SANITASI PERMUKIMAN
Oleh :
BAB I
PEDAHULUAN
Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai mempelajari bab ini, mahasiswa mampu
1. Menjelaskan Latar Belakang pentingnya sanitasi pemukiman
2. Menjelaskan Kebijakan nasional Kesehatan Perumahan /Pemukiman
3. Menjelaskan Permasalahan Sanitasi Perumahan/Pemukiman
4. Menjelaskan Ruang lingkup Sanitasi Perumahan/Pemukiman
Selamat belajar
Sanitasi Pemukiman 3
3. Tidak semua sumber utama air untuk keperluan rumah tangga digunakan sebagai
sumber air minum. Sebagai contoh, air ledeng/PAM digunakan sebagai sumber
utama air untuk keperluan rumah tangga sebesar 19,7 persen, tetapi digunakan
sebagai air minum hanya 14,4 persen, atau ada sekitar 27,0 persen air
ledeng/PAM yang tidak digunakan sebagai sumber air minum.
4. Terdapat pergeseran pola pemakaian sumber air minum, terutama di perkotaan,
di mana pemakaian air kemasan sebagai air minum meningkat dari 6,0 persen
pada tahun 2007 menjadi 7,2 persen pada tahun 2010. Sementara itu rumah
tangga yang menggunakan depot air minum sebagai sumber air minum lebih
tinggi (13,8%)
5. Akses rumah tangga terhadap sumber air minum terlindung sesuai kriteria MDGs
adalah 45,1 persen. Ada penurunan akses rumah tangga terhadap sumber air
minum terlindung, terutama di perkotaan sehingga capaian MDGs pada posisi ‘on
the wrong track’. Apabila memperhitungkan air kemasan dan air dari depot air
minum, persentase rumah tangga yang akses terhadap sumber air minum
terlindung menjadi 66,7 persen.
6. Akses terhadap sumber air minum ‘berkualitas’ yang mempertimbangkan jenis
sumber air terlindung (termasuk air kemasan dan depot air minum), jarak ke
sumber air minum, 398 kemudahan memperoleh air minum dan kualitas fisik air
minum adalah sebesar 67,5 persen dengan persentase tertinggi di Provinsi DKI
Jakarta (87,0%) dan terendah di Provinsi Kalimantan Barat (35,9%).
7. Persentase perempuan dewasa dan anak-anak perempuan yang mengambil air
minum jauh lebih tinggi dibandingkan laki-laki, hal ini terutama terjadi di
perdesaan.
8. Akses rumah tangga terhadap pembuangan tinja layak, sesuai kriteria MDGs
adalah sebesar 55,5 persen. Akses terhadap pembuangan tinja layak baik di
perkotaan maupun di perdesaan sudah ‘on the right track’ sehingga capaian 2015
optimis tercapai.
9. Terdapat 17,2 persen rumah tangga yang cara pembuangan tinjanya
sembarangan (open defecation), tertinggi di Provinsi Gorontalo (41,7%) dan
terendah di Provinsi DKI Jakarta (0,3%).
10. Sebagian besar rumah tangga cara pembuangan air limbahnya tidak saniter,
dimana 41,3 persen dibuang langsung ke saluran terbuka, 18,9 persen di tanah,
dan 14,9 persen di penampungan terbuka di pekarangan sehingga berpotensi
mencemari air tanah dan badan air.
11. Pengelolaan sampah rumah tangga di perkotaan dan di perdesaan terbesar
adalah dengan cara dibakar (52,1%) dan masih rendahnya yang diangkut
petugas (23,4%). Hal ini akan berkontribusi dalam terjadinya perubahan iklim.
Sanitasi Pemukiman 5
12. Penggunaan arang dan kayu bakar sebagai sumber energi terutama di perdesaan
sebesar 64,2 persen diprediksi akan meningkatkan gas CO yang berpotensi
menimbulkan risiko penyakit saluran pernafasan dan mendukung terjadinya
perubahan iklim.
13. Secara nasional hanya 24,9 persen rumah penduduk di Indonesia yang tergolong
rumah sehat. Persentase rumah sehat tertinggi di Provinsi Kalimantan Timur
(43,6%) dan terendah di Provinsi NTT (7,5%).
BAB II
PENGERTIAN SANITASI PEMUKIMAN
Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai mempelajari bab ini, mahasiswa mampu menjelaskan
1. Pengertian Rumah
2. Pengertian Rumah Sehat
3. Pengertian Pemukiman
4. Pengertian Pemukiman Sehat
5. Pengertian Sanitasi Pemukiman
Salah satu hal yang dapat mendasari dalam membahas masalah sanitasi
pemukiman adalah mahasiswa mampu menjelaskan beberapa pengertian yang
terkait dengan pokok bahasan sanitasi pemukiman.
Pokok bahasan tentang Pengertian Sanitasi Pemukiman adalah salah
satu pokok bahasan yang diharapkan dapat mendasari kompetensi profesional
sebagai seorang Ahli Kesehatan Lingkungan dalam menangani Sanitasi
Pemukiman . Oleh karena itu lulusan Politeknik Kesehatan Jurusan Kesehatan
Lingkungan harus memahami pokok bahasan ini. Pada Bab II buku ajar ini
membahas tentang Pengertian rumah, dan rumah sehat, pengertian pemukiman
dan pemukiman sehat serta Sanitasi pemiukiman. Pada pembahasan selanjutnya,
masing-masing tujuan pembelajaran tersebut diuraikan ke dalam beberapa
kegiatan belajar. Diharapkan mahasiswa yang akan menggunakan bahan ajar ini
akan menjadi lebih mudah dalam menyerap pengetahuan tentang pokok bahasan
ini.
Selamat belajar
Sanitasi Pemukiman 7
BAB III
PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PERUMAHAN/PEMUKIMAN
Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai mempelajari bab ini, mahasiswa mampu menjelaskan
1. Lokasi
2. Kualitas Udara, kebisingan dan getaran
3. Kualitas Tanah
4. Kualitas Air Tanah
5. Sarana dan Prasarana Lingkungan
6. Binatang Penular penyakit
7. Penghijauan
Selamat belajar
Sanitasi Pemukiman 10
3.2. Lokasi
a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti
bantaran sungai, aliran lahar, gelombang tsunami, longsor dan
sebagainya.
b. Tidak terletak pada daerah bekas pembuangan akhir sampah
dan bekas lokasi pertambangan
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah
kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan
3.8. Penghijauan
BAB IV
SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG
PEMUKIMAN
Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai mempelajari bab ini, mahasiswa mampu menjelaskan
1. Jaringan Jalan
2. Drainase
3. Air Minum
4. Persampahan
5. Air Limbah
6. Kepadatan Hunian
7. Sarana Pendidikan
8. Sarana Kesehatan
9. Sarana Perniagaan
10. Sarana Pelayanan Umum
11. Sarana Sosial Budaya
12. Sarana Ruang Terbuka dan Olah Raga
13. Sarana Olah Raga dan Daeran Terbuka
perniagaan, sarana pelayanan umum, sarana sosial budaya, serta sarana ruang
terbuka dan olah raga.
Pada pembahasan selanjutnya, masing-masing tujuan pembelajaran
tersebut diuraikan ke dalam beberapa kegiatan belajar. Diharapkan mahasiswa
yang akan menggunakan bahan ajar ini akan menjadi lebih mudah dalam
menyerap pengetahuan tentang pokok bahasan ini.
Selamat belajar
4.3. Drainase
Prasarana penunjang yang sangat berhubungan dengan jaringan jalan
adalah drainase, yaitu saluran di sepanjang kiri kanan jalan karena memiliki
hubungan langsung dengan kegiatan sehari-hari dan masyarakat memiliki
kemampuan untuk mengoperasikan dan memeliharanya. Rendahnya kinerja
saluran akan mengakibatkan genangan yang berpengaruh langsung pada aktifitas
masyarakat dan kondisi jalan di lingkungan pemukiman.
Kriteria teknis yang perlu diperhatikan untuk drainase yaitu saluran
drainase merupakan saluran terbuka yang dilengkapi dengan bangunan
Sanitasi Pemukiman 14
4.5. Persampahan
Penanganan persampahan di lingkungan pemukiman mengikuti prinsip
dasar atau tata cara pengelolaan sampah pemukiman, yaitu:
a. Pewadahan: Kantong plastik bekas untuk setiap sumber sampah
b. Pengumpulan: Gerobak sampah untuk 1 m3 volume sampah/1000 penduduk
terlayani, Dump truck untuk 6 m3 volume sampah/10.000 penduduk, atau
Tranfer Depo untuk 100-250 m2/30.000 penduduk.
