Gangguan suasana hati adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh
hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat.
Orang dengan gangguan suasana hati bipolar ditandai dengan episode depresif berat
yang berganti-ganti dengan episode mania, atau hipomania. Pasien dengan suasana
hati terdepresi, mengalami gejala depresi, merasakan hilangnya energi dan minat,
perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, dan pikiran
tentang kematian atau bunuh diri. Sedangkan suasana yang meninggi, yaitu mania
(hipomania), menunjukkan sikap yang meluap-luap, gagasan yang meloncat-loncat
(flight of ideas), penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga diri, dan gagasan
kebesaran.
Sumber: Wahyuni, Anak Ayu Sri. (2018). Diagnosis dan Patofisiologi Gangguan
Depresi Mayor. Junal. Departemen Psikiatri FK UNUD / RSPU Sanglah
Gangguan mood sering disebut gangguan afektif, karena afek adalah tampilan
eksternal dari suasana hati, emosi yang dirasakan secara internal.
Sumber: Marfu'ah, Iin. (2017). Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengatasi
Gangguan Mood Pada Siswi X di SMPN 3 Pulung Ponorogo. Undergraduate thesis,
UIN Sunan Ampel Surabaya.
Menurut Jefrey S. Nevid dalam bukunya psikologi abnormal gangguan mood adalah
gangguan pada mood yang berlangsung lama, tidak seperti biasanya, parah, dan cukup
serius sehingga menghambat fungsnya sehari-hari. Gangguan mood merupakan
sekelompok penyakit yang bevariasi bentuknya kelainan fundamental dari kelompok
gangguan ini adalah perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya ke arah
depresi, atau ke arah elasi (suasana perasaan meningkat).
Ada beberapa jenis gangguan mood, termasuk gangguan Unipolar dan gangguan
Bipolar. Gangguan Unipolar terdiri dari gangguan depresi mayor, dan gangguan
perubahan mood yaitu gangguan Bipolar dan Siklotimik.
A. Gangguan Unipolar
Gangguan yang mengacu pada suatu kutub, atau arah tunggal. Ada
diantaranya gangguan depresi mayor. Mengapa gangguan depresi dianggap
Unipolar, karena gangguan depresi mayor terjadi hanya pada satu arah atau satu
kutub emosional yang menurun kebawah.
1) Gangguan depresi berat (Mayor Depressive Disorder)
Depresi yang paling sering di diagnosis dan paling berat adalah major
depressive episode (episode depresi berat). Kriteria DSM-IV-TR
mengindikasikan keadaan perasaan ekstrem yang berlangsung paling tidak 2
minggu dan meliputi gejala-gejala kognitif (seperti perasaan tidak berharga
dan tidak pasti) dan fungsi fisik terganggu (seperti perubahan pola tidur,
perubahan nafsu makan dan berat badan yang signifikan atau kehilangan
banyak energi)samai titik dimana aktifitas atau gerakan yang paling ringan
sekalipun membutuhkan usaha yang luar biasa besar. Episode ini biasanya
disertai dengan hilangnya interes secra umum terhadap barbagai hal dan
ketidakmampuan mengalami kesenangan apapun dalam hidup termasuk
nteraksi dengan keluarga atau teman atau prestasi yang dicapai di sekolah atau
di tempat kerja.
Ketidakmampuan mengalami kesenangan (anhedonia) ini jauh
menonjol pada episode-episode deprsif berat ini dibanding, misalnya
kesedihan atau distress atau kecederungan menangis yang muncul baik pada
individu-individu yang depresi (kebanyakan perempuan). Gangguan depresi
mayor ditandai dari mood yang menurun hingga gangguan selera makan dan
tidur, sampai kurangnya minat, motivasi dalam keberfungsian sehari-hari. Dan
yang paling menonjol adalah ditandai engan kesedihan yang sangat, perasaan
tidak berarti kehilangan minat akan aktifitas setiap momen akan terasa sangat
berat.
Gejala depresi mayor menurut Namora Lumongga Lubis dalam bukunya
Depresi Tinjauan Psikologis ada lima atau lebih sintom-simtom selama 2
minggu berturut-turut dan menunjukkan perubahan dari keadaan sebelumnya
a) Mood depresi sepanjang waktu, hampir setiap hari diindikasikan oleh
laporan subyektif (misal merasa sedih atau kosong).
b) Ditandai dengan menurunnya ketertarikan atau kesenangan pada semua
hal, atau hampir semuanya, kegiatan sepanjang waktu, hampit setiap hari.
c) Kehilangan berat badan ketika tidak diet atau penambahan berat badan
atau menurun atau meningkatnya seera makan hampir setiap hari.
d) Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.
e) Peningakatan atau penurunan gerak hampir setiap hari.
f) Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.
g) Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah berlebihan atau tidak
beralasan.
h) Berkurangnya kemampuan berfikir atau konsentrasi atau tidak bisa
memutuskan sesuatu.
i) Muncul secara berulang pikiran akan kematian, pikiran bunuh diri tanpa
rencana spesifik atau usaha bunuh diri atau sebuah rencana yang spesifik
untuk melakukan bunuh diri.
Secara garis besar, tipe gangguan dapat diklasifikasikan menjadi mood episode,
depressive disorder, dan bipolar disorders (Yosep, 2007).
1) Mood Episode
a. Mayor depressive episode, pada tipe ini, terdapat 5 atau lebih gejala-gejala
yang ditampilkan selama periode 2 minggu dan menampilkan perubahan
fungsi sebelumnya. Adapun tanda-tanda secara lengkap adalah;
Perasaan depresif lebih banyak dalam sehari, hampir setiap hari yang
diindikasikan berdasarkan data subjektif atau hasil observasi.
Menurunnya secara nyata minat terhadap kesenangan, hampir semua
aktivitas dalam sehari atau hampir setiap hari.
Kehilangan berat badan yang berartimeskipun tidak diet.
Kesulitan tidur (insomnia)
Terjadi peningkatan aktivitas psikomotor atau perlambatan motorik
hampir setiap hari.
Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.
Perasaan-perasaan tidak berharga atau berlebihan atau perasaan
berdosa yang berlebihan hampir setiap hari.
Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi, atau
perasaan ragu-ragu hampir setiap hariterus-menerus berpikir tentang
kematian, berulangnya ide-ide untuk bunuh diri.
b. Manic Episode, Pada tipe ini, ditandai dengan periode agngguan yang nyata
dan peningkatan secara menetap, mood mudah terangsang selama 1 minggu.
Selama periode gangguan, 3 atau lebih gejala berikut telah menetap dan telah
nampak dalam tingkat yang berarti:
Melambungnya harga diri.
Menurunnya kebutuhan untuk tidur.
Lebih banyak bicara dibanding biasanya.
Flight of ideas.
Perhatian yang mudah teralih.
Peningkatan perilaku.
Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan
yang berpotensi untuk mengakibatkan cedera (Yosep, 2007).
2) Depressive disorders
a. Mayor Depressive Disorders, Dapat berupa episode berulang atau episode
tunggal. Hal ini dapat juga memiliki gambaran khusus seperti adanya
penampilan diam melamun (catatonic) atau melankolik atau menyertai
kejadian postpartum.
b. Dysthymic disorder, Dikenal dengan Depresi Neurosis, yang ditandai dengan
mood yang terdepresi dalam sebagain besar hari (Davison, Neale, & Kring,
2004).
3) Bipolar Disorders
a. Bipolar Disorders, klien dengan tipe bipolar mendemonstrasikan kekuatan,
meluap-luap dan menggambarkan siklus irama mood. Bentuk yang ditemukan
dalam tipe gangguan mental ini adalah kapanpun mengalami keadaan meluap-
luap selama waktu satu mingu atau satu bulan.
b. Cyclothymic Disorders, Individu dengan kelainan ini cenderung untuk
mengalami irama mood diantara keriangan dan depresif (Davison, Neale, &
Kring, 2004).
6. ASKEP
MOOD DISORDER
Kasus 2
Seorang Remaja 15 tahun, masuk IGD rumah sakit umum dengan kondisi lemah dengan
tanda-tanda vital BP 90/50mmHg, RR:15, HR: 60x/detik. Klien tidak mau berangkat sekolah
selama seminggu belakangan ini serta kehilangan napsu makan selama 5 hari belakangan ini.
Hal ini terjadi setelah dia bullying di sekolahnya yang sudah berlangsung selama dia kelas 2
SMP. Dia diejek bahwa dia pendek dan hitam. Awalnya dia cuek, tetapi semakin lama itu
terjadi lama – lama mengganggu dan membuatnya tertekan. Dia tidak ada tempat cerita dan
hanya menyimpan dalam hati karena kedua orang tuanya sibuk bekerja. Klien pernah
mencoba untuk cerita dengan temannya, tetapi temannya mengatakan dia baperan, akhirnya
dia malas untuk bercerita. Klien yang dulunya hobby futsal sudah sejak 3 bulan ini tidak
berminat lagi. Klien juga beberapa kali mencoba untuk menyakiti diri sendiri, karena sudah
merasa tidak ada keinginan untuk hidup dengan penderitaan seperti ini.
A. Analisa Data
DO:
Masuk IGD rumah sakit umum dengan kondisi lemah
dengan tanda-tanda vital BP 90/50mmHg, RR:15, HR:
60x/detik.
Klien tidak mau berangkat sekolah.
Awalnya dia cuek, tetapi semakin lama itu terjadi lama –
lama mengganggu dan membuatnya tertekan. Dia tidak
ada tempat cerita dan hanya menyimpan dalam hati
karena kedua orang tuanya sibuk bekerja.
Hal ini terjadi setelah dia bullying di sekolahnya yang
sudah berlangsung selama dia kelas 2 SMP. Dia diejek
bahwa dia pendek dan hitam.
DS: Risiko Bunuh Diri
Klien juga beberapa kali mencoba untuk menyakiti diri
sendiri, karena sudah merasa tidak ada keinginan untuk
hidup dengan penderitaan seperti ini.
DO:
-
DS:
-
DO:
Klien kehilangan napsu makan selama 5 hari belakangan
ini.
Tg No SLKI SIKI
l Dx
Ke
p
1 Intraksi Sosial [L.13115] Modifikasi perilaku keterampilan sosial [I.13484]
Setelah dilakukan tindakan Definisi:
keperawatan 3x24 jam, maka Mengubah pengembangan atau peningkatan
didapatkan intraksi sosial keterampilan social interpersonal.
meningkat dengan kriteria hasil:
Perasaan nyaman dengan Observasi:
situasi sosial meningkat 1. Identifikasi penyebab kurangnya keterampilan
Perasaan mudah menerima atau sosial
mengkomunikasikan perasaan 2. Identifikasi fokus keterampilan sosial
meningkat
Responsive pada orang lain Terapeutik:
1. Motivasi untuk berlatih keterampilan social
meningkat
2. Beri umpan balik positif (pujian atau
Perasaan tertarik pada orang
penghargaan)
lain meningkat
3. Libatkan keluarga selama latihan keterampilan
Kooperatif dalam bermain
dengan sebaya meningkat
Edukasi:
Kooperatif dengan teman1. Jelaskan tujuan melatih keterampilan social
sebaya meningkat 2. Jelaskan respon dan konsekuensi keterampilan
Gejala cemas menurun sosial
3. Anjurkan mengungkapkan perasaan akibat
masalah yang dialami
4. Anjurkan mengevaluasi pencapaian setiap
interaksi
5. Edukasi keluarga untuk dukungan keterampilan
sosial
6. Latih keterampilan social secara bertahap
2 Kontrol Diri [L.09076] Pencegahan Bunuh Diri [I.14538]
Setelah dilakukan tindakan Definisi:
keperawatan 3x24 jam, maka Mengidentifikasi dan menurunkan risiko merugikan
didapatkan kontrol diri meningkat diri sendiri dengan maksud mengakhiri hidup.
