Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No.

2 ISSN 1858-4330

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TELUR AYAM BURAS TERHADAP


FERTILITAS, DAYA TETAS TELUR DAN BERAT TETAS
THE INFLUENCES OF THE PERIOD OF HATCH EGGS STORAGE PERIOD
TO FERTILITY AND, EGGS HATCH ABILITY AND WEIGHT OF HATCH
NATIVE CHICKEN

Muhammad Adnan Senong Zakaria


Program Pasca Sarjana Ilmu dan Teknologi Peternakan UNHAS

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fertilitas, daya tetas dan berat telur tetas ayam
buras pada lama penyimpanan telur yang berbeda dengan menggunakan mesin tetas.
Banyaknya telur yang ditetaskan berjumlah 120 butir, yang terdiri atas penetasan pertama
60 butir telur dan sesudah itu dilanjutkan dengan penetasan ke dua sebanyak 60 butir telur.
Lama penyimpanan telur tidak berpengaruh nyata terhadap fertilitas telur dan berat tetas
anak ayam buras. Lama penyimpanan telur berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya tetas
telur. Antara lama penyimpanan tiga hari nyata lebih tinggi (80%) dibandingkan dengan
lama penyimpanan empat hari (73,33%), lima hari (73,33%) dan enam hari (60,02%).
Antara lama penyimpanan empat hari dan lima hari nyata lebih tinggi persentase daya
tetasnya dibandingkan dengan enam hari (60,02%), sedangkan lama penyimpanan empat
hari dengan lima hari tidak berbeda nyata terhadap daya tetas telur.
Kata kunci: Telur tetas ayam buras, lama penyimpanan telur

ABSTRACT
This research aimed to find information about the influences of the period of hatch eggs
storage period to fertility and, eggs hatch ability and weight of hatch native chicken. The
number of eggs hatched were 120 eggs that consisted of first hatching as many as 60 eggs
and then second hatching were 60 eggs. The storage period of eggs does not influence
significantly to egg fertility and native chick hatch weight. The storage period of eggs
influence significantly (P<0,05) to egg hatch ability. Between three days storage period is
higher significantly (80 %) than four days storage period (73,33%), five days (73,33%) and
six days (60,02%). Between four days and five days, its ability percentage is higher
significantly than six days (60,02%), whereas between the four days storage period and
five days is not significantly different in eggs hatch ability.
Keywords: Native chicken hatch eggs, storage period of eggs

PENDAHULUAN ternak yang telah memasyarakat dan me-


nyebar di seluruh pelosok nusantara bah-
Ayam buras (bukan ras) atau yang lazim
kan memiliki peranan yang cukup besar
di kenal dengan ayam kampung merupa-
yaitu sebagai penghasil telur dan daging.
kan salah satu potensi sumber daya alam
yang perlu dilestarikan. Di Indonesia Menurut Sudaryani dan Santoso (1994)
ayam buras merupakan salah satu jenis bahwa ada dua masalah penting yang ma-

