Anda di halaman 1dari 12

Perbandingan Persyaratan Dan Proses Sertifikasi Distribusi Obat Dan Alkes Sesuai Perundang-

Undangan

1. Perbandingan Dasar Hukum Distribusi Obat dan Alat Kesehatan

OBAT ALKES
Tentang narkotika (Lembaran Negara Republik Tentang Kesehatan
Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor UU No. 36 Tahun 2009
5062);

UU No.35 Tahun 2009


Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan
Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Indonesia Tahun 1998

PERMENKES No. 72 Tahun 1998 PERMENKES No. 72 Tahun 1998

Tentang Pekerjaan Kefarmasian (Lembaran Tentang Pengawasan atas Peredaran,


Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Penyimpanan, dan Penggunaan Pestisida.
Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5044). PP No.7 1973

PP No. 51 Tahun 2009

Tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1189
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun /Menkes/Per/VIII/2010 tentang Produksi Alat
2017 Nomor 180); Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga;
Peraturan Presiden No. 80 Tahun 2017
PERMENKES RI No. 1189

PKa BPOM HK.03.1.34.11. 1.7542 Tahun PERMENKES RI No. 1190


2012
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1190
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan /Menkes/ Per/VIII/2010 tentang Izin Edar Alat
Makanan Nomor HK.03.1.34.11.1.7542 Tahun Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
2012 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Tangga
Obat yang Baik (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 1268);
PMK NOMOR 1120 Tahun 2008

Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan


CPOB, persyaratan CPOB bagi industri
farmasi dibuktikan dengan dokumen yang
sesuai
PMK No. 1799 tahun 2010

Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat


melakukan proses pembuatan obat. Tetapi
Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus terlebih
dahulu memenuhi persyaratan CPOB yang
dibuktikan dengan sertifikat CPOB.
PP Nomor 72 Tahun 1998

Pengamanan sediaan farmasi dan alat


kesehatan sebagai upaya yang dilakukan untuk
melindungi masyarakat dari bahaya
penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
yang tidak tepat serta tidak memenuhi
persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan.
UU No. 36 Tahun 2009

Sediaan farmasi berupa obat dan bahan baku


obat harus memenuhi syarat farmakope
Indonesia atau buku standar lainnya serta
sediaan farmasi yang berupa obat tradisional
dan kosmetika serta alat kesehatan harus
memenuhi standar dan/atau persyaratan yang
ditentukan.

2. Definisi kata kunci

OBAT ALKES
PerKa BPOM No. 25 Tahun 2017 PMK Nomor 1191 Tahun 2010

Cara Distribusi Obat yang Baik yang Cara distribusi alat Kesehatan yang Baik, yang
selanjutnya disingkat CDOB adalah cara selanjutnya disingkat CDAKB adalah pedoman
distribusi / penyaluran Obat dan / atau Bahan yang digunakan dalam rangkaian kegiatan
Obat yang bertujuan memastikan mutu distribusi dan pengendalian mutu yang
sepanjang jalur distribusi /penyaluran sesuai bertujuan untuk menjamin agar produk alat
persyaratan dan tujuan penggunaannya. kesehatan yang didistribusikan senantiasa
memenuhi persyaratan yang ditetapkan sesuai
tujuan penggunaannya.
PerKa BPOM No. 25 Tahun 2017 PMK No. 26 Tahun 2018
Sertifikat CDOB adalah dokumen sah yang Sertifikat Cara Distribusi Alat Kesehatan yang
merupakan bukti bahwa PBF atau PBF Cabang Baik yang selanjutnya disebut Sertifikat
telah memenuhi persyaratan CDOB dalam CDAKB adalah sertifikat yang diberikan oleh
mendistribusikan Obat dan/atau Bahan Obat. kepada produsen yang telah diaudit dan
memenuhi kesesuaian aspek CDAKB.

3. Perbandingan Persyaratan Distribusi Obat dan Alat Kesehatan

OBAT ALKES
PKaBPOM 5 Tahun 2017 PMK Nomor 1190 Tahun 2010

Bahan Obat dan Makanan yang dapat Menjamin Alat kesehatan dan/ atau PKRT
dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia harus yang memenuhi standar persyaratan mutu,
memenuhi persyaratan keamanan, keamanan dan kemanfaatan sejak kegiatan
khasiat/manfaat, dan mutu dan juga harus produksi sampai dengan penggunaan Alkes.
memenuhi ketentuan peraturan perundang- Dan setiap Alkes yang akan didistribusikan
undangan di bidang impor. wajib memiliki izin edar.
PMK 1799 Tahun 2010 PMK Nomor 62 Tahun 2017

Industri Farmasi yang membuat obat atau Alat kesehatan adalah instrument, apparatus,
bahan obat yang termasuk dalam golongan mesin dan atau implant yang tidak
narkotika wajib memperoleh izin khusus untuk mengandung obat yang digunakan untuk
memproduksi narkotika sesuai dengan mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan. meringankan penyakit, merawat orang sakit,
Industri Farmasi wajib memenuhi persyaratan memulihkan kesehatan pada manusia, dan atau
CPOB. membentuk struktur
atau memperbaiki fungsi tubuh.
PMK 1148 Tahun 2011 UU Nomor 44 Tahun 2009

PBF dan PBF Cabang hanya dapat Pemerintah dan Pemerintah daerah
mengadakan, menyimpan dan menyalurkan bertanggung jawab untuk mengatur
obat dan/atau bahan obat yang memenuhi pendistribusian dan penyebaran Alkes
persyaratan mutu yang ditetapkan oleh Menteri berteknologi tinggi dan bernilai tinggi

PP No. 72 Tahun 1998 PP Nomor 72 Tahun 1998

Produksi sediaan farmasi dan alat kesehatan Persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan
harus dilakukan dengan cara produksi yang alat kesehatan sesuai dengan persyaratan yang
baik yang ditetapkan oleh Menteri. ditetapkan oleh menteri.

PP No. 51 Tahun 2009 PP Nomor 51 Tahun 2009

Dalam Produksi Sediaan Farmasi harus Fasilitas Distribusi atau penyaluran Sediaan
memiliki Apoteker penanggung jawab. Farmasi dan Alkes melalui PBF, Penyalur
Apoteker penanggung jawab dapat dibantu Alkes, Instalasi Sediaan Farmasi dan Alkes
oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga milik Pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
Teknis Kefarmasian. dan pemerintah daerah kabupaten/kota

UU No. 36 Tahun 2009 UU No. 36 Tahun 2009

Sediaan farmasi dan alat kesehatan harus Sediaan farmasi dan alat kesehatan harus
aman, berkhasiat/bermanfaat, bermutu, dan aman, berkhasiat/bermanfaat, bermutu, dan
terjangkau. terjangkau.

4. Perbandingan Langkah Proses Sertifikasi Distribusi Obat dan Alat Kesehatan

OBAT ALKES
PERSYARATAN PERSYARATAN
Memiliki izin PBF untuk PBF atau memiliki Mengisi Formulir Permohonan sesuai
pengakuan sebagai PBF Cabang untuk PBF Permenkes No. 1191/
Cabang. MENKES/PER/VIII/2010
PKa BPOM RI No. 25 2017
Mencantumkan nomor surat, tanggal surat,
1. Pendaftaran Pemohon dilakukan melalui alamat jelas dan nomor Telp/Fax.
website Badan Pengawas Obat dan Makanan Menggunakan kop surat perusahaan.
dengan alamat http://www.pom.go.id atau
melalui subsite Contoh formulir terlampir pada Permenkes
http://www.sertifikasicdob.pom.go.id. 2. nomor 1191/2010
Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud
berupa:
o Izin PBF atau pengakuan sebagai PBF
Cabang;
o Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)
Penanggung Jawab;
o Denah lokasi dan tata letak (layout);
o Daftar produk yang didistribusikan;
o Struktur organisasi;
o Daftar personalia dan uraian kerja (jobdesk);
o Daftar peralatan atau perlengkapan;
o Quality management system; dan
o Dokumen self assessment.
Catatan:
(1) Pemegang Sertifikat CDOB wajib
mengajukan permohonan resertifikasi dalam
waktu 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku
Sertifikat CDOB berakhir.
(2) Permohonan resertifikasi dilakukan secara
daring (online) melalui website Badan
Pengawas Obat dan Makanan dengan alamat
http://www.pom.go.id atau melalui
subsite:http://www.sertifikasicdob.pom .go.id.

5. PELANGGARAN SANKSI

OBAT ALKES
PerKa BPOM NOMOR PMK No.1190 Tahun 2010
HK.03.1.34.11.12.7542 TAHUN 2012
Penarikan kembali Alkes dan/atau PKRT dari
Pelanggaran terhadap ketentuan Pedoman peredaran karena tidak memenuhi persyaratan
Teknis CDOB dapat dikenai sanksi
administratif sebagai berikut:
 Peringatan tertulis
 Penghentian sementara kegiatan; dan
 Pencabutan Sertifikat CDOB.
Pengenaan sanksi administratif berupa
Pencabutan Sertifikat CDOB diberikan
dalam hal: terjadi penyimpangan penerapan
CDOB yang mengakibatkan penyalahgunaan
pendistribusian obat dan/atau bahan obat; atau
PBF atau PBF Cabang dengan sengaja
melakukan tindakan yang mengakibatkan
tidak terlaksananya penerapan CDOB.

PerKaBPOM No.25 Tahun 2017

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam


Peraturan Kepala Badan ini dapat dikenai
sanksi administratif berupa: a. peringatan
secara tertulis; b. penghentian sementara
kegiatan; dan/atau c. pencabutan Sertifikat
CDOB.
(2) PBF atau PBF Cabang dapat dikenai sanksi
administratif berupa penghentian sementara
kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, apabila PBF atau PBF Cabang
memenuhi kriteria sebagai berikut: a. telah
memiliki izin PBF atau pengakuan sebagai
PBF Cabang lebih dari 12 (dua belas) bulan
dan belum mengajukan permohonan Sertifikat
CDOB; b. permohonan Sertifikat CDOB
ditolak; c. telah mendapatkan persetujuan
pembaharuan izin atas perubahan nama, lokasi
dan/atau lingkup kegiatan penyaluran Obat
dan/atau Bahan Obat lebih dari 6 (enam) bulan
dan belum mengajukan permohonan perubahan
Sertifikat CDOB; d. telah mendapatkan
persetujuan penambahan atau perubahan
gudang lebih dari 6 (enam) bulan dan belum
mengajukan permohonan perubahan Sertifikat
CDOB; atau e. masa berlaku Sertifikat CDOB
habis dan belum mengajukan resertifikasi
CDOB.
(3) PBF atau PBF Cabang dapat dikenai sanksi
administrative berupa pencabutan Sertifikat
CDOB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, apabila PBF atau PBF Cabang
memenuhi kriteria sebagai berikut: a. terjadi
penyimpangan penerapan CDOB yang
mengakibatkan penyalahgunaan
pendistribusian Obat dan/atau Bahan Obat; b.
dengan sengaja melakukan tindakan yang
mengakibatkan tidak terlaksanakannya CDOB;
c. tidak melakukan kegiatan pengadaan dan
penyaluran selama 6 (enam) bulan berturut-
turut; dan/atau d. izin PBF atau pengakuan
sebagai PBF Cabang sudah tidak berlaku atau
dicabut.
(4) Dalam hal Sertifikat CDOB dicabut
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), PBF dan
PBF Cabang dilarang melakukan kegiatan
pengadaan dan penyaluran.

6. SDM YANG DIPERLUKAN

OBAT ALKES
PerKa BPOM No.6 Tahun 2020 PMK No. 4 Tahun 2014

1. Personil yang bertanggungjawab dalam 1. Penanggung jawab teknis yang bekerja


kegiatan manajerial dan teknis. Penanggung penuh dengan pendidikan minimal Ahli
jawab harus seorang Apoteker yang memenuhi Madya Farmasi, Ahli Madya Teknik
kualifikasi dan kompetensi Elektromedik dan atau tenaga yang yang
2. Tenaga Teknis Kefarmasian. sederajat sesua dengan produk yang
3. Personil yang menangani obat dan/atau bahan disalurkan
obat yang berbahaya, bahan radioaktif, 2. Pennaggung jawab teknis harus memiliki
narkotika, psikotropika, rentan untuk pendidikan, pengetahuan, ketrampilan dan
disalahgunakan, dan sensitif terhadap suhu. pengalaman yang sesuai dengan tanggung
4. Personil lainnya dalam jumlah yang memadai jawab sehingga produk yang di distribusikan
di tiap kegiatan yang dilakukan di rantai terjamin keamanan, mutu dan manfaatnya
distribusi
7. SARANA DAN PRASARANA

OBAT ALKES
PerKa BPOM No.6 Tahun 2020 PMK No. 4 Tahun 2014

1. Bangunan dan peralatan harus menjamin 1. Bangunan harus dapat melindungi produk
keamanan dan mutu obat dan bahan obat kontaminasi, kerusakan termasuk perlindungan
2. Bangunan dirancang dan disesuaikan untuk dari panas yang berlebih atau langsung
memastikan kondisi penyimpanan yang terpapar sinar matahari serta binatang yang
baik,keamanan yang memadai dan kapasitas merupakan vektor penyakit seperti
yang cukup,area penyimpanan dilengkapi burung,tikus atau serangga dan tumbuhan
dengan pencahayaan yang memadai pengganggu seperti jamur

3. Harus ada area terpisah dan terkunci antara 2. Bangunan harus memiliki pengamanan
obat dan/atau bahan obat yang menunggu yang memadai untuk mencegah akses
keputusan lebih lanjut mengenai statusnya. yangilegal dan terjadinya bahaya akibat
penempatan barang yang tidak tepat
4. Harus tersedia kondisi penyimpanan khusu
untuk obat dan/atau bahan obat yang 3. Instalasi listrik dalam kondisi baik
membutuhkan penanganan dan kewenangan
khusus (misalnya narkotika) 4. Ruang penyimpanan harus memiliki sistem
penyimpanan produk yang memudahkan
5. Tersedia area khusus untuk penyimpanan proses pengambilan
obat dan/atau bahan obat yang mengandung
bahan radioaktif dan bahan berbahaya lainnya 5. Harus dilengkapi dengan alat pemadam
kebakaran
6. Are penyimpanan,penerimaan dan
pengiriman harus terpisah terlindung dari 6. Forklit dan peralatan gudang lain dengan
kondisi cuaca dan didesain dengan baik sumber penggerak bensil,diesel, gas tidak
boleh dipergunakan dalam gudang karena
7. Bangunan dan fasilitas penyimpanan harus dapat menyebabkan kontaminasi
bersih dan bebas dari sampah dan debu
7. Troli yang digunakan harus tidak
8. Bangunan dan fasilitas terlindung terhadap mempunyai bagian yang tajam atau bagian
masuknya serangga, hewab pengerat atau yang berbahaya
hewan lain

9. Tersedia alat pemadam kebakaran dan


hendaknya dilengkapi dengan alat detekasi
kebakaran.

10. Area penyimpanan dipetakan berdasarkan


kondisi suhu

11. Sistem komputerisasi oleh pengguna


setidaknya meliputi komponen entri,proses
yang dilakukan oleh sistem.

PerKa BPOM 9/2019 PMK NOMOR 1191/ 2010

1. Bangunan harus dirancang agar kondisi 1. PAK dan Cabang PAK wajib mempunyai
penyimpanan yang baik dapat dipertahankan, sarana dan prasarana yang memadai untuk
mempunyai keamanan yang memadai dan dapat melaksanakan dan menjamin kelancaran
kapasitas yang cukup. pelaksanaanpenyaluran pengelolaan,
2. Harus ada area terpisah dan terkunci antara pengadaan, dan penyimpanan.
obat dan/atau bahan obat
2. Gudang PAK dan Cabang PAK, wajib
3. Jika diperlukan area penyimpanan dengan dilengkapi dengan perlengkapan yangdapat
kondisi khusus, harus dilakukan pengendalian menjamin mutu, kemananan dan kemanfaatan
seperti suhu, kelembaban dan pencahayaan. alat kesehatan yangdisimpan.

4. Harus tersedia area khusus untuk 3. PAK dan Cabang PAK wajib melaksanakan
penyimpanan obat dan/atau bahan obat yang pencatatan, pengadaan,penyimpanan, dan
mengandung bahan radioaktif dan bahan pendistribusian secara tertib di tempat
berbahaya lain usahanya.

5. Area penerimaan, penyimpanan dan 4. PAK dan Cabang PAK yang menyalurkan
pengiriman harus terpisah, alat kesehatan yang memerlukanpelayanan
purna jual, wajib menyediakan atau memiliki
6. Peralatan pembersih yang sesuai jaminan purna jual berupa:
• bengkel dengan peralatan yang memadai dan
7. sistem komputer dilengkapi dengan sukucadang secukupnya
dalam rangka perbaikan sesuai dengan alat
kesehatanyang disalurkan.
• tenaga ahli atau teknisi yang berpengalaman
untuk dapat memperbaiki atau melakukan
reparasi alat kesehatan yang disalurkan.
• memberikan bantuan rujukan reparasi ke luar
negeri untuk produk impor,apabila ternyata alat
kesehatan tersebut tidak dapat diperbaiki di
dalamnegeri.

8. TAHAPAN KEGIATAN YANG ADA

OBAT ALKES
PERATURAN BPOM 6/2020 PMK No.4 Tahun 2014
Aspek CDOB meliputi: Aspek CDAKB
1. Manajemen mutu. 1. Sistem manajemen mutu
2. Organisasi, manajemen, dan personalia. 2. Pengelolaan sumber daya
3. Bangunan dan peralatan. 3. Bangunan dan fasilitas
4. Operasional. 4. Penyimpanan dan penanganan persediaan
5. Inspeksi diri. 5. Mampu telusur produk
6.Keluhan, obat, dan/atau bahan obat 6. Penanganan keluhan
kembalian, diduga palsu dan penarikan 7. Tindakan perbaikan keamanan di lapangan
kembali. (Field SafetyAction/FSA)
7. Transportasi. 8. Pengembalian/retur alat kesehatan
8. Fasilitas distribusi berdasarkan kontrak. 9.Pemusnahan alat kesehatan
9. Dokumentasi. 10. Alat kesehatan ilegal dan tidak memenuhi
10. Ketentuan khusus bahan obat. syarat
11. Ketentuan khusus produk rantai dingin. 11. Audit internal
12. Ketentuan khusus narkotika, psikotropika, 12. Kajian manjemen
dan prekursor farmasi) 13. Aktifitas pihak ketiga (outsourching
activity

9. PENCATATAN YANG HARUS ADA

OBAT ALKES
PERATURAN BPOM 6/2020 PMK No.4 Tahun 2014

Aspek CDOB meliputi: Aspek CDAKB


1. Manajemen mutu. 1. Sistem manajemen mutu
2. Organisasi, manajemen, dan personalia. 2. Pengelolaan sumber daya
3. Bangunan dan peralatan. 3. Bangunan dan fasilitas
4. Operasional. 4. Penyimpanan dan penanganan persediaan
5. Inspeksi diri. 5. Mampu telusur produk
6.Keluhan, obat, dan/atau bahan obat 6. Penanganan keluhan
kembalian, diduga palsu dan penarikan 7. Tindakan perbaikan keamanan di lapangan
kembali. (Field SafetyAction/FSA)
7. Transportasi. 8. Pengembalian/retur alat kesehatan
8. Fasilitas distribusi berdasarkan kontrak. 9.Pemusnahan alat kesehatan
9. Dokumentasi. 10. Alat kesehatan ilegal dan tidak memenuhi
10. Ketentuan khusus bahan obat. syarat
11. Ketentuan khusus produk rantai dingin. 11. Audit internal
12. Ketentuan khusus narkotika, psikotropika, 12. Kajian manjemen
dan prekursor farmasi) 13. Aktifitas pihak ketiga (outsourching
activity

10. PELAPORAN YANG HARUS ADA

OBAT ALKES
PERATURAN BPOM 9/2019 Departemen Kesehatan RI., Pedoman Cara
Distribusi Alat Kesehatan Yang Baik, 2006
1. Melaporkan obat dan/atau bahan obat diduga
palsu ke pemegang izin edar dan/atau produsen 1. Laporan mengenai produk yang akan
dan badan regulator nasional. dimusnahkan.
2. Melaporkan kegiatan yang dilakukan kepada 2. Laporan pelaksanaan penarikan
penanggung jawab. 3. Hasil pelaksanaan pengembalian produk
3. Laporan validasi harus memuat hasil karena instruksi pemerintah harus dilaporkan
validasi dan semua penyimpangan yang terjadi kepada departemen kesehatan.
serta tindakan perbaikan dan pencegahan 4. Laporan penemuan produk palsu.
(CAPA) yang perlu dilakukan.
4. Laporan Proses pemusnahan obat dan/atau
bahan obat.
5. Laporan harus berisi semua pengamatan
yang dilakukan selama inspeksi.
6. Laporan penanganan keluhan termasuk
pengembalian dan penarikan kembali.
7. Laporan penarikan obat dan/atau bahan obat.
8. Jika terjadi kondisi yang tidak diharapkan
selama transportasi, harus segera dilaporkan
kepada fasilitas distribusi dan penerima obat
dan/atau bahan obat.
9. Kehilangan selama pengiriman oleh
penerima kontrak, penerima kontrak wajib
melaporkan kepada pihak kepolisian dan
pemberi kontrak.
10. laporan Setiap narkotika, psikotropika atau
prekursor farmasi yang mengalami kerusakan
ataupun kehilangan dalam pengiriman.
11. Fasilitas distribusi wajib menyampaikan
laporan bulanan penyaluran narkotika,
psikotropika dan/atau prekursor farmasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

11. ASPEK YANG BERBEDA DAN PENJELASANNYA

OBAT ALKES
Peraturan BPOM No. 6/2020 PMK No. 4/2014

Penanggung jawab distribusi obat adalah Penanggung jawab teknis pendidikan minimal
seorang Apoteker Ahli Madya Farmasi, Ahli Madya Teknik
Elektromedik dan atau tenaga yang yang
sederajat sesua dengan produk yang disalurkan
PMK I799/2010 tentang Industri Farmasi Pasal PMK NOMOR 1191/MENKES/
26 PER/VIII/2010

Pelanggaran dikenakan sanksi administratif Izin PAK dapat dicabut apabila:


berupa: peringatan secara tertulis, larangan a. PAK mendistribusikan produk yang tidak
mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau memiliki izin edar atau tidak sesuai dengan
perintah untuk penarikan kembali obat atau klaim yang disetujui pada waktu mendapatkan
bahan obat dari peredaran, perintah izin edar;
pemusnahan obat atau bahan obat, jika terbukti b. PAK dengan sengaja menyalahi jaminan
tidak memenuhi persyaratan keamanan, pelayanan purna jual;
khasiat/kemanfaatan, atau mutu, pembekuan c. berdasarkan hasil pemeriksaan setempat
izin industri farmasi; atau pencabutan izin sudah tidak memenuhi lagi persyaratan sarana
industri farmasi dan prasarana

Peraturan BPOM No. 6/2020 PMK No. 4/2014

Fasilitas distribusi memastikan obat dan/atau harus ditetapkan sistem penelusuran hingga ke
bahan obat hanya disalurkan kepada pihak tingkat pasien
yang berwenang menyerahkan obat ke
masyarakat.

12. ASPEK YANG SAMA DAN PENJELASANNYA

OBAT ALKES
SUU 36/ 2009 tentang Kesehatan Pasal 196 UU 36/ 2009 tentang Kesehatan Pasal 196

Orang yang dengan sengaja memproduksi atau Orang yang dengan sengaja memproduksi atau
mengedarkan sediaan farmasi dan/ atau alkes mengedarkan sediaan farmasi dan/ atau alkes
yang tidak memenuhi standar dan/ atau yang tidak memenuhi standar dan/ atau
persyaratan keamanan, khasiat atau persyaratan keamanan, khasiat atau
kemanfaatan, dan mutu pidana penjara paling kemanfaatan, dan mutu pidana penjara paling
lama 10 tahun dan denda Rp1.000.000.000,00 lama 10 tahun dan denda Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah). (satu miliar rupiah).

PP 72/1998 Tentang Pengamanan Sediaan PP 72/1998 Tentang Pengamanan Sediaan


Farmasi & Alkes Pasal 74 Farmasi & Alkes Pasal 75

Memproduksi dan/atau mengedarkan sediaan Memproduksi dan/ atau mengedarkan alkes


farmasi berupa obat atau bahan obat yang tidak yang tidak memenuhi persyaratan mutu,
memenuhi persyaratan mutu, keamanan, keamanan, dan kemanfaatan pidana penjara
kemanfaatan pidana penjara paling lama 15 paling lama 7 tahun dan/atau denda paling
tahun dan denda Rp 300.000.000,00 (tiga ratus banyak Rp 140.000.000,00 (seratus empat
juta rupiah). puluh juta rupiah).
UU 36/ 2009 tentang Kesehatan Pasal 197 UU 36/ 2009 tentang Kesehatan Pasal 197

Memproduksi atau mengedarkan sediaan Memproduksi atau mengedarkan sediaan


farmasi dan/atau alkes yang tidak memiliki izin farmasi dan/atau alkes yang tidak memiliki izin
edar pidana penjara paling lama 15 tahun dan edar pidana penjara paling lama 15 tahun dan
denda Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu
ratus juta rupiah). miliar lima ratus juta rupiah).

PP 72/1998 Tentang Pengamanan Sediaan PP 72/1998 Tentang Pengamanan Sediaan


Farmasi & Alkes Pasal 75 Ayat (2) Farmasi & Alkes Pasal 75 Ayat (2)

Mengedarkan sediaan farmasi dan alkes tanpa Mengedarkan sediaan farmasi dan alkes tanpa
izin edar pidana penjara paling lama 7 tahun izin edar pidana penjara paling lama 7 tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp dan/atau pidana denda paling banyak Rp
140.000.000,00 (seratus empat puluh juta 140.000.000,00 (seratus empat puluh juta
rupiah). rupiah).

Anda mungkin juga menyukai