dengan kriteria hasil:
Perilaku melukai diri sendiri Observasi:
menurun 1. Identifikasi gejala risiko bunuh diri
Perilaku merencanakan bunuh
diri menurun (mis.gangguan mood, halusinasi, delusi,panik,
Alam perasaan depresi penyalahgunaa zat, kesedihan, gangguan
menurun kepribadian)
2. Identifikasi keinginan dan pikiran rencana
bunuh diri
3. Monitor lingkungan bebas bahaya secara rutin
(mis.barang pribadi, pisau cukur, jendela)
4. Monitor adanya perubahn mood atau perilaku
Terapeutik:
1. Libatkan dalam perencanaan perawatan mandiri
2. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3. Lakukan pendekatan lamgsung dan tidak
menghakimi saat membahas bunuh diri
4. Berikan lingkungan dengan pengamanan ketat dan
mudah dipantau (mis.tempat tidur dekat dengan
ruang perawat)
5. Tingkatkan pengawasan pada kondidi tertentu
(missal, rapat staf, pergantian shift)
6. Lakukan intervensi perlindungann (mis.
pembatasan area, pengekangan fisik), jika perlu
7. Hindari diskusi berulang tentang bunuh diri
sebelumnya, diskusi berorientasi pada masa
sekarang dan masa depan
8. Diskusikan rencana menghadapi ide bunuh diri
dimasa depan (mis. orang yang dihubungi, kemana
mencari bantuan)
9. Pastikan obat ditelan
Edukasi:
1. Anjurkan mendiskusikan perasaan yang dialami
kepada orang lain
2. Anjurkan menggunkaan sumber pendukung
(mis.layanan spiritual, penyedia layanan)
3. Jelaskan tindakan pencegahan bunuh diri kepada
keluarga atau orang terdekat
4. Informasikan sumber daya masyarakat dan
program yang tersedia
5. Latih pencegahan risiko bunuh diri (mis.latihan
asertif, relaksasi otot progresif)
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, atau
antipsikotik, sesuai indikasi
2. Kolaborasikan tindakan keselamatan kepada PPA
3. Rujuk kepelayanan kesehatan Mental, jika perlu.
Observasi:
1. Identifikasi mood (mis, tanfa, gejala, riwayat
penyakit)
2. Identifikasi risiko keselamatan diri atau orang lain
3. Monitor fungsi kognitif(mis.konsentrasi,
memori,kemampuan membuat keputusan)
4. Monitor aktivitas dan tingkat stimulasi lingkungan
Teraupetik:
1. Fasilitasi pengisian kuesioner self-report (mis.
beck depression inventory, skala status
fungsional), jika perlu
2. Berikan kesempatan untuk menyampaikan
perasaan dengan cara yang tepat (mis. sandsack,
terapi seni, aktivitas fisik)
Edukasi:
1. Jelaskan tentang gangguan mood dan
penanganannya
2. Anjurkan berperan aktif dalam pengobatan dan
rehabilitasi, jika perlu
3. Anjurkan rawat inap sesuai indikasi (mis.risiko
keselamatan, defisit perawatan diri, social)
4. Ajarkan mengenali pemicu gangguan mood (mis.
Situasi stress, masalah fisik)
5. Ajarkan memonitor mood secara mandiri (mis.
skala tingkat 1-10, membuat jurnal)
6. Ajarkan keterampilan koping dan penyelesaian
masalah baru
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat, jika perlu
2. Rujuk untuk psikoterapi (mis. perilaku, hubungan
interpersonal, keluarga, kelompok), jika perlu
3 Nafsu Makan [L.03024] Manajemen Nutrisi
Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan 3x24 jam, maka 1. Identifikasi status nutrisi
didapatkan nafsu makan membaik 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
dengan kriteria hasil: 3. Identifikasi makanan yang disukai
Keinginan makan meningkat 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
Asupan makanan meningkat 5. Monitor asupan makanan
Energi untuk makan meningkat 6. Monitor berat badan
Asupan nutrisi meningkat
Stimulus untuk makan Terapeutik:
meningkat 1. Fasilitasi menentukan pendoman diet (mis.
piramida makanan)
2. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
3. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
4. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
5. Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi:
1. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu