit dan basofil
g. SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat
h. Ureum dan Ph darah mungkin meningkat
i. Waktu pendarahan memanjang
j. Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolik: PCO2 <
35 – 40 mm Hg, HCO3 rendah
2. Pemeriksaan serologi
Pada pemeriksaan ini di lakukan pengukuran literantibodi pasien dengan cara
haemaglutination nibitron test (HIT test) atau dengan uji peningkatan komplemen
pada pemeriksaan serologi di butuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut
atau demam dan masa penyembuhan ( 104 minggu setelah awal gejala penyakit )
untuk pemeriksaan serologi ini di ambil darah vena 2 – 5 ml
3. Pemeriksaan sianosis yang menunjang antara lain foto thorak mungkin di jumpai
pleural effusion, pemeriksaan USG hepatomegali dan splenomegali
7. Penanganan/Penatalaksanaan
Medik
a. DHF tanpa Renjatan
1) Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
2) Obat antipiretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
3) Jika kejang maka dapat diberi luminal ( anticonvulsan ) untuk anak <1 th dosis
50 mg IM dan untuk anak >1th 75 mg IM. Jika 15 menit kejang belum teratasi ,
beri lagi luminal dengan dosis 3 mg / Kg BB anak <1 th dan pada anak >1th
diberikan 5 mg/ Kg BB.
4) Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
b. DHF dengan Renjatan
1) Pasang infus RL
2) Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30
ml/ kg BB )
3) Tranfusi jika Hb dan Ht turun
Keperawatan
a. Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam
1) Pemeriksaan Hb, Ht, Trombosit tiap 4 Jam
2) Observasi intake - output
3) Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3
jam ,
4) Pada pasien DHF derajat II : Pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Thrombosit, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah
menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
5) Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri O2
pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi produksi
urine tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombosit.
b. Resiko Perdarahan
1) Obsevasi perdarahan : Peteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
2) Catat banyak, warna dari perdarahan
3) Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan Tractus Gastro Intestinal
c. Peningkatan suhu tubuh
1) Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
2) Beri minum banyak
3) Berikan kompres
8. WOC DHF

Arbovirus (Aedes aegypti)

Beredar di aliran darah

Infeksi virus (viremia) Hepatomegali

Mengaktivasi sistem komplemen Nyeri

Membentuk dan melepaskan C3a dan C5a

Hypothalamus

Hipertermi

Reabsorbsi Na+ +H2O

Resiko syok hipovolemik Permeabilitas kapiler resiko perdarahan

Terjadi renjatan dan hipotensi Trombositopenia

Kebocoran plasma trombosit dalam darah

Ke ekstravaskuler Perdarahan Difisit volume cairan

Abdomen: asites Hb dalam darah Kurang pengetahuan

Mual,muntah,anoreksia suplai O2

Perubahan nutrisi kurang dari Gangguan perfusi jaringan


Kebutuhan tubuh

(Ngastiyah, 2011).
9. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk mendapatkan data
yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan . pengkajian pada pasien
dengan “DHF” dapat dilakukan dengan teknik wawancara, pengukuran, dan
pemeriksaan fisik. Adapun tahapan-tahapannya meliputi :
1) Mengkaji data dasar, kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual pasien dari berbagai
sumber (pasien, keluarga, rekam medik dan anggota tim kesehatan lainnya).
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk memenuhi
kebutuhan pasien.
3) Kaji riwayat keperawatan.
4) Kaji adanya peningkatan suhu tubuh ,tanda-tanda perdarahan, mual, muntah, tidak
nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok (denyut nadi
cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama pada ekstrimitas,
sianosis, gelisah, penurunan kesadaran).
b. Diagnosa Keperawatan
1) Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler,
perdarahan, muntah dan demam.
2) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
tidak ada nafsu makan.
4) Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi
5) Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
c. Intervensi Keperawatan
TUJUAN DAN
Dx.
No KRETERIA INTERVENSI
Keperawatan
HASIL
1. Hipertermia Setelah dilakukan Fever treatment
b/d proses tindakan 1. Monitor suhu sesering mungkin
infeksi virus keperawatan 2. Monitor IWL
dengue selama x jam, 3. Monitor warna dan suhu kulit
menunjukkan 4. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
temperatur dalam 5. Monitor penurunan tingkat kesadaran
batas normal 6. Monitor WBC, Hb, dan Hct
dengan 7. Monitor intake dan output
Kriteria Hasil : 8. Berikan anti piretik
1. Bebas dari 9. Berikan pengobatan untuk mengatasi
kedinginan penyebab demam
2. Suhu tubuh 10. Selimuti pasien
dalam rentang 11. Lakukan tapid sponge
normal 36,5- 12. Kolaborasipemberian cairan intravena
37,5 13. Kompres pasien pada lipat paha dan
3. Mukosa bibir aksila
lembab 14. Tingkatkan sirkulasi udara
4. Kulit tidak 15. Berikan pengobatan untuk mencegah
teraba panas terjadinya menggigil
5. Nadi dan RR
dalam rentang Temperature regulation
normal 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
6. Tidak ada 2. Rencanakan monitoring suhu secara
perubahan kontinyu
warna kulit dan 3. Monitor TD, nadi, dan RR
tidak ada pusing 4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
9. Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif
dari kedinginan
10. Beritahukan tentang indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan emergency yang
diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
12. Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring


1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasan abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign

2. Risiko defisit Setelah dilakukan Fluid management


volume tindakan 1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan
cairan keperawatan 2. Pertahankan catatan intake dan output yang
berhubungan selama x jam. akurat
dengan Kebutuhan cairan 3. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran
pindahnya klien dapat mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
cairan terpenuhi dengan ortostatik ), jika diperlukan
intravaskuler kriteria hasil: 4. Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi
keekstravask 1. Input dan cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )
uler. output 5. Monitor vital sign
seimbang 6. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung
2. Vital sign intake kalori harian
dalam batas 7. Kolaborasi pemberian cairan IV
normal 8. Monitor status nutrisi
3. Tidak ada 9. Berikan cairan
tanda-tanda 10. Berikan diuretik sesuai interuksi
syok 11. Berikan cairan IV pada suhu ruangan
4. Akral hangat 12. Dorong masukan oral
5. Capilarry refill 13. Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
< 3 detik 14. Dorong keluarga untuk membantu pasien
makan
15. Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
16. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
muncul meburuk
17. Observasi capillary

4. Resiko Setelah dilakukan Nutrition Management


gangguan tindakan 1. Kaji adanya alergi makanan
pemenuhan keperawatan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan selama x jam. menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
nutrisi Kebutuhan nutrisi dibutuhkan pasien.
kurang dari klien terpenuhi 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
kebutuhan dengan kriteria Fe
tubuh hasil: 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
berhubungan 1. Nafsu makan protein dan vitamin C
dengan meningkat 5. Berikan substansi gula
intake nutrisi 2. Klien tidak 6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung
yang tidak terlihat lesu tinggi serat untuk mencegah konstipasi
adekuat dan lemah 7. Berikan makanan yang terpilih ( sudah
akibat mual 3. Mukosa bibir dikonsultasikan dengan ahli gizi)
muntah dan tidak kering 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
nafsumakan 4. Mual dan makanan harian.
yang muntah 9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
menurun. berkurang kalori
5. Tidak ada 10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
tanda-tanda 11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
malnutrisi nutrisi yang dibutuhkan
6. Tidak terjadi
penurunan Nutrition Monitoring
berat badan 1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama
makan
5. Monitor lingkungan selama makan
6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama jam makan
7. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
dan kadar Ht
12. Monitor makanan kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
14. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake nuntrisi
16. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oral.
17. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

5. Resiko Setelah dilakukan


terjadi tindakan 1. Berikan penjelasan kepada kliendan keluarga
perdarahan keperawatan tentang bahaya yang dapat timbul dari adanya
berhubungan selama 3x24 jam perdarahan, anjurkan untuk segera melaporkan
dengan tidak terjadi jika ada perdarahan seperti di gusi, hidung
penurunan perdarahan selama (epistaksis), melena, hematemesis.
faktor-faktor dalam masa 2. Antisipasi adanya perdarahan: gunakan sikat
pembekuan perawatan dengan gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut,
darah kriteria hasil: berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil
(trombositop 1. Tidak ada darah dan observasi tanda-tanda perdarahan
eni) perdarahan serta vital sign (TD, N, Suhu, dan pernapasan)
spontan (gusi, 3. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium
hidung, secara berkala (darah lengkap)
hematemesis 4. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang
dan melena) disertai tanda klinis
2. Trombosit 5. Monitor trombosit setiap hari
dalam batas 6. Kolaborasi dalam pemberian transfusi
normal (trombosit consetrate)
(150.000/Ul)
3. Ttv dalam
rentang normal

6. Gangguan Setelah dilakukan 1. Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal,


rasa nyaman: tindakan seperti ekspresi wajah, posisi tubuh, gelisah,
Nyeri keperawatan menangis/ meringis,bmenarik diri, diaphoresis,
berhubungan selama 3x24 jam perubahan frekuensi jantung/ pernapasan,
dengan gangguan rasa tekanan darah.
hepatomegali nyaman terkontrol/ 2. Evaluasi perilaku nyeri
berkurang ditandai 3. Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam)
dengan kriteria 4. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.
hasil:
1. Skala nyeri
berkurang (5)
2. Ekspresi
wajah relax
(5)
3. Bisa
menggunakan
teknik
relaksasi
dengan baik
(nafas dalam,
imajinasi) (5)
4. Intensitas
nyeri
berkurang (5)
7. Kurang Setelah dilakukan Teaching : disease Process
pengetahuan tindakan 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
berhubungan keperawatan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
dengan selama 3x24 jam, 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
penyakitnya diharapkan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
pengetahuan klien dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
dan keluarga ttg 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
penyakitnya pada penyakit, dengan cara yang tepat
meningkat 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang
Kriteria Hasil : tepat
1. Pasien dan 5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna
keluarga cara yang tepat
menyatakan 6. Sediakan informasi pada pasien tentang
pemahaman kondisi, dengan cara yang tepat
tentang 7. Hindari jaminan yang kosong
penyakit, 8. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi
kondisi, tentang kemajuan pasien dengan cara yang
prognosis dan tepat
program 9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
pengobatan (5) mungkin diperlukan untuk mencegah
2. Pasien dan komplikasi di masa yang akan datang dan atau
keluarga proses pengontrolan penyakit
mampu 10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
melaksanakan 11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
prosedur yang mendapatkan second opinion dengan cara yang
dijelaskan tepat atau diindikasikan
secara benar (5) 12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau
3. Pasien dan dukungan, dengan cara yang tepat
keluarga 13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di
mampu komunitas lokal, dengan cara yang tepat
menjelaskan 14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala
kembali apa untuk melaporkan pada pemberi perawatan
yang dijelaskan kesehatan, dengan cara yang tepat
perawat/tim
kesehatan
lainnya (5)
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2007). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas
Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta.

Ngastiyah (2011). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC.


Jakarta.

Herdam H.T (2012). NANDA Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Jakarta: EGC
Morhead, Sue,. et al. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth
Edition. Missouri: Mosby
Bulechek, Gloria, M., et al. (2013) Nursing Interventions Classification (NIC).
Sixth Edition. Missouri: Mosby

Anda mungkin juga menyukai