Anda di halaman 1dari 17

PENERAPAN METODE DEMONTRASI DALAM PEMBELAJARAN FIQIH

DI MADRASAH TSANAWIYAH AL- ISTIQOMAH SOREANG KP. TEGAL


KEMBANG RT. 02/08 DS. KEC. KUTAWARINGIN KAB. BANDUNG

Syarif Hidayat (Oyib), Asep Lukman, Moh. Ichsan, Yaya, Andi Hermawan
Progam Studi Pendidikan Agama Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sabili Bandung

Abstrak
Latar belakang penelitian ini didasari adanya penerapan metode pembelajaran
pada pelajaran fiqih dengan standar kompetensi memahami shalat qasahar, jama dan
qashar jama,dan salat dalam keadaan darurat. Adalah menggunakan metode
demonstrasi. Setelah metode tersebut digunakan ternyata peserta didik mampu
menyebutkan cara-cara shalat qasahar, jama dan qashar jama,dan salat dalam keadaan
darurat dengan baik dan benar Sehingga rumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah
penerapan metode demonstrasi di Kelas VII MTs Al-Istiqomah Kp. Tegal Kembang Rt.
02/08 Ds. Kutawaringin Kec. Kutawaringin Kab. Bandung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode demonstrasi di
Kelas VII MTs Al-Istiqomah Kp. Tegal Kembang Rt. 02/08 Ds. Kutawaringin Kec.
Kutawaringin Kab. Bandung.
Hasil penelitiannya yaitu penerapan metode demonstrasi pertama kali
memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai materi yang akan didemonstrasikan,
kemudian guru memberikan contoh melakukan demonstrasi yang baik dan benar
mengenai materi pelajaran tersebut, setelah itu guru memerintahkan siswa untuk
mempraktekkan kembali.
Saran yang diberikan ialah (1) Penggunaan metode demonstrasi sangat
bermanfaat bagi tercapainya peningkatan prestasi pembelajaran. (2) Setiap lembaga
pendidikan hendaknya dapat lebih lengkap dalam penyediaan media sehingga
pembelajaran menggunakan metode demonstrasi nantinya dapat mejadi lebih baik,
efektif dan tentunya menjadikan prestasi yang lebih baik. (3) Metode demonstrasi
adalah metode yang tepat pada mata pelajaran fiqih, jika dibawakan dengan tepat dan
penjiwaan yang baik tentunya akan menjadi nilai lebih dalam pembelajaran.

Kata Kunci: Metode Demonstrasi, Fiqih, MTs Al-Istiqomah Soreang


PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan
potensi dirinnya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang No 20 Tahun 2003, Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Bab I, Pasal 1, Butir 1).
Pada dasarnya semua kegiatan pendidikan, lebih khusus lagi kegiatan belajar
mengajar harus menggunakan metode pembelajaran. Ini berarti pendidik menggunakan
cara untuk menyampaikan materi ajar yang ingin disampaikankepadapesertadidik.
Banyak metode yang biasanya digunakan oleh pendidik untuk memperoleh
hasil pembelajaran yang diinginkan. Metode hanya merupakan satu aspek dari
pembelajaran. Kenyataannya lebih dari satu aspek yang harus diperhitungkan dalam
keberhasilan pembelajaran.
Sebagai pengajar seseorang harus dapat merangsang terjadinya proses berfikir
dan juga harus dapat membantu tumbuhnya sikap kritis serta mampu mengubah
pandangan para peserta didiknya. Haldemikian perlu menggunakan bentuk mengajar
yang tidak biasa digunakan (non konvensional) danlebih menekankan pada aspek
kreatif peserta didik
Metode pengajaran dalam pendidikan adalah suatu proses untuk menyampaikan
ilmu pengetahuan sehingga pendidik dapat mentransfer kebudayaan dari generasi ke
kegenerasi berikutnya tidak terkecuali di dalamnya adalah metode pengajaran pada
materi pelajaran fiqih
Metode demonstrasi pada dasarnya suatu metode yang menggunakan seseorang
untuk mempertontonkan gerakan atau suatu proses tertentu dengan prosedur yang
benar. Melalui metode demonstrasi ini peserta didik akan melihat pemecahan suatu
masalah melalui peragaan-peragaan tertentu sehingga peserta didik memperoleh
pengalaman tentang suatu konsep khususnya mata pelajaran fiqh.
Arti penting fiqih bagi umat Islam tidak dapat dipungkiri. Dalam
perkembangan selanjutnya pada saat ini fiqihharus mampu mewujudkan dimensi
kehidupan beragama peserta didik, sehingga lembaga pendidikan formal bersama-sama
lembaga pendidikan yang lain mampu mewujudkan kepribadian individu yang utuh
sejalan dengan pandangan hidup bangsa.
Dalam pembelajaran fiqih bukan hanya metode yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa, rendahnya kesadaran di kalangan siswa dan kurangnya sarana
pendukung untuk mempelajari pelajaran fiqih juga sangat berpengaruh pada prestasi
pelajaran fiqih. Melihat hal tersebut, guru dituntut profesionalitas dalam mengajar
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Tak jarang terjadi apa yang telah
diprogramkan kurikulum dan apa yang telah dijabarkan oleh guru tidak didukung
fasilitas sehingga mencapai hasil yang tidak maksimal.
Berdasarkan dari hasil observasi yang dilakukan di Kelas VII MTs Al-
Istiqomah Kp. Tegal Kembang Rt. 02/08 Ds. Kutawaringin Kec. Kutawaringin Kab.
Bandung, ditemukan bahwa metode pembelajaran pada pelajaran fiqih pada materi
dengan standar kompetensi memahami shalat qasar, jama dan qasar jama serta tata cara
salat dalam keadaan darurat adalah menggunakan metode demonstrasi. Setelah metode
tersebut digunakan ternyata pesertadidik mampu menyebutkankan cara-cara shalat
dalam keadaan darurat dengan baik dan benar.
Karena pentingnya metode demonstrasi dalam pembelajaran untuk
meningkatkan proses dan hasil belajar mata pelajran fiqih maka penulis tertarik
mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Metode Demonstrasi dalam
