Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
RescuerRe
1
Mr. Rescuer
Copyright©
Karya2020,
LianFand
Mr. Rescuer
2
Mr. Rescuer
PROLOG
Langit di atas sana masih biru. Gumpalan awan berarak perlahan. Aku
menengadah. Birunya nampak indah. Matahari bahkan bersembunyi di
balik awan, seolah mendukung aku untuk menikmati siang yang hampir
terbenam. Menikmati rasa yang terpaksa harus kucabut demi sebuah
persahabatan.
Kutarik panjang nafasku. Nyeri ini masih saja terasa. Entah sampai
berapa lama aku akan terpenjara dalam hati yang patah. Meskipun
keinginan melupakan itu sangat kuat, namun hati tidak bisa diatur-atur
pada siapa ia seharusnya membuka diri.
"Dia merasa bersalah padamu. Kalau saja dia bisa menolak perjodohan
itu, kau tidak akan sakit hati, Ca."
"Apa maksudmu?"
3
Mr. Rescuer
"Aku tidak mungkin terus menerus di sini dan membuat Bia selalu
merasa bersalah. Perjodohan itu mungkin sudah garis takdir. Aku dan
Oris tidak mungkin bisa bersama. Oris milik Bia. Bia milik Oris. Meskipun
aku menangis darah sekalipun, itu kenyataan yang tidak bisa disangkal,"
aku kembali menarik nafas panjang untuk sedikit melonggarkan
kesesakan di dadaku.
Bukan aku menolak kebaikan hati Orin, tapi aku ingin melupakan
semuanya. Karena setiap kali melihat Orin, aku pasti teringat Oris.
Mereka berdua kembar sepasang. Wajah mereka mirip. Hanya gender
yang membedakan.
"Tentu saja tidak. Aku menyayangi kalian semua. Kau dan Bia sudah
seperti saudara bagiku. Bagaimana mungkin aku melupakan kalian," aku
tersenyum, mencoba menyingkirkan segumpal rasa ngilu. Persahabatan
kami begitu indah. Namun lukaku tidak mungkin mengering jika aku
masih melihat Oris dan Bia di sini.
4
Mr. Rescuer
"Aku tidak apa-apa, Rin. Mungkin dengan pergi, aku bisa menata hati,
menerima semua ini dengan ikhlas dan lapang dada. Dan mungkin aku
bisa menemukan pria yang baik, yang bisa membuatku jatuh cinta lagi
dan melupakan Oris," kutepuk punggungnya lembut. Kalimat yang
mungkin lebih tepat untuk menghibur diriku sendiri.
"Jangan lupakan kami ya, Ca. Terus kirim kabar padaku dan Bia. Kami
menyayangimu, Ca," Orin memelukku lagi, namun kali ini hanya sekilas.
Aku mengangguk.
"Besok."
5
Mr. Rescuer
Dan kupikir ini sebuah ketololan yang kulakukan karena cukup lama
bertahan tetap di sini dan berdarah-darah setiap melihat mereka dengan
ikatan yang tersimpul erat.
---o0o---
"CACA!"
Aku menoleh. Wajah Bia dan Orin sudah basah oleh air mata. Aku
menghambur pada mereka.
6
Mr. Rescuer
"Ayo tersenyum! Aku tidak mau kepergianku ini dipenuhi air mata.
Doakan aku sukses di tempat baru nanti," kataku seriang mungkin.
"Aku pergi. Kalian jaga Bia baik-baik ya. Selamat tinggal," aku
melambaikan tangan dan berjalan mundur dua langkah.
"Please, jangan pergi. Aku akan mencari cara agar kita bisa bersama
lagi. Aku mencintaimu, Ca."
"Jangan! Kamu harus jaga Bia. Cintai Bia. Dia yang akan menemanimu
dan menjadi tanggung jawabmu kelak. Semoga kalian bahagia,"
sungguh, rasanya sangat nyeri dan pedih.
7
Mr. Rescuer
BUGH!
Satu pukulan melayang ke rahang Oris hingga ia terhuyung mundur.
"Maafkan saya, Om. Maafkan saya," hanya itu yang kudengar, karena
aku sudah berbalik, berlari meninggalkan mereka semua.
8
Mr. Rescuer
---o0o--
9
Mr. Rescuer
BAB 1
Kalau hitunganku tidak salah, Oris dan Bia bertunangan hari ini. Lalu
setelahnya, mereka akan menikah bukan? Tidak ada yang tersisa. Tidak
ada celah untuk kembali menggapai asa masa lalu. Tidak sedikitpun.
Meskipun cukup jauh dari kota, namun aku sedikit bisa mengalihkan
pikiranku di sini. Istri Om Rega mempunyai usaha catering kesehatan.
Aku membantu Tante Martha sebulan ini, sembari mencari pekerjaan
yang bisa kugunakan untuk mengalihkan laraku.
"Calis!"
"Makanya kalau jalan jangan suka menunduk terus. Cari apa sih? Uang
recehan jatuh?" goda Om Rega,
10
Mr. Rescuer
Aku mengangguk.
Aku menurut dan duduk di sofa ruang tamu. Tante Martha sudah duduk
terlebih dulu di sana. Ia tersenyum menepuk sofa sebelahnya. Aku
mendekat dan duduk di sampingnya.
"Semoga dia cocok dan kamu bisa bekerja di sana, Ca. Kamu bisa
tinggal lama di sini kalau kamu betah bekerja di perusahaan itu," sahut
Tante Martha memelukku senang.
11
Mr. Rescuer
---o0o---
Kukira teman Om Rega itu seusia, tapi ternyata tidak. Usianya sekitar
tiga puluhan. Wajahnya tampan. Di usianya yang terbilang muda, ia
memiliki beberapa perusahaan besar selain usaha penerbitan. Tetapi
karena penerbitan adalah usaha miliknya yang pertama, maka ia sangat
perhatian dan menjaga sekali perusahaan itu.
Dan di sinilah aku dan Om Rega berada. Di sebuah restoran yang cukup
besar, salah satu milik teman Om Rega itu.
"Siapa namamu?"
"Jadi apa kamu bisa mulai bekerja besok? Atau kamu memerlukan
waktu beberapa hari?"
"Tidak apa. Saya bisa bekerja mulai besok," anggukku mantap. Mungkin
dengan bekerja di perusahaan penerbitan itu aku bisa melupakan luka
yang masih berdarah di hatiku.
12
Mr. Rescuer
---o0o---
13
Mr. Rescuer
"Nah Calista, yang ini Felix dan yang ini Katherine. Jika ingin bertanya,
tanyakan pada mereka. Saya tinggal dulu ya," Bu Jenny meninggalkanku
bersama Felix dan Katherine.
"Selamat datang, Calista. Mejamu di sana. Dan tanyakan saja apa yang
ingin kau tanyakan pada kami. Kami siap membantumu," kata Felix
ramah, menunjuk sebuah meja di dekat meja Katherine.
---o0o---
14
Mr. Rescuer
Tidak terasa, hampir enam bulan aku bekerja di perusahaan milik Dante
Gregory Javonne. Ayahnya yang seorang Itali menikah dengan ibunya
yang asli Inggris, membuat wajah Mr. Dante memiliki karisma yang
berbeda dari orang Inggris kebanyakan. Pertemuanku dengannya hanya
terjadi beberapa kali. Kesibukan membuatnya harus sering melakukan
perjalanan ke luar kota.
"Aku putus!"
"Kau apa?"
15
Mr. Rescuer
Yang aku sesali hingga hari ini, kenapa kedua orang tua Oris tidak
melarang ketika aku dan Oris mulai dekat? Mereka baik padaku. Seolah
olah menerima kehadiranku di sisi Oris. Tapi setelahnya, dengan tiba
tiba membunuh semua harapan hanya dengan kata perjodohan.
"Dia sendiri yang mengatakan padaku tadi pagi. Aku marah. Aku bodoh
sudah percaya padanya," sedu sedan Katherine tidak juga berhenti.
"Kate, mungkin ini klise. Tapi mungkin ada sesuatu yang lebih indah
untukmu nanti. Dan itu bukan bersama Bryan," aku ingin menjerit. Siapa
yang menghiburku saat aku terpuruk dan patah hati?
"Mungkin. Tapi Kate, jangan terpuruk. Bangkit dan tunjukkan bahwa kau
bisa hidup lebih baik tanpanya," aku tercekat. Apa aku sendiri bisa
16
Mr. Rescuer
---o0o---
17
Mr. Rescuer
"Ck. Mana aku tau? Cepat sedikit! Jangan membuat Mr. Dante
menunggu!" suara ketus Sherine membuatku menghela nafas.
Pintu lift terbuka dan wajah keruh Sherine langsung terlihat. Ia tengah
mengetik sesuatu sambil sesekali menatap layar komputernya. Ia
berdecak begitu melihatku mendatanginya.
"Masuk, Calista."
18
Mr. Rescuer
Mr. Dante berdiri, keluar dari area duduknya dan berjalan ke pintu, lalu
menutup pintu tebal yang masih terbuka. Jantungku berdetak keras.
Apakah aku sudah melakukan kesalahan? Kenapa ini terasa sangat
menegangkan?
19
Mr. Rescuer
"Aku akan membuka cabang baru untuk hotelku. Dan kurasa pilihan kali
ini adalah Indonesia. Negara berkembang yang pangsa pasarnya cukup
menjanjikan. Aku membutuhkanmu untuk ikut dalam tim, untuk
menjajaki dan sekaligus mencari lokasi," jelasnya. Matanya tetap lurus
menatapku.
"A-apa yang bisa saya lakukan dalam tim itu, Sir?" tanyaku gugup. Ini
diluar dugaan.
“Tapi Sir-“
"Baik Sir," akhirnya aku pasrah. Aku hanya staff dan dia pemilik
perusahaan. Apakah aku bisa menolak?
Aku membelalak.
20
Mr. Rescuer
---o0o---
21
Mr. Rescuer
BAB 2
Ternyata tujuh bulan berlalu tidak mengubah apapun. Luka hati ini
masih berdarah. Lalu sampai kapan aku bisa membuat luka ini
mengering?
"Perhatikan jalanmu!"
Aku menoleh.
22
Mr. Rescuer
Kami naik mobil terpisah. Mr. Howard dan Mr. Robert langsung menuju
ke lokasi, sementara aku dan Mr. Dante menuju hotel dengan diiringi
tiga bodyguard-nya.
Selama perjalanan ke hotel, aku hanya diam, sedikit jetlag. Mr. Dante
menatap serius ipad di tangannya. Di depan, seorang bodyguard dan
driver tampak sesekali berbincang pelan. Dua bodyguard lainnya
mengikuti dengan mobil lain.
"Oh, ehm, a-apakah uhm... maksud saya, di kota mana saja?" sial,
kenapa aku begitu gugup?
"Yang pasti Jakarta dan Bali. Menurutmu, satu kota lagi dimana?"
23
Mr. Rescuer
Mobil sudah memasuki pelataran hotel dan berhenti di lobby. Driver dan
bodyguard yang duduk di depan segera membukakan pintu untuk Mr.
Dante dan aku.
---o0o---
Dua lokasi yang menjadi bidikan Mr. Dante sudah di dapat. Mr. Dante
memutuskan untuk terlebih dahulu merealisasikan keduanya, sementara
ia menentukan lokasi berikutya.
Kami ber-empat baru saja selesai makan malam. Besok pagi, Mr.
Howard dan Mr. Robert ada meeting dengan pihak kontraktor dan
penanam saham. Aku tidak begitu paham dengan itu semua.
Keberadaanku di sini hanyalah sebagai penterjemah bagi Mr. Dante.
24
Mr. Rescuer
"Baiklah, kami permisi dulu Mr. Dante," Mr. Robert berdiri di susul oleh
Mr. Howard.
"Calista, aku ingin melihat-lihat dua kota yang kamu sebutkan. Mana
yang harus kita tuju pertama kali?" tanyanya menoleh tiba-tiba.
Aku hanya mengangguk. Sebenarnya, Mr. Dante itu sekaya apa? Kata
Om Rega, dia punya beberapa perusahaan selain penerbitan. Aku yang
memang tidak tertarik mengetahui kehidupannya, tidak ingin mengorek
lebih jauh. Hanya saja, setelah ia mengikut sertakan aku dalam rencana
pelebaran sayap perhotelannya, mau tidak mau aku jadi berpikir ke arah
itu.
"Masih jam delapan. Mau menemaniku melihat kota?" tanya Mr. Dante
melihat arloji di pergelangan tangannya.
"Boleh Mr. Dante," sebenarnya aku ingin segera masuk ke kamar dan
beristirahat, namun aku merasa tidak enak jika menolak.
25
Mr. Rescuer
Tapi tidak lepas dari keruwetannya. Kali ini Mr. Dante hanya membawa
satu bodyguard-nya saja.
"Selamat malam, Mr. Dante," anggukku lalu membuka pintu dan masuk.
"Tutup dan kunci pintunya. Kita berangkat jam sepuluh pagi. Jangan
terlambat!"
---o0o---
Aku sendiri heran, kenapa Mr. Dante tidak mengajak Sherine yang
notabene sekretarisnya untuk mengurus semua keperluannya? Tapi
tentu saja aku tidak mempunyai keberanian untuk bertanya padanya.
26
Mr. Rescuer
Mr. Dante kerap bertanya apapun yang ia ingin tau tentang kota
Yogyakarta, di sela kesibukannya menerima panggilan di telepon
genggamnya.
Waktu sudah hampir jam sebelas malam, namun tidak ada tanda-tanda
Mr. Dante berkeinginan kembali ke hotel. Mataku sudah pedih karena
mengantuk dan kelelahan. Padahal kami hanya berjalan sepanjang
Malioboro, lalu kembali naik mobil memutari kota di sisi lain.
Dinginnya AC dalam mobil dan suasana hening karena Mr. Dante sedang
sibuk memeriksa email dari Ipad-nya membuatku makin terseret kantuk.
Aku menguap berkali-kali. Kulirik Mr. Dante. Ia masih fokus pada layar
benda tipis segi empat itu.
---o0o---
Ruangan ini... tunggu! Bukankah terakhir kali aku bersama Mr. Dante di
mobil? Tapi kenapa sekarang aku tidur di kamar? Eeehh.... tapi.... tidak,
ini bukan kamarku!
27
Mr. Rescuer
Suara dengkur halus itu membuatku menoleh dan tersergap rasa panik.
Mr.Dante?
Astaga! Apa yang terjadi? Bagaimana bisa aku berada di kamar Mr.
Dante? Dan.... tangannya... melingkari perutku!
Dahi Mr. Dante mengerut, ia seperti terusik, lalu bergerak dan matanya
mengerjap terbuka. Pandangan kami bertemu. Jantungku serasa ingin
melompat keluar melihat tatapannya. Ia tersenyum tipis, menguraikan
pelukannya.
"Kamu terbangun?"
Wajahku terasa panas. Aku gugup, risih dan malu. Buru-buru aku duduk
dan bergeser sedikit menjauh.
"Menggemaskan!"
28
Mr. Rescuer
"Hah? Ap-apakah...apakah-"
---o0o---
Dari lokasi itu, kami check in ke hotel yang lagi-lagi sudah dipesan oleh
Mr. Dante. Dan kali ini aku tidak perlu menebak-nebak karena ternyata
salah satu bodyguard Mr. Dante yang melakukannya.
29
Mr. Rescuer
Jujur saja, sejak insiden aku ketiduran itu membuatku canggung bila
berinteraksi dengan Mr. Dante. Meskipun Mr. Dante bersikap biasa saja
padaku, namun tetap saja aku masih merasa tidak enak.
Dan di sinilah kami berada setelah dua jam itu berlalu. Mr. Dante
sesekali melihat arlojinya. Tentu saja bagi Mr. Dante waktu sangat
berharga. Dan orang yang kami tunggu sudah terlambat lima menit.
"Kita tunggu sepuluh menit lagi, Calista. Jika tidak datang, sebaiknya
kita cari alternatif lain."
Suara itu membuatku dan Mr. Dante mengangkat kepala dan berdiri
bersamaan. Mr. Dante segera menyambut uluran tangan dua laki-laki di
depan kami, sementara aku mematung tidak percaya.
30
Mr. Rescuer
"Calista, perkenalkan, mereka yang akan join dengan hotel kita," suara
Mr. Dante membuatku tersentak.
"Caca?"
Tubuhku kaku. Kenapa dari sekian banyak orang, harus mereka yang
akan bekerja sama dengan Mr. Dante?
31
Mr. Rescuer
Aku menggeleng.
"Saya... saya..."
Aku bingung harus bereaksi apa. Di satu sisi aku harus menemani Mr.
Dante, di sisi lain, keberadaan Oris membuatku tidak berkutik. Perasaan
itu tidak mudah hilang. Aku dan Oris pernah punya cerita bersama. Dan
kenangan itu tidak akan mungkin kulupakan dengan mudah kecuali aku
amnesia. Dan saat ini, aku ingin hal itu terjadi padaku, agar aku bisa
menghadapi mereka tanpa rasa sakit.
"Saya ijin ke toilet sebentar," aku berdiri, dan begitu melihat anggukan
Mr Dante, aku langsung berbalik, meninggalkan lobby menuju restroom.
32
Mr. Rescuer
"Aku tidak akan melepasmu lagi, Ca. Aku mencintaimu. Aku tidak
bahagia bersama Bia. Dia sudah kuanggap adikku sendiri. Kau yang
kucintai, Ca," suaranya sedikit teredam di ceruk leherku.
---o0o---
33
Mr. Rescuer
BAB 3
Aku tidak tau harus senang atau sedih. Saat aku mendorong Oris, aku
baru menyadari bahwa Mr. Dante berdiri di belakang Oris dan
memandang kami dengan tatapan tajam.
Dan saat ini, aku duduk dengan kaku. Di depanku, Mr. Dante duduk
bersandar di sofa dengan kaki disilangkan.
"Aku tidak ingin ikut campur dengan urusan pribadimu. Tapi apa yang
kuamati, membuatku tidak bisa tinggal diam. Saat ini, kamu berada di
bawah tanggung jawabku. Selain kamu adalah keponakan Mr. Rega,
kamu juga staff-ku. Apakah Mr. Patriajaya mengganggumu? Aku bisa
membatalkan kerja sama kami kalau benar itu terjadi," ujarnya tegas.
"Calista-"
"Maaf Mr. Dante, sungguh saya tidak apa-apa. Kami hanya berteman,"
potongku cepat.
34
Mr. Rescuer
Aku menggeleng.
"Saya... saya tidak perlu menemuinya. Saya tidak ada hubungan apa
apa lagi dengannya," mungkin ada perkataanku yang salah, karena
sekarang Mr. Dante justru memandangku dengan tatapan curiga.
"Jadi kamu memang pernah ada apa-apa dengan pria itu bukan?"
Dan bobol sudah pertahananku. Aku terisak hebat. Semua rasa sakit
yang kupendam, muncul ke perrmukaan begitu cepat. Semuanya.
Termasuk ingatan dimana aku mematung dengan rasa nyeri yang
menyebar dari hati hingga ke seluruh sel-sel tubuhku mendengar
keputusan yang terucapkan oleh Om Hendi. Seperti sebilah pisau tajam
yang menyayat dagingku secara perlahan dan dalam. Lalu adegan itu
berputar kembali seperti nyata di kepalaku.
Flashback
"Kau sudah dijodohkan dengan Bia. Itu mutlak dan jangan membantah!"
35
Mr. Rescuer
"Cinta bisa muncul dengan sendirinya karena terbiasa, Oris. Kau hanya
perlu membiasakan diri dengan Bia."
"Kenapa Papa dan Mama tidak pernah mengatakan semua ini? Kenapa
saat hatiku sudah memilih Caca, rencana perjodohan ini baru
diungkap?" suara Oris meninggi.
"Calista, Tante mohon lepaskan Oris. Dia milik Bia. Kami sengaja
membiarkan Oris dekat denganmu karena kami ingin Oris menikmati
masa mudanya sebelum ia menikah dengan Bia dan memikul tanggung
jawab keluarga," ucapan lembut itu seperti dorongan pada sebilah belati
yang tertancap di hatiku. Mendorong dan membuat luka itu makin
dalam.
"Ma!"
"Tante!"
Suara-suara tinggi bersamaan itu aku tau berasal dari Orin, Oris dan Bia
yang entah sejak kapan berada di ruang keluarga Patriajaya yang luas
itu. Semuanya seperti dengungan di telingaku. Dadaku sesak. Aku ingin
menangis meraung-raung. Apakah mereka anggap aku ini tidak punya
perasaan. Dua tahun aku menjalin kasih dengan Oris. Mereka
membiarkan perasaan kami berkembang, lalu dengan kejam mencabut
paksa dan membuang perasaan itu begitu saja. Aku bergeming kaku.
Tidak ada setetes air matapun yang mengalir dari mataku.
36
Mr. Rescuer
Aku menatap Oris yang terduduk lesu. Lalu Bia dengan mata indahnya
yang berkaca-kaca. Ia mendekat padaku.
"Tante, aku dan Caca bersahabat. Aku tidak bisa menikah dengan Oris.
Oris mencintai Caca, Tante, Om," Bia memelukku. Ia menangis.
Seharusnya aku ikut menangis. Tapi tidak. Air mataku seperti membeku.
"Tidak Bia. Perjodohan itu harus tetap dilaksanakan. Itu amanat. Tidak
boleh dilanggar. Dan Calista, maafkan kami sudah memberikan harapan
padamu," tepukan di bahuku oleh Om Hendi membuat tubuhku yang
kaku bergetar.
"Demi kalian semua, aku mundur. Aku menyayangi kalian. Permisi," aku
berbalik meninggalkan ruangan besar penuh drama itu.
Flashback off.
---o0o---
37
Mr. Rescuer
Dan di sinilah aku berada sekarang. Di dalam ruang meeting kecil hotel
yang awalnya dipesan oleh Mr. Dante untuk pembicaraan bisnis mereka.
Berhadapan dengan Oris yang nampak muram.
"Tapi bisa dipupuk dan dibiasakan, Ris. Kau hanya tinggal membuka hati
dan biarkan Bia memasukinya dengan perlahan. Tidak sulit mencintai
Bia.," aku menekan semua kesakitanku. Berbicara memang mudah
bukan?
"Saat pertunanganku, kau tidak hadir. Saat itu pula, aku ingin
membatalkan semuanya. Tapi Papa memaksaku untuk menyelesaikan
acara itu. Orin bahkan memarahiku karena aku hampir mengacaukan
pertunangan itu," Oris menyugar rambutnya.
38
Mr. Rescuer
"Apa maksudmu?"
"Oris, pernikahan bukan untuk main-main. Apa kau tidak kasihan pada
Bia?"
"Tidak seperti itu, Ca. Bia mengerti kalau aku kacau berpisah denganmu.
Apalagi ketika aku sama sekali tidak bisa menghubungimu. Saat aku
mengajukan rencana menikahinya agar aku mendapatkan kebebasan
dari Papa, Bia setuju. Aku berusaha mencarimu, tapi kau menghilang
tanpa jejak. Nomor teleponmu tidak aktif. Papa dan Mamamu tidak mau
memberi tau di mana keberadaanmu. Aku kalut. Kenapa kau
menghilang, Ca? Bukankah aku sudah mengatakan akan mencari cara
agar kita bisa bersama lagi?"
"Oris, ini tidak benar. Apa kau tidak memikirkan bagaimana perasaan
Bia? Melihat suaminya masih memikirkan dan mencintai perempuan
lain?" aku menatap Oris tidak percaya.
"Caca, mengertilah. Aku melakukan semua ini agar kita bisa bersama
lagi!"
39
Mr. Rescuer
Aku terdiam. Aku masih tidak mengerti jalan pikiran Oris. Aku
mencintainya? Ya. Aku memang masih mencintainya hingga detik ini.
Tapi apa yang ia lakukan agar kami bersama, itu yang membuatku tidak
mengerti. Meskipun Bia menyetujui apa yang Oris lakukan, tapi tetap
saja hal itu akan menyakiti Bia. Pernikahan mereka adalah suatu ikatan
yang tidak boleh dipisahkan oleh manusia. Pernikahan itu adalah
sesuatu yang sakral. Perjanjian antara sepasang manusia di hadapan
Tuhan. Pernikahan adalah suatu ikatan suci yang tidak untuk
dipermainkan.
"Selesaikan bisnis kalian dengan Mr. Dante. Aku tau kalian sangat
mengharapkan bisa mendapatkan kerja sama itu," aku menarik nafas
dan berdiri, hendak menyudahi pertemuanku dengan Oris. Aku perlu
berpikir jernih. Terlalu banyak kejutan hari ini.
---o0o---
40
Mr. Rescuer
Aku ragu. Apa aku harus menceritakan masa laluku padanya? Dia
atasanku. Pemilik perusahaan tempat aku bekerja.
41
Mr. Rescuer
Aku tidak tau Mr. Dante mempunyai kekuatan apa, karena yang pasti
setelahnya dari bibirku sudah mengalir cerita masa lalu yang
membuatku berdarah-darah. Bukan hanya bibirku yang bercerita, tetapi
mataku-pun ikut ambil bagian dengan sangat memalukan, menangis
tergugu, seolah-olah hatiku memberontak oleh tekanan dan ketidak
berdayaan.
"Sa-ya...."
"Jadi?"
42
Mr. Rescuer
"Ya, bukankah kamu harus segera membuat keputusan yang tepat? Jika
memang kamu tidak ingin menyakiti sahabatmu, kamu harus rela
kehilangan orang yang kamu cintai. Tapi jika kamu memilih bersama
dengan orang yang kamu cintai, maka kamu akan menyakiti
sahabatmu."
Mr. Dante benar. Aku tidak boleh menunda. Aku sudah memilih. Aku
harap pilihanku ini tepat dan benar.
---o0o---
"Ca, percaya padaku. Bia sudah setuju. Papa dan Mama juga sudah
membebaskanku untuk tetap mengejarmu, selama Bia menjadi istriku."
43
Mr. Rescuer
"Aku tidak bisa bersamamu," akhirnya kalimat itu keluar dari mulutku.
"Tidak perlu. Anggap saja kita tidak berjodoh. Jadi, hapus keinginanmu
untuk tetap mengejarku. Asal kau tau, aku tidak suka menjadi yang
kedua. Dan aku tidak sudi menjadi orang ketiga dalam sebuah
hubungan. Jadi kita berdua sudah tidak mungkin bisa bersama. Maafkan
aku," aku berdiri, hendak menyudahi pertemuan ini.
44
Mr. Rescuer
Kurasa sudah cukup dan kuharap Oris mau mengerti dengan apa yang
menjadi keputusanku. Meskipun menyakitkan untukku, tapi aku tetap
tidak ingin menyakiti Bia, Orin, Om Hendi dan Tante Ratri. Apapun yang
sudah kedua orang tua Oris putuskan, pasti untuk kebaikan Oris. Dan
aku menghormati itu.
"CALISTA!"
---o0o---
45
Mr. Rescuer
BAB 4
"Tidak, Ca. Kita masih belum selesai! Dengar, aku akan membawa Bia
untuk menyakinkanmu bahwa ia benar-benar setuju dan rela kita
bersama lagi!" Oris sedikit meninggikan suaranya.
"Sudah, Ris. Aku tidak ingin kembali. Jangan menyakiti lebih banyak
lagi," air mataku mengalir tak tertahankan.
46
Mr. Rescuer
Oris mengangguk, lalu berjalan menuju pintu. Aku mengikuti Mr. Dante
yang bergeser menyingkir dari pintu yang terbuka lebar. Posisiku tetap
berada di belakangnya. Oris berhenti sejenak memandangku.
"Aku akan membawa Bia ke hadapanmu, Ca. Selamat siang Mr. Dante,"
Oris lalu berderap meninggalkan kamar Mr. Dante.
---o0o---
Ketiga bodyguard Mr. Dante berjalan agak jauh di belakang. Aku yakin,
Mr. Dante yang menginstruksikan mereka.
47
Mr. Rescuer
Aku menoleh dan sejenak tertegun. Oleh-oleh? Mr. Dante akan membeli
oleh-oleh? Orang sesibuk dia?
"Calista?"
"Oh, uhm... pusat oleh-oleh ada di jalan Genteng, Mr. Dante. Apakah
Mr. Dante akan membeli oleh-oleh?"
"Nanti saja. Kita tunggu kabar Howard dan Robert. Mereka bilang besok
mereka akan melakukan pertemuan dengan beberapa perusahaan
konstruksi untuk menentukan siapa yang berhak atas tender itu," jawab
Mr. Dante.
"Hmm.... Calista?"
"Tentu saja, Mr. Dante. Dan terima kasih karena sudah membantu saya
mengurus semua perijinannya," aku tersenyum mengangguk.
"Tidak masalah, Calista. Apakah kamu tidak ingin bertemu orang tuamu?
Kita sedang di sini. Kalau kamu mau, kamu bisa mengunjungi mereka,"
ucapan Mr. Dante membuatku membelalak. Dia benar-benar Boss yang
baik!
"Orang tua saya berada di Bali, Mr. Dante. Dan itu jauh dari sini.
Lagipula, saya kembali ke Indonesia dalam rangka pekerjaan. Jadi-"
"Besok kita ke Bali. Jam sebelas siang pesawat kita akan siap."
48
Mr. Rescuer
"Tidak apa-apa. Sekalian aku akan melihat lokasi hotel yang akan kita
bangun," katanya tersenyum tipis.
Ke Bali? Pulang? Aku merindukan kedua orang tuaku tentu saja. Tapi
kembali ke Bali, dimana di sana ada kenangan yang tidak akan mungkin
kulupakan. Kenangan manis dan pahit. Bahkan dua hari terakhir ini aku
begitu lelah dengan luka yang kembali terbuka.
Tapi aku bisa apa selain mengangguk? Tentu saja aku tidak boleh
melupakan keberadaanku di sini adalah mendampingi Mr. Dante dan
menjadi penterjemahnya. Padahal setahuku, Mr. Dante bisa berinteraksi
dengan baik tanpa aku. Sesekali aku mendengar ia mengucapkan
beberapa kalimat berbahasa Indonesia meskipun dengan logat Inggris
nya yang kental, namun tetap bisa dimengerti. Jadi sebenarnya ia tidak
membutuhkanku bukan?
---o0o---
Kami berlima, Mr. Dante, aku dan ketiga bodyguard sudah mendapat
kamar. Aku sudah menerima keycard kamarku yang bersebelahan
dengan Mr. Dante, sedangkan ketiga bodyguard itu mendapat kamar di
depan kamar Mr. Dante.
49
Mr. Rescuer
"Calista, kamu bisa mengunjungi orang tuamu. Kita tidak ada acara
sampai besok."
Aku termangu. Kalau tidak ada acara, kenapa Mr. Dante mengajakku ke
Bali?
Jalanan sedang lumayan lengang. Butuh waktu satu setengah jam untuk
sampai ke Ubud.
Aku turun dari taksi setelah membayar, lalu menapaki jalan setapak
berkerikil. Semua masih sama. Aku menoleh ke sebelah kanan. Sebuah
rumah megah nampak dari tempatku berdiri. Rumah itu, rumah dimana
aku dulu sering datang ke sana. Rumah keluarga Patriajaya yang
tersohor. Semua masih nampak sama.
50
Mr. Rescuer
---o0o---
Aku baru saja berbincang melepas rindu dengan Mama dan Papa ketika
suara lembut Bia menyapa. Ia dan Orin memang terbiasa keluar masuk
rumah kami dengan leluasa. Sama seperti dulu ketika aku terbiasa
keluar masuk rumahnya dan Orin.
51
Mr. Rescuer
"Sebenarnya aku tidak pulang. Ini juga dalam rangka bekerja. Kebetulan
dan Boss-ku berbaik hati memberiku kesempatan untuk mengunjungi
Papa dan Mama."
"Kata Oris, kau bekerja di perusahaan yang akan join dengan Papa
Hendi dan Oris?" tanya Bia.
Aku membelalak.
"Apa maksudmu?"
"Oris menikahiku agar ia bebas mengejarmu. Itu syarat dari Papa Hendi.
Setidaknya wasiat Papaku sudah kami penuhi," Bia menunduk,
melepaskan tautan tangan kami dan meremas jemarinya sendiri.
Sesekali ia memutar-mutar cincin di jari manisnya tanpa sadar.
52
Mr. Rescuer
"Aku harap kau mau menerima Oris, Ca. Dia sangat mencintaimu. Aku
merasa bersalah sudah menjadi alasan kalian berpisah. Aku sedih
melihat Oris. Ia kacau karena kehilanganmu," sebulir bening air mata
meluncur di pipi Bia yang halus.
Aku tertegun. Bia rela Oris bersamaku karena melihat Oris kacau,
bukankah itu menandakan bahwa ia mencintai Oris? Dan apakah aku
sebegitu tidak punya hati jika menerima Oris sementara Bia akan
merasakan sakit hati berkepanjangan melihat kami bersama?
"Kau mau menerima Oris kembali kan, Ca? Tidak apa-apa, aku akan
bahagia jika Oris bahagia. Kita bertiga bisa bersama-sama," Bia terlihat
bersemangat membujukku.
"Bia, aku tau bagaimana rasanya jika orang yang kita cintai bersama
dengan orang lain. Kita bersahabat. Dan aku sudah memutuskan untuk
mundur demi persahabatan kita. Kau berhak bahagia bersama Oris,
Bia."
"Apa kau tidak akan sakit hati melihat Oris kembali padaku?"
53
Mr. Rescuer
"Tapi aku tidak akan bahagia, Bia," gelengku menarik nafas gusar
dengan kenaifan Bia.
"Caca-"
"ORIS?"
---o0o---
54
Mr. Rescuer
"Ca, percayalah, ini yang terbaik. Kita akan bersama seperti dulu," bujuk
Bia melihatku terdiam.
Aku menghela nafas. Melirik Orin yang bersandar di sudut gazebo sambil
menatapku. Menunggu.
"Aku-"
"Aki tidak bisa. Maaf. Aku tidak ingin menyakiti dan disakiti. Jika aku
menyetujui permintaan kalian, akan ada banyak luka dan kebencian.
Tapi jika aku menolak, tidak akan ada banyak luka. Tidak ada
kebencian. Karena itu, keputusanku sudah bulat. Jangan mencoba
menggoyahkanku. Aku sudah memilih jalan hidupku sendiri," aku
menghembuskan nafas. Lega rasanya menyampaikan ini di hadapan
mereka semua.
"Caca, itu hanya ketakutanmu saja. Tidak akan ada yang terluka atau
kebencian yang akan terjadi," suara Oris meninggi dan mendesak.
"Ada. Akan ada banyak luka dan kebencian. Bia akan tersakiti karena
suaminya mendua," aku mengangkat tangan menghentikan Bia yang
akan menyela, "Orin akan membenciku meski tidak ia perlihatkan. Juga
Om Hendy dan Tante. Karena mereka menganggap aku merusak rumah
55
Mr. Rescuer
tangga Bia dan Oris. Mama dan Papaku, mereka akan mendapat cibiran
karena aku menjadi orang ketiga yang merusak hubungan kalian. Oris,
tidak bisakah kita saja yang tersakiti? Aku yakin, sakit itu tidak akan
lama jika kau mau menerima keberadaan Bia di sisimu dengan tulus
ikhlas."
"Karena aku mulai jatuh cinta pada orang lain," sahutku akhirnya.
Mungkin memang aku harus mengakhiri semua ini dengan kebohongan.
Tapi jika ini bisa membuat mereka berhenti mendesakku, akan
kulakukan.
"Apanya yang tidak mungkin? Kita sudah berpisah hampir satu tahun.
Ada banyak kemungkinan yang terjadi. Maaf, aku tidak lagi
mencintaimu, Oris. Maaf," kuharap aktingku bisa mengelabuhi mereka.
"Aku tetap tidak percaya! Kau hanya berbohong agar aku berhenti,
bukan?" Oris megguncang lenganku.
56
Mr. Rescuer
Aku menggigit bibir. Bingung. Pria mana yang akan aku jadikan kambing
hitam? Aku tidak sedang dekat dengan siapapun.
"Tidak ada bukan? Kau berbohong agar aku menyerah. Benar kan?"
"Tatap aku, katakan kalau kau sudah mencintai orang lain," ujarnya
menantangku.
"Aku-"
"Calista!"
---o0o---
57
Mr. Rescuer
BAB 5
"Calista."
"Mr. Dante!" aku membelalak, buru-buru berdiri. Kenapa dia ada di sini?
"Calista, kenapa kamu ragu mengatakan pada Mr. Patriajaya bahwa kita
ada hubungan spesial?"
58
Mr. Rescuer
"Oris, Bia, Orin, perkenalkan.... dia, Mr. Dante. Atasan sekaligus orang
yang kumaksud," akhirnya aku mengucapkan kalimat itu. Aku tidak tau
bagaimana warna wajahku, tapi aku harus melakukannya,
"Caca! Aaahh.... aku bahagia untukmu," tiba-tiba Orin yang sejak tadi
terdiam, memekik, menghambur begitu saja memelukku, membuat
rangkulan Mr. Dante terlepas dari bahuku.
"Bukankah ini luar biasa? Kita harus merayakan ini. Let's triple date!"
teriaknya terlalu bersemangat.
---o0o---
59
Mr. Rescuer
Orin dan kekasihnya serta Oris dan Bia sudah terlebih dahulu datang,
sementara aku dan Mr. Dante datang kemudian. Sepanjang perjalanan,
Mr. Dante menenangkanku, mengatakan semua akan baik-baik saja.
Bahkan saat kutanya bagaimana ia bisa menemukan rumahku, ia hanya
mengatakan jika Om Rega yang memberitahunya. Aku belum
menanyakan lebih lanjut. Belum, karena aku masih panik
dengan triple date yang akan kami jalani.
Beberapa makanan disajikan. Aku tidak tau siapa yang memesan, tapi
kebanyakan adalah makanan kesukaanku.
Aku mencuri pandang pada Oris. Apakah dia? Sorot mata kami
berbenturan. Buru-buru aku mengalihkan pandanganku.
Mataku membola. Jadi Mr. Dante yang memesan makanan ini? Dari
mana dia tau kalau aku menyukai makanan-makanan itu?
"Whoaaa... Mr. Dante, anda pasti cinta sekali dengan Calista ya? Sampai
makanan favoritnya saja hafal," celetuk Orin keras.
60
Mr. Rescuer
"Sure. Dia istimewa untuk saya," sahut Mr. Dante mengusap bahuku
sambil tersenyum memandangku.
Pipiku serasa panas. Akting Mr. Dante terlihat natural untuk ukuran
pengusaha muda yang sibuk sepertinya,
"Sa-eh... a-aku bisa sendiri," bisikku canggung. Tidak enak rasanya jika
pemilik perusahaan tempatmu bekerja memperlakukanmu seperti ratu
sekalipun itu hanya sandiwara bukan?
"No. Aku tidak mau jarimu terluka. Sudah makan saja," suruhnya
dengan nada lembut dan tersenyum padaku.
Kami semua menikmati makanan yang kami pesan. Aku malu dan
canggung dengan Mr. Dante yang terus-menerus melayaniku,
mengiriskan steak, khusus memesankanku lobster, sesekali mengusap
sudut bibirku yang cemong karena saus kepiting dengan tissue, bahkan
menyuapiku.
Belum lagi Oris yang berulang kali mencuri pandang padaku. Aku benar
benar tidak nyaman. Tapi untuk meyakinkan mereka, aku terpaksa
menurut apapun perlakuan Mr. Dante.
---o0o---
61
Mr. Rescuer
Telapak tanganku sudah basah oleh keringat karena gugup. Mr. Dante
menggandeng tanganku. Aku tidak bisa melepaskannya atau
sandiwaraku akan terbongkar. Orin dan Matt entah kemana, tetapi di
belakang, dalam jarak kira-kira sepuluh meter Oris dan Bia mengikuti
kami.
"Tapi-"
"Bahkan jika aku harus menjadikan hubungan ini nyata, aku tidak
keberatan," ujarnya sedikit berbisik.
62
Mr. Rescuer
"Mereka mengawasi kita," bisik Mr. Dante, lalu menarik dirinya dan
menggandeng tanganku lagi, meneruskan langkah yang terhenti.
