Anda di halaman 1dari 11

Seminar Nasional Ilmu Kebumian-Geodiversity 2019

Riset untuk Pengembangan Kawasan Geopark di Indonesia


Kebumen, 2 Oktober 2019
ISBN: XXXX-XXX-XX

KARANGSAMBUNG: SEBUAH POSITIVE FLOWER STRUCTURE?

STUDI PENDAHULUAN PROSES TERSINGKAPNYA BATUAN TERTUA DI JAWA

Eko Bayu Purwasatriya1,*,Sugeng Sapto Surjono2, Hendra Amijaya2 dan Asmoro Widagdo1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Jenderal Soedirman
2
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
1,*
E-mail: bayusatriya@yahoo.com

Abstract
Karangsambung is one of the three oldest exposed rock locations in Java, in addition to Bayat and Ciletuh. Besides the
old age of the rocks, the types of rocks that are exposed are also unique,because the rocks usually formed at the bottom
of the ocean. It is an interesting question how rocks at the bottom of the ocean can be exposed to the surface. To answer
this problem, a preliminary study was conducted to find out the process of the disclosure of these old rocks in
Karangsambung. The research methods used are (1) descriptive method; comparing the geometry of distribution and
pattern of geological structures with structural models, (2) measuring several samples of geological structures in old
rocks to determine their structural patterns and (3) interpretation of subsurface data by gravity methods to support
interpretation. In addition to these methods, secondary data from previous researchers are also used for interpretation.
The results of the descriptive method show that the geometry and structural patterns in Karangsambung was matched to
the positive flower structure model in the sinistral strike-slip system and as an isostatic effect of Karangsambung rise is
the drawned of Southern Mountains among Karangbolong-Nusakambangan. Several measurements of shear fractures in
phylit rocks also show the existence of fault patterns with N 70 E direction, accordance with the regional pattern.
Regional gravity anomaly data indicate the existence of high anomaly in the Karangsambung area due to the uplifting
process.
Keywords: Karangsambung, Positive Flower Structure, Sinistral Strike-slip, Southern Mountain

Abstrak
Karangsambung merupakan salah satu dari tiga lokasi tersingkapnya batuan tertua di Jawa, selain Bayat dan Ciletuh.
Selain umur batuannya yang tua, jenis batuan yang tersingkap juga unik, yaitu batuan-batuan yang terbentuknya di dasar
samudra. Menjadi pertanyaan menarik bagaimana batuan yang berada di dasar samudera dapat tersingkap sampai di
permukaan. Untuk menjawab masalah tersebut, maka dilakukan studi pendahuluan untuk mengetahui proses
tersingkapnya batuan-batuan tua ini di Karangsambung. Metode penelitian yang digunakan adalah (1) metode deskriptif;
membandingkan geometri sebaran dan pola struktur geologi dengan model struktur, (2) mengukur beberapa sampel
struktur geologi pada batuan tua untuk mengetahui pola strukturnya dan (3) interpretasi data bawah permukaan metode
gravitasi untuk mendukung interpretasi. Selain metode tersebut, data sekunder dari hasil peneliti terdahulu juga
digunakan untuk interpretasi. Hasil metode deskriptif menunjukkan geometri sebaran dan pola struktur yang ada di
Karangsambung sangat cocok dengan model positive flower structure pada sistem patahan geser mengiri dan sebagai
efek isostasinya Karangsambung naik ke permukaan adalah dengan tenggelamnya Pegunungan Selatan antara
Karangbolong-Nusakambangan. Beberapa pengukuran kekar gerus di batuan filit juga menunjukkan adanya pola patahan
yang berarah N 70 E sesuai dengan pola struktur regionalnya. Data anomali gravitasi regional menunjukkan adanya
anomali tinggian di daerah Karangsambung akibat proses pengangkatan.
Kata kunci: Karangsambung, Positive Flower Structure, sesar geser kiri, Pegunungan Selatan.

PENDAHULUAN
Karangsambung merupakan tempat yang sebaran seperti yang dapat kita lihat
istimewa bagi seluruh geolog di Indonesia, sekarang ini. Secara umum, pertanyaan
karena di tempat inilah terdapat singkapan tersebut dapat dijawab bahwa yang membuat
batuan tertua di Jawa dan variasi batuan batuan di Karangsambung terangkat adalah
yang menunjukkan daerah subduksi di dasar suatu proses struktur geologi, namun apa
samudera. Pertanyaannya adalah bagaimana jenisnya? dan bagaimana sejarah
mekanismenya sehingga batuan yang pada geologinya?. Hal tersebut menjadi
awalnya berada di dasar samudera kemudian permasalahan yang harus dijawab oleh para
dapat tersingkap di permukaan dengan pola geolog di Indonesia. Pada paper ini, penulis
Seminar Nasional Ilmu Kebumian-Geodiversity 2019
Riset untuk Pengembangan Kawasan Geopark di Indonesia
Kebumen, 2 Oktober 2019
ISBN: XXXX-XXX-XX

melakukan studi pendahuluan untuk


menjawab bagaimana proses tersingkapnya
batuan-batuan tua di Karangsambung. Data
yang digunakan meliputi data permukaan
dan bawah permukaan untuk menunjang
interpretasi struktur geologinya. Data
permukaan berupa data kekar gerus, kekar
tarik dan breksiasi pada lava di Kali
Mandala yang merupakan bagian dari
Kompleks Melange Luk Ulo yang berumur
Kapur. Data permukaan berupa data Gambar 1. Sesar N70°E yang melewati
gravitasi dari website Topex dengan batasan Karangsambung dan diperkirakan merupakan suture
Lintang 7° LS - 8° LS dan Bujur 109° BT - zone.
110° BT. Sumber (Noeradi dkk., 2006)
GEOLOGI REGIONAL METODE PENELITIAN
Menurut Katili (1972), Karangsambung Metode penelitian yang digunakan pada
masuk ke dalam zona subduksi yang studi pendahuluan ini adalah: (1) metode
berumur Kapur, hal ini sesuai dengan jenis deskriptif; yaitu membandingkan geometri
batuan berumur tua yang ditemukan di sebaran dan pola struktur geologi dengan
Karangsambung merupakan batuan ofiolit model struktur, (2) mengukur beberapa
yang mencirikan daerah subduksi di dasar sampel struktur geologi pada batuan tua
samudera. Sribudiyani (2003) menyebutkan untuk mengetahui pola strukturnya dan (3)
bahwa mikro-kontinen Jawa Timur interpretasi data bawah permukaan metode
menumbuk pulau Jawa pada umur Paleosen, gravitasi untuk mendukung interpretasi.
sehingga pola-pola struktur yang berarah Selain metode tersebut, data sekunder dari
Timur Laut – Barat Daya (Pola Meratus) hasil peneliti terdahulu juga digunakan untuk
menjadi berhenti dan berganti menjadi pola interpretasi. Secara ringkas, metode
struktur yang berarah Barat – Timur (Pola penelitian yang digunakan dalam penelitian
Jawa). Satyana (2014) melakukan ini dapat dilihat pada bagan alir berikut
rekonstruksi jalur subduksi di Jawa pada (Gambar 2.)
umur Kapur Awal, dimana Luk Ulo di
Karangsambung merupakan zona tumbukan
antara mikro-kontinen Jawa Timur dengan
pulau Jawa, sehingga besar kemungkinan
bahwa Karangsambung juga merupakan
suture zone dari tumbukan tersebut. Bukti
adanya suture zone tersebut ternyata sudah
pernah terlihat dari data SLAR yang
dipublikasikan oleh Noeradi, dkk. (2006)
yang menyebutkan adanya jalur sesar
sinistral yang berarah sekitar N 70°E
(Gambar 1.). Sesar N 70°E inilah yang
kemungkinan berperan besar dalam proses
tersingkapnya batuan-batuan tua berumur
Kapur di daerah Karangsambung. Data-data
permukaan dan bawah permukaan
Gambar 2. Bagan alir penelitian
diharapkan dapat mengidentifikasi pola
struktur tua tersebut.
Seminar Nasional Ilmu Kebumian-Geodiversity 2019
Riset untuk Pengembangan Kawasan Geopark di Indonesia
Kebumen, 2 Oktober 2019
ISBN: XXXX-XXX-XX

HASIL DAN PEMBAHASAN structure dari sistem sesar geser kiri regional
Metode deskriptif membandingkan pola dengan arah Timur Laut – Barat Daya (Pola
struktur dan sebaran yang ada di lapangan Meratus). Oleh karena itu, berikut disajikan
dengan model struktur yang diduga sebagai perbandingan antara pola struktur dan
penyebab tersingkapnya batuan tua di sebaran batuan tua di Karangsambung
Karangsambung. Hipotesis awalnya adalah dengan model positive flower structure
bahwa batuan tua di Karangsambung (Gambar 3.).
tersingkap karena adanya positive flower

Gambar 3. Hasil perbandingan deskriptif antara pola struktur dan geometri sebaran batuan di Karangsambung
dengan model positive flower structure

Metode deskriptif ini membandingkan 2 kesamaan dengan bentuk geometri positive


parameter utama yaitu pola struktur dan flower structure. Pada bagian selatan
geometri sebaran batuannya. Pola struktur (ditandai dengan huruf C pada gambar 3.)
naik yang berada di dalam zona positive mempunyai pola yang berbeda dengan
flower structure mempunyai arah yang sama model, hal ini disebabkan karena batuannya
dengan model. Bentuk geometri sebaran berumur lebih muda (Tersier) sehingga
batuan di Karangsambung juga mempunyai sudah terkena kompresi dari arah Selatan
Seminar Nasional Ilmu Kebumian-Geodiversity 2019
Riset untuk Pengembangan Kawasan Geopark di Indonesia
Kebumen, 2 Oktober 2019
ISBN: XXXX-XXX-XX

dan membentuk arah kelurusan Barat –


Timur sesuai dengan Pola Jawa.
Metode yang kedua yaitu melakukan
pengukuran lapangan berupa kekar gerus,
kekar tarik dan breksiasi di Kali Mandala
masing-masing sebanyak 30 buah (Tabel 1.)
Tabel 1. Tabel pengukuran kekar gerus, kekar tarik
dan breksiasi di Kali Mandala
Kekar Gerus
Kekar Tarik Breksiasi
No (N...°E/...°)
(N...°E/...°) (N...°E)
I II
1 156/75 324/70 130/50 232
2 155/52 325/67 131/51 195
3 150/64 295/55 140/49 215
4 140/75 60/40 150/63 260
5 95/65 60/40 140/55 254
6 282/73 62/40 135/60 195
7 160/70 225/48 155/45 240
8 144/76 160/70 180/60 244
9 180/58 305/76 190/76 215 Gambar 4. Stereonet hasil olahan data lapangan
10 120/65 308/76 133/73 223 menunjukkan bidang sesar N55°E/70°
11 294/54 93/31 150/60 246
12 286/48 58/23 241/61 218 Arah bidang sesar mirip dengan data dari
13 22/60 110/20 111/46 240 Noeradi, dkk. (2006) yaitu berarah Timur
14 76/19 105/13 230/72 272
15 36/86 185/19 70/36 68 Laut – Barat Daya, sehingga hal ini
16 289/15 42/39 87/52 54 menguatkan adanya sesar geser kiri yang
17 188/55 132/65 24/81 51
18 106/48 29/16 231/68 220
melewati Karangsambung.
19 145/55 109/24 284/12 224 Jika dilihat pada peta geologi regional
20 284/18 290/14 56/31 270 daerah Karangsambung dan sekitarnya,
21 134/70 26/29 321/40 27
22 9/81 355/64 215/43 30 maka dapat ditarik delineasi sesar geser kiri
23 352/57 15/44 22/63 270 berdasarkan data deskriptif dan data dari
24 336/57 193/64 9/38 198
analisis kekar serta breksiasinya (Gambar
25 340/72 26/44 42/25 258
26 112/58 192/45 213/69 263 5.). Pada peta tersebut dapat didelineasi
27 56/50 32/58 44/41 60 sebuah sesar duplex yang berupa sesar geser
28 29/70 128/53 20/52 35
29 58/66 10/64 330/47 80
kiri (sinistral strike-slip fault) yang berarah
30 312/61 210/69 180/58 45 Timur Laut – Barat Daya. Karena proses
pelengkungan (bending) bidang patahan
Data tersebut kemudian diolah untuk yang berbeda, maka pada daerah
mendapatkan nilai σ1, σ2, σ3 dan bidang Karangsambung terbentuk zona
sesarnya dengan menggunakan stereonet kompresional yang berupa positive flower
(Gambar 4.). structure sedangkan pada daerah laut selatan
Hasil analisis strukturnya adalah sebagai terbentuk lawannya yaitu pull apart basin
berikut: yang merupakan zona ekstensional dari
 SF1 = N 31°E/36° sistem sesar geser kiri tersebut. Akibat gaya
 SF2 = N 94°E/19° kompresional yang berlangsung selama
 Bidang bantu = N 279°E/72° puluhan juta tahun tersebut, maka batuan
 Bidang sesar = N 55°E/70° dasar samudera yang berumur Kapur dapat
 σ1 = 18°, N 200°E tersingkap di permukaan. Sedangkan akibat
 σ2 = 21°, N 145°E gaya ekstensional di bagian laut selatan,
maka sebagian dari Pegunungan Selatan
 σ3 = 68°, N 290°E
yang berada antara Karangbolong –
 Jenis sesar = sesar geser kiri
Nusakambangan tenggelam.
Seminar Nasional Ilmu Kebumian-Geodiversity 2019
Riset untuk Pengembangan Kawasan Geopark di Indonesia
Kebumen, 2 Oktober 2019
ISBN: XXXX-XXX-XX

Gambar 5. Perkiraan delineasi patahan yang melewati Karangsambung pada peta dasar berupa Peta Geologi
Regional. Jenis patahan merupakan sesar geser kiri yang menghasilkan positive flower structure di
Karangsambung dan pull apart basin di Selatan yang menyebabkan tenggelamnya Pegunungan Selatan diantara
Karangbolong – Nusakambangan.

Hasil delineasi sesar geser kiri dengan Prosedur prosesing data gravitasi dapat
sistem duplex yang menyebabkan positive dilihat pada bagan alir berikut (Gambar 6.)
flower structure dan pull apart basin ini
kemudian perlu dikonfirmasi dengan data
bawah permukaan. Data bawah permukaan
menggunakan data gravitasi satelit yang
diambil dari website Topex dengan alamat:
https://topex.ucsd.edu/cgi-bin/get_data.cgi.
Data yang diambil masih berupa anomali
udara bebas (Free Air Anomaly) sehingga
harus dikoreksi Bouger dan koreksi Isostatik
untuk mendapatkan Anomali Bouger
Lengkap (Complete Bouger Anomaly).
Kemudian Anomali Bouger Lengkap ini
Gambar 6. Bagan alir prosesing data gravitasi
dipisahkan menjadi Anomali Regional dan
Anomali Residual dengan menggunakan Hasil dari Anomali Regional kemudian
filter Gaussian. Anomali Regional dibuat petanya dan diinterpretasi jalur
menunjukkan anomali yang besar dan dalam patahannya sesuai dengan anomali gravitasi
sumbernya, sedangkan Anomali Residual yang tampak pada peta tersebut (Gambar 7.)
menunjukkan anomali gravitasi yang lebih
detil dan bersifat lokal serta lebih dangkal.
Seminar Nasional Ilmu Kebumian-Geodiversity 2019
Riset untuk Pengembangan Kawasan Geopark di Indonesia
Kebumen, 2 Oktober 2019
ISBN: XXXX-XXX-XX

Gambar 7. Peta Anomali Regional Gravitasi daerah Karangsambung dan sekitarnya yang menunjukkan
anomali tinggi pada daerah Karangsambung dan anomali rendah pada laut selatan. Anomali tinggi disebabkan
adanya positive flower structure dan anomali rendah akibat adanya pull apart basin.
Peta anomali regional gravitasi dalam hal ini sesar geser kiri yang
menunjukkan adanya anomali tinggi pada mengalami bending sehingga pada salah satu
daerah Karangsambung, hal ini sisi menjadi zona kompresi dengan
menunjukkan adanya kontras densitas yang terbentuknya positive flower structure dan di
cukup tinggi akibat adanya batuan tua dan sisi yang lain menjadi zona ekstensi dengan
keras yang terangkat sampai ke permukaan. terbentuknya pull apart basin.
Pada laut selatan antara Karangbolong – Kemudian untuk melihat secara lebih detil
Nusakambangan terlihat adanya anomali maka digunakan peta anomali residual
negatif yang menunjukkan adanya dalaman gravitasi yang menunjukkan anomali-
akibat penurunan basement yang anomali gravitasi yang sifatnya lebih
menyebabkan tenggelamnya Pegunungan dangkal dan lokal dengan interpretasi
Selatan pada lokasi tersebut. Secara geologi, struktur yang lebih bersifat lokal pula
yang dapat menjelaskan anomali-anomali (Gambar 8.)
tersebut adalah suatu sistem sesar duplex
Seminar Nasional Ilmu Kebumian-Geodiversity 2019
Riset untuk Pengembangan Kawasan Geopark di Indonesia
Kebumen, 2 Oktober 2019
ISBN: XXXX-XXX-XX

Gambar 8. Peta anomali residual daerah Karangsambung dan sekitarnya yang menunjukkan struktur patahan
yang sifatnya lokal dan lebih dangkal. Perkiraan bagian-bagian dari Pegunungan Selatan yang tenggelam terlihat
cukup jelas dan perkiraan pusat erupsi Gunung Dakah juga terlihat

Pada peta anomali residual tampak struktur- tersusun atas breksi dan lava. Lokasi srandil
struktur geologi yang lebih kecil yang pada peta geologi regional dapat dilihat pada
merupakan bagian dari struktur besar sesar gambar 5. Fitur lokal lainnya yang tampak
geser kiri duplex yang tampak pada peta dari peta anomali residual ini adalah adanya
anomali regional. Peta anomali residual ini closure anomali negatif yang dikelilingi oleh
juga menunjukkan anomali-anomali yang anomali positif pada daerah
dimensinya lebih kecil, sehingga pada Karangsambung. Karakter anomali ini
daerah pull apart basin tampak adanya merupakan karakter tubuh vulkanik yang
beberapa closure anomali tinggi yang biasanya sudah terkubur sehingga bagian
diperkirakan berupa pecahan dari pusat erupsinya sudah terendapkan sedimen
Pegunungan Selatan yang telah tenggelam. yang lebih lunak dan memberikan efek
Sebagian kecil bagian Pegunungan Selatan anomali yang rendah. Gunung yang ada di
yang tidak ikut tenggelam pada daerah daerah Karangsambung ini adalah Gunung
tersebut adalah bukit Srandil yang juga Dakah (Setiawan, 2010). Lokasi pusat erupsi
Seminar Nasional Ilmu Kebumian-Geodiversity 2019
Riset untuk Pengembangan Kawasan Geopark di Indonesia
Kebumen, 2 Oktober 2019
ISBN: XXXX-XXX-XX

Gunung Dakah tersebut berada disekitar kecil dan berarah sama, namun pada anomali
Desa Sadang Wetan, Cangkring, Kalidadap, regional lebih melihat ke sesar regionalnya
Kaliguwo dan Somoge. yaitu berupa sesar geser kiri dengan sistem
Konsep terbentuknya sesar duplex tersebut duplex tersebut.
dapat dilihat dari konsep oleh woodcock & Kemudian untuk mengetahui secara ringkas,
fisher (1986) yang menunjukkan sejarah geologi tersingkapnya batuan tua di
perkembangan dari sesar geser menjadi Karangsambung berdasarkan analisis dan
sistem duplex (Gambar 9.). interpretasi data-data primer dan sekunder,
permukaan maupun bawah permukaan,
adalah sebagai berikut:
 Pada umur Kapur, daerah
Karangsambung merupakan daerah
subduksi dengan jenis batuan yang
berasosiasi dengan batuan daerah
subduksi dasar samudera (ofiolit). Arah
zona subduksinya adalah Timur Laut –
Barat Daya (Pola Meratus).
 Pada umur Paleosen, mikro-kontinen
Jawa Timur datang dari arah Tenggara,
kemudian menumbuk pulau Jawa di
daerah Karangsambung dan mulai
membentuk pola struktur dengan arah
Barat – Timur (Pola Jawa).
 Pada umur Oligosen Akhir terbentuk
Pegunungan Selatan dengan arah Barat
– Timur, namun gaya kompresi dari
arah selatan akibat tumbukan lempeng
Samudera Hindia dan tumbukan mikro-
kontinen Jawa Timur mengakibatkan
aktivasi patahan Karangsambung
membentuk sesar geser kiri.
 Pada umur Miosen rezim tektonik
berlanjut dalam sistem strike-slip dan
Gambar 9. Perkembangan sesar geser menjadi sistem pada umur Plio-Pleistosen terjadi rezim
duplex dengan zona ekstensi dan zona kompresi tektonik pure compression
Sumber (Woodcock & Fisher, 1986) (Purwasatriya, dkk., 2018) yang terus
Pada konsep tersebut digambarkan beberapa mengaktifkan sesar geser kiri ini
sesar geser dengan arah yang sama namun menjadi sistem duplex, dimana pada
belum menyatu, kemudian karena ditekan daerah Karangsambung menjadi positive
terus menerus sehingga sesar tersebut flower structure sedangkan di laut
membentuk bending atau lengkungan dan selatan menjadi pull apart basin.
akhirnya menyatu membentuk sistem duplex
dengan zona ekstensi dan zona kompresi. KESIMPULAN
Konsep ini sesuai dengan hasil analisis data Kesimpulan yang dapat diambil dari
gravitasi dengan anomali regional dan penelitian ini adalah sebagai berikut:
anomali residual, dimana pada anomali  Karangsambung merupakan sebuah
residual tampak zona sesar-sesar geser yang positive flower structure dari sebuah
Seminar Nasional Ilmu Kebumian-Geodiversity 2019
Riset untuk Pengembangan Kawasan Geopark di Indonesia
Kebumen, 2 Oktober 2019
ISBN: XXXX-XXX-XX

sesar geser kiri regional yang berarah Banyumas Basin and Its Correlation to
Timur Laut – Barat Daya dengan sistem Petroleum Potential. Proceeding of The 12nd
duplex. South East Asian Technical University
 Akibat naiknya daerah Karangsambung, Consortium (SEATUC), Yogyakarta.
maka terbentuk pull apart basin di laut Satyana, A.H. (2014). New Consideration on
selatan Jawa yang menyebabkan The Cretaceous Subduction Zone of Ciletuh-
tenggelamnya sebagian Pegunungan Luk Ulo-Bayat-Meratus : Implications for
Selatan antara Karangbolong - Southeast Sundaland Petroleum Geology.
Nusakambangan Proceeding Indonesian Petroleum
Association, 38th annual convention and
SARAN exhibition, Jakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian
pendahuluan yang merupakan awal untuk Setiawan, N.I. (2010). Genesis Vulkanik
menyampaikan ide mengenai konsep Berumur Tersier Di Daerah Karangsambung,
tersingkapnya batuan tua di Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah. Tesis tidak
oleh karena itu sebagai saran, diperlukan dipublikasikan. Institut Teknologi Bandung.
penelitian lebih lanjut dan lebih detil untuk Sribudiyani, Muchsin, N., Ryacudu, R.,
membuktikan konsep ini dan Kunto, T., Astono, P., Prasetya, I., Sapiie,
mengembangkannya untuk ilmu B., Asikin, S., Harsolumakso, A.H,
pengetahuan oleh pihak terkait, terutama Yulianto, I. (2003). The Collision of East
dari pemerintah dan akademisi. Java Microplate and Its Implication for
Hydrocarbon Occurences in the East Java
UCAPAN TERIMA KASIH Basin. Proceeding of Indonesian Petroleum
Ucapan terima kasih penulis haturkan Association, 29th annual convention and
kepada Jurusan Teknik Geologi Universitas exhibition, Jakarta.
Jenderal Soedirman dan Departemen Teknik
Geologi Universitas Gadjah Mada atas Woodcock, N.H. & Fisher, M. (1986).
dukungannya dalam pembuatan paper ini Strike-slip Duplexes. Journal of Structural
serta terima kasih kepada pihak LIPI Geology, Vol.8 No.7, pp.725-735.
Karangsambung yang telah
menyelenggarakan seminar ini.

DAFTAR ACUAN
Katili, J.A. (1972). Plate Tectonics of
Indonesia with Special Reference to The
Sundaland Area. Proceeding Indonesian
Petroleum Association 1st Annual
Convention, June 1972, Jakarta, pp.57-61
Noeradi, D., Subroto E.A., Wahono H.E.,
Hermanto E., dan Zaim Y. (2006). Basin
Evolution and Hydrocarbon Potential of
Majalengka-Bumiayu Transpression Basin,
Java Island, Indonesia. AAPG 2006
International Conference and Exhibition,
Perth, Australia.
Purwasatriya, E.B., Surjono, S.S., Amijaya,
D.H. (2018). Tectonostratigraphy of

Anda mungkin juga menyukai