Pembelajaran Fiqih Kelas VII MTs Al-Istiqomah Kp. Tegal Kembang Rt. 02/08 Ds.
Kutawaringin Kec. Kutawaringin Kab. Bandung, sebagai subyek penelitian dengan
pertimbangan siswa Kelas VII bernilai baik dalam pembelajaran fiqih dan sudah
mempunyai rasa tanggungjawab terhadap tugas yang diberikan yang telah dijabarkan
oleh guru tidak didukung fasilitas sehingga mencapai hasil yang tidak maksimal.
Berdasarkan dari hasil observasi yang dilakukan DI MTs Al-Istiqomah Kp.
Tegal Kembang Rt. 02/08 Ds. Kutawaringin Kec. Kutawaringin Kab. Bandung
ditemukan bahwa metode pembelajaran pada pelajaran fiqih pada materi dengan
standar kompetensi memahami shalat qasar, jama dan qasar jama serta tata cara salat
dalam keadaan darurat adalah menggunakan metode demonstrasi. Setelah metode
tersebut digunakan ternyata pesertadidik mampu menyebutkankan cara-cara shalat
dalam keadaan darurat dengan baik dan benar.
D. Metode Penelitian dan Pembahasan
a. Metode Penelitian
Berdasarkan dari uaraian Pendahuluan tersebut di atas, Untuk memudahkan
pemahaman dan menghindari terjadinya kesalah fahaman terhadap penelitian ini,
penulis memberikan gambaran operasional tentang beberapa konsep yang fokus
pada penelitian ini, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Penerapan Metode Demonstrasi
Penerapan metode demonstrasi yaitu suatu cara penyampaian bahan
pelajaran yang sistematis dan terencana untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan oleh seorang guru ketika melaksanakan kegiatan belajar
mengajar.
Metode secara bahasa berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata metodus
berarti cara. sedangkan menurut istilah metode adalah istilah yang digunakan
untuk mengungkapkan pengertian cara yang paling tepat dan cepat dalam
melakukan sesuatu (Yunus Namsa, 2000: 3).
Sedangkan demonstrasi dalam buku Strategi Belajar Mengajar (Mansyur,
1999: 152) ialah metode yang dipergunakan oleh seorang guru atau orang luar
yang sengaja di datangkan atau murid sekalipun untuk mempertunjukkan gerakan
atau suatu proses pembelajaran dengan prosedur yang benar.
Artinya adalah salah satu cara yang menggunakan seseorang yang sengaja
di datangkan untuk mempertunjukkan gerakan atau suatu proses dengan prosedur
yang benar tentang materi pelajaran kepada peserta didik.
2. Pembelajaran mata pelajaran fiqih
Pembelajaran mata pelajaran fiqih adalah suatu mata pelajaran yang
diajarkan di setiap madrasah. Sedangkan dalam kurikulum 13 (kurtilas) mata
pelajaran fiqih yaitu salah satu bagaian dari mata pelajaran Pendidikan agama
Islam yang bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat mengetahui dan
memahami pokok–pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik
berupa dalil naqli dan aqli, serta melaksanakan dan mengamalkan ketentuan
hukum Islam dengan benar.
Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran mata pelajaran fiqih di sini
adalah salah satu materi pendidikan agama Islam yang diajarkan di
sekolah/madrasah sebagai proses pemberian petunjuk kepada orang lain untuk
memperoleh suatu kaidah tentang keimanan kepada Tuhan dan tata peribadatan,
serta tata kaidah yang bertalian dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
3. MTs Al-Istiqomah adalah lembaga pendidikan di bawah naungan Kementrian
Agama, yang merupakan jenjang pendidikan setingkat SLTP yang berdomisili di
desa Kubang Kecamatan Wanayasa Kabupaten Banjarnegara, sebagai tempat
penelitian yang penulis laksanakan.