---o0o---
Mr. Dante pamit kembali ke hotel. Setelah pulang dari Jimbaran, Mr.
Dante sempat berbincang-bincang dengan Papa dan Mama. Aku
menunggu mobil yang ditumpangi Mr. Dante menjauh dan hilang dari
pandangan, lalu aku berbalik.
Aku menggeleng pelan. Ini tidak baik. Oris tidak pernah memanggilku
dengan nama panjangku kecuali ia sedang marah. Dan sekarang aku
tau ia sedang marah.
63
Mr. Rescuer
"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Kau sudah mendengar dan
melihat. Kita punya kehidupan masing-masing sekarang," gelengku
mundur selangkah.
Aku mengerutkan kening. Justru aku melakukan ini semua untuk mereka
semua!
"Kau salah, Oris. Aku tidak pernah berniat menghukummu. Untuk apa?
Aku terlanjur menyayangi kalian semua. Bia, Orin, Om Hendi, Tante
Ratri dan kau. Oris, mengapa kita tidak mengikhlaskan saja semuanya.
Jalani hidupmu dengan Bia. Berusahalah mencintainya. Aku yakin,
lambat laun cintamu pada Bia akan tumbuh. Dia gadis yang mudah
untuk dicintai."
"Kalau saja tidak ada wasiat perjodohan itu, mungkin aku mau meraih
bahagia bersamamu. Tapi Oris, aku menyayangi Bia. Dia yatim piatu.
Dan mungkin sudah menjadi garis takdir bahwa kalian harus bersama.
Mungkin Tuhan percaya kau akan menjadi sandaran yang tepat untuk
Bia. Pikirkanlah, Ris. Raih kebahagiaanmu bersama Bia. Jangan
mengejarku lagi," bagaimana aku tidak menangis mengatakan itu
semua? Meskipun aku bisa mengatakan dengan lancar, namun hatiku
seperti tersayat-sayat. Beginikah rasanya berkorban untuk kebahagiaan
orang lain?
64
Mr. Rescuer
"Maaf, aku tidak bisa," aku menunduk tergugu. Ini adalah final dari
hubungan kami. Tidak ada celah dan harapan lagi. Sudah ada dinding
tebal yang memisahkan.
"Caca please-"
---o0o---
Dengan gugup aku turun dari mobil. Malam ini terasa sedikit lebih
dingin. Mr. Dante memutari mobil dan memakaikan jas-nya ke tubuhku
yang menggigil.
Mr. Dante muncul dan membawaku pergi ketika Oris memelukku erat
dan berkata bahwa ia tidak akan berhenti mengejarku. Aku frustrasi.
Aku takut jika Oris terus menggempurku dengan terus mengejar dan
membujukku kembali, aku akan goyah yang pada akhirnya akan
membuat banyak orang sakit hati.
65
Mr. Rescuer
"Uhm... kenapa anda kembali lagi, Sir?" tanyaku pelan ketika pintu lift
mulai tertutup.
"Apakah anda sudah lama di sana?" tanyaku lagi. Ingin tau seberapa
banyak yang ia dengar dari percakapanku dengan Oris.
"Terima kasih atas bantuan anda, Sir," kataku menarik sudut bibirku
sedikit ke atas.
"Tidak apa."
"Ya?"
66
Mr. Rescuer
"Aku tidak bisa melihatmu terus menerus bersedih. Aku tidak tau
seberapa dalam kamu mencintai Mr. Patriajaya. Yang aku kagumi
darimu, kamu rela tersakiti demi kebahagiaan mereka. Kamu menolak
menjadi orang ketiga di antara mereka meskipun kamu tau, Mr.
Pariajaya masih mencintaimu dan istrinya rela berbagi suami denganmu.
Karena itu...." Mr. Dante menarik nafas, menatapku dengan pandangan
teduhnya.
Aku masih terdiam. Kali ini pandanganku terpaku pada bibirnya yang
mengucapkan kalimat yang masih berdengung membingungkan di
otakku.
---o0o---
67
Mr. Rescuer
"CACA!"
"Orin? Ada apa? Ini sudah sangat malam!" aku mendelik padanya.
"Ya?"
68
Mr. Rescuer
Mataku melebar. Apakah ia tidak tau jika aku sudah melepaskan Oris
sejak pertama kali kata perjodohan itu kudengar?
"Orin, aku-"
"Kau menyakiti Bia, Ca! Bukan hanya Bia, tapi juga Mama dan Papaku.
Apa kau berpikir bahwa Mama dan Papa benar-benar membiarkan Oris
mengejarmu jika ia mau menikah dengan Bia? Itu hanya alasan Mama
dan Papa agar Oris mau menikahi Bia! Mama dan Papa tidak akan
senang jika kau hadir di antara mereka! Apa kau tidak mengerti?"
69
Mr. Rescuer
"Laki-laki di dunia ini banyak, Ca. Biarkan Bia bahagia bersama Oris.
Suaminya!"
"CUKUP!"
---o0o---
70
Mr. Rescuer
BAB 6
“CUKUP!"
Bentakan itu membuatku dan Orin serentak menoleh. Tampak Mr. Dante
mengetatkan gerahamnya. Wajahnya kaku, seolah menahan
kemarahan.
"Sebaiknya anda pulang! Selarut ini anda menemui Calista hanya untuk
mencacinya? Picik! Pulang atau saya akan batalkan kerja sama dengan
71
Mr. Rescuer
perusahaan ayah dan saudara anda!" suara tegas Mr. Dante penuh
ancaman.
"Saya hanya memperingatkan saja. Saudara kembar saya dan Bia sudah
menikah. Permisi," lalu terdengar suara langkah sayup menjauh.
"Tentu."
"Mr. Dante, nikahi saya. Saya berjanji akan mengabdi pada anda
seumur hidup saya," akhirnya kalimat itu terucap. Tidak ada jalan untuk
kembali.
---o0o---
72
Mr. Rescuer
Secepat keputusan itu kubuat, secepat itu pula Mr. