Anda di halaman 1dari 7

EVALUASI AKADEMIK

Nama : CINTIA NENCY WAHNINGYU, S.Pd.


NDH : 05
Kelompok : 1
Angkatan : XXXIII

Polemik Dana Desa yang Melahirkan Desa Fiktif


Setiap tahun, pemerintah mengalokasikan triliunan rupiah dana desa di dalam Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN). Jumlah tersebut terus meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah desa yang menerima bantuan. Tahun 2020 misalnya, dana desa yang akan
dialokasikan pemerintah sebesar Rp 72 triliun. Jumlah itu naik Rp 2 triliun bila dibandingkan
alokasi pada tahun 2019.Presiden Joko Widodo mengungkapkan, peningkatan dana desa
dilakukan sebagai upaya untuk pemberdayaan masyarakat desa dan pengembangan potensi
ekonomi desa. Sehingga, diharapkan dapat mempercepat peningkatan kesejahteraan dan taraf
hidup masyarakat desa. "Di samping itu, dana desa diharapkan dapat mendorong inovasi dan
entrepreneur baru, sehingga produk-produk lokal yang dimiliki oleh setiap desa dapat dipasarkan
secara nasional, bahkan global melalui marketplace," ucap Jokowi saat menyampaikan pidato
nota keuangan di Kompleks Parlemen, 16 Agustus lalu.Ironisnya, harapan peningkatan
kesejahteraan itu pupus. Maraknya kabar keberadaan desa fiktif di sejumlah wilayah Tanah Air
menjadi indikasi bahwa dana desa yang selama ini dikucurkan pemerintah pusat hanya sekedar
menjadi bancakan untuk dibagi-bagi oleh oknum tidak bertanggung jawab di daerah. Desa
fiktifTemuan desa fiktif tersebut salah satunya berada di Kabupaten Konawe, Sulawesi
Tenggara. Kepolisian daerah setempat memperoleh informasi adanya 56 desa yang terindikasi
fiktif. Tim khusus pun telah diterjunkan untuk melakukan pengecekan fisik di 23 desa yang tidak
terdata di Kementerian Dalam Negeri maupun Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara. Kepala
Subdit Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Polda Sultra, Kompol Dolfi Kumaseh
mengatakan, dari 23 desa yang telah dicek, dua desa di antaranya diketahui tidak memiliki
penduduk sama sekali. Namun, Dolfi masih merahasiakan identitas desa tersebut lantaran masih
dalam proses penyelidikan. "Penyidik sudah periksa saksi dari Kemendagri, kemudian ahli
pidana dan ahli adiministrasi negara.Telah dilakukan pemeriksaan fisik kegiatan dana desa
bersama ahli lembaga pengembangan jasa konstruksi," ujar Dolfi, di ruang kerjanya, Kamis
(7/11/2019). Di lain pihak, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) siap turun tangan untuk
membantu Polda Sulawesi Tenggara menangani kasus yang terindikasi ada dugaan tindak pidana
korupsi ini. "Salah satu bentuk dukungan KPK adalah memfasilitasi keterangan para ahli pidana
dan kemudian dilanjutkan gelar perkara bersama 16 September 2019," kata Juru Bicara KPK
Febri Diansyah dalam keterangan tertulis, Rabu (6/11/2019).Dalam kasus ini, KPK mengindikasi
adanya 34 desa yang bermasalah. Tiga desa fiktif, sedangkan 31 lainnya ada tapi surat keputusan
pembentukannya dibuat dengan tanggal mundur. Sementara, ketika desa tersebut dibentuk
sedang berlaku kebijakan moratorium dari Kemendagri. Sehingga untuk bisa mendapatkan dana
desa harus dibuat tanggal pembentukan backdate.Perkara ini kemudian telah naik ke tahap
penyidikan dan membutuhkan keterangan ahli pidana. "Akan dilakukan pengambilan keterangan
ahli hukum pidana untuk menyatakan proses pembentukan desa yang berdasarkan peraturan
daerah yang
dibuat dengan tanggal mundur (backdate),merupakan bagian dari tindak pidana dan dapat
dipertanggungjawabkan atau tidak," ucap Febri. Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani
menilai, desa fiktif mulai bermunculan setelah pemerintah secara rutin mengucurkan dana desa
setiap tahun. Momentum inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggung
jawab untuk untuk membentuk desa baru. "Kami mendengar beberapa masukan karena adanya
transfer ajeg dari APBN maka sekarang muncul desa-desa baru yang bahkan tidak ada
penduduknya. Hanya untuk bisa mendapatkan (dana desa)," ujar Sri Mulyani saat rapat kerja
evaluasi kinerja 2019 dan rencana kerja 2020 bersama dengan Komisi XI DPR RI,Senin
(4/11/2019).Hingga September 2019, penyaluran dana desa baru mencapai Rp 44 triliun atau
62,9 persen dari total alokasi Rp 70 triliun pada tahun ini. Serapan ini turun bila dibandingkan
periode sebelumnya yang mencapai 63,2 perse atau sekitar Rp 37,9 triliun.Verifikasi lemahPihak
Istana Kepresidenan bukannya tutup mata dan telinga melihat realita ini. Jokowi bahkan
menegaskan, akan mengejar oknum pelaku yang sengaja memanfaatkan kucuran dana desa untuk
kepentingan pribadi. "Kami kejar agar yang namanya desa-desa tadi diperkirakan, diduga, itu
fiktif, ketemu, ketangkep," kata Jokowi usai membuka acara Konstruksi Indonesia 2019 di
JIExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (6/11/2019).Menurut Jokowi, ada oknum yang dengan sengaja
menciptakan desa fiktif. Oknum tersebut memanfaatkan celah pengelolaan yang tidak mudah
dilakukan pemerintah, mengingat luasnya wilayah sebaran yang ada yaitu dari Sabang hingga
Merauke. Hingga kini, tercatat ada sekitar 78.400 desa yang tersebar di seluruh wilayah Tanah
Air. "Manajemen pengelolaan desa sebanyak itu tidak mudah. Tetapi, kalau informasi benar ada
desa siluman itu, misalnya dipakai plangnya saja, tapi desanya enggak, bisa saja terjadi,"
ucapnya.Di lain pihak, Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah
(KPPOD) Robert Endi Jaweng menilai, munculnya kasus desa fiktif menjadi indikasi bahwa
proses verifikasi di lapangan masih lemah. Sedianya, setiap desa memiliki kode wilayah yang
terdaftar di Kementerian Dalam Negeri. Desa yang ingin mendapatkan bantuan dari pemerintah
pusat, harus mengajukan usulan melalui pemerintah kabupaten/kota sebelum ke Kementerian
Keuangan. Adapun besaran alokasi bantuan untuk setiap wilayah tidak sama. Tergantung dari
letak geografis, jumlah penduduk, hingga tingkat kemiskinan. "Saat masuk ke Kemenkeu, ketika
memasukkan desa itu dalam variabel perhitungan kan tidak asal angkut begitu saja. Dia harus
koordinasi dengan Kemendagri yang punya kode wilayah, bahkan juga Kementerian Desa," kata
Robert saat dihubungi, Rabu (6/11/2019). "(Dengan kasus ini), berarti dari kabupaten/kota
langsung ke Kemenkeu dipakai tanpa ada koordinasi kiri-kanan dengan dua kementerian lain,"
imbuh dia.
Sementara itu, Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Budi
Arie Setiadi mengatakan, alokasi dana desa yang cukup besar memerlukan pengawalan
maksimal dari seluruh elemen masyarakat. Ia menambahkan, tidak boleh hanya sekedar menjadi
penonton ketika dana desa ini mulai dimanfaatkan. Justru, masyarakat lah yang harus berperan
aktif bila ada dugaan penyelewengan dana tersebut. "Kalau ada masalah, kita akan langsung cari
dan temukan solusi untuk mengatasinya. Rakyat jangan jadi penonton pembangunan.
Pengawasan dana desa terbaik adalah lewat peran aktif masyarakat," ucapnya.(Sumber:
Kompas.com. Edisi 7 November 2019. Penulis: Dani Prabowo)

Soal :
Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan persan
setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.

Jawaban :
Dilihat dari sudut pandang Wawasan Kebangsaan hal ini sangat bertentangan dengan
nilai wawasan kebangsaan, wawasan kebangsaan sendiri dapat diartikan sebagai konsepsi cara
pandang yang dilandasi akan kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara akan diri dan
lingkungannya di dalam kehidupan berbangsa dan bernagara, yaitu cara pandang yang dilandasi
oleh kesadaran diridalam bertindak di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. para oknum
tersebut tidak memiliki rasa peduli terhadap bangsa dan negara. oknum tersebut membohongi
diri sendiri, keluarga serta neggaranya, hal ini akan merusak citra bangsa di mata dunia.
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dilihat dari sudut pandang Bela Negara Dimana para pelaku tidak meliki kesadaran diri,
tidak meliki rasa peduli terhadap tanah air, dengan mudahnya membohongi negara, serta
membohongi diri sendiri dan keluarga. Sikap ini tentunya akan merusak citra negara di mata
dunia. Melihat situasi dan kondisi yang ada, kasus seperti ini harus segera ditangani dengan baik,
agar tidak sampai meraja lela. Kemudian sikap ini juga tidak sesuai dengan Manajemen ASN
dimana tidak atau belum melaksanakan tugas sesuai dengan hak dan kewajiban sebagai seorang
ASN dan bertentangan dengan tugas seorang ASN
Dilihat dari sudut pandang Isu Kontemporer dalam bacaan adalah terkait "manipulasi
data kenegaraan" dalam hal ini adalah kasus laporan keuangan dana desa. Jadi, pihak-pihak tidak
bertanggungjawab mencatatkan adanya nama desa tertentu untuk mendapatkan dana. karena
berkaitan dengan dana desa, maka pihak yang terkait adalah pengurus desa dan BPD yang
merupakan bagian dari aparatur sipil negara. Laporan tentang desa fiktif yang menjadi pemicu
terjadinya penggelapan dana desa sehingga berakibat pada pembengkakan alokasi dana desa
yang harus dikucurkan oleh pemerintah dan hal ini digunakan untuk kepentingan pribadi.
Masalah ini sangat bertentangan dengan nilai wawasan kebangsaan, yaitu cara pandang yang
dilandasi oleh kesadaran diri dalam bertindak di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Isu
semacam ini harus ditindak secara tegas oleh pihak berwajib supaya tidak merusak citra bangsa
dimata dunia.
Dilihat dari sudut pandang pelayanan publik, oknum tersebut juga menentang sikap
pelayanan publik dimana seharusnya dia melayani masyarakat dengan sebaik mungkin tetapi
justru menyalahgunakan anggaran dana desa dengan laporan fiktif belaka. Dimana para ASN ini
belum memunculkan sikap pemberian pelayanan kepada masyarakat (Pelayanan Publik), akan
tetapi malah menyalahgunakan anggaran dengan menggunakan data penduduk yang hanya fiktif
belaka.
Berdasrkan paparan kasus diatas terdapat beberapa aktor yang memiliki peran dan
berpengaruh pada permasalahan tersebut , diantaranya :
1. Pemerintah daerah Kabupaten Konawe sebagai lokasi kasus ditemukan, di mana
perannya adalah sebagai pelapor data desa kepada pemerintah pusat
2. Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara, perannya sebagai pihak yang berwenang untuk
mengadakan penyelidikan terkait keberadaan desa fiktif
3. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) perannya adalah bersama dengan POLDA
Sulawesi Tenggara mengadakan penyelidikan tentang keberadaan desa fiktif serta oknum
yang bertanggung jawab terhadap penyelewangan dana desa dari pemerintah
4. Kementerian Keuangan, perannya adalah sebagai pihak yang mencairkan dana dari
pemerintah kepada pemerintah desa
5. Kementrian Desa dan PDTT dan Kementrian Dalam Negeri sebagai pihak yang bertugas
melakukan pendataan desa di seluruh Indonesia

Soal :
Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai
dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap
aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak diterapkannya
nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI
berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Jawaban :
A.
Dilihat dari sudut pandang akuntabilitas, bentuk penerapan dan pelanggaran nilai dasar ASN,
dan pengtahuan tentang kedudukan dan peran ASN dan NKRI. Keterbukaan data dari POLDA, KPK dan
Kementrian keuangan urgensi peningkatan partisipasi masyarakat dalam pencegahan korupsi untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik di desa, karena masih tingginya angka kemiskinan yang ada di
desa. Kemudian besarnya alokasi dana desa yang dianggarkan pemerintah pusat untuk desa setiap
tahunnya.
Dilihat dari sudut pandang anti korupsi, kasus korupsi dana desa yang juga meningkat,
disebabkan dalam melaporkan data desa yang ada di daerahnya. Pemerintah daerah Kabupaten Konawe
tidak terbukakurangnya akuntabilitas pengelolaan keuangan desa dan partisipasi masyarakat
(mencerminkan sikap bela negara dan pelanggaran nilai dasar PMS yaitu akuntabilitas). adapun modus
korupsi yang terjadi di desa yakni penggelembungan anggaran, kegiatan/proyek fiktif, laporan
fiktif, penggelapan, dan penyalahgunaan anggaran (Konsep anti korupsi dan penegakkan birokrasi Negara
yang termaktub dalam konsep bela negara). Lebih lanjut, korupsi tersebut berdampak pada
langgengnya kemiskinan di desa, hilangnya potensi ekonomi di desa, hancurnya modal swadaya
masyarakat, dan terhambatnya demokrasi partisipasi desa.
Dilihat dari sudut pandang Pelayanan Publik, upaya yang dapat dilakukan dalam
peningkatan partisipasi masyarakat dalam pencegahan korupsi pengelolaan dana desa untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik di desa diantaranya dengan cara berikut: akses informasi
program dan anggaran desa yang memadai, adanya kesadaran untuk partisipasi masyarakat, akses
komunikasi terhadap perangkat desa oleh masyarakat, optimalisasi organisasi desa, dan optimalisasi
peran Badan Permusyawaratan Desa dalam menyalurkan aspirasi masyarakat dan pengawasan
jalannya Pemerintahan Desa, hal ini selaras dengan penerapan kedudukan dan peran PNS dalam NKRI.
Dilihat dari sudut pandang Nasionalisme pemerintah daerah Kabupaten Konawe tidak bisa
menjalankan kerjasama yang baik dengan pemerintah pusat dalam hal pelaporan data desa yang ada di
daerahnya, seharusnya mereka bisa menjalankan tugasnya dengan baik.
Dilihat dari sudut pandang komitmen mutu, pemerintah dalam hal ini melalui kementrian
keuangan berupaya memberikan dana desa untuk mendukung percepatan pembangunan dan peningkatan
kesejahteraan desa. kerjasama yang dibangun oleh POLDA Sulawesi Tenggara dan KPK dalam
melakukan penyidikan kasus desa fiktif sehingga dapat cepat teratasi.

B.
Dari kasus tersebut dampak yang ditimbulkan tidak diterapkannya nilai – nilai dasar PNS
adalah merugikan masyarakat luas serta menimbulkan ketidak percayaan masyarakat terhadap sistem
pemerintahan, yaitu menyebabkan kas negara menipis, pembangunan terhambat akibat dana yan
dicairkan tidak tepat sasaran. Adapun koneksitas efektivitas pencegahan korupsi, antara korupsi dana
desa dengan modus- modusnya tersebut dan partisipasi masyarakat sebagai berikut: penggelembungan
anggaran dapat dicegah dengan adanya akses informasi program dan anggaran desa yang
memadai; Kegiatan/proyek fiktif dapat dicegah dengan adanya akses informasi memadai dan
partisipasi aktif masyarakat desa; Laporan fiktif dapat dicegah dengan adanya akses informasi
memadai dan peran optimal BPD; Penggelapan dapat dicegah dengan adanya kesadaran partisipasi
masyarakat dan akses komunikasi masyarakat dengan perangkat desa; dan Penyalahgunaan
anggaran dapat dicegah dengan optimalnya peran pengawasan organisasi yang ada di desa dan
BPD. (Hal itu mencerminkan konsep ANEKA). Selain itu juga bedampak merugikan diri sendiri
karena sudah pasti akan menerima sanksi hukuman.

Soal : Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan


konteks deskripsi kasus
Alternatif pemecahan masalah yang bisa dilakukan adalah adanya sistem informasi terpadu atau
satu pintu informasi dari 3 kementrian yang terkait, yaitu kemendagri, Kemenkeu, dan
kementrian desa dan PTT yang bisa mencocokan data jumlah desa, yaitu: 1. Memperketat sistem
pengalokasian dana agar tidak mudah terbobol, dimana mulai dari
1. Pemerintah Kabupaten/ Kota, Kemendes, Kementerian Keuangan (Kemenkau) dan
Kementerian dalam negeri (Kemedagri ) harus benar-benar lebih teliti agar tidak terjadi lagi
kasus desa fiktif atau harus melakukan kerjasama dengan lebih baik (WoG)
2. Proses verivikasi di lapangan perlu ditingkatkan (pelayanan publik)
3. Pengawalan maksimal dari seluruh masyarakat, yang artinya masyarakat harus ikut
memantau dana yang dikucurkan ke desa-desa (salah satu bentuk kewajiban masyarakat
yang mencerminkan rasa Nasionalisme terhadap negara serta mencerminkan sikap bela
negara )
4. Pengawasan KPK yang perlu diterapkan untuk langsung terjun ke lapangan (sikap KPK
yang memiliki komitmen terhadap bangsa dan negara, rela langsung turun ke lapangan
untuk memantau, mengecek sesuai tugas KPK dengan melihat kondisi real atau kondisi
lingkungan yang sebenarnya dan ini sebagai penerapan wujud sikap anti korupsi)
5. pelaksanaan program pelayanan publik dapat terlaksana secara efektif dan efisien
sesuai kebutuhan masyarakat desa setempat. Hal itu mencerminkan konsep komitmen
mutu.
6. Pencegahan korupsi dalam pengelolaan dana desa adalah berusaha untuk mengenali
berbagai macam modus tindak pidana korupsi yang ada di desa, meningkatkan capasity
building para perangkat desa serta penguatan kapasitas pendamping desa. Hal itu
mencerminkan konsep anti korupsi.
7. perlu dibentuk inisiatif bersama antara pemerintah dan masyarakat sipil untuk
mensinergikan inovasi dalam mengawal dana desa seperti membuat Open Data Keuangan
Desa. Inovasi ini bisa memperbaiki tata kelola desa sekaligus mencegah korupsi. Hal itu
mencerminkan konsep komitmen mutu.
8. Perlu juga pengawasan informal di mana perlu keterlibatan masyarakat desa. Karena itu,
pemerintah desa perlu membuka akses informasi. Hal itu mencerminkan konsep
akuntabilitas. 5. penindakan dan pemberiaan efek jera. Penindakan bisa dilakukan oleh
kepolisian, kejaksaan dan KPK. Karena sumber daya manusia KPK terbatas, maka peran
terbanyak sebaiknya diambil kepolisian dan kejaksaan sehingga tidak ada pelanggaran
hukum dalam pengelolaan dana desa dalam kaitannya dengan munculnya desa fiktif. Hal itu
mencerminkan konsep anti korupsi

Soal :
Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan pemecahan
masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Jawaban :
Konsekuensi penerapan alternatif pemecahan masalah:
1. Kode wilayah: terkait pengkodean wilayah tentunya nanti akan berimbas pada semakin
banyaknya tugas dari di Kementrian dalam negeri untuk melakukan verifikasi data dan
memberikan/membuat kode-kode wilayah (Komitmen mutu) dimana sesuai dengan tugas
dan kewajibannya harus dilaksanakan dengan baik meskipun berat.
2. Perlunya sosialisasi dan kerjasama yang berkesinambungan antara instansi dengan
menerapkan pendekatan WoG dalam pemerintahan agar tidak terjadi lagi kesalahan atau
kasus desa fiktif.
3. Perlunya pengusutan tuntas dan mendalam baik dari segi hukum maupun ekonomi terkait
polemik dana desa fiktif dan peran serta dari masyarakat mengenai alokasi dana desa yang
cukup besar memerlukan pengawalan maksimal dari seluruh elemen masyarakat
(mencerminkan sikap bela negara), tidak boleh hanya sekedar menjadi penonton ketika dana
desa ini mulai dimanfaatkan. Justru, masyarakat lah yang harus berperan aktif bila ada
dugaan penyelewengan dana tersebut.
4. Jika memang benar terjadi korupsi, maka perlu diruntut lebih dalam, mulai dari akar, agar
terkuap siapa saja yang turut serta dalam menikmati kucuran dana desa fiktif tersebut,
karena pastinya tidak hanya dari bawah, namun di tingkat atas pun akan mengambil.

Selain itu pemerintah menindak lanjuti rekomendasi dari KPK agar proses
pengelolaan dana desa diubah sistemnya menjadi sederhana dan tidak tumpah tindih. apalagi,
berdasarkan regulasi yang ada saat ini, ada tiga kementerian yang mengurusi dana desa, yakni
Kemdagri yang melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan desa;
Kementerian Keuangan untuk penyaluran dana desa; dan Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi untuk penggunaan dana desa. Hal itu mencerminkan konsep
anti korupsi.

Anda mungkin juga menyukai