Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

FENOMENA PERKEMBANGAN PERBANKAN DI INDONESIA

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah

Dasar Manajemen

Oleh: ANDHIKA 64207584

Dosen Pembimbing:

NURVI OKTAVIANI, SE, MM

UNIVERSITAS BINA SARANA INFORMATIKA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN S-1 MANAJEMEN

JUNI 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, oleh karena anugerah-Nya
yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana.
Dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Manajemen dengan judul
Perkembangan Perbankan Di Indonesia.

semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai acuan atau pedoman atau juga
penambahan ilmu tentang perkembangan perbankan di indonesia.

Dalam makalah ini juga dijelaskan, apa saja fenomena atau kasus-kasus yang
terjadi di indonesia tentang perkembangan perbankan dari awal dibentuknya
perbankan sampai sekarang.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB 1 PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Perumusan Masalah 5
C. Batasan Masalah 6
D. Tujuan Penelitian 6
E. Manfaat Penelitian 6
BAB 2 PEMBAHASAN 7
2.1. Pengertian Perbankan 7
2.2.Sejarah Perbankan di Indonesia 7
2.3 Pengertian Bank Menurut Para Ahli 9
2.4 Pengertian Bank Menurut Undang-undang 11
2.5. FUNGSI LEMBAGA PERBANKAN 12
2.6. Fenomena Perbankan di Indonesia 13
2.7. kasus-kasus yang terjadi di indonesia 18
BAB 3 PENUTUP 20
5.1 Kesimpulan 20
5.2 Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah Perkembangan dalam dunia perbankan saat ini semakin pesat, banyak
berdiri bank-bank pemerintah maupun swasta dan kondisi dunia perbankan di
Indonesia telah banyak mengalami perubahan. Perubahan ini selain disebabkan
oleh perkembangan internal dunia perbankan, juga tidak terlepas dari pengaruh
perkembangan external dunia perbankan, seperti sektor riil dalam perekonomian,
politik, hukum dan sosial. Bank dalam kegiatannya secara umum hanya dapat
dijalankan apabila dasar beroperasinya bank telah terpenuhi dengan baik, karena
dasar beroperasinya bank adalah kepercayaan, karena bank merupakan lembaga
keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan-badan pemerintah dan
swasta, maupun masyarakat dalam menyimpan dana-dananya. Bank sebagai
lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam perekonomian dan berfungsi
sebagai perantara (financial Intermediary) antara pihak yang kelebihan dana
(surplus unit) dengan pihak yang sangat memerlukan dana (deficit unit). Bank
diharapkan dapat memobilisasi dana dan tabungan masyarakat dalam rangka
mengembangkan sektor perbankan di Indonesia. Sektor perbankan di Indonesia
mengalami pasang surut. Krisis perbankan yang terjadi pada tahun 1997, telah
menghadapi sejumlah masalah mendasar. Masalah tersebut meliputi lemahnya
corporate government, buruknya manajemen risiko, besarnya eksposur pinjaman
valuta asing, 2 tingginya kredit bermasalah (non performing loans) yang timbul
akibat pemberian pinjaman yang tidak berhati-hati khususnya kepada kelompok
bisnis terkait dan sektor properti, serta adanya pinjaman luar negeri sektor swasta
dalam jumlah yang sangat besar. Sistem perbankan yang rentan tersebut
berpengaruh terhadap kinerja bank yaitu banyak debitur yang tidak mampu
membayar hutangnya, sehingga bank mengalami kerugian. Puncaknya pada saat
Indonesia mengalami krisis moneter tahun 1997, ada beberapa bank mengalami
kesulitan likuiditas yang harus ditutup bank Indonesia sebagai otoritas perbankan.
Pada tahun 1997-1998 sektor perbankan pada akhirnya harus dirombak untuk
menumbuhkan kembali citra perbankan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap sektor perbankan, sehingga ketika menghadapi krisis global saat ini,
industri perbankan bisa tetap eksis dan kuat dilihat dari segi permodalan, kualitas
aset, pendapatan dan likuiditas. Dan seiring dengan berjalannya waktu
perkembangan perbankan mulai tumbuh dengan pesat, banyak berdiri bank-bank
baru baik itu bank konvensional maupun bank syariah yang bersaing untuk
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Untuk mendapatkan kepercayaan dari
masyarakat itu bank harus dalam keadaan sehat, karena masyarakat akan percaya
pada bank yang tingkat kesehatannya tinggi. Sistem penilaian tingkat kesehatan
bank di Indonesia dapat digunakan dengan metode CAMEL yaitu metode yang
terdiri dari modal (capital), aktiva (asset), manajemen (management), profitabilitas
(earning) dan likuiditas (liquidity). 3 Kesehatan bank juga dipengaruhi oleh tingkat
likuiditas. Likuiditas yang baik adalah bank mampu memenuhi kewajiban hutang-
hutangnya, dapat membayar kembali semua deposannya tanpa terjadi
penangguhan. LDR mempunyai pengaruh yang sangat bermakna atau signifikan
pada taraf 95% (α = 0,05) tingkat suku bunga deposito pada bank umum di
Indonesia (Luciana Spica Almilia dan Anton Wahyu Utomo, 2006). Likuiditas suatu
bank mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pengelolaan bank, menurut
Y. Sri Susilo, dkk (2000). Likuiditas diperlukan antara lain untuk keperluan : 1.
Pemecahan antara reserve requirement atau cadangan wajib minimum yang
ditetapkan bank sentral. 2. Penarikan dana oleh deposan. 3. Penarikan dana oleh
debitur. 4. Pembayaran kewajiban yang jatuh tempo. 5. Sedangkan likuiditas pada
metode CAMEL adalah cash rasio, loan to Deposit (LDR), dan loan to asset Ratio
(LAR). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Sudirman (2004), sebagai
variabel dependennya LDR dan independen variabel aspek permintaan dan
berharga bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Maka penulis tertarik untu
membuat suatu penelitian tentang “PENGUKURAN TINGKAT LIKUIDITAS PADA
SEKTOR PERBANKAN YANG GO PUBLIC DENGAN ANALISIS CASH RATIO,
LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) DAN LOAN TO ASSET RATIO (LAR) (Studi
Empiris Pada Bank Persero Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-
2012)

B. Perumusan Masalah

Bank mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian suatu Negara,
oleh karena itu tingkat kesehatan bank juga sangat diperlukan. Selain itu banyak
muncul bank-bank baru yang semakin meningkatkan persaingan di dunia
perbankan, sehingga membuat masyarakat kesulitan dalam menaruh kepercayaan
untuk mengelola dananya dan menggunakan jasa-jasa perbankan terutama setelah
krisis ekonomi. Untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, kesehatan bank
merupakan elemen yang sangat penting dan tingkat likuiditas mempunyai peranan
dalam keberhasilan pengelolaan bank. Sehingga dalam penelitian ini penulis
merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar tingkat likuiditas pada
sektor tiga perbankan yang Go Public apabila diukur dengan menggunakan analisis
Cash Ratio, Loan To Deposit Ratio (LDR), dan Loan To Asset Ratio (LAR) ? 2.
Apakah ada perbedaan tingkat likuiditas antar tiga bank go public BRI, BNI dan BTN
di Bursa Efek Indonesia ?

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi obyek penelitian yaitu pada 3 bank persero
yang telah go public di Bursa Efek Indonesia dengan laporan keuangan Per
Desember 2006 - 2012 yaitu pada Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara
Indonesia (BNI) dan Bank Tabungan Negara (BTN). Objek penelitian ini pada bank
yang Go Public, dikarenakan bank yang Go Public lebih terbuka dalam memberikan
informasi laporan keuangannya dibandingkan dengan bank yang belum Go Public.
D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan diadakannya penelitian ini


adalah: 1. Untuk mengetahui Cash Ratio, Loan To Deposit Ratio (LDR), Loan To
Asset Ratio (LAR) dalam mengukur tingkat likuiditas pada sektor tiga perbankan
yang telah go public untuk mengetahui kinerja perbankan. 2. Untuk mengetahui
perbedaan tingkat likuiditas antar bank, khususnya bank-bank persero go public
yaitu BRI, BNI dan BTN.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas maka manfaat


penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Bank Dengan hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai masukan bagi bank dalam mengevaluasi kinerjanya terutama
dalam likuiditas bank. 2. Bagi Masyarakat Dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai informasi tambahan sebagai dasar pertimbangan dalam memilih bank yang
dapat dipercaya untuk mengelola barang dan jasa perbankan. 3. Bagi Penulis
Dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran, penambahan ilmu
pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam penelitian

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Perbankan

Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup


kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya.

Lembaga keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan-kegiatannya di


bidang keuangan, menarik uang dari dan menyalurkan ke dalam masyarakat.
Sedangkan menurut Kep. SK Menkeu RI no. 792 tahun 1990, lembaga keuangan
adalah semua badan usaha yang ada di bidang keuangan, di mana lembaga-
lembaga tersebut melakukan penghimpunan dana, menyalurkan kepada masyarakat
dan memberikan biaya investasi pembangunan.

Jasa atau layanan yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada masyarakat
adalah jasa pemindahan uang, jasa penagihan, jasa penjualan mata uang asing,
jasa kliring, dan lain-lain.
2.2.Sejarah Perbankan di Indonesia

Lembaga perbankan yang hadir di Indonesia pertama kali tentunya tidak terlepas
dari kolonial Hindia Belanda. pada tahun 1746, VOC mendirikan De Bank van
Leening untuk mempermudah aktivitas perdagangan VOC di Indonesia. Seiring
perjalanannya, De Bank van Leening tidak beroperasi dengan baik. AKhirnya pada
tanggal 1 september 1752 didirikan De Bank Courant en Bank van leening. Namun,
De Bank Courant en Bank van leening juga tidak berhasil beroperasi dengan baik
yang berakhir dengan kebangkrutan.

Pada akhir abad ke-18, VOC di Indonesia diambil oleh pemerintahan kerajaan
Belanda. Hindai Timur jatuh ke tangan inggris setelah masa pemerintahan Herman
William Daendels dan Janssen. Sejarah mencatat ada beberapa bank yang memiliki
peran penting di Hindia Belanda. Bank tersebut adalah De Javasce NV, De Post
Poar Bank, Hulp en Spaar Bank, De Escompto bank NV nationale Handelsbank, De,
Algemene Volkskredietbank dan Nederland Handles Maatschappij.

Bank Belanda yang berhasil berkembang dan menjadi cikal bakal bank sentral
Indonesia adalah De Javasche Bank. De Javasche Bank didirikan pada tahun 1828.
Pemerintah Hindia Belanda memberikan monopoli kepada De Javasche Bank untuk
mengeluarkan uang yang mana pengedaran uangnya ditangani oleh
pemerintahannya sendiri. Sejak saat itu, De Javasche Bank dikenal dengan bank of
issue atau bank sirkulasi.

