OLEH :
MADE ARIS GITA YOGESWARA
NIM : 20089142215
1. Pengertian
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan
adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2007). Dengue Haemoragic Fever
(DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus (arthropodborn virus) dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus (Ngastiyah,
2011). Adapun klasifikasi DHF menurut WHO sebagai berikut:
a. Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan (uji tourniquet
positif).
b. Derajat II
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.
c. Derajat III
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmHg,
kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi).
d. Derajat IV
Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur.
2. Penyebab
a. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan
4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu
dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus
ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai
macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK
(Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.
b. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain
merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita,2007).
c. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe
lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah
mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk
kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus
dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari
ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990).
4. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal
tersebut menyebabkan pengaktifan komplemen sehingga terjadi komplek imun Antibodi–
virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin,
serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga
terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+
dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan
permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanya
komplek imun antibodi–virus juga menimbulkan Agregasi trombosit sehingga terjadi
gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal tersebut
menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika shock
tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis
metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan
sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia
jaringan. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat
hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam
kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh
manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen sehingga
dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler
sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular, (2)
agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan
fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari
sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau
mengaktivasi faktor pembekuan. Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1)
peningkatan permiabilitas kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh
vaskulopati; trombositopenia; dan kuagulopati (Arief Mansjoer &Suprohaita, 2007).
5. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan luas.
b. Shock atau renjatan.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran.
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Ig.G dengue positif
b. Trombositopenia
c. Hemoglobin meningkat
d. Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat)
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hiponatremia dan
hipokalemia
f. Pada hari kedua dan ketiga terjadi lekopenia, netropenia, aneosinophilia,
peningkatan limposit, monosit dan basofil
g. SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat
h. Ureum dan Ph darah mungkin meningkat
i. Waktu pendarahan memanjang
j. Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolik: PCO2 <
35 – 40 mm Hg, HCO3 rendah
2. Pemeriksaan serologi
Pada pemeriksaan ini di lakukan pengukuran literantibodi pasien dengan cara
haemaglutination nibitron test (HIT test) atau dengan uji peningkatan komplemen
pada pemeriksaan serologi di butuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut
atau demam dan masa penyembuhan ( 104 minggu setelah awal gejala penyakit )
untuk pemeriksaan serologi ini di ambil darah vena 2 – 5 ml
3. Pemeriksaan sianosis yang menunjang antara lain foto thorak mungkin di jumpai
pleural effusion, pemeriksaan USG hepatomegali dan splenomegali
7. Penanganan/Penatalaksanaan
Medik
a. DHF tanpa Renjatan
1) Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
2) Obat antipiretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
3) Jika kejang maka dapat diberi luminal ( anticonvulsan ) untuk anak <1 th dosis
50 mg IM dan untuk anak >1th 75 mg IM. Jika 15 menit kejang belum teratasi ,
beri lagi luminal dengan dosis 3 mg / Kg BB anak <1 th dan pada anak >1th
diberikan 5 mg/ Kg BB.
4) Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
b. DHF dengan Renjatan
1) Pasang infus RL
2) Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30
ml/ kg BB )
3) Tranfusi jika Hb dan Ht turun
Keperawatan
a. Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam
1) Pemeriksaan Hb, Ht, Trombosit tiap 4 Jam
2) Observasi intake - output
3) Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3
jam ,
4) Pada pasien DHF derajat II : Pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Thrombosit, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah
menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
5) Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri O2
pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi produksi
urine tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombosit.
b. Resiko Perdarahan
1) Obsevasi perdarahan : Peteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
2) Catat banyak, warna dari perdarahan
3) Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan Tractus Gastro Intestinal
c. Peningkatan suhu tubuh
1) Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
2) Beri minum banyak
3) Berikan kompres
8. WOC DHF
Hypothalamus
Hipertermi
Mual,muntah,anoreksia suplai O2
(Ngastiyah, 2011).
9. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk mendapatkan data
yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan . pengkajian pada pasien
dengan “DHF” dapat dilakukan dengan teknik wawancara, pengukuran, dan
pemeriksaan fisik. Adapun tahapan-tahapannya meliputi :
1) Mengkaji data dasar, kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual pasien dari berbagai
sumber (pasien, keluarga, rekam medik dan anggota tim kesehatan lainnya).
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk memenuhi
kebutuhan pasien.
3) Kaji riwayat keperawatan.
4) Kaji adanya peningkatan suhu tubuh ,tanda-tanda perdarahan, mual, muntah, tidak
nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok (denyut nadi
cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama pada ekstrimitas,
sianosis, gelisah, penurunan kesadaran).
b. Diagnosa Keperawatan
1) Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler,
perdarahan, muntah dan demam.
2) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
tidak ada nafsu makan.
4) Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi
5) Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
c. Intervensi Keperawatan
TUJUAN DAN
Dx.
No KRETERIA INTERVENSI
Keperawatan
HASIL
1. Hipertermia Setelah dilakukan Fever treatment
b/d proses tindakan 1. Monitor suhu sesering mungkin
infeksi virus keperawatan 2. Monitor IWL
dengue selama x jam, 3. Monitor warna dan suhu kulit
menunjukkan 4. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
temperatur dalam 5. Monitor penurunan tingkat kesadaran
batas normal 6. Monitor WBC, Hb, dan Hct
dengan 7. Monitor intake dan output
Kriteria Hasil : 8. Berikan anti piretik
1. Bebas dari 9. Berikan pengobatan untuk mengatasi
kedinginan penyebab demam
2. Suhu tubuh 10. Selimuti pasien
dalam rentang 11. Lakukan tapid sponge
normal 36,5- 12. Kolaborasipemberian cairan intravena
37,5 13. Kompres pasien pada lipat paha dan
3. Mukosa bibir aksila
lembab 14. Tingkatkan sirkulasi udara
4. Kulit tidak 15. Berikan pengobatan untuk mencegah
teraba panas terjadinya menggigil
5. Nadi dan RR
dalam rentang Temperature regulation
normal 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
6. Tidak ada 2. Rencanakan monitoring suhu secara
perubahan kontinyu
warna kulit dan 3. Monitor TD, nadi, dan RR
tidak ada pusing 4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
9. Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif
dari kedinginan
10. Beritahukan tentang indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan emergency yang
diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
12. Berikan anti piretik jika perlu
Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2007). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas
Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta.