Penerapan Metode Demontrasi Dalam Pembelajaran Fiqih Di Madrasah Tsanawiyah Al-Istiqomah
Penerapan Metode Demontrasi Dalam Pembelajaran Fiqih Di Madrasah Tsanawiyah Al-Istiqomah
Syarif Hidayat (Oyib), Asep Lukman, Moh. Ichsan, Yaya, Andi Hermawan
Progam Studi Pendidikan Agama Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sabili Bandung
Abstrak
Latar belakang penelitian ini didasari adanya penerapan metode pembelajaran
pada pelajaran fiqih dengan standar kompetensi memahami shalat qasahar, jama dan
qashar jama,dan salat dalam keadaan darurat. Adalah menggunakan metode
demonstrasi. Setelah metode tersebut digunakan ternyata peserta didik mampu
menyebutkan cara-cara shalat qasahar, jama dan qashar jama,dan salat dalam keadaan
darurat dengan baik dan benar Sehingga rumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah
penerapan metode demonstrasi di Kelas VII MTs Al-Istiqomah Kp. Tegal Kembang Rt.
02/08 Ds. Kutawaringin Kec. Kutawaringin Kab. Bandung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode demonstrasi di
Kelas VII MTs Al-Istiqomah Kp. Tegal Kembang Rt. 02/08 Ds. Kutawaringin Kec.
Kutawaringin Kab. Bandung.
Hasil penelitiannya yaitu penerapan metode demonstrasi pertama kali
memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai materi yang akan didemonstrasikan,
kemudian guru memberikan contoh melakukan demonstrasi yang baik dan benar
mengenai materi pelajaran tersebut, setelah itu guru memerintahkan siswa untuk
mempraktekkan kembali.
Saran yang diberikan ialah (1) Penggunaan metode demonstrasi sangat
bermanfaat bagi tercapainya peningkatan prestasi pembelajaran. (2) Setiap lembaga
pendidikan hendaknya dapat lebih lengkap dalam penyediaan media sehingga
pembelajaran menggunakan metode demonstrasi nantinya dapat mejadi lebih baik,
efektif dan tentunya menjadikan prestasi yang lebih baik. (3) Metode demonstrasi
adalah metode yang tepat pada mata pelajaran fiqih, jika dibawakan dengan tepat dan
penjiwaan yang baik tentunya akan menjadi nilai lebih dalam pembelajaran.
b. Pembahasan
A. Sejarah Singkat Mts. Al-Istiqomah
Pada awal tahun 1986 telah dibentuk panitia pembangunan madrasah,
yang pembangunannya terletak di sebelah selatan masjid Dungus kelurahan
Wungu. Rencana pembangunan gedung tersebut terdiri dari 3 lokal ruang
belajar , yang dalam pelaksanaannya dapat mencapai penyelesaian 60 %,
hingga tahun 1982.
Melihat kondisi gedung yang tidak terselesaikan tersebut semakin
rapuh, maka pada awal tahun 1982 timbullah gagasan untuk
menyelesaikannya, sehingga dibentuk panitia pembangunan oleh ta’mir
masjid. Dari bentukan panitia yang terdiri dari ta’mir masjid Dungus tersebut
berhasil menyelesaikan bangunan gedung madrasah yang telah lama
terbengkalai dengan mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Setelah bangunan tersebut pada bulan April 1986 dapat terselesaikan ,
maka timbullah suatu rencana untuk memanfaatkan bangunan tersebut sesuai
dengan rencana semula yaitu untuk mendirikan madrasah tsanawiyah. Setelah
dikaji lebih lanjut memang memungkinkan untuk didirikan madrasah
tsanawiyah, karena disekitar lokasi ini , terdapat beberapa sekolah dasar dan
ada juga satu madrasah ibtidaiyah. Madrasah tsanawiyah ini sesungguhnya
telah lama didambakan oleh masyarakat Dungus.
Berpijak dari kenyataan tersebut panitia pembangunan mulai
mengadakan persiapan-persiapan yang menyangkut masalah teknis
pelaksanaan pendidikan. Persiapan-persiapan ini dimulai pada bulan Mei 1986
dan pada bulan Juli dimulai pendaftaran penerimaan siswa baru. Dalam
pendaftaran penerimaan siswa baru untuk yang pertama kali ini ternyata
mendapatkan calon siswa sejumlah 87 anak. Dengan modal tekad dan
semangat mulailah berputar roda kehidupan madrasah tsanawiyah Dungus,
dengan melewati jalan yang penuh rintangan dan tantangan.
Rintangan dan tantangan tersebut, satu persatu dihadapi dengan penuh
kesabaran dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya
perjalanan telah menghabiskan waktu satu tahun dan telah tiba saat untuk
pendaftaran siswa baru untuk tahun yang kedua. Ternyata untuk pendaftaran
siswa baru pada tahun yang kedua ini juga masih ada tanggapan dari
masyarakat , dengan bukti masih mendapatkan calon siswa sejumlah 86 anak.
Dari pengalaman tahun pertama dan kedua banyak sekali ditemui berbagai
kesulitan yang berupa kekurangan dana, tenaga teknis, sarana dan prasarana.
Pada tahun kedua ini timbul suatu tantangan yang berupa kurangnya
lokal untuk belajar, sebab ruang belajar yang telah tersedia hanya 3 lokal,
tetapi berdasarkan kenyataan jumlah murid membutuhkan 4 lokal ruang
belajar. Maka untuk sementara waktu satu kelas terpaksa dititipkan di rumah.
Pada kondisi seperti ini pengurus berusaha keras untuk mencari dana
dalam berusaha mencukupi kekurangan ruang belajar. Dengan tekad yang
membaja dan pantang menyerah, maka pada bulan September 1987 telah
berhasil diselesaikan 1 lokal ruang belajar walaupun belum sempurna. Begitu
pula kesulitan semacam ini terjadi pada tahun ketiga, karena jumlah siswa
baru yang ingin belajar ada 80 anak, padahal lokal yang tersedia hanya 4.
Untuk mengatasi masalah ini pengurus telah berusaha sedini mungkin dengan
mengambil pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya, sehingga tahun ajaran
baru tiba sudah siap dengan ruang belajarnya. Usaha tersebut ditunjang dengan
bantuan Impres dari lingkungan Departemen Agama Kabupaten Madiun,
sehingga pada tahun ajaran 1986 / 1987 sudah siap dengan lokal yang baru.
Begitu pula pada waktu yang bersamaan juga diusahakan bangunan kantor
yang agak memadahi dengan memperbaiki kantor yang lama. Dari upaya demi
upaya dan dari rintangan demi rintangan Alhamdullilah MTs AL ISTIQOMAH
masih dapat bertahan hingga saat ini.
Visi dan Misi Mts. Al-Istiqomah
VISI
Terwujudnya lulusan madrasah yang beriman berilmu dan berakhlakul
karimah yang memiliki daya saing dalam bidang iptek olahraga dan seni serta
mempunyai rasa cinta tanah air.
MISI
1. Menumbuhkembangkan pengetahuan ajaran Islam sikap perilaku dan
Amaliah agama Islam yang bisa berpengaruh pada lingkungannya
2. Menumbuhkembangkan semangat belajar ilmu pengetahuan umum dan
ilmu pengetahuan agama
3. Menumbuhkembangkan rasa bersaing yang sehat dan dinamis
4. Menumbuhkembangkan potensi dan rasa bersaing dalam olimpiade
matematika IPA
5. Menumbuhkembangkan daya saing dalam memanfaatkan IT
6. Menumbuhkembangkan potensi olahraga dan seni
7. Menumbuhkembangkan rasa cinta tanah air
NO Materi
.
1 VII/Gasal Najis dan Cara Mensucikannya
2 Hadast dan Cara Bersucinya
3 Shalat Lima Waktu
4 Waktu-waktu Shalat
5 Bacaan-bacaan Shalat
6 Sujud Sahwi
7 Adzan dan Iqamah
8 VII/Genap Shalat Berjamaah
Dzikir dan Berdoa
Shalat Jumat
Shalat Jenazah
Shalat Jama' dan Qashar
Shalat dalam Keadaan Darurat
Contoh RPP Pembelajaran Fiqih Kelas VII Madrasah Tsanawiyah
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
A. KOMPETENSI INTI
1. Kompetensi Inti (KI 1):
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Kompetensi Inti (KI 2):
Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya
3. Kompetensi Inti (KI 3):
Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata
4. Kompetensi Inti (KI 4):
Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui pendekatan saintifik dengan metode kooperatif siswa dapat:
1) Merumuskan arti taharah
2) Merumuskan pengertian najis
3) Menunjukkan dalil tentang najis
2) Menyebutkan macam-macam najis
3) Membedakan tata cara bersuci dari najis
4) Menjelaskan tata cara bersuci dari najis
7) Memperagakan tata cara bersuci dari najis
D. MATERI PEMBELAJARAN
Pengertian Najis
Najis ialah sesuatu yang kotor menurut agama. Manusia tidak boleh membuat aturan
sendiri untuk menentukan apakah suatu benda najis atau tidak. Selain sebagai bentuk
ketaatan kita kepada Allah dan dengan selalu berpikir positif, kita sebagai
hambaNya harus yakin bahwa di balik itu semua ada hikmah yang tersembunyi.
E. METODE PEMBELAJARAN
Diskusi, ceramah, inkuiri, drill, Contextual Teaching Learning (CTL)
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
NO URAIAN KEGIATAN WAKTU
1 PERTEMUAN KE I
PENDAHULUAN : 5 menit
Guru mengucapkan salam dan mengajak peserta didik berdo’a
awal majlis
Guru mengabsensi peserta didik
Guru mengajak peserta didik untuk bebas menerangkan tentang
najis
Guru menjelaskan secara singkat tujuan pembelajaran serta
kompetensi yang akan di capai
Peserta didik dibagi menjadi 3 kelompok besar ( kelompok
Mukhaffafah, kelompok Mutawashithah, kelompok Mughaladha)
3 PENUTUP 5 menit
Guru dan peserta didik bersama sama menyimpulkan hasil
pembelajaran
Guru memberi tugas untuk dikerjakan di rumah
Guru memberi pesan moral terkait dengan materi
Guru mengakhiri pembelajaran dengan membaca hamdalah dan
salam
H. PENILAIAN
1. TES TULIS BENTUK URAIAN
1. Menjelaskan pengertian najis ?
2. Menyebutkan macam – macam najis ?
3. Bedakan macam – macam najis ?
Kunci jawaban:
1. Najis ialah sesuatu yang kotor menurut agama. Manusia tidak boleh
membuat aturan sendiri untuk menentukan apakah suatu benda najis
ataukah tidak.
2. a. Najis mughaladzah (najis berat)
b. Najis mukhaffafah (najis ringan)
c. Najis mutawasithah (najis sedang)
3. a. Cara mensucikannya dengan membasuh sebanyak 7 x salah satunya
dengan tanah
b. Cara mensucikannya dengan membasuh pada tempat yang terkena najis
sampai hilang warna, rasa, dan bau.
c. Cara mensucikannya cukup dengan memercikkan air pada benda yang
terkena najis tersebut.
Petunjuk Penyekoran
Jawaban YA diberi skor 1, dan jawaban TIDAK diberi skor 0
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Skor diperole h
x 4=skor ak h ir
Skor maksimal
Contoh :
Jawaban YA sebanyak 3, maka diperoleh nilai skor 3, dan skor maksimal 5
maka nilai akhir adalah :
___3____ X4 = 2.4
5
Keterangan :
SL = Selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
SR = Sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-
kadang tidak melakukan
KD = Kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak
melakukan
TP = Tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Petunjuk Penskoran :
Skor 4 jika SL Skor 2 jika KD
Skor 3 jika SR Skor 1 jika TP
Skor perolehan 10
NILAI= ---------------------- x 4 ---------x 4 = 2.5
Skor maksimal 16
Predikat
Sko
Aspek yang dinilai Nilai
r
Lantang
Kelancaran
Trampil
Cekatan
N
Nama PD
o
1 Miftahuddin 2 3 4 1 10 62.5/2.33 C+
2 Munirotulafifah 3 2 1 2 8 50 / 1.33 D+
3 Muflihatulmah 4 3 4 4 15 93.75/100 A
4 Mubinhaqul 4 3 3 3 13 81.25/3.66 A-
Penskoran:
Skor 4 jika Cekatan, Trampil, Lantang, kelancaran SANGAT BAIK
Skor 3 jika Cekatan, Trampil, Lantang, kelancaran BAIK
Skor 2 jika Cekatan, Trampil, Lantang, kelancaran CUKUP
Skor 1 jika Cekatan, Trampil, Lantang, kelancaran KURANG
Skor perolehan 10
NILAI= ---------------------- x 4 ---------x 100 = 62.5 = 2.33 (C+)
Skor maksimal 16
Mengetahui, Malang,
Kepala Madrasah Guru Mata Pelajara
Pembahasan Materi Pelajaran Fiqih Kelas VII MTs Al-Istiqomah Kp. Tegal
Kembang Rt. 02/08 Ds. Kutawaringin Kec. Kutawaringin Kab. Bandung.
1. Shalat Jama’
Shalat jama’ artinya shalat yang dikumpulkan. Orang dalam perjalanan boleh
mengumpulkan dua shalat fardhu dalam satu waktu shalat. Shalat jama’ ada dua
macam, yaitu:
Jama’ Taqdim, artinya mengumpulkan kemuka, yaitu mengerjakan shalat
maghrib dengan isya dalam waktu maghrib, dan mengerjakan shalat zuhur dan
ashar dalam waktu zuhur. Jadi dalam waktu ashar dan maghrib tidak
mengerjakan shalat lagi.
Jama’ Takhir, artinya mengumpulkan kebelakang, yaitu mengerjakan shalat
zuhur dan ashar dalam waktu ashar, dan mengerjakan shalat maghrib dan isya
dalam waktu isya. Dalam waktu zuhur dan maghrib tidak mengerjakan shalat
lagi.
a. Syarat jama’ taqdim, yaitu:
Shalat zuhur lebih dahulu dikerjakan dari shalat ’ashar, dan shalat maghrib
lebih dahulu dari shalat isya.
Berniat jama’ dalam shalat yang pertama, yaitu berniat dalam shalat zuhur atau
dalam shalat maghrib menjama’kan shalat. Niat jama’ boleh dilakukan selama
belum selesai memberi salam dari shalat yang pertama.
Shalat yang dijama’ dikerjakan beriring-iringan, tidak boleh lama perpisahan
antara keduanya.
Senantiasa dalam perjalanan hingga dimulai takbiratul ihram shalat yang
kedua. Jika sebelum takbiratul ihram yang kedua ia telah sampai di tempat
tinggalnya, tidak boleh dijama’kan shalat itu lagi, tetapi haruslah shalat ashar
atau isya dikerjakan dalam waktunya masing-masing.
Perjalanan itu tidak maksiat.
2. Syarat jama’ takhrir, yaitu:
Berniat mengumpulkan shalat dalam waktu shalat yang pertama, yaitu dalam
waktu zuhur atau maghrib, berniat akan mengumpulkan shalat zuhur dengan
ashar atau akan mengumpulkan shalat magrib dengan isya.
Senantiasa dalam perjalanan hingga selesai shalat tersebut keduanya.
Sekurang-kurang perjalanan sejauh perjalanan dua hari.(± 90 km)
Perjalanan yang tentu tujuannya.
Perjalanan itu tidak maksiat.
2. Shalat Qashar
Syarat shalat qashar, yaitu:
Sekurang-kurangnya perjalanan yang ditempuh sejauh perjalanan dua hari.
Menurut perhitungan Saijid Ahmad Bek Al Husaini dalam kitab Dalil-ul
Musafir, jarak perjalanan dua hari itu 89.040 meter.
Berniat mangqashar shalat dalam takbiratul ihram. Misal niatnya: ”aku sengaja
mengerjakan shalat fardhu zuhur dua rakaat qashar karena Allah”.
Perjalanan itu tidak maksiat.
Perjalanan itu menuju tempat yang tertentu. Orang yang tidak tertentu tujuan
perjalanannya, tidak boleh mengqashar shalat.
Tidak berimam kepada orang yang tidak mengqashar shalatnya.
Senantiasa dalam perjalanan hingga selesai shalat. Orang yang shalat naik
kenderaan misalnya, sebelum memberi salam telah sampai ke tempat
tinggalnya, harus menyempurnakan shalatnya itu empat rakaat.
Tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan qashar. Misalnya berniat
menetap pada tempat melakukan qashar sampai empat hari dan empat malam
atau lebih. Apabila ia berniat akan menetap di tempat itu selama waktu
tersebut atau lebih, maka mulai dari waktu itu ia tidak boleh melakukan qashar
lagi.
Tidak memilih jalan yang jauh dan meninggalkan jalan yang dekat dengan
maksud supaya boleh qashar. Dan jika ia menempuh jalan itu karena lebih
bagus atau lebih aman misalnya, maka boleh mengqasharnya.
3. Shalat jama’ dan qashar
Orang yang dalam perjalanan yang tidak maksiat boleh mengumpulkan shalat
jama’ dan qashar, yaitu mengumpulkan dua shalat dan bersama-sama dengan itu
memendekkannya pula. Shalat zuhur dan ashar dipendekkan menjadi dua rakaat lalu
dijama’kan dengan jama’ taqdim atau takhrir. Demikian juga shalat isya dipendekkan
menjadi dua rakaat lalu dijama’kan dengan shalat maghrib tiga rakaat dengan jama’
taqdim atau jama’ takhrir.
Cara mengerjakan shalat jama dengan qasar tidak berbeda dengan mengerjakan shalat
jama saja selain dari jumlah rakaatnya, yaitu pada shalat qasar dikerjakan shalat empat
rakaat menjadi dua rakaat. Sedangkan shalat yang 3 rakaat dan dua rakaat tidak boleh
diqashar lagi.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Penerapan metode demonstrasi pada
Pembelajaran Fiqih Kelas VII MTs Al-Istiqomah Kp. Tegal Kembang Rt. 02/08 Ds.
Kutawaringin Kec. Kutawaringin Kab. Bandung maka kesimpulan langkah penerapan
metode demonstrasi bidang studi fiqihdi kelas VII MTs al-Istiqomah adalah sebagai
berikut:
a. Penerapan metode demonstrasi di MTS al-Istiqomah kelas VII meliputi
perencanaan, uji coba, penerapan atau pelaksanaan dan evaluasi. Guru bidang studi
Fiqih di MTs al-Istiqomah dalam penerapan metode demonstrasi pertama kali
memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai materi yang akan didemonstrasikan,
kemudian guru memberikan contoh melakukan demonstrasi yang baik dan benar
mengenai materi pelajaran tersebut, setelah itu guru memerintahkan siswa untuk
mempraktekkan kembali. Jika pendemonstrasian yang dilakukan oleh siswa belum
baik dan benar maka guru langsung memperbaikinya atau diadakan Tanya jawab
sebagai langkah evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
T Ibrahim Darsono. 2008. Penerapan Fiqh untuk Madrasah Tsanawiyah,
berdasarkan Standar Isi Madrasah Tsanawiyah, Tahun 2007. Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
Umam, Chatibul. 2003. Fiqh Untuk Madrasah Tsanawiyah. Kudus: Menara
Kudus.
Rambe, Nawawiyah. 1994. Fiqih Islam. Jakarta: Duta Pahala.
Mansyur, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan
Agama Islam Departemen Agama, 1998.
http://mtsalistiqomah.sch.id/
https://bengkulu.kemenag.go.id/file/file/Sirandang/pendidikan.pdf
https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/salat-jamak-qoshor-dan-jamak-
qoshor-1/
https://www.websiteedukasi.com/ki-kd-fikih-kelas-7.html