Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam dunia kontruksi, alat berat barangkali sudah bukan hal yang asing
lagi untuk didengar dan dilihat. Alat-alat ini digunakan untuk menunjang proses
kontruksi mulai dari pembukaan kontruksi, pembuatan jalan, penggalian serta
pengakutan bahan material menuju ke proses berikutnya. Jenis alat berat ini pun
bermacam-macam disesuaikan dengan aplikasinya, seperti untuk pengangkutan,
penggalian dan sebagainya. Akan tetapi, meskipun alat berat ini kebanyakan lebih
dikenal di dunia pertambangan, namun sejatinya tidak hanya dunia tambang yang
menggunakannya. Konstruksi, forestry, landscaping dan beberapa aplikasi lain
juga turut menggunakan alat-alat berat ini dalam kinerjanya sehari-hari.

Salah satu jenis alat berat yang banyak digunakan dalam kegiatan ini
adalah excavator. Alat berat yang lebih dikenal dengan nama backhoe ini lebih
dikenal sebagai mesin penggali yang biasanya digunakan untuk mengeruk bahan
galian, misalnya badan jalan. Akan tetapi, sebenarnya fungsi dari excavator
bukanlah sekedar untuk menggali dan mengeruk bahan galian badan jalan saja.
Excavator ini juga dapat digunakan untuk pekerjaan kehutanan, konstruksi dan
sebagainya. Dalam aplikasinya yang bermacam-macam itu jugalah excavator juga
banyak memiliki additional front attachment seperti breaker untuk memecah
batu, harvester untuk pekerjaan forestry serta attachment yang lainnya. Oleh
karena itu, wajar saja jika alat berat jenis ini termasuk yang menjadi primadona.

Mengingat begitu banyaknya aplikasi dari excavator ini, maka penggunaan


dan kinerjanya pun dapat dikatakan cukup banyak. Akibat banyaknya hak
tersebut, tentunya dibutuhkan juga pengetahuan dasar yang menunjang dalam
proses kinerjanya sehingga tidak mengalami miss aplikasi dan kerusakan yang
terlalu dini. Untuk tahap dasar, pengetahuan yang harus dikuasai adalah bagian-
bagian dari sebuah excavator, prinsip kerja serta pengoperasian berdasarkan
aplikasinya, termeasuk jenis-jenis kelengkapan tambahan yang harus digunakan
sehingga dengan pemakaian yang benar akan didapatkan life time yang cukup
Panjang

1.2. Rumusan Masalah


Adapun yang akan menjadi pokok bahasan dalam laporan ini adalah :
1. Bagian-bagian utama dari sebuah alat berat
2. Cara kerja secara mendasar dari sebuah alat berat.

1.3. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan laporan ini adalah :

1. Mengetahui bagian-bagian utama dari alat berat besarta fungisnya.


2. Memahami prinsip kerja alat berat.
3. Memahami prinsip operasi alat berat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat dan Jenis Material

Tanah merupakan bagian atau lapisan yang teratas dari kulit bumi yang
relatif lunak dan tidak begitu kompak, terdiri dari material-material lepas,
demikian pendapat sjachdirin (1998). Material yang terdapat di dalam tanah
umumnya tidak homogen atau merupakan material campuran. Ada beberapa
istilah yang dipakai untuk menyatakan material yang terkandung di dalam tanah
yaitu :

1. Material asli atau bank material


Material yang berasal dari tempat asalnya. Volume material/tanah asli
diberi satuan bcm(bank cubic meters) atau bcy(bank cubic yards).
2. Material lepas(loose material)
Material yang dipindahkan dari tempat aslinya ke tempat lain,
mengalami perbahan bentuk. Volumenya di beri satuan lcm(loose
cubic meters) atau lcy(loose cubic yards).
3. Material padat (compected material)
Material yang telah di pindahkan kemudian dipadatka. Hampir seluruh
material yang telah dipadatkan mempunyai volume yang lebih kecil
dari pada volume tanah asli karna pamadatan dapat menghilangkan
atau memperkecil ruang atau pori-pori diantara butiran material.
Volume material padat diberi satuan ccm (compacted cubic meters)
atau ccy(compacted cubic yards).