b. Pembahasan
A. Sejarah Singkat Mts. Al-Istiqomah
Pada awal tahun 1986 telah dibentuk panitia pembangunan madrasah,
yang pembangunannya terletak di sebelah selatan masjid Dungus kelurahan
Wungu. Rencana pembangunan gedung tersebut terdiri dari 3 lokal ruang
belajar , yang dalam pelaksanaannya dapat mencapai penyelesaian 60 %,
hingga tahun 1982.
Melihat kondisi gedung yang tidak terselesaikan tersebut semakin
rapuh, maka pada awal tahun 1982 timbullah gagasan untuk
menyelesaikannya, sehingga dibentuk panitia pembangunan oleh ta’mir
masjid. Dari bentukan panitia yang terdiri dari ta’mir masjid Dungus tersebut
berhasil menyelesaikan bangunan gedung madrasah yang telah lama
terbengkalai dengan mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Setelah bangunan tersebut pada bulan April 1986 dapat terselesaikan ,
maka timbullah suatu rencana untuk memanfaatkan bangunan tersebut sesuai
dengan rencana semula yaitu untuk mendirikan madrasah tsanawiyah. Setelah
dikaji lebih lanjut memang memungkinkan untuk didirikan madrasah
tsanawiyah, karena disekitar lokasi ini , terdapat beberapa sekolah dasar dan
ada juga satu madrasah ibtidaiyah. Madrasah tsanawiyah ini sesungguhnya
telah lama didambakan oleh masyarakat Dungus.
Berpijak dari kenyataan tersebut panitia pembangunan mulai
mengadakan persiapan-persiapan yang menyangkut masalah teknis
pelaksanaan pendidikan. Persiapan-persiapan ini dimulai pada bulan Mei 1986
dan pada bulan Juli dimulai pendaftaran penerimaan siswa baru. Dalam
pendaftaran penerimaan siswa baru untuk yang pertama kali ini ternyata
mendapatkan calon siswa sejumlah 87 anak. Dengan modal tekad dan
semangat mulailah berputar roda kehidupan madrasah tsanawiyah Dungus,
dengan melewati jalan yang penuh rintangan dan tantangan.
Rintangan dan tantangan tersebut, satu persatu dihadapi dengan penuh
kesabaran dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya
perjalanan telah menghabiskan waktu satu tahun dan telah tiba saat untuk
pendaftaran siswa baru untuk tahun yang kedua. Ternyata untuk pendaftaran
siswa baru pada tahun yang kedua ini juga masih ada tanggapan dari
masyarakat , dengan bukti masih mendapatkan calon siswa sejumlah 86 anak.
Dari pengalaman tahun pertama dan kedua banyak sekali ditemui berbagai
kesulitan yang berupa kekurangan dana, tenaga teknis, sarana dan prasarana.
Pada tahun kedua ini timbul suatu tantangan yang berupa kurangnya
lokal untuk belajar, sebab ruang belajar yang telah tersedia hanya 3 lokal,
tetapi berdasarkan kenyataan jumlah murid membutuhkan 4 lokal ruang
belajar. Maka untuk sementara waktu satu kelas terpaksa dititipkan di rumah.
Pada kondisi seperti ini pengurus berusaha keras untuk mencari dana
dalam berusaha mencukupi kekurangan ruang belajar. Dengan tekad yang
membaja dan pantang menyerah, maka pada bulan September 1987 telah
berhasil diselesaikan 1 lokal ruang belajar walaupun belum sempurna. Begitu
pula kesulitan semacam ini terjadi pada tahun ketiga, karena jumlah siswa
baru yang ingin belajar ada 80 anak, padahal lokal yang tersedia hanya 4.
Untuk mengatasi masalah ini pengurus telah berusaha sedini mungkin dengan
mengambil pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya, sehingga tahun ajaran
baru tiba sudah siap dengan ruang belajarnya. Usaha tersebut ditunjang dengan
bantuan Impres dari lingkungan Departemen Agama Kabupaten Madiun,
sehingga pada tahun ajaran 1986 / 1987 sudah siap dengan lokal yang baru.
Begitu pula pada waktu yang bersamaan juga diusahakan bangunan kantor
yang agak memadahi dengan memperbaiki kantor yang lama. Dari upaya demi
upaya dan dari rintangan demi rintangan Alhamdullilah MTs AL ISTIQOMAH
masih dapat bertahan hingga saat ini.
Visi dan Misi Mts. Al-Istiqomah
VISI
Terwujudnya lulusan madrasah yang beriman berilmu dan berakhlakul
karimah yang memiliki daya saing dalam bidang iptek olahraga dan seni serta
mempunyai rasa cinta tanah air.
MISI
1. Menumbuhkembangkan pengetahuan ajaran Islam sikap perilaku dan
Amaliah agama Islam yang bisa berpengaruh pada lingkungannya
2. Menumbuhkembangkan semangat belajar ilmu pengetahuan umum dan
ilmu pengetahuan agama
3. Menumbuhkembangkan rasa bersaing yang sehat dan dinamis
4. Menumbuhkembangkan potensi dan rasa bersaing dalam olimpiade
matematika IPA
5. Menumbuhkembangkan daya saing dalam memanfaatkan IT
6. Menumbuhkembangkan potensi olahraga dan seni
7. Menumbuhkembangkan rasa cinta tanah air

B. Pembelajaran Fiqih di Mts. Al-Istiqomah


Berikut Materi-materi Yang Ada Di Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII
MTs Al-Istiqomah Kp. Tegal Kembang Rt. 02/08 Ds. Kutawaringin Kec.
Kutawaringin Kab. Bandung.

NO Materi
.
1 VII/Gasal Najis dan Cara Mensucikannya
2 Hadast dan Cara Bersucinya
3 Shalat Lima Waktu
4 Waktu-waktu Shalat
5 Bacaan-bacaan Shalat
6 Sujud Sahwi
7 Adzan dan Iqamah
8 VII/Genap Shalat Berjamaah
Dzikir dan Berdoa
Shalat Jumat
Shalat Jenazah
Shalat Jama' dan Qashar
Shalat dalam Keadaan Darurat
Contoh RPP Pembelajaran Fiqih Kelas VII Madrasah Tsanawiyah
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )

Nama Madrasah : MTs AL-Istiqomah


Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/Semester : VII PDCI / 1
Materi Pokok : Bersuci dari najis
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (1 x pertemuan)

A. KOMPETENSI INTI
1. Kompetensi Inti (KI 1):
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Kompetensi Inti (KI 2):
Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya
3. Kompetensi Inti (KI 3):
Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata
4. Kompetensi Inti (KI 4):
Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN


KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN
1.1 Meyakini ketentuan bersuci dari
hadas dan najis
2.1. Menghayati kaifiah bersuci dari
hadas dan najis
3.1. Memahami najis dan hadas dan tata 3.1.1 Menjelaskan pengertian najis
cara menyucikanya 3.1.2 Menunjukkan dalil tentang najis
3.1.3 Menyebutkan macam – macam najis
3.1.4 Membedakan tata cara bersuci dari
najis
3.1.5 Menerapkan tata cara bersuci najis
4.1 Mendemonstrasikan tata cara 4.1.1 Mendemostrasikan tata cara bersuci
bersuci dari najis dan hadas dari najis

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui pendekatan saintifik dengan metode kooperatif siswa dapat:
1) Merumuskan arti taharah
2) Merumuskan pengertian najis
3) Menunjukkan dalil tentang najis
2) Menyebutkan macam-macam najis
3) Membedakan tata cara bersuci dari najis
4) Menjelaskan tata cara bersuci dari najis
7) Memperagakan tata cara bersuci dari najis

D. MATERI PEMBELAJARAN
Pengertian Najis
Najis ialah sesuatu yang kotor menurut agama. Manusia tidak boleh membuat aturan
sendiri untuk menentukan apakah suatu benda najis atau tidak. Selain sebagai bentuk
ketaatan kita kepada Allah dan dengan selalu berpikir positif, kita sebagai
hambaNya harus yakin bahwa di balik itu semua ada hikmah yang tersembunyi.

MACAM – MACAM NAJIS


a. Najis mughaladzah (najis berat)
Yaitu najis yang di sebabkan dari air liur anjing dan babi yang mengenai bejana.
Cara mensucikannya ialah dengan menghilangkan wujud benda najis terlebih
dahulu kemudian di cuci dengan air bersih sebanyak tujuh kali dan salah satunya
dengan di campur tanah.
b. Najis mukhaffafah (najis ringan)
Yaitu najisnya air kencing anak laki-laki yang belum makan apa-apa kecuali ASI
dan berumur kurang dari dua tahun. Cara mensucikannya cukup dengan
memercikkan air pada benda yang terkena najis tersebut.
c. Najis mutawasithah (najis sedang)
Yaitu semua najis yang tidak termasuk najis mughaladzah dan mukaffafah. Cara
mensucikannya adalah dengan menghilangkan najis tersebut baik wujud, bau
ataupun rasanya. Adapun jika wujud, bau dan rasa dari najis tersebut sudah tidak
ada seperti air kencing yang suda kering, maka cukup disiram air di atasnya.

E. METODE PEMBELAJARAN
Diskusi, ceramah, inkuiri, drill, Contextual Teaching Learning (CTL)

F. MEDIA, ALAT/BAHAN, SUMBER PEMBELAJARAN


1. Media: LCD, AUDIO VISUAL
2. Alat/Bahan: SPIDOL, KERTAS KARTON, KERTAS GAMBAR, PAPAN
TULIS
3. Sumber Pembelajaran: BUKU PAKET, AL QUR’AN TERJEMAH,
GAMBAR (LCD), ALAT BERSUCI (air, benda padat)

G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
NO URAIAN KEGIATAN WAKTU
1 PERTEMUAN KE I
PENDAHULUAN : 5 menit
 Guru mengucapkan salam dan mengajak peserta didik berdo’a
awal majlis
 Guru mengabsensi peserta didik
 Guru mengajak peserta didik untuk bebas menerangkan tentang
najis
 Guru menjelaskan secara singkat tujuan pembelajaran serta
kompetensi yang akan di capai
 Peserta didik dibagi menjadi 3 kelompok besar ( kelompok
Mukhaffafah, kelompok Mutawashithah, kelompok Mughaladha)

KEGIATAN INTI 30 Menit


1. Mengamati
 Peserta didik mendengar penjelasan guru tentang pengertian
najis
 Peserta didik mengamati lingkungan sekitar tentang
kekuasaan Allah
2. Menanya
 Peserta didik menanyakan hal - hal yang berkaitan dengan
najis
 Peserta didik memberi tanggapan tentang materi najis
 Guru memberi umpan balik dari tanggapan siswa tentang
materi pengertian najis
3. Eksplorasi/eksperimen
 Masing masing kelompok mencari buku literartur di
perpustakaan yang berkaitan dengan najis dari kelompok
masing - masing
 Masing - masing kelompok mendiskusikan najis yang telah
ditemukan
4. Mengasosiasi
 Masing masing kelompok membuat ringkasan tentang najis
yang telah didiskusikan
5. Mengkomunikasikan
 Masing - masing kelompok mempresentasikan hasil
diskusinya secara bergantian

3 PENUTUP 5 menit
 Guru dan peserta didik bersama sama menyimpulkan hasil
pembelajaran
 Guru memberi tugas untuk dikerjakan di rumah
 Guru memberi pesan moral terkait dengan materi
 Guru mengakhiri pembelajaran dengan membaca hamdalah dan
salam

H. PENILAIAN
1. TES TULIS BENTUK URAIAN
1. Menjelaskan pengertian najis ?
2. Menyebutkan macam – macam najis ?
3. Bedakan macam – macam najis ?

Kunci jawaban:

1. Najis ialah sesuatu yang kotor menurut agama. Manusia tidak boleh
membuat aturan sendiri untuk menentukan apakah suatu benda najis
ataukah tidak.
2. a. Najis mughaladzah (najis berat)
b. Najis mukhaffafah (najis ringan)
c. Najis mutawasithah (najis sedang)
3. a. Cara mensucikannya dengan membasuh sebanyak 7 x salah satunya
dengan tanah
b. Cara mensucikannya dengan membasuh pada tempat yang terkena najis
sampai hilang warna, rasa, dan bau.
c. Cara mensucikannya cukup dengan memercikkan air pada benda yang
terkena najis tersebut.

4. INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL


N
PERNYATAAN YA TIDAK
O
1 Selain Allah, tidak ada lagi Tuhan yang patut kita 1
sembah
2 Seseorang yang memohon perlindungan kepada selain 1
Allah (misalnya DUKUN, POHON, dsb) adalah
perbuatan musyrik
3 1
4 0
5 0
dst

Petunjuk Penyekoran
Jawaban YA diberi skor 1, dan jawaban TIDAK diberi skor 0
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Skor diperole h
x 4=skor ak h ir
Skor maksimal

Contoh :
Jawaban YA sebanyak 3, maka diperoleh nilai skor 3, dan skor maksimal 5
maka nilai akhir adalah :
___3____ X4 = 2.4
5

5. ISNTRUMEN PENILAIAN SIKAP SOSIAL


NO PERNYATAAN SL SR KD TP
1 Melaksanakan shalat tepat waktu 4
2 Berdo’a setiap habis shalat 3
3 Berdo’a setiap akan melakukan kegiatan 2
4 Berdo’a setiap selesai melakukan kegiatan 1
5 Dst

Keterangan :
SL = Selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
SR = Sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-
kadang tidak melakukan
KD = Kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak
melakukan
TP = Tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Petunjuk Penskoran :
Skor 4 jika SL Skor 2 jika KD
Skor 3 jika SR Skor 1 jika TP

Skor perolehan 10
NILAI= ---------------------- x 4 ---------x 4 = 2.5
Skor maksimal 16

6. INSTRUMEN PENIALAIAN PERFORMANCE/UNJUK KERJA


MEMBACA/MENGHAFAL

Predikat
Sko
Aspek yang dinilai Nilai
r
Lantang

Kelancaran
Trampil
Cekatan

N
Nama PD
o

1 Miftahuddin 2 3 4 1 10 62.5/2.33 C+
2 Munirotulafifah 3 2 1 2 8 50 / 1.33 D+
3 Muflihatulmah 4 3 4 4 15 93.75/100 A
4 Mubinhaqul 4 3 3 3 13 81.25/3.66 A-

Penskoran:
Skor 4 jika Cekatan, Trampil, Lantang, kelancaran SANGAT BAIK
Skor 3 jika Cekatan, Trampil, Lantang, kelancaran BAIK
Skor 2 jika Cekatan, Trampil, Lantang, kelancaran CUKUP
Skor 1 jika Cekatan, Trampil, Lantang, kelancaran KURANG

Skor perolehan 10
NILAI= ---------------------- x 4 ---------x 100 = 62.5 = 2.33 (C+)
Skor maksimal 16

Mengetahui, Malang,
Kepala Madrasah Guru Mata Pelajara

Moh Masykur Ridloi, S.Ag, M.Pd.I

Pembahasan Materi Pelajaran Fiqih Kelas VII MTs Al-Istiqomah Kp. Tegal
Kembang Rt. 02/08 Ds. Kutawaringin Kec. Kutawaringin Kab. Bandung.

1. Shalat Jama’
Shalat jama’ artinya shalat yang dikumpulkan. Orang dalam perjalanan boleh
mengumpulkan dua shalat fardhu dalam satu waktu shalat. Shalat jama’ ada dua
macam, yaitu:
 Jama’ Taqdim, artinya mengumpulkan kemuka, yaitu mengerjakan shalat
maghrib dengan isya dalam waktu maghrib, dan mengerjakan shalat zuhur dan
ashar dalam waktu zuhur. Jadi dalam waktu ashar dan maghrib tidak
mengerjakan shalat lagi.
 Jama’ Takhir, artinya mengumpulkan kebelakang, yaitu mengerjakan shalat
zuhur dan ashar dalam waktu ashar, dan mengerjakan shalat maghrib dan isya
dalam waktu isya. Dalam waktu zuhur dan maghrib tidak mengerjakan shalat
lagi.
a. Syarat jama’ taqdim, yaitu:
 Shalat zuhur lebih dahulu dikerjakan dari shalat ’ashar, dan shalat maghrib
lebih dahulu dari shalat isya.
 Berniat jama’ dalam shalat yang pertama, yaitu berniat dalam shalat zuhur atau
dalam shalat maghrib menjama’kan shalat. Niat jama’ boleh dilakukan selama
belum selesai memberi salam dari shalat yang pertama.
 Shalat yang dijama’ dikerjakan beriring-iringan, tidak boleh lama perpisahan
antara keduanya.
 Senantiasa dalam perjalanan hingga dimulai takbiratul ihram shalat yang
kedua. Jika sebelum takbiratul ihram yang kedua ia telah sampai di tempat
tinggalnya, tidak boleh dijama’kan shalat itu lagi, tetapi haruslah shalat ashar
atau isya dikerjakan dalam waktunya masing-masing.
 Perjalanan itu tidak maksiat.
2. Syarat jama’ takhrir, yaitu:
 Berniat mengumpulkan shalat dalam waktu shalat yang pertama, yaitu dalam
waktu zuhur atau maghrib, berniat akan mengumpulkan shalat zuhur dengan
ashar atau akan mengumpulkan shalat magrib dengan isya.
 Senantiasa dalam perjalanan hingga selesai shalat tersebut keduanya.
 Sekurang-kurang perjalanan sejauh perjalanan dua hari.(± 90 km)
 Perjalanan yang tentu tujuannya.
 Perjalanan itu tidak maksiat.
2. Shalat Qashar
Syarat shalat qashar, yaitu:
 Sekurang-kurangnya perjalanan yang ditempuh sejauh perjalanan dua hari.
Menurut perhitungan Saijid Ahmad Bek Al Husaini dalam kitab Dalil-ul
Musafir, jarak perjalanan dua hari itu 89.040 meter.
 Berniat mangqashar shalat dalam takbiratul ihram. Misal niatnya: ”aku sengaja
mengerjakan shalat fardhu zuhur dua rakaat qashar karena Allah”.
 Perjalanan itu tidak maksiat.
 Perjalanan itu menuju tempat yang tertentu. Orang yang tidak tertentu tujuan
perjalanannya, tidak boleh mengqashar shalat.
 Tidak berimam kepada orang yang tidak mengqashar shalatnya.
 Senantiasa dalam perjalanan hingga selesai shalat. Orang yang shalat naik
kenderaan misalnya, sebelum memberi salam telah sampai ke tempat
tinggalnya, harus menyempurnakan shalatnya itu empat rakaat.
 Tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan qashar. Misalnya berniat
menetap pada tempat melakukan qashar sampai empat hari dan empat malam
atau lebih. Apabila ia berniat akan menetap di tempat itu selama waktu
tersebut atau lebih, maka mulai dari waktu itu ia tidak boleh melakukan qashar
lagi.
 Tidak memilih jalan yang jauh dan meninggalkan jalan yang dekat dengan
maksud supaya boleh qashar. Dan jika ia menempuh jalan itu karena lebih
bagus atau lebih aman misalnya, maka boleh mengqasharnya.
3. Shalat jama’ dan qashar
Orang yang dalam perjalanan yang tidak maksiat boleh mengumpulkan shalat
jama’ dan qashar, yaitu mengumpulkan dua shalat dan bersama-sama dengan itu
memendekkannya pula. Shalat zuhur dan ashar dipendekkan menjadi dua rakaat lalu
dijama’kan dengan jama’ taqdim atau takhrir. Demikian juga shalat isya dipendekkan
menjadi dua rakaat lalu dijama’kan dengan shalat maghrib tiga rakaat dengan jama’
taqdim atau jama’ takhrir.

Cara mengerjakan shalat jama dengan qasar tidak berbeda dengan mengerjakan shalat
jama saja selain dari jumlah rakaatnya, yaitu pada shalat qasar dikerjakan shalat empat
rakaat menjadi dua rakaat. Sedangkan shalat yang 3 rakaat dan dua rakaat tidak boleh
diqashar lagi.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Penerapan metode demonstrasi pada
Pembelajaran Fiqih Kelas VII MTs Al-Istiqomah Kp. Tegal Kembang Rt. 02/08 Ds.
Kutawaringin Kec. Kutawaringin Kab. Bandung maka kesimpulan langkah penerapan
metode demonstrasi bidang studi fiqihdi kelas VII MTs al-Istiqomah adalah sebagai
berikut:
a. Penerapan metode demonstrasi di MTS al-Istiqomah kelas VII meliputi
perencanaan, uji coba, penerapan atau pelaksanaan dan evaluasi. Guru bidang studi
Fiqih di MTs al-Istiqomah dalam penerapan metode demonstrasi pertama kali
memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai materi yang akan didemonstrasikan,
kemudian guru memberikan contoh melakukan demonstrasi yang baik dan benar
mengenai materi pelajaran tersebut, setelah itu guru memerintahkan siswa untuk
mempraktekkan kembali. Jika pendemonstrasian yang dilakukan oleh siswa belum
baik dan benar maka guru langsung memperbaikinya atau diadakan Tanya jawab
sebagai langkah evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
T Ibrahim Darsono. 2008. Penerapan Fiqh untuk Madrasah Tsanawiyah,
berdasarkan Standar Isi Madrasah Tsanawiyah, Tahun 2007. Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
Umam, Chatibul. 2003. Fiqh Untuk Madrasah Tsanawiyah. Kudus: Menara
Kudus.
Rambe, Nawawiyah. 1994. Fiqih Islam. Jakarta: Duta Pahala.
Mansyur, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan
Agama Islam Departemen Agama, 1998.
http://mtsalistiqomah.sch.id/
https://bengkulu.kemenag.go.id/file/file/Sirandang/pendidikan.pdf
https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/salat-jamak-qoshor-dan-jamak-
qoshor-1/
https://www.websiteedukasi.com/ki-kd-fikih-kelas-7.html

Anda mungkin juga menyukai