97
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 1858-4330

sih terlihat di dalam pemeliharaan ayam terhadap fertilitas, daya tetas telur dan
buras di pedesaan yaitu (1) sulitnya me- berat tetas anak ayam buras.
lakukan pengawasan dan pengendalian pe- Dalam satu kali siklus bertelur induk
nyakit, (2) kurangnya perhatian peternak ayam, rata-rata dapat menghasilkan 10
karena usaha pemeliharaan ayam buras butir bahkan lebih, kemudian induk ayam
dianggap kurang memberikan tambahan tersebut mengerami telurnya. Oleh karena
penghasilan yang berarti. Selanjutnya di- itu perlu diketahui bahwa pada umur
kemukakan bahwa sebenarnya peluang penyimpanan yang mana akan diperoleh
pasar usaha pemeliharaan ayam buras cu- fertilitas dan daya tetas yang lebih tinggi
kup besar, karena masyarakat lebih me- serta bagaimana dengan berat tetas anak
nyukai telur maupun daging ayam buras ayam buras yang dihasilkan dari penge-
dibandingkan dengan ayam ras. raman tersebut.
Apabila ditinjau dari segi populasi, ayam
buras sangat lambat perkembangannya, te-
tapi dapat beradaptasi dengan cepat ter- BAHAN DAN METODE
hadap lingkungannya. Namun sistem pe- Penelitian ini berlangsung pada bulan
meliharaan oleh petani pada umumnya Oktober sampai November 2008, bertem-
tradisional yaitu ayam dipelihara lepas be- pat di CV. Fauna Mulia Jaya Daya,
bas mencari makan sendiri dan berkem- Makassar.
bang biak secara alami lalu bertelur ke-
mudian mengerami telurnya, menjaga dan Bahan yang digunakan adalah 120 butir
memelihara anak. telur ayam buras yang normal dengan
berat kisaran 35–40 g butir-1 (Sarwono,
Jika kita lihat bahwa ayam buras yang 1998). Perlakuan yang dilakukan terhadap
dipelihara masyarakat peternak, bahwa telur sebelum dimasukkan ke dalam mesin
seekor induk ayam yang baik apabila di tetas adalah: (1) Lama penyimpanan 3 hari
dalam satu kali siklus bertelur rata-rata sebanyak 30 butir, (2) Lama penyimpanan
menghasilkan 12 butir telur atau lebih. 4 hari sebanyak 30 butir, (3) Lama pe-
Kemudian mengeram dan hasil yang di nyimpanan 5 hari sebanyak 30 butir, dan
peroleh biasanya dapat menetas semua, (4) Lama penyimpanan 6 hari sebanyak 30
namun tidak menutup kemungkinan ada butir.
beberapa induk yang mengerami telurnya
yang memungkinkan tersisa dan tidak da- Penetasan dilakukan sebanyak dua kali
pat menetas. Ini akibat dari adanya faktor- masing-masing perlakuan sebanyak 15
faktor yang mempengaruhi daya tetas, butir, sehingga setiap penetasan telur yang
antara lain pengaruh musim, utamanya ditetaskan sebanyak 60 butir.
musim hujan, karena kelembaban terlalu Peubah yang akan diukur pada penelitian
tinggi menyebakan telurnya banyak yang ini adalah: fertilitas, daya tetas dan berat
busuk. tetas.
Menurut Blakely dan Bade (1991) bahwa 1. Fertilitas Telur
meskipun pada kondisi optimum, telur
akan turun daya tetasnya yang tinggi bila Cara untuk mengetahui fertil atau tidak
periode penyimpanan sebelumnya lebih fertilnya telur yaitu setelah 3 atau 4 hari
dari 7 hari. Berdasarkan hal tersebut di telur dalam mesin tetas, dilakukan
atas, maka diadakan penelitian mengenai Candling (peneropongan telur) untuk me-
lama penyimpanan telur. Sampai sejauh ngetahui telur yang dibuahi dengan telur
mana pengaruh lama penyimpanan telur yang tidak dibuahi. Perhitungan presen-
tase fertilitas dengan menggunakan cara

98
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 1858-4330

menurut North and Bell (1990) sebagai Dimana:


berikut: Yij = Hasil presentase ke-ij
µ = Rata-rata pengamatan (Nilai te-
ngah umum)
Σ telur yang fertil α = Pengaruh aditif dan perlakuan ke-i
Fertilitas x 100% i = 1, 2, 3, 4
Σ telur yang dieramkan
εij = Galat percobaan dari perlakuan ke-
I pada pengamatan ke-j, j = 1, 2,
3, 4.
2. Daya Tetas Telur
Adalah hasil telur yang fertil sampai dapat
menetas dan dihitung pada akhir pene- Apabila analisis ragam menunjukkan pe-
tasan dengan mengetahui persentase Daya ngaruh yang nyata maka selanjutnya diuji
Tetas dengan menggunakan cara menurut dengan Uji Orthogonal (Steel dan Torrie,
North and Bell (1990) sebagai berikut: 1991).

telur yang menetas HASIL DAN PEMBAHASAN


Daya Tetes x 100%
telur yang fertil Fertilitas Telur
Rata-rata fertilitas telur ayam buras de-
ngan lama penyimpanan yang berbeda
3. Berat Tetas Anak Ayam
selama penelitian, dapat dilihat dengan
Berat tetas yaitu berat anak ayam yang jelas pada Tabel 1.
baru menetas.
Berdasarkan analisis ragam menunjukkan
bahwa lama penyimpanan tidak berpenga-
Analisis Data ruh nyata terhadap fertilitas telur. Hal ini
Rancangan percobaan yang digunakan berarti bahwa lama penyimpanan telur
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang berbeda yaitu 3 hari, 4 hari, 5 hari
4 perlakuan dengan 2 kali ulangan (Steel dan 6 hari relatif sama fertilitas telur yang
dan Torrie, 1991). Adapun model statistik dihasilkan.
Rancangan tersebut adalah:

Yij = µ + αi + εij

Tabel 1. Rata-rata fertilitas telur ayam buras pada lama penyimpanan yang berbeda
Perlakuan (Lama Penyimpanan/hari)
Ulangan 3 4 5 6 Jumlah
...................................(%)...................................
I 93,33 86,70 86,70 86,70
II 93,33 80,00 80,00 66,70
Jumlah 186,70 166,70 166,70 153,40 673,50
Rata-Rata 93,33 2,73 83,40 4,74 83,40 4,74 76,70 14,14 84,21 17,73

99
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 1858-4330

Kemungkinan disebabkan karena nisbah 1990 dan Setiadi et al., 1995) diban-
kelamin pada ayam penelitian sama yaitu dingkan dengan hasil penelitian ini me-
1 : 5 sehingga fertilitas telur yang dihasil- nunjukkan tidak ada perbedaan (hasilnya
kan relatif sama. relatif sama) terhadap fertilitas telur. Hal
ini disebabkan karena lama penyimpanan
Untuk mendapat fertilitas yang tinggi
telur yang akan ditetaskan dengan kisaran
menurut (Sukardi dan Mufti, 1989) adalah
waktunya sama yaitu antara 3 hari sampai
1 jantan berbanding 8 betina sampai 10
6 hari.
ekor betina, maka telur yang sudah keluar
dari tubuh induk sudah terjadi pembuahan, Fertilitas sangat dipengaruhi oleh bebe-
dan pada saat ditetaskan yang terjadi ada- rapa faktor antara lain jenis ayam, umur
lah perkembangan embrio hingga ter- pejantan dan induk, nisbah kelamin, Pre-
bentuk anak ayam dan akhirnya menetas. ferential meeting (bebas memilih pasang-
an yang disenangi), pakan, umur telur,
Sehubungan dengan hal tersebut suatu pe-
pengelolaan telur sebelum masuk mesin
nelitian dilaporkan oleh Sudaryanti (1990)
tetas, pengelolaan telur selama penetasan
bahwa rata-rata fertilitas dapat mencapai
(Bell dan Weaver, 2002).
85,5 % pada ayam yang dipelihara intensif
dan penetasannya menggunakan mesin
tetas. Selanjutnya Setiadi et al. (1995) me- Daya Tetas Telur
laporkan bahwa fertilitas telur pada ayam Daya tetas telur ayam buras pada setiap
yang dipelihara intensif berkisar 72–92 %. umur penyimpanan yang berbeda sebagai-
mana pada Tabel 2 sebagai berikut:
Sehubungan dengan penelitian sebelum-
nya (Sukardi dan Mufti, 1989; Sudaryanti,

Tabel 2. Rata-rata daya tetas telur ayam buras pada lama penyimpanan yang berbeda.
Perlakuan (Lama Penyimpanan)
Ulangan 3 4 5 6 Jumlah
...................................(%)...................................
I 80 73,33 73,33 66,70
II 80 73,33 73,33 53,33
Jumlah 160 146,70 146,70 120,03 573,43
Rata-Rata 80 0a 73,33 2,42bc 73,33 2,42bc 60,02 9,45bd 71,67 16,77
Keterangan: Nilai pada baris dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang
nyata (P<0,05).

Berdasarkan analisis ragam menunjukkan pun pada kondisi yang baik tetapi pada
bahwa umur penyimpanan telur berpenga- periode penyimpanan telur yang semakin
ruh nyata (P<0,05) terhadap daya tetas lama tersimpan yaitu lebih dari 6 hari
telur. Hal ini berarti bahwa lama penyim- sangat mempengaruhi daya tetas telur.
panan sampai dengan umur enam hari Demikian pula sejalan dengan pendapat
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya Sudaryani dan Santoso (1994), bahwa
tetas telur. Hal ini sesuai dengan pendapat penyimpanan telur sebaliknya tidak lebih
Blakely dan Bade (1991), bahwa walau-

100
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 1858-4330

dari 6 atau 7 hari agar daya tetasnya tidak 1995) dibandingkan dengan penelitian ini
menurun. memperlihatkan perbedaan lebih rendah
(71,67%) dibandingkan mansjoer et al.
Uji Orthogonal menunjukkan bahwa an-
(1993) sedangkan penelitian ini lebih ting-
tara lama penyimpanan 3 hari nyata
gi daya tetasnya dibandingkan dengan
(P<0,05) lebih tinggi (80%) daya tetasnya
Setiadi, et al. (1995). Kemungkinan dise-
dibandingkan dengan lama penyimpanan
babkan oleh adanya perbedaan jenis ayam
4 hari (73,33%), 5 hari (73,33%) dan 6
yang digunakan berbeda dan juga perbe-
hari (60,02%). Selanjutnya antara lama
daan mesin tetas yang digunakan, karena
penyimpanan 4 hari tidak menunjukkan
mesin tetas yang digunakan adalah rakitan
perbedaan yang nyata terhadap lama pe-
sendiri sedangkan mesin tetas yang digu-
nyimpanan 5 hari. Sedangkan lama pe-
nakan peneliti sebelumnya (Mansjoer et
nyimpanan 4 dan 5 hari berbeda nyata
al., 1993 dan Setiadi et al., 1995) yaitu
(P<0,05) lebih tinggi daya tetasnya di-
dengan menggunakan mesin yang lebih
bandingkan dengan lama penyimpanan 6
canggih (mesin tetas Institut Pertanian
hari.
Bogor dan Pusat Penelitian dan Pengem-
Mansjoer et al. (1993) melaporkan bahwa bangan Ternak yang merupakan mesin
daya tetas telur ayam buras yang dipe- impor) dimana lebih stabil temperaturnya
lihara terkurung (intensif) sebesar 84,6% sehingga daya tetasnya lebih tinggi.
melalui mesin tetas. Sedangkan Setiadi, et
al. (1995) melaporkan bahwa dengan pe- Berat Tetas Anak Ayam
meliharaan intensif pada ayam buras daya
Berat tetas anak ayam buras pada setiap
tetasnya berkisar antara 65–70% dengan
umur penyimpanan yang berbeda sebagai-
menggunakan mesin tetas. Sehubungan
mana pada Tabel 3 sebagai berikut:
dengan hasil penelitian sebelumnya
(Mansjoer et al., 1993; Setiadi et al.,

Tabel 3. Rata-rata berat tetas anak ayam buras pada lama penyimpanan yang berbeda
Perlakuan (Lama Penyimpanan)
Ulangan 3 4 5 6 Jumlah
.................................(gram).................................
I 33,33 33,30 30,00 30,04
II 32,00 31,80 32,44 31,53
Jumlah 65,33 65,10 62,44 61,60 254,50
Rata-Rata 32,67 65,34 32,60 1,06 31,22 1,73 30,80 0,86 31,82 1,50

Berdasarkan analisis ragam menunjukkan hasilkan. Hal ini disebabkan karena sum-
bahwa berat tetas anak ayam terhadap ber telurnya berasal dari induk yang relatif
lama penyimpanan telur ayam buras saat sama. Hal ini sesuai dengan pendapat
penetasan tidak berpengaruh nyata. Hal ini Nataamijaya et al. (1989), bahwa berat
berarti bahwa lama penyimpanan telur tetas yang relatif sama dan telur yang
yang berbeda yaitu 3 hari, 4 hari, 5 hari berasal dari induk yang relatif sama akan
dan 6 hari tidak berpengaruh nyata ter- menghasilkan berat tetas anak ayam yang
hadap berat tetas anak ayam yang di- relatif sama.

101
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 1858-4330

Nataamijaya et al. (1989), melaporkan Mansjoer, S.S., S.H.S. Sikar, B. Juminan,


bahwa berat tetas anak ayam buras yang R.H. Mulyono, A.G. Murwanto dan
sumber telurnya yang berasal dari induk S. Darwati, 1993. Studi genetik
yang relatif sama sebesar 32,03 gram respon kekebalan terhadap penyakit
ekor-1 sedangkan Mugiyono et al. (1989) tetelo pada ayam lokal Indonesia.
melaporkan bahwa berat tetas ayam buras Proc. Seminar Nasional. Pengem-
yang sumber telur yang berasal dari induk bangan Ternak Ayam Buras melalui
yang relatif sama sebesar 31,17 gram Wadah Koperasi Menyongsong
ekor-1. PJPT II. Tema: Peningkatan Gizi
dan Pendapatan Mayarakat sebagai
Sehubungan dengan hasil penelitian se-
Alternatif Mengentaskan Kemiskin-
belumnya (Nataamijaya et al., 1989;
an. Kerjasama Universitas Pajajaran
Mugiyono, et al., 1989) dibandingkan de-
–Dirjen Peternakan. Dirjen Bina
ngan penelitian ini memperlihatkan per-
Usaha Koperasi Pedesaan Pemda
bedaan lebih rendah (31,82) dibandingkan
Tk. I Jawa Barat, Bandung.
Nataamijaya et al. (1989) sedangkan pe-
nelitian ini lebih tinggi berat tetasnya Mugiyono, S., Sukardi dan E. Tugiyanti,
dibandingkan dengan Mugiyono et al. 1989. Perbandingan pemeliharaan
(1989). Kemungkinan disebabkan oleh ayam buras secara tradisional dan
sumber telurnya berasal dari induk ayam semi intensif. Proc. Seminar Nasio-
yang tidak diseleksi sedangkan sumber nal tentang Unggas Lokal. Fakultas
telur yang digunakan peneliti sebelumnya Peternakan Universitas Diponegoro,
(Nataamijaya et al., 1989 dan Mugiyono Semarang. Hal. 65–67.
et al., 1989) yaitu dengan menggunakan Nataamijaya, A.G., H. Resnawati, T.
sumber telur dari indukan yang benar- Antawijaya, I. Barchia dan D.
benar bibit unggul (diseleksi). Zainuddin, 1989. Produktivitas ayam
buras di dataran tinggi dan dataran
rendah. Balitnak, Ciawi-Bogor.
KESIMPULAN
Nesheim, M.C., R.E. Austic and L.E.
1. Lama penyimpanan telur tidak ber- Card, 1979. Poultry Production.
pengaruh terhadap fertilitas dan berat Lea and Febringer, Philadelphia.
tetas anak ayam buras.
2. Lama penyimpanan telur berpengaruh North, M.O. and Bell, D.D., 1990. Com-
terhadap daya tetas telur. Telur yang mercial Chicken Production. Ma-
disimpan lama persentase daya tetas- nual. Edition Four. An avi Book
nya rendah. Published by Van Nostrand Rein-
hold, New York.

DAFTAR PUSTAKA Sarwono, 1998. Beternak Ayam Kam-


pung. Majalah Trubus. Edisi Feb-
Bell, D.D. and W.D. Weaver, 2002. ruari, Jakarta.
Commercial Chicken Meat and
Egg Production. Academic Pub- Setiadi, P. P. Sitepu, A. P. Sumirat. U.
lisher, United States of America. Kusnadi dan M. Sabrani, 1995. Per-
bandingan berbagai metoda pene-
Blakely, J. dan D.H. Bade, 1991. Ilmu
tasan telur ayam Kedu hitam di
Peternakan (Terjemahan). Gadjah
daerah pengembangan Kalimantan
Mada University Press, Yogyakarta.
Selatan. Proc. Seminar Nasional.
Sains dan Teknologi Peternakan.

102
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 1858-4330

Pengolahan dan Komunikasi Hasil Sudaryanti, 1990. Pentingnya memper-


Penelitian. Balai Penelitian Ternak. hatikan berat telur tetas ayam kam-
Pusat Penelitian dan Pengembangan pung pada pemeliharaan semi in-
Peternakan. Badan Penelitian dan tensif. Proc. Seminar dan Forum
Pengembangan Pertanian, Ciawi- Peternak Unggas dan Aneka Ternak.
Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan, Ciawi-Bogor.
Steel, R.C.D. dan J.H. Torrie, 1991. Prin-
sip dan Prosedur Statistika (Ter- Sukardi dan M. Mufti, 1989. Penampilan
jemahan) Penerbit P.T. Gramedia Prestasi Ayam Buras di Kabupaten
Pustaka Utama, Jakarta. Banyumas dan Pengembangannya,
Procendings, Seminar Nasional ten-
Sudaryani dan Santoso, 1994. Pembibit- tang Unggas Lokal, Semarang.
an Ayam Buras. Penebar Swadaya,
Jakarta.

103

Anda mungkin juga menyukai