Hubungan antara kondisi tanah asli dengan tanah lepas ditentukan oleh
faktor pemuatan (lood factor = LF) dan persentase pengembangan (swell
percentage = sw ). LF sangat bermanfaat dalam perhitungan volume material yang
akan diangkut dari suatu tempat. Rumus yang dipakai adalah :
1 Vb
LF = = ..................................................................................(2.1)
1+ S w V 1

V 1 = Volume lepas (lcm)


V b = Volume asli (lcm)
Sw = Persentase mengembang
LF = Faktor pemuatan
Nilai persentase mengembang di peroleh dari rumus
Wb
Sw =
[ Wb ]
−1 100%..............................................................................(2.2)

Keterangan :
W b = berat kondisi tanah dalam kondisi asli
W 1 = berat kondisi tanah dalam kondisi lepas
Angka Sw dan LF dari beberapa jenis tanah dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel 2.1 : SW dan LF beberapa jenis tanah


Persentase Mengembang
Jenis Tanah Faktor Pemuatan
(%)
Lepung Kering 35 0,74
Lepung basah 35 0,74
Tanah kering 25 0,80
Tanah basah 25 0,80
Tanah dan kerikil 20 0,83
Kerikil kering 12 0,89
Kerikil basah 14 0,88
Batu kapur 60 0,63
Batu hasil peledakan 60 0,63
Pasir kering 15 0,87
Pasir basah 15 0,87
Batuan sedimen 40 0,71
Sumber : Peurifoy, 1996
Material yang dipindahkan memiliki jenis, ukuran dan karekteriskik
tertentu. Dalam memindahkannya ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kinerja alat berat untuk melakukan pemindahan tanah mekanis. Faktor-faktor
tersebut menurut Rochmahadi(1992) adalah

1. Klasifikasi Material
Material yang akan dipindahkan dapat dikelompokkan berdasarkan
besarnya butiran. Umumnya dikelompokkan menjadi tiga yaitu
material batu, material tanah dan material batu tanah.
2. Berat Isi
Alat berat memiliki kapasitas tertentu. Berat isi perlu diketahui untuk
memperkirakan kemampuan alat dalam memindahkan dan
mengangkut material dan bank material ke tempat yang dituju
3. Kegemburan Material
Tanah yang telah dipisahkan dari tanah asalnya baik dengan cara
menggali, maupun mengangkutnya memiliki kegemburan yang tidak
sama dengan keadaan aslinya di bank material. Kegemburan ini harus
diperhitungkan untuk menentukan jumlah yang dibutukan sesuai
dengan keadaan padat setelah pemadatan.
4. Penyusutan Material
Material yang diangkat dalam keadaan gambar sehingga jika dilakukan
pemadatan maka volume material akan berubah menjadi lebih kecil
dari sebelumnya. Hal ini disebut sebagai penyusutan material. Berikut
ini adalah pekiraan berat/volume material dalam keadaan lepas dan
asli.
Tabel 2.2 : Berat/Volume Material
Lepas Asli Faktor
NO Material Kg/m3 Lb/ yd 3 Kg/m 3
Lb/ yd 3 Beban
.

1 Lempung alam 1.160 2.800 2.020 2.400 82


2 Lempung kering 1.480 2.500 1.840 3.100 81
3 Lempung basah 1.660 2.800 2.080 3.500 80
4 Lempung & koral kering 1.420 2.400 1.660 2.800 85
5 Lempung & koral basah 1.540 2.600 1.840 3.100 85
6 75% batu & 25% tanah 1.960 3.300 2.790 4.700 70
7 50% batu & 50% tanah 1.720 2.900 2.280 3.850 75
8 25% batu & 75% tanah 1.570 2.650 1.960 3.300 80
9 Tanah gumpalan kering 1.510 2.250 1.900 3.200 80
10 Tanah galian basah 1.600 2.700 2.020 3.400 79
11 Tanah berlapis 1.520 2.100 1.540 2.600 81
12 Koral – sirtu 1.930 3.250 2.170 3.650 89
13 Koral – kering 1.510 2.550 1.690 2.850 89
14 Pasir kering lepas 1.429 2.400 1.600 2.700 89
15 Pasir basah 1.840 3.100 2.080 3.500 89
16 Batu pasir 1.510 2.550 2.520 4.250 60
17 Lapisan tanah 950 1.600 1.370 2.300 70
18 Trap rock - pecah 1.750 2.950 2.610 4.400 67
Sumber : Rochmanhadi, 1992

Pada kegiatan pemindahan tanah mekanis, tanah juga memiliki faktor


konversi. Faktor konvensi tanah tersebut dapat di lihat pada tabel 2.3 berikut ini.
Faktor ini turut diperhitungkan dalam menentukan volume tanah yang
diangkut/dipindahkan.
Tabel 2.3 : Faktor Konversi Tanah
Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi
Jenis Material
Awal Asli Lepas Padat
Tanah Pasir (sand) (A) 1,00 1,11 0,99
(B) 0,09 1,00 0,80
(C) 1,05 1,17 1,00
Tanah biasa (sand clay) (A) 1,00 1,25 0,90
(B) 0,80 1,00 0,72
(C) 1,11 1,39 1,00
Tanah Liat (clay) (A) 1,00 1,35 0,90
(B) 0,70 1,00 0,63
(C) 1,11 1,59 1,00
Tanah Campur Kerikil (A) 1,00 1,18 1,08
(B) 0,85 1,00 0,91
(C) 0,93 1,09 1,00
Kerikil (A) 1,00 1,13 1,03
(B) 0,88 1,00 0,91
(C) 0,97 1,10 1,00
Kerikil Kasar (A) 1,00 1,42 1,29
(B) 0,70 1,00 0,91
(C) 0,77 1,10 1,00
Pecahan Cadas & Batu lunak (A) 1,00 1,65 1,22
(B) 0,61 1,00 0,74
(C) 0,82 1,35 1,00
Pecahan granit & batu keras (A) 1,00 1,70 1,31
(B) 0,59 1,00 0,77
(C) 0,76 1,30 1,00
Pecahan batu (A) 1,00 1,75 1,40
(B) 0,57 1,00 0,80
(C) 0,71 1,24 1,00
Batuan hasil ledakan (A) 1,00 1,80 1,30
(B) 0,56 1,00 0,72
(C) 0,77 1,38 100
Sumber : Rochmanhadi, 1992
Keterangan : A = Tanah Asli
B = Tanah Lepas
C = Tanah Padat

2.2 Pekerjaan Jalan


Proyek kontruksi memiliki pengertian yang luas meliputi seluruh kegiatan
pembangunan fisik, struktur dan infa struktur yang dilakukan oleh sekelompok
orang dengan memakai berbagai macam peralatan bantu dalam pelaksanaannya.
Menurut Barrie (1990) proyek konstruksi adalah proyek pada industri kondtruksi
yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi :
1. Kontruksi Bangunan Gedung (Building Construction)
2. Bangunan Permukiman (Residential Construction)
3. Kontruksi Rekayasa Berat (Heavy Engineering Construction) dapat dibagi
dalam dua kategori, yaitu :
a. Konstruksi jalan raya (high way), yang mencakup pengalian
(excavate), pengertian drainase, pengerasan jalan dan jembatan.
b. Konstruksi berat, meliputi pembuatan bendungan, saluran, pekerjaan
bangunan laut, jembatan besar dan jembatan
4. Konstruksi Industri (Industrial Construction)
Berdasarkan pendapatan di atas, proyek pembangunan jalan dimasukkan
ke dalam kelompok konstruksi rekayasa berat dengan kategori khusu
konstruksi jalan raya.
Direktorat jendral mina marga dalam petunjuk teknis perencanaan dan
penyusunan program jalan kabupaten, mengelompokkan penanganan jalan
menjadi dua yaitu :
1. Pekerjaan peningkatan jalan merupakan upaya meningkatkan kelas atau
kemampuan jalan
2. Pemeliharaan jalan adalah pekerjaan untuk menjaga agar permukaan ruas
jalan kembali seperti kondisi semula dan diperlukan untuk memungkinkan
suatu proyek pekerjaan berat agar tetap bertahan selama jangka waktu
sesuai dengan umur yang direncanakan
Dimana elemen atau sub pekerjaan meliputi
1. Lapisan pondasi bawah (Sub Base)
2. Lapisan pondasi atas (Base Course)
3. Lapisan permukaan (Surface)
4. Bangunan pelengkap

2.3 Alat Berat untuk Proyek Konstruksi


Manusia mengunakan alat bantu dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Peralatan yang digunakan terdiri dari alat bantu ringan seperti sekop, cangkul,
linggis dan alat berat seperti excavator, bulldezer , roller dan lain-lain.

2.3.1 Proyek yang membutuhkan alat berat


Proyek konstruksi dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok
yang masing-masing memiliki keunikan dalam memilih dan memakai alat berat.
Berdasarkan peralatan berat yang dipakai dalam pekerjaan proyek, jenis proyek
konstruksi sesuai pendapat Susy Fatena (2002) dikelompokkan sebagai berikut:
1. Proyek Gedung
Alat berat yang umumnya dipakai pada proyek gedung adalah pemancang
tiang pondasi (Pile driving), alat penggali (backhoe), crane untuk
pemindahan vertikal, truk untuk pengangkutan horizontal, concrete mixer
sebagai adukan beton
2. Proyek Jalan
Alat yang digunakan antara lain gali, truk, dozer, greder, alat pemadatan,
loader dan lain-lain. Untuk jalan dengan perkerasan lantur digunakan
asphalt mixing plant (AMP). AMP yang diperlukan berfungsi untuk
mencapurkan bahan campuran aspal yang kemudian disebarkan, diratakan
dan dipadatkan menggunakan asphalt finisher. Perkerasan kaku beton
diolah menggunakan concrete batching plant yang kemudian dipindahkan
dengan menggunakan truk pengaduk
3. Proyek Jembatan
Alat berat yang digunakan antara lain alat pancang tiang pondasi, alat
penggali , crane,truk, concrete mixer,alat pemadatan dan lain-lain
4. Proyek Dam
Pada umumnya proyek dam menggunakan alat penggali tanah,
crane,truk,concrete mixer, alat pemadatan tanah, loader, bulldozer dan
grader. Alat penggali yang di pakai biasanyan backhoe atau front shover

2.3.2. Klasifikasi alat berat


Susy Fatena (2002) mengelompokkan alat berat sesuai dengan fungsional
alat dan operasionalnya. Lebih rinci lagi, Klasifikasi tersebut adalah :
1. Klasifikasi Fungsional Alat Berat
Klasifikasi ini membagi alat berat berdasarkan fungsi utama alat, yang
terdiri dari
a. Alat pengolahan lahan; peralatan yang termasuk kelompok ini adalah
dozer untuk memapas semak dan pepohonan, scraper untuk
pengangkatan tanah paling atas, motor grader untuk pembentukan
permukaan tanah rata
b. Alat pengangkut material ; fungsinya memindahkan atau mengangkut
material ke tempat lain. Peralatan yang termasuk kelompok ini adalah
crane untuk mengangkut dan memindahkan material secara vertikal
kemudian memindahkan secara horizontal pada jarak jangkauan yang
relatif kecil. Belt, truk, wagon digunakan untuk mengangkut material
lepas dengan jarak tempuh yang relatif jauh
c. Alat Pemindahan material ; yang termasuk dalam kategori ini adalah
alat yang biasanya tidak digunakan sebagai alat transportasi tetapi
digunakan untuk memindahkan material dari satu alat ke alat lainnya
seperti loader dan dozer
d. Alat pemadat ; pemadatan dilakukan untuk pembuatan jalan, baik jalan
tanah, jalan dengan pekerasan lentur maupun pekerasan kaku. Yang
termasuk kelompok ini adalah tamping roller, pneumatic-tired roller,
dan compactor.
e. Alat pemproses material; alat ini untuk mengubah batuan dan mineral
alam menjadi suatu bentuk dan ukuran yang diinginkan seperti cruser,
concrete batch plant dan asphalt mixing plant
f. Alat penempatan akhir material; peralatan yang termasuk kelompok ini
adalah concrete spreader, asphalt paver, motor grader dan alat
pemadatan.
2. Klasifikasi Operasional Alat Berat
Klasifikasi ini berdasarkan pergerakan alat berat dalam
pengoperasionalnya yang dapat dipindahkan dari sutu tempat ke tempat
yang lain atau tidak dapat digerakkan/statis. Alat berat dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Alat dengan penggerak; alat penggerak merupakan bagian dari alat
berat yang menerjemahkan hasil dari mesin menjadi kerja. Bentuk dari
alat penggerak adalah crawler atau kelabang dan ban karet. Belt
merupakan alat penggerak pada conveyor belt
b. Alat statis ; yang termasuk dalam kategori ini adalah tower crane,
batching plant, dan crusher plant
2.3.3. Faktor-faktor pemilihan alat
Proyek kontruksi yang memakai alat berat dalam pelaksanaanya,
pada tahap perencanaan harus dilakukan pemilihan alat berat yang akan
digunakan. Pemilihan tersebut memiliki pertimbangan tentu yang meliputi
jenis, jumlah dan kapasitasnya. Tidak semua alat berat dapat dipakai untuk
setiap proyek kontruksi.
Memilih alat berat yang sesuai untuk pekerjaan proyek perlu dilakukan agar
pekerjaan dapat berjalan lancer, mencegah pembengkakan biaya dan hasil
yang diperolehpun sesuai dengan rencana. Factor-faktor yag dipertimbangkan
dalam memilih alat berat sesuai pendapat susy fatena (2002) adalah :
1. Fungsi yang harus dilaksanakan.
Alat berat dikelompokkan berdasarkan fungsinya seperti menggali,
mengangkut, meratakan permukaan dan lain-lain.
2. Kapasitas peralatan.
Pemilihan alat berat didasarkan pada volume total atau berat
material yang harus diangkut atau dikerjakan. Kapasitas alat yang
dipilih harus sesuai sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada
waktu yang telah ditentukan.
3. Cara operasi.
Alat berat dipilih berdasarkan arah (horizontall/vertical) dan jarak
gerakan, kecepatan, frekuensi gerakan, dan lain-lain.
4. Pembatas dari metode yang dipakai.
Pembatas yang mempengaruhi pemilihan alat berat antara lain
peraturan lalu lintas, biaya dan pembongkaran. Selain itu metode
kontruksi yang dipakai dapat membuat pemilihan alat berubah.
5. Ekonomi.
Selain biaya investasi atau biaya sewa alat, biaya operasi dan
pemeliharaan juga merupakan factor penting dalam pemilihan alat
berat.
6. Jenis proyek.
Proyek kontruksi yang satu dengan yang lainnya memiliki
kebutuhan alat berat yang berbeda-beda, tergantung jenis
proyeknya.
7. Lokasi proyek.
Kondisi lokasi proyek menentukan pemilihan penggunaan alat
berat, lokasi proyek didataran tinggi memerlukan alat berat yang
berbeda dengan lokasi proyek di dataran rendah.
8. Jenis dan daya dukung tanah.
Jenis tanah di lokasi proyek dan jenis material yang akan
dikerjakan dapat mempengaruhi alat berat yang akan dipakai.
Tanah dapat dalam kondisi padat, lepas, keras atau lembek.
Kebutuhan alat berat berbeda pada masing-masing kondisi tanah
tersebut.
9. Kondisi lapangan.
Kondisi medan yang sulit dan medan yang baik merupakan factor
yang juga mempengaruhi pemilihan alat berat.

2.3.4. Factor efesiensi dan koreksi alat berat.


Alat berat tidak dapat dipakai terus menerus tanpa berhenti. Msin
perlu waktu pendinginan agar dapat bekerja secara optimal. Dengan
berbagai keterbatasan dari alat berat dan operatornya (misalnya waktu
pengistiratan sepuluh menit setiap jam) dinayatakan waktu efektif dalam
sejam hanya 50 menit yang berarti efesiensi alat hitung 50/60x100%=83%.
Tabel berikut menyatakan efisiensi alat berat berdasarkan jam kerja dan
kondisi alat.

Table 2.4 : factor efisiensi berdasarkan jam kerja


Jumlah jam kerja Factor efisien
60 menit perjam 1,00
55 menit perjam 0,91
50 menit perjam 0,83
45 menit perjam 0,75
40 menit perjam 0,67
Sumber : darmansyah nabar 1998,1994

Tabel 2.5 : factor efisiensi kerja / kondisi alat


Kondisi Baik Baik sedang Buruk Buruk
Operasi Alat sekali sekali
Baik sekali 0,83 0,81 0,76 0,70 0,63
Baik 0,78 0,75 0,71 0,65 0,60
sedang 0,72 0,69 0,65 0,60 0,45
Buruk 0,63 0,61 0,57 0,52 0,45
Buruk sekali 0,52 0,50 0,47 0,42 0,32
Sumber : rocmanhadi, 1984

Factor koreksi digunakan untuk mengubah taksiran


produksi sesuai dengan pekerjaan tertentu dan kondisi setempat.
Tabel berikut menyatakan taksiran besarnya factor koreksi dari
beberapa alat berat.

Tabel 2.6 : factor bucket excavator


Kondisi Jenis material Factor
pekerjaan Bucket
Penggalian Menggali dan memuat, dimuat 1,10-1,20
dan pemuatan munjung ke dalam bucket, contoh ;
ruangan pasir tanah berpasir, tanah colloidal
dengan kadar air sedang
Penggalian Menggali dan memuat stockpile lepas 1,00-1,10
dan pemuatan dari tanah yang lebih sulit untuk digali
sedang dan dan dikeruk tapi dapat dimuat
hamper munjung ; pasir kering, tanah
berpasir
Penggalian Menggali dan memuat tanah liat yang 0,80-0,90
dan pemuatan kerasm pasir campur kerikil, tanah liat
yang agak dengan kadar air yang tinggi
sulit
Penggalian Batu bongkahan dengan bentuk yang 0,70-0,80
dan pemuatan tidak beraturan dan banyak ruangan
yang sulit diantara tumpukannya, batu hasil
ledakan, batu-batu bundar
Sumber : rocmanhadi, 1984
2.3.5. Biaya pengoprasian alat berat
Alat berat yang dipergunakan pada proyek kontruksi dapat disewa
dapat pula dibeli ataupun leasing (sewa beli) oleh kontraktor. Sejumlah dana
dikeluarkan sebelum pengoperasian alat berat yaitu untuk tujuan kepemilikan
maupan sewa alat. Biaya yang dibebankan sebelum pengoperasian alat
adalah:
1. Biaya sewa bila peralatan tersebut disewa dari pihak lain yang
biasanya ditetapkan sesuai kesepakatan dan hitung berdasarkan
jumlah jam kerja alat.
2. Biaya penyusutan bagi alat-alat berat yang dimiliki sendiri oleh
kontraktor. Penetapan atau perhitungan besarnya biaya penyusutan
tergantung dari metode penyusutan yang dipakai selain harga /
nilai buku dan perkiraan nilai sisa alat.
Biaya pengoperasian alat berat akan dibebankan pada saat alat mulai
dipergunakan. Biaya pengoperasian alat berat meliputi biaya-biaya
sebagai berikut;
1. Biaya bahan bakar.
Jumlah bahan bakar untuk alat berat yang menggunakan bensin
atau solar berbeda-beda. Rata-rata alat berat menggunakan bahan
bakar bensin 0,06 gallon per horse-power perjam dan solar 0,04
gallon per horse-power perjam. Nilai yang diperoleh kemudian
dikalikan dengan factor pengoperasian.
2. Biaya pelumas.
Perkiraan pengunaan pelumas per jam biasanya didasarkan pada
jumlah waktu operasi dan lamanya pergantian pelumas.
3. Biaya roda.
Biaya roda yang diperhitungkan adalah perkiraan keausan atau
yang disebut penyusutan
4. Biaya perawatan.
Biaya perawatan dikeluarkan pada pemakaian alat berat, makin tua
usia alat berat, biaya perwatannya relative meningkat.
5. Biaya perbaikan.
Kerusakan-kerusakan yang terjadi selama pemakaian alat berat
perlu diperhitungkan sebab tidak selalunya pengeporasian alat
berat berjalan mulus.
6. Biaya operator.
Operator adalah orang yang menggerakkan alat berat dan dibayar
untuk melakukannya. Bagi alat yang disewa biaya sewa yang
dibebankan sudah diperhitungkan dengan biaya operator, sesuai
dengan kesepakatan sewa yang terjadi.