c. Pengangkutan: Dump truck dengan kapasitas angkut 6 m3/10.000 pendudukan
d. Pemindahan: Transfer Depo dengan kapasitas angkut 100-150 m2/30.000
terlayani dengan radius 400-600 m
Sanitasi Pemukiman 15
BAB V
ASPEK TEKNIS PEMBANGUNAN PEMUKIMAN
ASPEK TEKNIS PEMBANGUNAN PEMUKIMAN
Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai mempelajari bab ini, mahasiswa mampu menjelaskan
1. Pemilihan Lokasi
2. Penetapan Luas Rumah, Jumlah, dan Ukuran Ruang
3. Konstruksi Khusus:
- Pondasi
- Lantai
- Dinding
- Ventilasi
4. Penerangan
5. Pencegahan Kecelakaan dan Keselamatan
Kesehatan Lingkungan harus memahami pokok bahasan ini. Pada Bab VI buku
ajar ini membahas tentang pemilihan lokasi, penetapan luas rumah, konstruksi
rumah, penerangan, pencegahan kecelakaan dan keselamatan, serta fasilitas
sanitasi.
Pada pembahasan selanjutnya, masing-masing tujuan pembelajaran
tersebut diuraikan ke dalam beberapa kegiatan belajar. Diharapkan mahasiswa
yang akan menggunakan bahan ajar ini akan menjadi lebih mudah dalam
menyerap pengetahuan tentang pokok bahasan ini.
Selamat belajar
1). Mudah mengerjakannya dalam arti tidak banyak pekerjaan gali dan urug,
pembongkaran tonggak kayu, dan sebagainya.
2). Bukan daerah banjir, gempa, angin ribut, perayapan
3). Mudah dicapai tanpa hambatan yang berarti
4). Kondisi tanah baik, sehingga konstruksi bangunan direncanakan semurah
mungkin
5). Mudah mendapat air bersih, listrik, pembuangan air limbah/ kotoran/ hujan
6). Mudah mendapat bahan bangunan
7). Mudah mendapat tenaga kerja
c. Aspek Kesehatan
1). Lokasi sebaiknya jauh dari lokasi pabrik yang dapat mendatangkan polusi
2). Lokasi sebaiknya tidak terlalu terganggu kebisingan
Sanitasi Pemukiman 20
3). Lokasi sebaiknya dipilih yang mudah untuk mendapatkan air minum, listrik,
sekolah, puskesmas dan lainnya untuk kepentingan keluarga
4). Lokasi sebaiknya mudah dicapai dari tempat kerja penghuni
a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai,
aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan
sebagainya
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA)
sampah atau bekas tambang
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerahkebakaran
seperti jalur pendaratan penerbangan.
a. Pondasi
Pondasi harus kuat, guna meneruskan beban bangunan ke tanah dasar,
memberikan kestabilan bangunan dan merupakan konstruksi penghubung antara
bangunan dengan tanah.
Ketentuan umum suatu pondasi harus mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
- Pondasi harus ditempatkan pada tanah keras
- Penampang melintang pondasi harus simetris
- Harus dihindarkan penempatan pondasi pada sebagian tanah keras
dan sebagian tanah lunak
- Disarankan menggunakan pondasi menerus, mengikuti panjang denah
Bangunan
- Pondasi dibuat menerus pada kedalaman yang sama
- Apabila digunakan pondasi setempat/umpak, maka masing-masing
pondasi setempat tersebut harus diikat satu dengan lainnya secara
kaku dengan balok pengikat.
- Penggunaan pondasi pada kondisi tanah lunak dapat digunakan
pondasi pelat beton atau jenis pondasi alternatif lainnya.
- Untuk rumah panggung di tanah keras yang menggunakan pondasi
tiang, maka masing-masing dari tiang tersebut harus terikat
sedemikian rupa satu sama lainnya dengan silang pengaku, bagian
bawah tiang yang berhubungan dengan tanah diberi telapak dari batu
cetak atau batu kali sehingga mampu memikul beban yang ada
diatasnya secara merata. Ukuran batu cetak 25 X 25cm, tebal 20 cm
Secara umum sistem pondasi yang memikul beban kurang dari dua ton
(beban kecil), yang biasa digunakan untuk rumah sederhana dapat dikelompokan
kedalam tiga sistem pondasi, yaitu: pondasi langsung; pondasi setempat; dan
pondasi tidak langsung.