Meski belum menjadi bank sentral secara penuh, De Javasche Bank memiliki fungsi
sebagai bankir untuk pemerintah Hindia Belanda. Hal ini disebabkan De Javasche
Bank hanya menjalankan beberapa tugas yang bisa dilakukan oleh bank sentral.
Beberapa tugas yang dijalankan oleh De Javasche Bank antara lain, mendiskonto
wesel dan surat utang jangka pendek, mengeluarkan uang kertas, menjadi kasir
pemerintah, menyimpang dana devisa dan menjadi pusat kliring.

Seiring berjalannya waktu dan perkembangan perekonomian Indonesia, bank asing


lainnya akhirnya mulai beroperasi. Beberapa diantaranya yaitu, The Chartered Bank
of India, Australia and China, Hong Kong and Shanghai Banking Corporation,
Yokohama Specie Bank, taiwan Bank, Mitsui Bank, China and Southern Ltd, dan
Overseas China Banking Corporation.

Menjelang perang Dunia II, Hindia Belanda melikuidasi tiga bank Jepang yang
beroperasi pada saat itu. namun, ketika Jepang menguasai Asia Pasifik, bank-bank
Belanda, Inggris dan beberapa bank China dilikuidasi oleh pihak Jepang. Pada saat
itu Jepang hanya ingin mengendalikan seluruh keuangan pada satu bank. Bank
tersebut adalah Bank Rakyat Indonesia, bank yang dioperasikan oleh putra
Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, De javasche Bank mulai beroperasi kembali dan


berfungsi sebagai bank sentral. Meskipun pada saat itu De javasche Bank masih
menjadi badan usaha swasta dan beberapa bagian sahamnya masih dimiliki oleh
tangan asing. Akhirnya pada tahun 1951, De Javasche Bank dinasionalisasi
berdasarkan Undang-Undang nomor 24 tahun 1951.

Sejak Indonesia merdeka dan sekutu berhasil mengalahkan Jepang, akhirnya bank-
bank Belanda dan bank-bank asing kembali beroperasi. Pada tanggal 2 Januari
1946, Gubernur Jenderal Hindia Belanda memberikan izin pembukaan kembali bank
Belanda yang ada di Indonesia. De Javasche Bank masih beroperasi sebagai bank
sentral dengan berkedudukan sebagai badan usaha swasta.

Akhirnya pada tahun 1953 untuk memberikan kemudahan menjalankan kebijakan


moneter dan kebijakan perekonomian lainnya, ditetapkan Undang-Undang Pokok
Bank Indonesia yang tertera dalam Undang-Undang no. 11 Tahun 1953. Undang-
undang tersebut dikeluarkan karena mengingat bahwa De Javasche Bank masih
berbadan hukum sebagai Perseroan Terbatas dan belum bisa leluasa dalam
menerapkan kebijakan perekonomian.

Pada tahun-tahun berikutnya, Pemerintah Indonesia meresmikan Bank Rakyat


Indonesia sebagai Bank pemerintah pertama di Indonesia. Bank Rakyat Indonesia
sempat berhenti beroperasi, namun bank tersebut beroperasi kembali setelah
dibentuknya perjanjian Renville. Pada waktu tahun 1960, Bank Koperasi Tani dan
Nelayan dibentuk. Bank Koperasi Tani dan Nelayan merupakan hasil peleburan dari
Bank Rakyat Indonesia, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij.

Pada tahun 1946, Bank Negara Indonesia didirikan, dengan berkedudukan sebagai
bank sentral. Yayasan Poesat Bank Indonesia dilebur ke dalam Bank Negara
Indonesia. Seiring waktu berjalan pemerintah Indonesia melakukan pemantapan
kedudukan Bank Negara Indonesia. Akhirnya ketika Konferensi Meja Bundar,
Pemerintah Indonesia dan Belanda setuju untuk mengubah fungsi Bank Negara
Indonesia menjadi bank umum, yang awalnya menjadi bank sentral.

2.3 Pengertian Bank Menurut Para Ahli

Dalam bukunya Bank Politik, Prof. GM. Verrijin Stuart mendefinisikan bank
sebagai suatu badan usaha yang bertujuan memuaskan kebutuhan kredit, baik
dengan alat-alat pembayaran sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari
orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukaran baru berupa
uang giral.

Menurut Kuncoro dalam bukunya Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi


(2000: 68), definisi dari bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat
dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang
Menurut Dr. B.N. Ajuha, Pengertian Bank adalah Tempat menyalurkan modal dari
mereka yang tidak dapat menggunakan secara menguntungkan kepada mereka
yang dapat membuatnya dapat lebih produktif untuk dapat keuntungan masyarakat.

Menurut Pierson, seorang ahli ekonomi dari Belanda, bank adalah badan atau
lembaga yang menerima kredit. Bank menerima simpanan dari masyarakat dalam
bentuk giro, deposito berjangka dan tabungan. Simpanan dari masyarakat tersebut
kemudian dikelola dengan cara menyalurkannya dalam bentuk investasi dan kredit
kepada badan usaha swasta atau pemerintah. Dari kegiatan tersebut, bank
memperoleh keuntungan berupa dividen atau pendapatan bunga yang dapat
digunakan untuk membayar biaya operasional dan mengambangkan usaha.

Pengertian Bank Menurut UU No.10 Thn 1998 ialah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan juga
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau juga bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Thomas Mayer, James D. Duesenberry dan Z. Aliber

Bank adalah lembaga keuangan yang sangat penting bagi kita, menciptakan
beberapa uang dan mempunyai berbagai aktivitas yang lainnya. Frederic S. Mishkin,
mengemukakan dalam bukunya The Economics Of Money, Banking, And Financial
Markets, bahwa Bankers are financial institution that accept money deposits and
make loans. Included under the term banks are firms such as commercial banks,
savings and loan associations, mutual savings banks, and credit unions.

Menurut F.E. Perry, bank adalah suatu badan usaha yang transaksinya berkaitan
dengan uang, menerima simpanan (deposito) dari nasabah, menyediakan dana atas
setiap penarikan, melakukan penagihan cek-cek atas perintah nasabah,
memberikan kredit dan atau menanamkan kelebihan simpanan tersebut sampai
dibutuhkan untuk pembayaran kembali.

Sedangkan menurut Hasibuan (2005:2),

pengertian bank adalah: “Bank adalah badan usaha yang kekayaannya terutama
dalam bentuk aset keuangan (financial assets) serta bermotif profit juga sosial, jadi
bukan hanya mencari keuntungan saja”.

Selain itu Kasmir (2008:2)

berpendapat bahwa “Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya


menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian menyalurkan
kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank lainnya”.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : 31.1),

Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial


intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana,
serta lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran”.

Menurut J.D Parera (2004 : 137), definisi bank adalah sebagai berikut :

Di Indonesia, sebagaimana diatur dalam undang-undang yang dimaksud dengan


bank adalah : badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkan dana tersebut kembali kepada masyarakat dalam
bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.

Menurut Sommary, bank adalah suatu badan yang berfungsi sebagai pengambil
dan pemberi kredit, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Menurut Dendawijaya “Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya
sebagai lembaga perantara keuangan yang menyalurkan dana dari pihak yang
berkelebihan dana pada waktu yang ditentukan”

2.4 Pengertian Bank Menurut Undang-undang

● Definisi bank menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang


Perbankan : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
● Definisi bank menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan : Bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.
● UU No. 14 Tahun 1967
UU No. 14 Tahun 1967 mengatur tentang pokok-pokok perbankan. Dalam
memberikan kredit didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan
pengedaran uang. Pemberian kredit dapat dilakukan dengan modal sendiri.
Dengan dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga, atau dengan
mengedarkan alat-alat pembayaran berupa uang giral.

● UU No. 7 Tahun 1992 pasal 1 ayat 1


UU No. 7 Tahun 1992 pasal 1 ayat 1 yang mengatur tentang perbankan
memberikan definisi tentang bank sebagai badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Definisi ini menjelaskan
bahwa dalam menjalankan usahanya bank tidak hanya mencari keuntungan
samara, tetapi juga berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan pemerataan pendapatan.

2.5. FUNGSI LEMBAGA PERBANKAN


1. Sebagai Lembaga Perantara
Lembaga perbankan memiliki fungsi sebagai lembaga perantara. Lembaga
perantara yang dimaksud adalah lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dengan memberikan deposit kepada masyarakat. Misalnya
seperti tabungan haji, deposito, tabungan sekolah dan tabungan lainnya.

2. Sebagai Penyalur dana ke Masyarakat


Lembaga perbankan selain menjadi lembaga perantara juga memiliki manfaat
sebagai lembaga yang menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk produk
pinjaman. Pinjaman ini juga ditetapkan oleh suku bunga kredit yang berguna untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara.

3. Membantu Perekonomian Rakyat


Lembaga perbankan bisa menjadi elemen yang membantu perekonomian rakyat
supaya bisa mengatasi masalah ekonomi modern yang kerap dihadapi oleh
pebisnis.

4. Sebagai Sistem Pembayaran


Lembaga perbankan menjadi penyedia sistem pembayaran seperti giro, cek,
pemindahan uang, kartu kredit, kliring antar bank dan-lain lain, sehingga bisa
membantu dalam pembayaran antar pebisnis.

5. Sebagai Penyedia Jasa Kegiatan Perekonomian


Lembaga perbankan menjadi penyedia jasa-jasa yang berkaitan erat dengan
kegiatan perekonomian. Jasa-jasa bank seperti penitipan barang berharga, jasa
penyelesaian tagihan dan jasa pemberian jaminan.

6. Sebagai agen Pengembangan


Lembaga perbankan menjadi agen pengembangan. Bank memiliki tugas sebagai
pengumpul dana dan penyalur dana kepada masyarakat yang mana sangat penting
untuk kelancaran berjalannya sektor riil. Kegiatan tersebut memungkinkan
masyarakat untuk berinvestasi, dan juga konsumsi yang berkaitan dengan uang.

Lembaga keuangan menjadi agen yang dipercaya. Dasar dari kegiatan-kegiatan


bank adalah sebuah kepercayaan. Jika masyarakat ingin menitipkan dananya
kepada bank tentunya harus dilandasi dengan kepercayaan.
2.6. Fenomena Perbankan di Indonesia

Setahun belakangan, industri perbankan melulu menghadapi tantangan, tak cuma


sulit mengalami masa emas dengan mencatat pertumbuhan kredit 20%-30% pada
2010-an, pandemi coronavirus bikin bank makin terseok. Meski demikian, dorongan
konsolidasi dari pemerintah dan otoritas mulai menampakkan hasilnya sejak tahun
lalu.

Tanpa ada pandemi, sejatinya kinerja industri perbankan cukup menantang. Tahun
lalu, pertumbuhan kredit misalnya cuma tercatat cuma 6,04%. Melanjutkan tren
perlambatan sejak beberapa tahun belakangan yang sebelumnya masih bisa
mencatat pertumbuhan di atas 10%.

Catatan serupa juga terjadi dari aspek penghimpunan dana pihak ketiga (DPK),
tahun lalu pertumbuhannya juga cuma di kisaran 6,5%. Pertumbuhan DPK tlah
berada di bawah 10% sejak awal 2010.

Ini pula yang membuat likuiditas perbankan cenderung meningkat belakangan


tahun. Sampai puncaknya semester II-2019 lalu, Bank Indonesia turut melonggarkan
rasio intermediasi makroprudensial (RIM) dari 82-92% menjadi 84-94%. Niatnya
guna mendongkrak pertumbuhan kredit kembali di atas 10%. Sayang jauh panggang
dari api.

Apalagi sejak awal tahun, pandemi global Covid-19 ikut menyerang tanah air. Tahun
ini yang ditargetkan membawa asa baru justru membelenggu. Pemerintah bersama
otoritas keuangan berupaya mencegah dampak negatif pandemi, sejumlah stimulus
stimulus diluncurkan.

Salah satu yang pertama dan utama adalah relaksasi ketentuan restrukturisasi kredit
dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sejak Maret, bank tak perlu menyisihkan
pencadangan buat debiturnya yang terimbas pandemi. penilaian kolektibilitas kredit
pun dipangkas hanya mengandalkan satu pilar. Tujuannya agar rasio kredit macet
bank dapat ditekan, sekaligus mengurangi biaya pencadangan yang perlu dibentuk

Sampai 27 September 2020, telah ada 100 bank yang merestrukturisasi kredit
senilai Rp 904,285 triliun dari 7.465.990 debitur. Nilai tersebut berasal dari 5.824.976
debitur UMKM dengan nilai kredit Rp 359,977 triliun, dan 1.641.014 debitur non
UMKM dengan kredit Rp 544,308 triliun.

Sayangnya, kebijakan ini tak serta merta bisa menekan non performing loan (NPL).
Terutama pada kuartal II-2020, NPL telah beranjak ke level di atas 3%. Pun, meski
tak diwajibkan, sejumlah bank tetap membentuk pencadangan ekstra guna
memitigasi risiko lebih lanjut.

Maklum, tak semua debitur bank laik dapat relaksasi restrukturisasi. Sehingga bank
juga perlu membentuk pencadangan untuk menghindari kenaikan NPL, sekaligus
kerugian yang makin dalam.

Deputi Komisioner Humas dan Logistik OJK Anto Prabowo pun mengimbau hal
serupa. Ia bilang meskipun OJK telah memastikan adanya perpanjangan waktu
restrukturisasi kredit terimbas pandemi, bank kini mesti bersiap menghadapi dampak
lanjutan terhadap debitur yang gagal bertahan akibat pandemi.

“Buat debitur yang dapat bertahan selama pandemi bisa diberikan restrukturisasi
lanjutan oleh bank, sementara yang gagal, tentu bank mesti menyiapkan
pencadangan untuk mencegah pemburukan kredit,” ujarnya pada KONTAN.

ementara bank melakukan mitigasi risiko, penyaluran kredit kini juga dibatasi oleh
bank. Ini seiring makin tingginya risiko alias loan at risk (LaR) selama pandemi.
Sampai akhir semester I-2020, rasio LAR telah mencapai 14,8%, level tertinggi sejak
2013.

Penyebab utamanya memang soal pandemi yang bikin bikin ekonomi terhenti. OJK
mencatat sampai Agustus 2020, pertumbuhan kredit masih negatif 1,69% (ytd).
Kelompok bank swasta dan bank pelat merah jadi penyebab utama, masing-masing
mencatat pertumbuhan negatif 3,83% (ytd), dan 0,88% (ytd).

Sementara bank daerah, bank campuran tercatat telah meraih pertumbuhan yang
positif masing-masing sebesar 1,70% (ytd), dan 1,46 (ytd). Khusus untuk bank
daerah, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboj Santoso bilang, pertumbuhan kredit
utamanya ditopang oleh penyaluran kredit kepada aparat sipil negara (ASN) yang
sebenarnya tak berdampak banyak terhadap pemulihan ekonomi nasional.
“Stimulus dari pemerintah sebenarnya sudah cukup, likuiditas saat ini juga sangat
longgar. Namun penyaluran kredit tidak bisa normal, karena bisnis memang belum
pulih, dan ini tidak bisa dipaksa,” kata Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk
(BBCA) Jahja Setiatmadja.

Khusus buat bank pelat merah, pemerintah via Kementerian Keuangan juga telah
berupaya mendorong penyaluran kredit dengan penempatan dana pemulihan
ekonomi nasional (PEN) senilai total Rp 47,5 triliun.

Tak cuma kepada bank BUMN, Kemenkeu juga memarkirkan dana PEN kepada 12
bank daerah dan 3 bank syariah, dan berencana memperluas penempatan ke bank
swasta. Totalnya pemerintah punya alokasi Rp 78,8 triliun dalam rangka
mendongkrak penyaluran kredit selama pandemi. Sampai akhir tahun, OJK punya
membidik target pertumbuhan kredit 2-4%

Beruntun menghadapi tantangan tak jadi halangan buat industri perbankan menjadi
makin besar. Ini terlihat dari makin banyaknya bank-bank berukuran jumbo,
sekaligus bank yang naik kelas BUKU (Bank Umum Kegiatan Usaha).

Ini tak lain berkat dorongan OJK dalam rangka konsolidasi perbankan. Akhir tahun
lalu, OJK menerbitkan ketentuan hingga akhir tahun bank wajib punya modal
minimum Rp 1 triliun hingga akhir tahun ini, dan akan terus ditingkatkan menjadi
minimum Rp 2 triliun pada 2021, dan Rp 3 triliun pada 2022.

Ini bikin sejumlah BUKU 1 yang sebelumnya bermodal di bawah Rp 1 triliun


bergegas gelar aksi tambah modal. Ketentuan ini pun cukup efektif, sampai Juli
2020, tercatat jumlah BUKU 1 telah berkurang menjadi 14 bank dibandingkan akhir
tahun lalu sebanyak 17 bank.

Memang ada pula bank cilik yang diakuisisi, BCA misalnya mengakuisisi dua bank
yaitu PT Bank Royal Indonesia yang telah bakal bertransformasi menjadi PT Bank
BCA Digital, dan membeli PT Bank Rabobank International dan bakal
menggabungkannya dengan PT Bank BCA Syariah.

Tak cuma otoritas keuangan, pemerintah bahkan sampai turun tangan mendorong
aksi konsolidasi ini. Hal tersebut terjadi saat Presiden Joko Widodo melakukan rapat
terbatas terkait penyehatan PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS).
Dalam rapat Presiden memerintahkan OJK membentuk tim khusus buat
menyehatkan Bank Banten.

hal tersebut dilakukan lantaran kondisi keuangan Bank Banten memang terus
menerus merosot. Bank Banten merupakan bank paling kecil di tanah air, modal
intinya pada Juni 2020 cuma Rp 63,09 miliar.

Pun sebelumnya, Presiden sempat meminta PT Bank Pembangunan Jawa Barat


dan Banten Tbk (BJBR) buat membantu likuiditas perseroan, sekaligus ada wacana
untuk menggabungkan kedua bank tersebut. Namun rencana kanda, Pemprov
Banten memilih untuk melakukan penambahan modal Rp 1,55 triliun. Kini Bank
Banten sedang dalam proses mengeksekusi rencana tambah modal tersebut.

Tak cuma di kelas bank mini, bank menengah besar pun ikut tren konsolidasi yang
telah dimulai sejak tahun lalu. Ada PT Bank BTPN yang yang menggabungkan diri
dengan PT Bank Sumitomo setelah proses akuisisi oleh Sumitomo Bank Mitsui
Corporation (SMBC).

Kemudian ada PT Bank Danamon yang juga menggabungkan usahanya dengan PT


Bank Nusantara Parahyangan setelah diakuisisi MUFG Bank. Berkat akuisisi
tersebut, Bank Danamon bahkan naik kelas ke BUKU 4 setelah akuisisi dan
penjualan 70% PT Asuransi Adira Dinamika.

Selain Bank Danamon ada PT Bank Permata Tbk (BNLI) yang juga baru
menyandang status BUKU 4. Ini pun berkat aksi akuisisi oleh Bangkok Bank dan
diteruskan oleh penggabungan aset Bangkok Bank di Indonesia. Adapun tahun lalu
ada PT Bank Panin Tbk (PNBN) yang jadi BUKU 4 secara organik.

Tambahan 3 bank membuat kelompok BUKU 4 kini beranggotakan 8 bank tak


sampai bertahun-tahun. Sebelumnya hanya da 5 BUKU 4 yaitu PT Bank Rakyat
Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMAR), BCA, PT Bank Negara
Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA).
Direktur Keuangan BR Haru Koesmahargyo bilang munculnya bank jumbo anyar ini
saat ini memang belum berpengaruh banyak akibat pandemi. Meski demikian hal
tersebut memang akan jadi tantangan kedepannya.

Haru masih optimistis BRI yang kini merupakan bank terbesar di tanah air dapat
menjaga pangsa pasarnya dengan tetap berfokus ke segmen utama perseroan
kepada UMKM, terutama segmen mikro dan didorong oleh kemampuan digital
perseroan. “Kami akan tetap fokus ke segmen UMKM, sekaligus meningkatkan
transaction banking dan akselerasi digital untuk meningkatkan kinerja kami,”
ungkapnya kepada KONTAN.

Sedangkan paling anyar ada rencana lama Kementerian BUMN untuk


menggabungkan tiga bank syariah entitas anak bank pelat merah: PT Bank BRI
Syariah Tbk (BRIS), PT Bank Mandiri Syariah, dan PT Bank BNI Syariah yang
akhirnya mulai diwujudkan. Pekan lalu, Himbara (Himpunan Bank Milik Negara)
telah mengumumkan rencana ini.

Dari segmen perbankan syariah, tanpa melakukan penggabungan usaha, tiga bank
syariah tersebut sejatinya telah menguasai pangsa pasar. Adapun rencana
penggabungan ini disebut Wakil Direktur Utama Bank Mandiri sekaligus Ketua Tim
Project Management Office Hery Gunardi guna menciptakan bank syariah terbesar
di tanah air sekaligus dapat masuk jajaran sepuluh besar bank syariah
berkapitalisasi teratas di dunia.

2.7. kasus-kasus yang terjadi di indonesia

Baru-baru ini publik dikejutkan dengan bocornya laporan yang dirilis Financial
Crimes Enforcement Network (FinCEN). Laporan tersebut menjelaskan mengenai
aliran dana ilegal, baik keluar maupun masuk ke Indonesia melalui bank-bank besar.
Namun, itu bukanlah satu-satunya skandal perbankan yang pernah terjadi.
Beberapa megaskandal lain yang menjadi sorotan hingga saat ini diantaranya kasus
BLBI, kasus Bank Century, kasus Panama Papers, dan yang terbaru kasus FinCen
Files.
1. Skandal BLBI Skandal BLBI awalnya merupakan dana bantuan yang diberikan
Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami masalah likuiditas pada saat
terjadinya krisis moneter 1998 di Indonesia. Baca juga: BPK Wanti-wanti Pemerintah
Agar PEN Tak Jadi Seperti BLBI atau Century Bantuan ini diberikan berdasarkan
perjanjian Indonesia dengan International Monetary Fund (IMF) dalam mengatasi
masalah krisis. Pada Desember 1998, BI menyalurkan dana BLBI Rp 147,7 triliun
kepada 48 bank. Kasus ini mencuat setelah keluarnya hasil audit Badan Pemeriksa
Keuangan terhadap penggunaan dana BLBI oleh 48 bank. Hasil audit ini
menyimpulkan telah terjadi indikasi penyimpangan sebesar Rp 138 triliun. Dapatkan
informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email

l 2. Kasus Bank Century Kasus Bank Century mencuat ketika Lembaga Penjamin
Simpanan mengambil alih bank yang tengah mengalami krisis likuiditas itu,
November 2008. Dari sana terungkap, dana nasabah sebesar Rp 1,45 triliun telah
diselewengkan dan polisi menetapkan Komisaris Utama Bank Century Robert
Tantular sebagai tersangka utama. Baca juga: Berkaca Kasus Century, Mungkinkah
Pemerintah Bailout Jiwasraya? Modusnya dengan menjual reksa dana fiktif kepada
para nasabah. Penjualan reksa dana fiktif itu sudah berlangsung sejak tahun 2002.
Namun, BI dan Bapepam-LK baru mengetahuinya tahun 2005. Sekalipun sudah
mengetahui sejak tahun 2005, BI dan Bapepam-LK tidak langsung menghentikan
praktik penipuan di industri keuangan tersebut.

3. Skandal Panama Papers Skandal Panama Papers mengungkapkan dokumen


rahasia yang memuat daftar klien kelas kakap yang menginginkan uang mereka
tersembunyi dari endusan pajak di negaranya. Dokumen rahasia itu kini menjadi
konsumsi publik setelah bocor dari pusat data firma hukum Mossack Fonesca, di
Panama. Di dalam 11 juta halaman dokumen itu, terdapat nama-nama politisi,
bintang olahraga, dan selebritas yang menyimpan uang di berbagai perusahaan
"cangkang" di luar negeri demi menghindari pajak. Di sejumlah negara, munculnya
dokumen Panama Papers menjadi sorotan tersendiri. Baca juga: Otoritas Pajak: 899
Nama di 'Panama Papers' akan Dikejar Tak sedikit pejabat yang tersangkut Panama
Papers mengundurkan diri. Sebut saja Perdana Menteri Islandia Sigmundur David
Gunnlaugsson, Menteri Perindustrian Spanyol Jose Manuel Soria, hingga pejabat
senior organisasi sepak bola dunia FIFA, Juan Pedro Damiani. Di Indonesia,
munculnya dokumen Panama Papers juga sempat menjadi pemberitaan luas.
Apalagi, setelah nama Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Harry Azhari Aziz serta
Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan
terseret dalam dokumen itu.

4.Kasus FinCen Files Pekan ini, bocoran FinCEN Files menyebut terdapat dana
aliran janggal baik keluar maupun masuk ke Indonesia melalui bank-bank besar
senilai 504,65 juta dollar AS atau sekitar Rp 7,46 triliun. Secara lebih rinci dijelaskan,
uang yang masuk ke Indonesia senilai 218,49 juta dollar AS, sedangkan uang yang
ditransfer ke luar Indonesia mencapai 286,16 juta dollar AS. Mengutip laman
Konsorsium Internasional Jurnalis Investigasi (ICIJ), Selasa (22/9/2020), terdapat
beberapa nama bank pelat merah yang diketahui telah melakukan transfer atas
transaksi janggal tersebut. Secara keseluruhan, terdapat 19 bank yang tercatat
melakukan transaksi janggal, terekam dalam dokumen FinCEN Files terjadi di
Indonesia. Adapun total jumlah transaksi tersebut sebanyak 496 transaksi yang
terekam sejak Februari 2013 hingga 3 Juli 2017.

BAB 3 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Bank sebagai lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dana dari


masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat . Disamping memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang, usaha pokok bisnisnya
adalah memberikan pelayanan kredit kepada para nasabahnya. Salah satu jenis
kredit yang diberikan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Tuban Kota adalah kredit
kupedes rakyat dimana kredit ini merupakan pinjaman yang diberikan untuk nasabah
yang membutuhkan dana dengan skala kecil agar dapat membantu mewujudkan
keinginan nasabah untuk berwirausaha. Disamping itu juga dapat mengembangkan
usahanya serta mewujudkan peluang lapangan kerja dan pemerataan perekonomian
masyarakat. Dalam pelaksanaan kredit kupedes rakyat pada PT. Bank Rakyat
Indonesia Unit Tuban Kota yang harus di lakukan oleh nasabah adalah sebagai
berikut :
1. Melengkapi syarat dan ketentuan yang telah di tetapkan oleh PT. Bank Rakyat
Indonesia, antara lain : Syarat :

a) Mempunyai surat keterangan usaha dari kelurahan

b) Memiliki pengalaman usaha minimal 1 tahun

c) FC KTP / kartu identitas

d) FC kartu keluarga / KK 73

e) Bpkb motor/mobil/sertifikat rumah

f) Buku tabungan

g) Menyerahkan daftar rincian gji\

h) Tidak sedang menikmati kredit di BRI lain Ketentuan

: a) Plafond pinjaman sebesar Rp 1.000.000 sampai dengan Rp 25.000.000

b) Jangka waktu selama 1 tahun sampai dengan 3 tahun.

c) Suku bunga dengan sistem flat rate yaitu sebesar 1.25 % flat.

d) Sasaran sektor usaha yaitu sektor ekonomi, pertanian, maupun perdagangan.

2. Prosedur pengajuan kredit kupedes rakyat pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit
Tuban Kota adalah sebagai berikut :

a. Pengajuan b. Survey c. Analisa kredit d. Putusan pimpinan e. Realisasi kredit f.


Pelunasan kredit

3. Analisa pemberian kredit dilakukan dengan cara

: a) BI Checking b) Personal survey 74


4. Aspek penilaian kredit yang harus diperhatikan sebelum melakukan pemberian
kredit adalah : a) Character b) Capacity c) Capital d) Collateral e) Condition of
economic

5. Angsuran dan bunga Angsuran dan bunga pada PT. Bank Rakyat Indonesia
menggunakan sistem flat rate. Dengan system ini dapat mengetahui berapa jumlah
angsuran beserta bunga yang harus dibayar oleh nasabah dengan rumus sebagai
berikut : Angsuran pokok : plafond Jangka waktu (bulan) Bunga : jumlah pinjaman x
bunga

6. Dalam pelaksanaan kredit kupedes pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Tuban
Kota, terdapat beberapa hambatan beserta solusinya yaitu : Hambatan

: a. Terjadinya tunggakan

b. Tidak sesuai prosedur yang berlaku

c. Gangguan koneksi jaringan internet Solusi :

a. Pihak bank melakukan penagihan baik secara lisan melalui telepon 75 maupun
secara tertulis melalui surat peringatan kepada calon debitur dengan adanya
tunggakan pembayaran angsuran. Apabila debitur tergolong kredit macet maka akan
dilakukan restrukturisasi (penyelamatan kerja) dengan cara perpanjangan waktu,
penurunan suku bunga, pengambilalihan asset debitur.

b. Seharusnya mantra tetap melakukan survey sesuai prosedur yang telah


ditetapkan dan melakukan pekerjaannya dengan baik pada saat awal bulan setelah
closing bulanan supaya memiliki jangka waktu yang panjang untuk memenuhi target
yang diberikan.

c. Memberikan peringatan sebelum pihak IT melakukan perawatan dan perbaikan.


Dan menyiapkan sistem yang dapat dijalankan secara manual sehingga proses
pelayanan masih tetap berjalan. Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa pihak bank harus melakukan tugasnya dengan baik yaitu menganalisa para
calon nasabah agar dikemudian hari tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
meskipun hal tersebut mungkin terjadi dan memang pernah terjadi yaitu mengenai
masalah pemberian kupedes macet. Dengan adanya masalah tersebut pihak bank
telah melakukan upaya untuk meminimalisir dan menyelesaikan masalah tersebut
yaitu dengan cara pembinaan dan restrukturisasi

5.2 Saran

1. Sebaiknya pihak bank lebih selektif dan teliti terhadap calon debitur tentang
informasi yang telah diberikan. Dan memberikan pelayanan maksimal serta
menjelaskan ketentuan-ketentuan dalam proses awal 76 pemberian kredit hingga
pelunasan dengan baik dan benar sesuai peraturan yang sudah di tentukan oleh
perusahaan.

2. Sebaiknya para pegawai dapat melakukan pekerjaan sesuai prosedur yang sudah
ditetapkan oleh pihak manajemen bank. Sehingga para pegawai bisa melaksanakan
dan menyelesaikan pekerjaan secara cepat dan tepat sesuai dengan prosedur yang
sudah ada.

3. Dalam hal proses pemberian kredit tidak lepas dari peran mantra sebagai
pegawai bank yang sering bertemu langsung dengan nasabah, sehingga diharapkan
dapat menjaga hubungan baik dengan nasabah dan nantinya nasabah akan puas
dengan pelayanan yang diberikan serta nasabah akan selalu mempercayakan
peminjaman modal kepada PT. Bank Rakyat Indonesia. Hal tersebut juga menjadi
dampak positif bagi perusahaan

. 4. Setiap pegawai harus tetap menjaga komunikasi dengan pegawai bagian lainnya
yang masih bersangkutan untuk mendukung kelancaran dalam proses pemberian
kredit, sehingga nantinya pekerjaan lebih cepat dan mudah untuk dikerjakan serta
memberikan kesan pelayanan profesional di antara pegawai dengan yang lainnya
kepada nasabah dan perusahaan.

5. PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Tuban Kota seharusnya memperbaiki koneksi
jaringan internet, agar tidak akan terjadi gangguan koneksi internet pada saat bank
melakukan pelayanan kepada nasabah. Karena itu akan berdampak negative bagi
pihak bank , nasabah merasa kecewa dengan pelayanan yang lama akibat adanya
gangguan internet tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-bank-menurut-para-ahli/

https://www.gramedia.com/literasi/lembaga-perbankan/
http://eprints.perbanas.ac.id/1126/7/BAB%20V.pdf

Anda mungkin juga menyukai