2.3.6. Macam-macam alat berat


1. Excavator
Excavator memiliki fungsi untuk menggali, memuat dan mengangkut
material tanpa harus banyak berpindah tempat. Ada beberapa jenis
excavator yang di pergunakan yaitu backhoe, power shovel, dragline dan
clamshell. Alat beryang sering dipakai untuk kepentingan ini adalah jenis
backhoe. Produksi kerja excavator adalah meter kubik material yang dapat
di gali dalam satu jam kerja dan meter kubik yang dihitung dalam keadaan
gembur.
Gambar 2.1 Excavator
Tabel 2.7 : Kapasitas bucket dan daya dukung excavator
Model alat Kapasitas Bucket HP
(m3)
PC 100 0,18 – 0,55 79
PC 120 0,18 – 0,60 84
PC 150 0,18 – 0,65 99
PC 180 0,65 – 1,00 105
PC 200 0,50 – 1,17 125
PC 210 0,36 – 1,17 125
PC 220 0,44 – 1,26 153
PC 240 0,44 – 1,26 153
PC 300 0,50 – 2,10 360
PC 360 0,52 – 1,80 317
PC 400 1,30 – 2,29 323
PC 650 2,40 – 3,70 404
PC 750 2,80 – 3,10 444
PC 1000 3,10 – 5,40 542
PC 1100 3,10 – 6,50 611
PC 1600 4,30 – 11,0 808
Sumber : Komatsu L td, 1992

Tabel 2.8 : Standar waktu siklus excavator backhoe


Model Alat Sudut Ayun
45°−¿90° 90°−180 °
PC 60 10 – 13 13 – 16
PW 60 10 – 13 13 – 16
PC 80 11 – 14 14 – 17
PC 100 11 – 14 14 – 17
PW 100 11 – 14 14 – 17
PC 120 11 – 14 14 – 17
PC 150 13 – 16 16 – 19
PW 150 13 – 16 16 – 19
PC 180 13 – 16 16 – 19
PC 200 13 – 16 16 – 19
PW 210 14 – 17 17 – 20
PC 220 14 – 17 17 – 20
PW 240 15 – 18 18 -21
PC 300 15 – 18 18 – 21
PC 360 16 – 19 19 – 22
PC 400 16 – 19 19 – 22
PC 650 16 – 21 21 – 24
PC 1000 22 – 25 25 – 28
PC 1600 24 – 27 27 – 30
Sumber : Komatsu, 1992

Factor konversi dari excavator Backhoe adalah:


Tabel 2.9 : Factor konversi dari excavator Backhoe
Kondisi Kondisi Pembuangan/Pemuatan Galian
Penggalian
Kedalaman
Galian Mudah Normal Agak Susah
Max Susah
Jangkauan
Lengan Max

Di bawah 0,7 0,9 1,1 1,4


40% 0,8 1,0 1,3 1,6
40% - 70% 0,9 1,1 1,5 1,8
Di atas 70%
Sumber : Komatsu, 1992
2. Motor Greder
Fungsi utama dari motor grader adalah untuk membuat jalan, seperti
membentuk jalan (grading), meratakan jalan,dan finishing.

Gambar 2.2 Motor Grader


Motor Greder adalah sebuah tractor roda dengan di lengkapi peralatan kerja (work
equipment) seperti:
a) Font blade sanagat dibutuhkan untuk pekerjaan – pekerjaan spreading
(penaburan) yang sulit)
b) Front pull hook
Front pull hook dipandang dibagian depan alat yang berfungsi untuk
menarik.Terdapat dua tipe hook, yaitu front weight with nails dan Ushape
bracket welded on front axle. Jika front attachment, seperti front blade
dipasang, maka hook tersebut tidak tersedia.
c) Pus plate
Komponen ini digunakan untuk menumbangkan pohon atau mendorong alat
lain pada saat terjebak dalam lumpur. Push plate juga berfungsi sebagai
pemberat (counterweight) untuk menjaga agar roda depan tidak terangkat pada
saat alat tersebut digunakan untuk melakukan pekerjaan ripping.
d) Scariffer
Scariffer digunakan untuk menggali material – material keras seperti aspal
atau lapisan es yang tidak mampu digali dengan menggunakan blade.
Banyaknya jumlah gigi yang terdapat pada scariffer tergantung pada
kekerasan yang akan digali.
e) Extension blade
Dengan menggunakan extension blade ini, blade dapat diperpanjang bauk satu
sisi maupun kedua sisi. Pekerjaan yang dilakukan dapat lebih efesien tetapi
hanya dapat digunakan untuk pekerjaan – pekerjaan ringan saja.
f) Hydraulic blade tip control
Dengan adanya hydraulic blade tip control, maka sudut potong blade dapat
diatur secara hidrolik melalui kabin operator.
g) Rear mounted rippel
Rippel ini digunakan untuk menggali batu atau material keras yang tidak dapat
dikerjakan dengan menggunakan scariffer.

3. Roller
Roller digunakan untuk pemadatan. Pemadatan dilakukan untuk menguangi
rongga antar – partikel tanah sehingga volume tanah menjadi lebih kecil.
Gambar 2.3 roller
Factor – factor yang mempengruhi proses pemadatan antara lain:
a) Beradasi material yang akan dipadatkan.
b) Kadar air pada material
c) Usaha pemadatan
Pemadatan dilakukan dengan beberapa cara:
a) Memberikan getaran untuk artikel kering dan sergam.
b) Memberikan tekanan diatasnya untuk material yang liat dan banyak
mengandung air.
c) Memberikan tekanan dengan berat yang tetap, getaran dan kombinsi
keduanya pada tanah yang mengandung partakel halus dan sedikit lembat.
Jenis alat berat yang dipakai dalam proyek konstruksi tergantung pada
kebutuhan dan jenis pekerjaan. Ada tujuh macam jenis roller yang
dipergunakan pada kegiatan konstruksi seperti tamping roller, modified
tamping roller, smooth – wheel roller, pmeumatic – tired roller,vibrating
kompector, vibrating plate manual dan kompactor manual. Untuk
pemadatan badan baru dapat dipakai vibrating steel drum roller.
Metode yang dipakai untuk pemadatan oleh alat – alat pemadatan terdiri
dari:
1. Peremasan (kneading)
Tanah diremas oleh gigi pada roda sehingga udara dan air yang terdapat
di antara partikel material dapat di keluarkan.
2. Pemberat (static weight)
Permukaan tanah ditekan oleh suatu pemberat tertentu secara perlahan
– lahan.
3. Getaran (vibrating)
Dengan memberikan getaran, partikel tanah yang kecil dapat masuk di
antara partikel yang lebih besar untuk mengisi rongga yang ada.
4. Tumbukan (impeact)
Proses pemadatan dengan cara menjatuhkan benda dari suatu
ketinggian.

4. Dump Truck
Dump truck dipakai untuk mengangkut material ke tempat yang relatih jauh
dari asal material. Pemilihan jenis alat pengangkutan memperyimbangkan
kondisi lapangan, volume material, waktu dan biaya.

Gambar 2.4 Dump Truck

Anda mungkin juga menyukai