1239 2993 1 SM
1239 2993 1 SM
ABSTRACT
Indonesia is a tropical country which is diverse types of plants, one of them which was plant jackfruit
(Artocarpus heterophyllus Lamk.). But so far, its utilization of waste still leaves form the seeds of jackfruit. Basic
human needs of food and technology progress encourages humans to cultivate seeds into flour, jackfruit seed
jackfruit. To understand the nutrient content of quality food grain powder jackfruit is the researchers want to
do an analysis of proksimat on seed flour, jackfruit. This research use experimental design to test the levels of
protein, carbs, fat and calories jackfruit seed flour. The measurement of protein content by Kjeldahl method,
method of Carbohydrate carbs by Defference method with Soklet,fat,and calories with manual calculation.
Research results from the jackfruit seeds have been processed into flour, jackfruit seeds showed that levels of
the protein in the flour biji nangka of 12.19 grams, carbohydrate levels of 56.21 grams, 1.12 grams of fat
content and moisture content of 12.4 grams. Expected with the known value of jackfruit seeds flour on
proksimat this will encourage the public to make use of waste food into jackfruit seeds in the form of
jackfruit seed flour. In addition to reducing waste, nutrient content of jackfruit seed flour is also high.
32
KLOROFIL Vol. 1 No. 1, 2017: 32-37
dilakukan dengan cara bahan direndam ke ml yang berisi 5 ml larutan H3BO3 dan 24 tetes
dalam larutan natrium bisulfit dengan indikator (campuran 2 bagian metil merah
konsentrasi 730 ppm pada suhu konstan (28-30 0,2%) dalam alkohol dan 1 bagian metilen blue
0C) selama tidak lebih dari 72 jam (Arogba, 0,2%dalam alkohol) dibawah kondensor.
1999). Hal ini dimaksudkan untuk Ujung tabung kondensor harus terendam di
mempertahankan warna dari bahan dan bawah larutan H3BO3. Tambahkan 8-10 ml
pencegahan terjadinya reaksi pencoklatan non larutan NaOH-NaS2O3, kemudian lakukan
enzimatis maupun enzimatis, serta sebagai distilasi sampai tertampung kira-kira 15 ml
penghambat pertumbuhan mikroba. destilat dalam erlenmeyer. Bilas tabung
Pemanfaatan tepung biji nangka ini perlu kondenser dengan air, dan tampung bilasanya
dioptimalkan dalam kehidupan masyarakat dalam eylenmeyer yang sama. Encerkan isi
karena kandungan gizi yang terdapat eylenmeyer sampai kira-kira 50 ml kemudian
didalamnya. Hal ini menjadi dasar utama dalam titrasi dengan HCl 0,02 N sampai terjadi
upaya pengolahan biji nangka menjadi tepung perubahan warna menjadi abu-abu. Lakukan
biji nangka. Tepung biji nangka yang dihasilkan juga penetapan blanko.
dimaksudkan untuk memperpanjang umur
simpan produk dan mempertinggi nilai Pengujian Kandungan Karbohidrat
ekonomis serta mempermudah penggunaan Sampel Cair
aplikasi produk. Menimbang dengan tepat sejumlah sampel
Untuk mengetahui kalitas kandungan gizi yang jika dilarutkan dalam air akan
dari bahan pangan tepung biji nangka ini maka memberikan gula pereduksi dengan konsentrasi
peneliti ingin melakukan analisis proksimat tidak lebih dari 200 mg/25 ml (biasanya
pada tepung biji nangka. Dimana analisis digunakan sebanyak 29 g sampel dalam 500 ml
proksimat adalah suatu metoda analisis kimia larutan). Pindahkan sampel kedalam gelas piala
untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi 600 ml, tambahkan 200-300 ml air dan 2 g
seperti protein, karbohidrat, lemak dan air pada CaCO3, didihkan selama 30 menit. Selama
suatu zat makanan dari bahan pakan atau pendidihan tambahkan air secukupnya agar
pangan (Mulyono, 2000). volumenya tetap. Dinginkan larutan tersebut di
atas, pindahkan ke dalam labu ukur 500 ml,
METODE PENELITIAN kemudian tambahkan pelan-pelan larutan Pb-
asetat jenuh sampai larutan jernih (umumnya
Pengujian Kandungan Protein dibutuhkan 3-5 ml Pb-asetat). Tetapkan
Menimbang sejumlah kecil sampel (kira- volume larutan sampai tanda tera dengan air,
kira akan membutuhkan 3-10 ml). HCL 0,01 N campur sampai merata dan saring melalui
atau 0,02 N), pindahkan ke dalam labu kertas saring Whatman No2. Tambahkan
Kjeldahl 30ml. Tambahkan 1,9 ± 0,1 g K2SO4, Natrium Oksalat kering secukupnya (kira-kira 1
40 ± 10 mg HgO, dan 2,0 ± 0,1 ml H2SO4. g) untuk mengendapkan semua Pb, campur
Jika sampel lebih dari 15 mg, tambahkan 0,1 ml sampai merata dan saring kembali. Fitrat siap
H2SO4 untuk setiap 10 mg bahan organik di dipakai untuk penetapan karbohidrat. Jika tidak
atas 15 mg. Menambahkan beberapa butir batu langsung dipakai, kemudian tambahkan sedikit
didih,didihkan sampel selama 1-1,5 jam sampai asam benzoat dapat disimpan dalam kulkas
cairan menjadi jernih. Dinginkan, tambahkan dengan batas waktu tertentu (waktu yang lama
sejumlah kecil air secara perlahan-lahan, kan merusak).
kemudian dinginkan. Pindahkan isi labu
kedalam alat destilasi. Cuci dan bilas labu 5-6 Sampel Padat
kali dengan 1-2 ml air, pindahkan air cucian ini Timbang sejumlah sampel (20-30 gram),
kedalam alat destilasi. Letakkan erlenmeyer 125 tambahkan alkohol 80% dengan perbandingan
33
KLOROFIL Vol. 1 No. 1, 2017: 32-37
1:1 atau 1:2. Hancurkan sampel dengan dengan cara memanaskan pada api kecil, jaga
menggunakan waring blender sampai semua jangan sampai lemak terbakar. Masukkan
gula terekstrak. Pindahkan semua hancuran ke tabung kapiler dalam refrigator 4-100C, biarkan
dalam gelas piala secara kuantitatif. Saring selama 16 jam. Gabungkan tabung kapiler
sampel dengan menggunakan kapas, tempatkan dengan thermometer yang berisi air raksa (bisa
filtrat dalam 80% sampai seluruh gula terlarut dengan cara mengikatnya menjadi satu).
dalam filtrat. pH filtrat diukur, jika asam Rendam dalam gelas piala 600 ml yang berisi
tambahkan CaCO3sampai cukup basa. air setengah penuh sehingga thermometer
Panaskan pada penangas air 1000C selama 30 terendam sepanjang 30 ml. Panaskan gelas
menit. Saring kembali dengan menggunakan piala dengan kecepatan 0,5OC/menit, agitasi
kertas saring Whatman No 2. Hilangkan air dengan stirrer perlahan-lahan. Catat suhu
alkohol dengan memanaskan filtrat pada pada saat lemak mulai terlihat transparan,
penangas air yang suhunya dijaga ±800C, jika gunakan kaca pembesar untuk melihatnya jika
akan kering tambahkan air secukupnya. Dapat perlu, suhu terbaca merupakan titik cair lemak
pula penghilangan alkohol tersebut dilakukan tersebut.
dengan bantuan vakum. Jika masih ada
endapan maka sampel perlu disaring kembali. Analisis Data
Lakukan penambahan Pb-asetat jenuh dan Data yang didapat dari penelitian ini
menghilangkan Pb dengan Natrium oksalat adalah berupa data numerik, baik data
seperti persiapan sampel cair. Tepatkan volume kandungan protein, karbohidrat,dan lemak
larutan sampai volume tertentu dengan air. tepung biji nangka. Pengukuran kandungan
Kocok agar tercampur merata. Larutan siap protein dengan metode Kjeldahl, karbohidrat
digunakan untuk penetapan gula. Jika dengan metode Carbohydrate by Defference, lemak
diperlukan larutan dapat diencerkan dengan metode Soklet, dan kalori dengan
secukupnya. Jika akan digunakan keesokan perhitungan manual.
harinya, maka larutan ini harus disimpan di
kulkas pada batas waktu tertentu (tidak boleh HASIL DAN PEMBAHASAN
terlalu lama, karena sampel akan rusak).
Uji tepung biji nangka dilakukan untuk
Pengujian Kandungan Lemak mengetahui seberapa besar kandungan protein,
Memasukkan lemak cair yang sudah karbohidrat, dan lemak yang ada di dalam
disaring ke dalam tabung kapiler sepanjang 10 tepung tersebut dengan metode analisis
mm. Rapatkan/ tutup ujung tabung kapiler proksimat.
Berdasarkan Tabel 1. diperoleh hasil gram, dan lemak 1,12 gram. Berdasarkan Tabel
kandungan gizi pada tepung biji nangka berupa 2. diperoleh hasil kandungan gizi pada tepung
protein sebesar 12,19 gram, karbohidrat 56,21 terigu berupa protein sebesar 9 gram,
34
KLOROFIL Vol. 1 No. 1, 2017: 32-37
karbohidrat 77,2 gram, dan lemak 1gram. mudah dan selanjutnya diolah menjadi berbagai
Dilihat dari hasil uji dengan dua kali jenis kudapan makanan yang lebih menarik
pengulangan pada tepung biji nangka dan minat konsumen.
tepung terigu dan menggunakan metode yang Produk pangan yang mengalami
sama dimana kadar protein diuji dengan pengolahan dengan suhu rendah akan
metode Kjeldahl, karbohidrat dengan metode mengalami kerusakan kimia yang terkecil.
carbohydrate by defference, lemak dengan metode Keadaan air memberikan pengaruh yang nyata
soklet, dan kalori dengan perhitungan manual, pada susut gizi. Suhu yang terlalu tinggi dalam
maka hasil yang didapatkan adalah kandungan proses pemanggangan dapat merusak
protein tepung biji nangka lebih tinggi kandungan protein di dalam adonan, karena
dibandingkan tepung terigu sebesar 12,19gram, protein tidak tahan terhadap suhu tinggi dan
kandungan karbohidrat tepung terigu lebih oksidasi.
tinggi dibandingkan dengan tepung biji nangka Suhu dan waktu pengolahan serta kadar
sebesar 77,2 gram, kandungan lemak tepung dan susunan racikan mempengaruhi besarnya
biji nangka lebih tinggi dibandingkan dengan susutan. Menurut Buckle et all (1987) bahwa
tepung terigu sebesar 1,12 gram. kadar protein dipengaruhi oleh kadar air dan
Berdasarkan hasil uji di Balai Besar kadar lemak, dimana terdapat hubungan
Laboratorium Kesehatan Surabaya dapat terbalik antara protein dan kadar air pada
diperoleh hasil bahwa kandungan gizi protein, bagian yang dapat dimakan. Semakin tinggi
dan lemak tepung biji nangka lebih tinggi kadar protein maka akan semakin rendah kadar
dibandingkan tepung terigu yaitu sebesar 12,19 airnya. Karbohidrat merupakan sumber energi
gram; 1,12 gram. Sedangkan untuk kandungan (1gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori) bagi
karbohidrat tepung terigu lebih tinggi dari pada kebutuhan sel-sel jaringan tubuh.Sebagaian dari
tepung biji nangka sebesar 77,2 gram. karbohidrat diubah langsung menjadi energi
Perbedaan hasil uji tersebut tidak terlalu banyak untuk aktifitas tubuh, dan sebagian lagi
bahkan hampir setara dengan kandungan gizi disimpan dalam bentuk glikogin dihati dan
tepung terigu. Oleh karena itu tepung biji diotot. Sumber karbohidrat meliputi padi-
nangka dapat digunakan sebagai substitusi padian atau serealia, umbi-umbian, kacang-
tepung terigu karena hasil kandungan gizi kacang kering dan gula.
tepung biji nangka hampir setara dengan Menurut Winarno (2004) bahwa
tepung terigu. perhitungan kadar karbohidrat suatu bahan
Pengolahan biji nangka menjadi tepung pangan dapat dihitung secara perbedaan antara
memberikan hasil kandungan gizinya lebih jumlah kandungan air, protein, lemak dan abu
tinggi dibanding dengan biji nangka yang dengan rumus karbohidrat yaitu 100 - (protein
belum diolah. Sebelum proses pengolahan biji + lemak + abu + air).
nangka menjadi tepung, kandungan gizi Lemak adalah sumber energi paling padat,
sebesar: protein 4,2(g), karbohidrat 36,7(g), dan yang menghasilkan 9 kkalori untuk tiap gram,
lemak 0,1 (g). Sebaliknya, kandungan gizi biji yaitu 2 ½ kali besar energi yang dihasilkan oleh
nangka yang belum dijadikan tepung lebih karbohidrat dan protein dalam jumlah yang
rendah kandungannya, ini dikarenakan pada sama dan lemak hampir kita dapatkan dalam
waktu proses pembuatan tepung dimana semua bahan pangan dengan kandungan yang
melalui beberapa tahapan proses pengolahan berbeda-beda. Sedangkan kalori dapat
seperti pengupasan dari kulit luar dan ari, didapatkan dari asupan nutrisi yang
kemudian perendaman, perebusan dengan air, mengandung nutrisi, seperti karbohidrat,
pengeringan dengan sinar matahari dan lemak, protein, dan alkohol. Tiap-tiap individu
penggilingan dengan blender. Sehingga hasilnya mempunyai kebutuhan kalori harian yang
lebih tinggi sesudah menjadi tepung dari pada berbeda-beda. Secara umum Departemen
sebelum dilakukan proses pengolahan. Kesehatan RI telah ditetapkan kebutuhan
Biji nangka yang telah melewati proses kalori individu sebesar 2000 kkal/hari.
pengolahan menjadi tepung biji nangka akan Pada saat proses pengeringan bisa terjadi
membuat daya simpan semakin tinggi dan kerusakan glutenin yang dikarenakan suhu
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku yang udara yang berlebih pada waktu pengeringan
fleksibel untuk industri yang mempunyai tepung. Reaksi Maillard juga menyebabkan
prospek, pengolahan makanan yang cukup kerusakan protein Reaksi Maillard yaitu terjadi
35
KLOROFIL Vol. 1 No. 1, 2017: 32-37
36
KLOROFIL Vol. 1 No. 1, 2017: 32-37
Tua, H. S. M., & Herawati, N. (2013). Potensi Agus Riyanto, (2011). Aplikasi Metodologi
tepung biji nangka (Artocarpus Penelitian Kesehatan, Yogyakarta. Nuha
heterophyllus) dalam pembuatan kukis Medika.
dengan penambahan tepung tempe. Skripsi. Palupi (2007), Pengaruh Pengolahan Tepung Biji
Universitas Negeri Riau Nangka terhadap Nilai Gizi, Bogor,
Siwianisti Putri, (2010), Substitusi Tepung Biji Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Nangka Pada Pembuatan Kue Bolu Kukus Fatela IPB.
Ditinjau dari Kadar Kalsium, Tingkat Desti Dwi Kusumawati, Bambang Sigit Amant,
Pengembangan Dan Daya Terima.Skripsi, Dimas Rahadian Aji Muhammad (2012).
Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Pengaruh Perlakuan Pendahuluan Dan Suhu
Muhammadiyah Surakarta. Pengeringan Terhadap Sifat Fisik, Kimia, Dan
Buckle, K., R.A. Edwards., G.H Fleet and m. Sensori Tepung Biji Nangka (Artocarpus
Wcotton, (1987), Food Science, Penerjemah Heterophyllus). Jurnal Teknosains Pamgan.
Hari Purnomo dan Adiono dalam Ilmu Pangan, Vol. 1 No.1.
Jakarta, Univeritas Indonesia Press.
37