Anda di halaman 1dari 12

HIDROCEPHALUS

Kondas Penyakit

1. Pengertian
Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro" yang berarti air
dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal dengan "kepala
air") adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan
serebro spinal atau CSS). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak
yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf
yang vital.
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya
cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan
absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi
pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis (Darto Suharso,2009)

2. Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempatantara
tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalamruang
subarackhnoid. akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya.Penyumbatan
aliran CSS sering terdapat pada bayi dan anak ialah:
a. Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim,atau
infeksiintrauterine meliputi :
1) Stenosis aquaductus sylvi
2) Spina bifida dan kranium bifida
3) Syndrom Dandy-Walker 
4) Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah

b. Didapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan


1) Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis terlihat penebal
an jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain.
penyebab laininfeksi adalah toksoplasmosis.
2) Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran
CSS.pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV /
akuaduktus sylviibagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari
cerebelum, penyumbatanbagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
3) Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan
fibrosisleptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan
yang terjakdiakibat organisasi dari darah itu sendiri.

3. Patofisiologi
Di hp

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu : anak dibawah usia 2 tahun, dan
anak diatas usia 2 tahun.
a. Hidrosefalus dibawah usia 2 tahun
1) Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala.
2) Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut.
3) Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan pelebaran
vena-vena kulit kepala.
4) Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot sign yakni
bunyi seperti pot kembang yang retak pada perkusi.
5) Perubahan pada mata.
a) bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan penipisan tulang
supra orbita. Sclera nampak diatas iris, sehingga iris seakan-akan seperti
matahari yang akan terbenam
b) strabismus divergens
c) nystagmus
d) refleks pupil lambat
e) atropi N II oleh karena kompensi ventrikel pada chiasma optikum
f) papil edema jarang, mungkin oleh sutura yang masih terbuka.
b. Hydrochepalus pada anak diatas usia 2 tahun.
1. Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra kranial
oleh karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup

c. Komplikasi
1. Peningkatan tekanan intrakranial
2. Kerusakan otak
3. Infeksi:septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefritis,meningitis,ventrikulitis,abses
otak.
4. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
5. Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam rongga
abdomen,fistula,hernia, dan ileus.
6. Kematian

d. Pemeriksaan Penunjang

Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik
dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-
pemeriksaan penunjang yaitu :
1. Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
a. tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura, tanda-
tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan
erosi prosessus klionidalis posterior.
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari
foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan
intrakranial.
2. Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini
dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3
menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor.
Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.

3. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala
melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1
cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat
normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan
suturan secara fungsional. Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan
suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.

4. Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan
alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam
ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras
mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela
telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada
kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan
mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT
Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.

5. Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG
diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain
mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak
mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini
disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem
ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.
6. CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari
ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari
occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan
adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari
CSS.
Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan
dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari
daerah sumbatan.

7. MRI (Magnetic Resonance Imaging)


Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan
menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan
struktur tubuh

e. Penatalaksanaan Medis
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang
berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan
bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian
sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis
dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid
(diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat
absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid 
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni: 

a. Drainase ventrikule-peritoneal 
b. Drainase Lombo-Peritoneal 
c. Drainase ventrikulo-Pleural 
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi 
e. Drainase ke dalam anterium mastoid 

4. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui


kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan
pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang
dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak
dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis. 

5. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah


diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah
kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang
pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka
rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut
dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat
dari luar. 

6. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan
jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.
Ada 2 macam terapi pintas / “ shunting “ yaitu: 

a. Eksternal 
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara.
Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus
tekanan normal.
b. Internal 
1) CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain :
a) Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-
Kjeldsen) 
b) Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior 
c) Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus. 
d) Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum 
e) Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum. 
2) “Lumbo Peritoneal Shunt” 
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum
dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.

Asuhan Kep

1. Pengkajian
Di hp
2. Diagnosa Kep
a. Pre Operasi:
1) Gangguan rasa nyaman:  Nyeri b.d meningkatkanya tekanan intrakranial .
2) Kecemasan Orang tua b.d keadaan anak yang akan mengalami operasi.
3) Potensial Kekurangan cairan dan elektrolit b.d  intake yang kurang diserta
muntah.

b. Post Operasi:
1) Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d Tindakan invasif yang dilakukan tapping
2) Resiko tinggi terjadinya infeksi b.d infiltrasi bakteri melalui luka operasi
3) Resiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit dan kontraktur b.d imobilisasi.

3. Prinsip Intervensi
Pre Operasi
a. Gangguan rasa nyaman:  Nyeri sehubungan dengan meningkatkanya tekanan
intrakranial .
Data Indikasi : Adanya keluahan Nyeri Kepala, Meringis atau menangis,
gelisah,  kepala membesar
Tujuan ;  Klien akan mendapatkan kenyamanan, nyeri kepala berkurang
Kriteria hasil:
1) anak tidak rewel/ nangis terus
2) Tanda-tanda peningkatan TIK berkurang
3) Nadi dan RR dalam batas normal
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda nyeri
Rasional mengidentifikasi perkembangana komplikasi.
2) Monitor vital sign, catat reaksi non verbal (pucat, berkeringat)
Rasional menvalidasi verbal dan mengevaluasi keefektifan interfensi
3) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan dan kurangi stimulus
Rasional meningkatkan kemampuan istrahat
4) Kaji tanda-tanda peningkatan TIK
Rasional deteksi dini terhadap terjadinya peningkatan TIK
5) Berikan posisi yang nyaman
Rasional menurunkan gangguan pada tulang sendi
6) Kolaborasi pemberian antibiotik dan antipiretik
Rasional Menurunkan rangsangan nyeri
7) Kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan tapping
Rasional mengurangi cairan Cerebrospinal

b. Kecemasan Orang tua sehubungan dengan keadaan anak yang akan mengalami
operasi.
Data Indikasi : Ekspresi verbal menunjukkan kecemasan akan keadaan anaknya.
Tujuan : Kecemasan orang tua berkurang atau dapat diatasi
Kriteria hasil:
1) Ibu mau kooperatif
2) Ibu memahami kondisi sakit anaknya
3) Ibu tampak tenang
Intervensi :
1) Jelaskan pada orang tua tentang kondisi anaknya
Rasional Orang tua kooperatif terhadap tindakan keperawatan dan tindakan medis
2) Jelaskan tujuan tindakan tapping
Rasional Ibu mengetahui keuntungan dilakukan tapping.
3) Berikan informasi yang cukup tentang prosedur tindakan tapping
Rasional menhindari kesalahpahaman orang tua terhadap tindakan
4) Libatkan orang tua dalam setiap tindakan Keperawatan
Rasional meningkatakan kepercayaan keluarga terhadapa setiap tindakan yang
diberikan
5) Evaluasi pemahaman  ibu tentang perawatan pada anaknya
Rasional Jawaban yang benar pada ibu menandakan tingkat pemahaman tentang
perawatan anaknya

c. Potensial Kekurangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan  intake yang kurang


diserta muntah.
Data Indikasi ; keluhan Muntah, Jarang minum.
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan dan elektrolit.
Intervensi :
1) Kaji tanda – tanda kekurangan cairan
2) Monitor Intake dan out put
3) Berikan therapi cairan secara intavena.
4) Atur jadwal  pemberian cairan  dan  tetesan infus.
5) Monitor tanda – tanda vital.

Post Operasi
a. Gangguan rasa nyaman : Nyeri sehubungan dengan Tindakan invasif yang dilakukan
tapping
Data Indikasi ; adanya keluhan nyeri, Ekspresi non verbal adanya nyeri.
Tujuan : Rasa Nyaman Klien akan terpenuhi, Nyeri berkurang
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda nyeri
Rasional mengidentifikasi perkembangana komplikasi.
2) Monitor vital sign, catat reaksi non verbal (pucat, berkeringat)
Rasional menvalidasi verbal dan mengevaluasi keefektifan interfensi
3) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan dan kurangi stimulus
Rasional meningkatkan kemampuan istrahat
4) Berikan posisi yang nyaman
Rasional menurunkan gangguan pada tulang sendi
5) Kolaborasi pemberian antibiotik dan antipiretik
Rasional Menurunkan rangsangan nyeri
6) Kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan tapping
Rasional mengurangi cairan Cerebrospinal

b. Resiko tinggi terjadinya infeksi sehubungan dengan infiltrasi bakteri melalui Luka
tapping.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi / Klien bebas dari infeksi.
Kreteria hasil  :
1) Tidak ada luka, lesi, iritema, dan makulla.
2) Luka bersih
3) Tanda-tanda infeksi tidak ada.
Intervensi :
1) Monitor terhadap tanda – tanda infeksi.
Rasional ; mengetahui adanya infeksi secara dini
2) Tempatkan pasien pada ruang khusus
Rasionalnya ; melindungi pasien dari sumber pathogen
3) Pertahankan tekhnik kesterilan dalam prosedur perawatan
Rasionalnya ; mencegah terjadi infeksi sekunder.
4) Observasi tanda-tanda vital
Rasional ; peningkatan suhu merupakan indikasi terjadi infeksi.
5) Kolaborasi dengan pemberian anti biotika
Rasionanya ; antibiotika dapat menghambat timbulnya infeksi.

c. Resiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit dan kontraktur sehubungan dengan
imobilisasi.
Tujuan ; Pasien bebas dari kerusakan integritas kulit dan kontraktur.
Intervensi :
1) Mobilisasi klien (Miki dan Mika) setiap 2 jam
Rasionalnya ;. Agar tidak terjadi dekubitus
2) Obsevasi terhadap tanda – tanda kerusakan integritas kulit dan kontrkatur.
Daftar Pustaka

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta:
Salemba Medika.

Price,Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi;Konsep klinis proses-proses penyakit,Jakarta;EGC.

Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu

Saharso. 2008. Hydrocephalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012


http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=061214-sykj201.htm

Anda mungkin juga menyukai