Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1 Kegiatan
1. Pemaparan materi Wawasan Umum tentang rumah sakit oleh dr Siti Asiyah Anggraeni,
M.M.
2. Pemaparan materi Wawasan tentang INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT apt. Ari
Kurnianingsih, S.Si., M.Farm Klin.
3. Pemaparan materi Wawasan tentang KFT oleh apt. Ari Kurnianingsih, S.Si., M.Farm
Klin.
4.2
4.3 Pembahasan :
4.3.1 Wawasan Umum tentang Rumah Sakit
Pada kegiatan pemberian wawasan tentang rumah sakit, materi disampaikan oleh dr
Siti Asiyah Anggraeni, M.M. Rumah sakit dalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Tugas dari rumah sakit adalah
melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan
terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan. Adapun,
fungsi rumah sakit antara lain: menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang
medik dan non medik, pelayanan dan asuhan keperawatan, pelayanan rujukan, pendidikan
dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, administrasi umum dan keuangan. Rumah sakit
juga memiliki sarana prasarana, yang terdiri dari :
1. rawat jalan;
2. ruang rawat inap;
3. ruang gawat darurat;
4. ruang operasi;
5. ruang tenaga kesehatan;
6. ruang radiologi;
7. ruang laboratorium;
8. ruang sterilisasi;
9. ruang farmasi;
10. ruang pendidikan dan latihan;
11. ruang kantor dan administrasi;
12. ruang ibadah, ruang tunggu;
13. ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit;
14. ruang menyusui;
15. ruang mekanik;
16. ruang dapur;
17. laundry;
18. kamar jenazah;
19. taman;
20. pengolahan sampah; dan pelataran parkir yang mencukupi.
Rumah sakit juga dapat dibedakan berdasarkan beberapa kategori. Apabila dibedakan
berdasarkan pelayanannya rumah sakit terdiri dari 2 jenis, yang pertama rumah sakit umum
yang mana rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis
penyakit. Sedangkan, yang kedua ialah rumah sakit khusus yang memberikan pelayanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan
umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Berdasarkan pengelolaannya rumah
sakit dibagi menjadi 2, yaitu : rumah sakit publik dan rumah sakit privat/swasta. Rumah sakit
publik dapat dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan badan hukum yang berumah
sakitifat nirlaba, dan diselenggarakan berdasarkan pengelolaan badan layanan umum atau
badan layanan umum daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
tentunya tidak bisa menjadi rumah sakit privat. Sedangkan, rumahsakit privat dikelola oleh
badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perumah sakiteroan terbatas atau
perumah sakitero milik yayasan: yayasan tertentu, organisasi keagamaan (muhammadiyah),
organisasi perorangan, kelompok dan jaringan nasional atau internasional. Tipe rumah sakit
juga ada yang dibedakan berdasarkan pendidikan dan non pendidikan :
Kepemilikan dari suatu rumah sakit, dapat berupa Rumah Sakit Milik Masyarakat
( Sukarela), ataupun Rumah Sakit Pemerintah, seperti rumah sakit umum pusat : secara
vertikal milik departemen kesehatan, rumah sakit umum daerah : milik Pemda setempat,
rumah sakit militer : POLRI, rumah sakit BUMN : Pertamina. Berdasarkan Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2015 Tentang Pedoman Organisasi Rumah
Sakit, pendirian organisasi rumah sakit disesuaikan dengan besarnya kegiatan dan beban
kerja rumah sakit. struktur organisasi rumah sakit harus membagi habis seluruh tugas dan
fungsi rumah sakit.
Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas: kepala Rumah Sakit atau direktur
Rumah Sakit; unsur pelayanan medis; unsur keperawatan; unsur penunjang medis; unsur
administrasi umum dan keuangan; komite medis; dan satuan pemeriksaan internal. Desain
rumah sakit ada beberapa macam:
4) Desain program : semi dual authority, pembagian berdasar jenis produk, departemen
bertanggung jawab terhadadap kualitas program, manajer pelayanan bertanggung jawab
terhadap manajemen program, berorientasi kepada pasien, biasa dierapkan pada rumah
sakit akademik atau pendidikan. Berikut contoh skema desain program.
Dalam mengatur setiap tugas yang dilakukan oleh sumber daya di rumah sakit perlu
didirikannya beberapa komite. Komite yang pertama ialah, komite medik yang bertugas
dalam menerapkan tata kelola klinis (clinical govermance) agar staf medis rumah sakit
terjaga profesionalisme melalui kredensial (proses evaluasi terhadap staf medis untuk
menentukan kelayakan diberikan kewenangan klinis), penjagaan mutu profesi medis dan
pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis staf medis dokter, dokter gigi, dokter
spesialis, dan dokter gigi spesialis di rumah sakit. Dalam kelompok staf medis terdiri atas
dokter dengan satuan terkecil yang minimal terdiri atas 2 orang, yang befungsi sebagai
pelaksana pelayanan medis, pendidikan danpelatihan serta penelitian dan pengembangan di
bidang medis.
Selain komite medis, juga terdapat komite keperawatan, berdasarkan Peraturan
Mentri Kesehatan Nomor 49 tahun 2013 tentang Komite Keperawatan Rumah Sakit, komite
keperawatan mempunyai fungsi meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan yang
bekerja di rumah sakit dengan cara: melakukan kredensial bagi seluruh tenaga keperawatan
yang akan melakukan pelayanan keperawata dan kebidanan di rumah sakit, memelihara mutu
profesi tenaga keperawatan, menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi perawat dan bidan.
Selain komite keperawatan juga terdapat komite pencegahan penanggulangan infeksi,
mengingat rumah sakit merupakan sumber infeksi nosokomial, komite ini terdiri dari
berbagai disiplin / unit, yang bertugas membantu direktur rumah sakit dalam perencanaan,
pengorganisasian & evaluasi pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan infeksi di rumah
sakit. Adapula komite keselamatan pasien yang bertugas membantu direktur dalam
perencanaan, pengorganisasian, & evaluasi pelaksanaan manajemen resiko di rumah sakit.
Terdapat mekanisme unik yang terdapat pada rumah sakit yakni, sistem rujukan.
Sistem rujukan kesehatan di negara Indonesia telah dirumuskan dalam Permenkes No. 01
tahun 2012. Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara
timbal balik baik secara vertikal maupun horiontal. Dimana, akan terdapat penggolongan
fasilitas kesehatan yang terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu: pelayanan kesehatan tingkat
pertama, pelayanan kesehatan tingkat kedua, pelayanan kesehatan tingkat ketiga. Berikut
skema jenis-jenis rujukan
Berikut skema alur rujukan rumah sakit
Tenaga manusia merupakan ketenagaan central dalam manajemen suatu rumah sakit.
Kemampuan yang ada pada manusia meliputi : Pengetahuan, keterampilan, serta sikap
mental. Namun, tentunya dari semua bentuk sumberdaya terumah sakitebut diperlukan
adanya pengelompokan, yang disebut dengan deparmentalisasi rumah sakit. Deparmentalisasi
rumah sakit sendiri ditujukan untuk menghasilkan output yang sejenis dan berkualitas. Secara
garis besarnya dapat dibedakan menjadi 3, antara lain :
a. kelompok pelayanan medis langsung, meliputi : unit perawatan langsung, unit rawat
jalab, unit bedah, ICU, kebidanan dan perinatologi
Fungsi manajemen ketenagaan dibagi menjadi 2, yaitu fungsi manajerial yang terdiri
atas: planning, organizing manager, leading, dan controlling. Dan fungsi operasional dan
administratif yang terdiri dari : pengadaan tenaga, pembinaan dan pengembangan, penilaian
kinerja, kompensasi, integritas dan pemeliharaan tenaga, hubungan industrial, audit SDM,
PHK. Karena sifatnya yang padat karya maka rumah sakit mmeiliki beragam aktivitas yang
memerlukan tenaga. Menurut PP No. 32/1996 tenaga kesehatan dikelompokkan kedalam
jenis tenaga : medis, keperawatan, ketehnisan medis, kesehatan masyarakat, kefarmasian,
laboratorium, keterapian fisik. Sedangkan jenis tenaga kerja yang bermasalah di rumah sakit
ialah : mereka yang pemilih, mereka yang diam/acuh, mereka yang merasa tahu segala hal,
mereka yang melanggar aturan, mereka yang suka membangkang, dan mereeka yang tidak
kooperatif dalam aturan berumah sakitama.