Sanitasi Pemukiman 22
b. Dinding
Dinding rumah harus terbuat dari bahan yang kedap air dan tidak
lembab, berfungsi untuk mendukung atau menyangga atap, menahan angin dan
hujan, melindungi dari panas dan debu dari luar, serta menjaga kerahasiaan
(privacy) penghuninya.
c. Lantai
Lantai rumah harus terbuat dari bahan yang kedap air dan tidak lembab, tinggi
minimum 10 cm dari pekarangan dan 25 cm dari badan jalan, bahan lantai kedap
air (keramik atau sejenisnya), untuk rumah panggung dapat terbuat dari papan
atau anyaman bambu.
d. Langit-langit
Langit-langit rumah berfungsi untuk menahan dan menyerap panas terik
matahari, minimum 2,4 meter dari lantai. Langit-langit yang dipakai dapat terbuat
dari bahan papan, anyaman bamboo, triplek, atau gypsum.
e. Ventilasi
Ventilasi adalah usaha untuk memenuhi kondisi atmosfer yang menyenangkan
dan menyehatkan manusia. Berdasarkan kejadiannya, ventilasi dapat dibagi ke
dalam dua jenis, yaitu:
1). Ventilasi alam.
Ventilasi alam berdasarkan pada tiga kekuatan, yaitu: daya difusi dari gas-
gas, gerakan angin dan gerakan massa di udara karena perubahan temperatur.
Ventilasi alam ini mengandalkan pergerakan udara bebas (angin), temperatur
udara dan kelembabannya. Selain melalui jendela, pintu dan lubang angin, maka
ventilasi pun dapat diperoleh dari pergerakan udara sebagai hasil sifat porous
dinding ruangan, atap dan lantai.
2). Ventilasi buatan
Sanitasi Pemukiman 23
5.5. Penerangan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung
dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 dan
tidak menyilaukan mata.
Nilai faktor langit tersebut akan sangat ditentukan oleh kedudukan lubang
cahaya dan luas lubang cahaya pada bidang atau dinding ruangan. Semakin lebar
bidang cahaya (L), maka akan semakin besar nilai faktor langitnya. Tinggi ambang
bawah bidang bukaan (jendela) efektif antara 70 – 80 cm dari permukaan lantai
ruangan.
Nilai faktor langit minimum dalam ruangan pada siang hari tanpa bantuan
penerangan buatan, akan sangat dipengaruhi oleh:
- tata letak perabotan rumah tangga, seperti lemari, meja tulis atau meja makan,
- bidang pembatas ruangan, seperti partisi, tirai masif.
Sanitasi Pemukiman 25
BAB VI.
Tujuan pemberlajaran:
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan latar belakang perlunya pengawasan dan pemantauan sanitasi
pemukiman
2. Menjelaskan metode pengawasan dan pemantauan sanitasi pemukiman
3. Menjelaskan alat yang digunakan untuk melakukan pengawasan dan pemantauan
sanitasi pemukiman
4. Menjelaskan periode pelaksanaan pengawasan dan pemantauan sanitasi
pemukiman
5. Menjelaskan cara membuat pencatatan dan pelaporan
perlu dilakukan suatu pengawasan dan pemantauan secara terus menerus atau berkala
oleh petugas yang berwewenang, sehingga keluarga terlindungi dari dampak kualitas
lingkungan perumahan dan rumah tinggal yang tidak sehat.
1. Aspek teknis:
Aspek teknis sanitasi permukiman meliputi: (1) kelompok komponen rumah,
langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela kamar keluarga, dan
ruang tamu, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur, pencahayaan; (2)
kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan
kotoran, sarana pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan sampah;
2. Aspek sosial
Aspek sosial meliputi: kelompok perilaku penghuni, yaitu perilaku membuka
jendela kamar tidur, membuka jendela ruang keluarga dan tamu,
membersihkan halaman rumah, membuang tinja bayi/anak ke kakus, dan
membuang sampah pada tempatnya.
3. Aspek administrasi
Aspek administrasi meliputi: peraturan yang digunakan sebagai acuan dalam
melakukan sanitasi pemukiman, sumber dana yang disediakan, sistem
pencatatan dan pelaporan
7. Penyajian data dal am bent uk t abel , gam bar/ graf i k dan interpretasinya
8. Desiminasi informasi : hasil interpretasi disampaikan kepada pemangku
kepentingan t erkait guna proses p enga m bil an keput usan
sel anj ut nya. Hasil ini akan dipergunakan untuk :
a. Bahan penyusunan modelling perbaikan kualitas sanitasi pemukiman
b. Menyusun trend/kecenderungan kualitas sanitasi pemukiman dan
dampaknya terhadap kesehatan;
c. Menyusun proyeksi kualitas sanitasi pemukiman
d. Bahan perencanaan jangka panjang pengelolaan kualitas sanitasi
pemukiman
9. Rekomendasi: menyampaikan hasil dari analisis kepada pemangku
kepentingan, opsi upaya penyehatan untuk dapat ditindaklanjuti.
10. Rencana Tindak Lanjut: berupa kegiatan yang dapat dilakukan rencana tindak
lanjut di setiap level
Sedangkan untuk pengawasan air minum secara khusus dilakukan sesuai dengan
Kepmenkes nomor 492 tahun 2010 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum sebagai berikut:
2. Pengambilan sampel:
Jumlah, frekuensi, dan titik sampel air minum harus dilaksanakan sesuai
kebutuhan, dengan ketentuan minimal sebagai berikut:
a. Untuk Penyediaan Air Minum Perpipaan:
1). Pemeriksaan kualitas bakteriogi:
Jumlah minimal sampel air minum perpipaan pada jaringan distribusi adalah :
Sanitasi Pemukiman 28
TABEL 6.1
JUMLAH SAMPEL AIR MINUM UNTUK PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI PADA
JARINGAN DISRTRIBUSI AIR MINUM PERPIPAAN
6.5. Ringkasan
Pengawasan dan pemantauan sanitasi pemukiman merupakan fungsi manajemen
yang penting untuk dilakukan sehingga dapat diketahui kondisi sanitasi
pemukiman dan dilakukan rencana tindak lanjut untuk meningkatkan kualitas
sanitasi pemukiman. Metode pengawasan dan pemantauan sanitasi pemukiman
pada prinsipnya dilakukan dengan pengamatan (survey) dan pengukuran
parameter untuk mendapatkan data primer dan sekunder, kemudian dilakukan
pengolahan data, analisa data, penyajian data, desiminasi, rekomendaasi dan
rencana tindak lanjut. Pengawasan dan pemantauan sanitasi pemukiman
dilakukan secara rutin 6 bulan sekali dan apabila terjadi masalah kesehatan dapat
dilakukan secara insidentil.
Sanitasi Pemukiman 30
6.6. Pertanyaan
1. Jelaskan mengapa pengawasan dan pemantauan sanitasi pemukiman harus
dilakukan?
2. Bagaimana mekanisme pelaksanaan pengwasan dan pemantauan sanitasi
pemukiman?
BAB VII
5. Prasarana dan sarana lingkungan antara lain taman bermain, sarana drainase,
sarana jalan lingkungan, persediaan air bersih, pembuangan tinja dan limbah
rumah tangga, pembuangan sampah, sarana pelayanan kesehatan, komunikasi,
pendidikan, kesenian, tempat hiburan, instalasi listrik, tempat pengelolaan
makananan.
6. Vektor penyakit: indeks lalat dan jentik nyamuk
7. Penghijauan
Untuk parameter air minum mengacu pada Kepmenkes 492 tahun 2010 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum
Menurut Permenkes 1077/ Menkes/ Per/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara
dalam Ruang Rumah nilai per parameter adalah sebagai berikut:
Sanitasi Pemukiman 33
1. Persyaratan Fisik
2 .
Pencahayaan Lux Minimal 60
3 .
Kelembaban % Rh 40 - 60
4 . Ventilasi
Laju m/dtk 0,15 – 0,25
5 .
PM2,5
µg/ m 3 35 dalam 24 jam
2. Persyaratan Kimia
Kadar Keterangan
No Jenis Parameter Satuan maksimal
yang
dipersyaratkan
1 . dioksida
Sulfur (SO2) ppm 0,1 24 jam
Nitrogen dioksida
2 . (NO2
ppm 0,04 24 jam
3 )Carbon
. monoksida (CO) ppm 9,00 8 jam
Carbondioksida
4 . (CO
ppm 1000 8 jam
2)
5. Timbal (Pb) µg /m 3 1,5 15 menit
Asbes serat/ 5 Panjang
6.
ml serat 5µ
Formaldehid ppm 0,1 30 menit
7.
(HCHO)
Volatile Organic Compound ppm 3 8 jam
8.
(VOC)
Environmental Tobaco µg/m3 35 24 jam
9.
Smoke (ETS)
Catatan :
CFU= Coloni Form Unit
Bakteri patogen yang harus diperiksa : Legionela, Streptococcus
aureus, Clostridium dan bakteri patogen lain bila diperlukan.
Persyaratan kualitas air minum menurut Kepmenkes nomor 492 tahun 2010
tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas air Minum adalah sebagai
berikut:
1. Bakteriologis
Parameter Satuan Keterangan
Kadar Maksimum
yang diperbolehkan
1 2 3 4
a. Air Minum
E. Coli atau fecal coli Jumlah per 0
100 ml sampel
b. Air yang masuk 0
sistem distribusi
E. Coli atau fecal coli Jumlah per 0
100 ml sampel
Total Bakteri Coliform Jumlah per 0
100 ml sampel
c. Air pada sistem
distribusi
E.Coli atau fecal coli Jumlah per 0
100 ml sampel
Total Bakteri Coliform Jumlah per 0
100 ml sampel
e. Pestisida
f. Desinfektan dan hasil sampingannya
3.Radioaktifitas
diperbolehkan
1 2 3 4
activity 1
4. Fisik
Parameter Satuan Kadar maksimum yang Keterangan
diperbolehkan
1 2 3 4
Parameter Fisik
Warna TCU 15
Rasa dan bau T e m p e r a t u r
- - Tdk berbau dan berasa
Kekeruhan
Suhu udara + 3 0C
0C
NTU 5
7.4. Ringkasan
Dalam melakukan pengawasan dan pemantauan sanitasi pemukiman perlu
ditentukan parameter dan indikatornya yang digunakan sebagai acuan dalam
analisis hasil pengamatan dan pengkuran, sehingga diketahui kondisi kualitas
sanitasi pemukiman tersebut. Parameter-parameter tersebut mencakup fisik,
bakteriologis, kimia, dan radioaktif
7.5. Pertanyaan
1. Jelaskan mengapa dalam pengawasan dan pemantauan sanitasi pemukiman
diperlukan parameter dan indikator
2. Jelaskan jenis parameter sanitasi pemukiman secara umum
3. Jelaskan parameter udara dalam rumah
4. Jelaskan indikator bakteriologis air bersih
5.
Sanitasi Pemukiman 36
BAB VIII
Tujuan pemberlajaran:
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan latar belakang perlunya alat dan instrumen pengawasan dan
pemantauan sanitasi pemukiman
2. Menjelaskan jenis alat/ detektor dan instrumen pengawasan dan pemantauan
sanitasi lingkungan pemukiman dan rumah tinggal
3. Menjelaskan fungsi dari masing-masing alat dan instrumen pengawasan dan
pemantauan sanitasi lingkungan pemukiman
4. Menjelaskan cara pengukuran / pemeriksaan
a. Teknis
Alat yang digunakan untuk pengawasan dan pemantauan sanitasi
pemukiman secara teknis adalah alat untuk mengukur:
- Kelembaban udara
- Pencahayaan
- Debu
- Kebisingan
- Kepadatan lalat
- Tikus
- Luas ruangan,
- Ventilasi;
- Panas temperatur
- Pemeriksaan untuk air bersih
- Pemeriksaan air limbah
- Pengambilan gambar desain rumah,
- Pengamatan pembuangan sampah.
b. Sosial: alat/ instrumen yang digunakan adalah check list dan kuesioner
untuk mengetahui pengetahuan, perilaku dan tindakan penghuni rumah,
petugas Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dan aparat
pemda setempat berkaitan dengan sanitasi pemukiman
TABEL.8.1
JENIS ALAT DAN INSTRUMEN SERTA FUNGSINYA UNTUK
PENGAWASAN DAN PEMANTAUAN SANITASI PEMUKIMAN
NO JENIS ALAT FUNGSI
A Teknis
1. - Hygrometer - Mengukur Kelembaban udara
2. - Light meter - Mengukur Pencahayaan
3. - Dust center - Mengukur Debu
4. - Sound Level meter - Mengukur Kebisingan
5. - Fly grill - Mengukur kepadatan lalat
6. - Meteran (roll meter) - Untuk mengukur luas ruangan, ventilasi
7. - Termometer - Untuk mengukur panas temperatur
8. - Spectrometer,Ph meter dll - Pemeriksaan untuk air bersih, air limbah
- Camera
9. - Pengambilan gambar desain rumah, tempat pembuangan sampah, dsb
- Alat mengambil sampel tanah - Pengambilan sampel tanah untuk pemeriksaan kandungan zat kimia
10. - Formulir dan check list - Pengamatan bahan bangunan, instalasi listrik,pembuangan sampah,
buangan tinja, limbah rumah tangga, keberadaan tikus, nyamuk,
11. kepadatan hunian, komponen dan penataan ruangan,
- Mencatat hasil pengamatan dan pengukuran
- Alat tulis
12.
B. Sosial
1. -Formulir wawancara dan - Untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan penghuni rumah tentang
C. Administrasi
1. Peraturan per Undang-Undangan, - Sebagai acuan standar pengukuran dan persyaratan lain yang harus diikuti
Permenkes, Kepmenkes,
KepMendagri, KepmenPU,
a. Lokasi:
Salah satu parameter sanitasi pemukiman adalah lokasi tidak terletak pada daerah
rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor,
gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya; tidak terletak pada daerah
bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas tambang; tidak
terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur
pendaratan penerbangan. Untuk melakukan pengawasan parameter tersebut
dilakukan survey atau pengamatan dengan menggunakan alat check list dan
camera.
Sanitasi Pemukiman 40
b. Kualitas tanah:
Persyaratan kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman adalah:
Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg; kandungan Arsenik (As)
total maksimum 100 mg/kg; kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg;
kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg. Untuk melakukan pengukuran
atau pemeriksaan kualitas tanah tersebut dilakukan pengambilan sampel pada
titik-titik tertentu dan diperiksa di laboratorium.
c. Prasarana dan sarana lingkungan:
Parameter prasarana dan sarana lingkungan pemukiman antara lain memiliki
taman bermain, drainase, sarana jalan lingkungan, tersedia cukup air bersih,
pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga,
akses ke pelayanan kesehatan dan penghijauan. Untuk pengukuran parameter
tersebut dilakukan dengan cara pengamatan dengan menggunakan alat check
list dan camera.
d. Kualitas udara
Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan
gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut : Gas
H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi; debu dengan diameter kurang
dari 10 g maksimum 150 g /m3; gas SO2 maksimum 0,10 ppm; debu
maksimum 350 mm3/m2 per hari. Untuk mengukur kualitas udara tersebut
dilakukan dengan mengambil sampel pada beberapa titik yang berisiko,
kemudian diperiksa dilaboratorium. Hailnya dibandingkan dengan standar
tersebut.
Sedangkan untuk pengukuran kualitas udara di dalam rumah yang mempunyai
salah satu atau lebih faktor risiko dengan kondisi sebagai berikut: bahan
bakar untuk memasak menggunakan biomassa/minyak tanah; ventilasi < 20 %
dari luas lantai; ada anggota keluarga dan atau orang lain yang merokok di
dalam rumah; dan menggunakan obat nyamuk bakar/semprot/elektrik dan
penyegar ruangan dalam bentuk semprot, dilakukan melalui wawancara dan
check list dan pengukuran dengan menggunakan roll meter. Untuk persyaratan
lainnya (fisik, kimia dan biologi) dilakukan pengukuran dengan pengamatan dan
pengambilan sampel untuk dilakukan pemeriksaan di laboratorium.
e. Bahan bangunan:
Bahan bangunan rumah harus memenuhi syarat tidak terbuat dari bahan yang
dapat melepaskan bahan yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain :
debu total kurang dari 150 g /m2, asbestos kurang dari 0,5 serat/m 3 per 24
jam, plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan; tidak terbuat dari bahan yang
dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen. Untuk
mengukur parameter ini dilakukan pengambilan sampel dibeberapa titik dan
Sanitasi Pemukiman 41
h. Pembuangan Limbah
Parameter untuk pembuangan limbah adalah limbah cair yang berasal rumah
tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak
mencemari permukaan tanah; limbah padat harus dikelola dengan baik agar
tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah. Untuk
pengukuran parameter ini dilakukan pengamatan dengan alat check list dan
pengambilan sampel untuk kemudian diperiksa di laboratorium.
i. Kepadatan hunian:
Parameter untuk kepadatan hunian adalah luas kamar tidur minimal 8 m2 dan
dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur. Untuk pengukuran parameter
tersebut dilakukan pengamatan dan pengukuran dengan menggunakan roll
meter dan dilakukan wawancara.
j. Vektor penyakit
Parameter untuk vektor penyakit adalah tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus
yang bersarang di dalam rumah. Untuk pengukuran parameter tersebut
dilakukan pengamatan dengan check list, dan wawancara.
8.3. Ringkasan
Dalam melakukan pengumpulan data primer dan sekunder untuk pengawasan
dan pemantauan diperlukan alat. Alat tersebut meliputi alat teknis yang
digunakan untuk mengukur parameter sanitasi pemukiman, dan instrumen dan
check list untuk wawancara. Untuk mengumpulkan data setiap komponen
parameter menggunakan alat dan cara pengukuran yang berbeda.
Sanitasi Pemukiman 43
8.4. Pertanyaan
BAB IX
Tujuan pemberlajaran:
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan latar belakang perlunya ketenagaan untuk pengawasan dan
pemantauan sanitasi pemukiman
2. Menjelaskan jenis tenaga, tugas dan kewenangannya dalam pengawasan dan
pemantauan sanitasi lingkungan pemukiman dan rumah tinggal
3. Menjelaskan kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga pelaksana pengawasan dan
pemantauan sanitasi pemukiman
Latar Belakang
1. Pengawasan umum
a. Inspeksi sanitasi dan pengambilan sampel air termasuk air pada sumber
air baku, proses produksi, jaringan distribusi, air minum isi ulang dan air
minum dalam kemasan.
3. Penghuni rumah
- Pengetahuan tentang persyaratan rumah sehat
- Sikap yang harus dimiliki untuk mewujudkan lingkungan rumah yang sehat
- Tindakan yang perlu dilakukan untuk mewujudkan lingkungan rumah yang
sehat
9.5. Ringkasan
Untuk melakukan pengawasan dan pemantauan sanitasi pemukiman diperlukan
tenaga yang profesional dalam arti mempunyai kompetensi dibidangnya.
Pengawasan dan pemantauan sanitasi pemukiman dilakukan oleh berbagai sektor
yaitu pengembang perumahan, penghuni, dinas kesehatan provinsi/ kab kota,
bupati/ wali kota. Sebagai pelaksananya adalah tenaga kesehatan lingkungan.
Untuk melaksanakan pengawasan sanitasi pemukiman diperlukan kompetensi
baik yang bersifat teknis, sosial maupun administrasi.
Sanitasi Pemukiman 48
9.6. Pertanyaan
1. Sebutkan tenaga yang melaksanakan pengawasan dan pemantauan sanitasi
pemukiman
2. Kompetensi apa yang harus dimiliki oelh seorang tenaga kesehatan
lingkungan dalam melakukan pengawasan dan pemantauan sanitasi
pemukiman
9.7. Bacaan lanjutan
1. Permenkes 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas
air Minum
2. Kepmenkes 492 tahun 2010 Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum
3. Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan
Perumahan
4. Permenkes 1077/ Menkes/ Per/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara
dalam Ruang Rumah
Sanitasi Pemukiman 49
BAB X
Tujuan pemberlajaran:
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan latar belakang pentingnya pencatatan pelaporan dalam pengawasan
dan pemantauan sanitasi pemukiman
2. Menjelaskan ruang lingkup pencatatan dan pelaporan dalam pengawasan dan
pemantauan sanitasi lingkungan pemukiman dan rumah tinggal
3. Menjelaskan jadwal pencatatan pelaporan dalam pengawasan dan pemantauan
sanitasi pemukiman
4. Menjelaskan formulir pencatatan dan pelaporan pengawasan dan pemantauan
sanitasi pemukiman
a. Bahan
- alat ukur yang digunakan
- instrumen (check list dan kuesioner)
- dsb
b. Cara
- menentukan titik-titik pengukuran,
- pengukuran
- pengambilan sampel
- pengiriman sampel ke laboratorium (labelling)
- dsb
5. Pengolahan data
6. Analisis data
7. Penyajian data
8. Masalah yang ditemukan
9. Solusi pemecahan masalah
10. Rencana tindak lanjut
11. Penutup
10.5. Rangkuman
Pencatatan dan pelaporan sangat penting dalam pelaksanaan pengawasan dan
pemantauan sanitasi pemukiman. Ruang lingkup pencatatan dan pelaporan
mencakup seluruh komponen proses pengawasan dan pemantauan yaitu mulai
pengumpulan data, pengolahan data, analisis, penyajian, rekomndasi sampai
rencana tindak lanjutnya. Pencatatan dan pelaporan ini dilakukan secara rutin dan
insidentil terutama apabila terjadi masalah kesehatan. Formulir untuk pencatatan
dan pelaporan berupa formulir teknis yaitu untuk melakukan pengamatan dan
pengukuran dan formulir untuk wawancara yang berupa kuesioner dan check list.
10.6. Pertanyaan
1. Jelaskan mengapa dalam pengawasan dan pemantaun sanitasi pemukiman
perlu dilakukan pencatatan dan pelaporan
2. Sebutkan ruang lingkup pencatatan dan pemantauan sanitasi pemukiman
3. Sebutkan formulir yang digunakan untuk pengumpulan data pada
pengawasan dan pemantauan sanitasi pemukiman