Dalam perjalanan karir suatu rumah sakit, diperlukannya suatu mutu yang berkualitas,
oleh karena itu dibentuklah sistem akreditasi, untuk membentuk suatu sistem pelayanan yang
memenuhi standar dan menjamin kepuasan. Kegiatan ini dimulai dari pembakuan sistem
mutu, kemudian dilakukan program-program dan kegiatan untuk mengendalikan mutu yang
tentunya dengan menggunakan prtimbangan safety, efficacy, efficiency sehingga mampu
memenuhi kebutuhan dan harapan pasien. dalam membangun sistem mutu pelayanan rumah
sakit, terdapat 8 dimensi yang harus diperhatikan untuk fokus pada target kebutuhan
masyarakat, yaitu : access, effectiveness, efficiency, safety, continuity of care, technical
competence, amenities, human relationship. Namun, disisi lain rumah sakit juga harus
menjunjung tinggi tanggung jawab moralnya sebagaipelaksana pelayanan kesehatan dan juga
memikirka pendapatan untuk memutar roda keuangan rumah sakit. Akreditasi merupakan
suatu penilaian berdasarkan standar nasional, yang dilakukan oleh KARS (Komisi Akreditasi
Rumah Sakit), secara berulang dengan Interval yang regular, diimulai dengan self assessment
yang dilakukan oleh badan yang legitimate. Akreditasi Rumah Sakit mencakup penilaian
terhadap fisik bangunan, yankes, perlengkapan, obat-obatan, ketenagaan & administrasi,
sekurang-kurangnya dilakukan setiap 3 tahun sekali. Tujuan adanya akreditasi ialah memacu
rumah sakit memenuhi standaryang ditetapkan oleh menteri kesehatan, sehingga mutu rumah
sakit dapat dipertanggungjawabkan, yang berdampak diperhatikannya hak pasien, dan
keamanan dan keselamatan pasien. Akreditasi dilakukan secara bertahap :
Terdiri atas : admin, GD, yanmed, keperawatan, RM. Wajib untuk semua rumah
sakit, dasar hukum sk menkes spm rumah sakit kab/kota.
Meliputi yan : admin, yanmed, GD, RM, perawatan, K-3, farmasi, lab, radiologi, KO,
perinatal resiko tinggi, infeksi nosocomial. Berumah sakitifat sukarela.
• Dalam pelaksanaan akreditasi rumah sakit, rumah sakit boleh memilih akreditasi 5
yan, 12 yan atau 16 yan tergantung kemampuan rumah sakit. rumah sakit yang telah
diakreditasi, boleh mengajukan akreditasi ulang, boleh memilih tetap 5 yan atau
meningkat menjadi 12 yan tergantung kemampuan rumah sakit. Pelaksanaan
akreditasi berdasarkan POARS, jadwal propinsi, jadwal KARS ditentukan oleh KARS
dirangkum menjadi jadwal survei akreditasi. Untuk melakukan penilaian akreditasi
disusun instrumen akreditasi dengan mengacu pada standar pelayanan rumah sakit
skoring 0 – 5, tidak ada pembobotan baik utk standar maupun parameter. Dilengkapi
dengan definisi operasional (DO), cara pembuktian (CP) yang meliputi dokumentasi,
observasi & wawancara, sampling. aspek yang dinilai di lakukan secara bertahap
mulai dari struktur, proses, output/ outcome (indikator klinis). instrumen akreditasi
RSK & RSJ memakai instrumen RSU ditambah penjelasan tambahan.
4.3.2 Wawasan tentang Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Untuk kegiatan dihari berikutnya, berupa pemberian wawasan terkait instalasi farmasi
rumah sakit yang disampaikan oleh ibu apt. ari kurnianingsih, S.Si., M.Farm.Klin. selaku
kepala instalasi farmasi rumah sakit blambangan. Pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai sebagaimana termuat dalam Permenkes 72 Tahun
2016 merupakan tanggung jawab Apoteker. Apoteker juga bertanggung jawab dan menjamin
seluruh rangkaian kegiatan perbekalan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas, manfaat, dan
keamanannya. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan
administrasi yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan Kefarmasian. Pengelolaan tersebut
harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif
untuk menjamin mutu dan biaya. Hal ini sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang menyatakan bahwa Pengelolaan Alat
Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan
oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu melalui Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
dengan Depo terkait berupa Depo Logistik/Gudang. Sistem satu pintu adalah kebijakan yang
bertujuan mengutamakan kepentingan pasien, selain itu juga pihak Rumah Sakit akan
mendapatkan manfaat dalam hal: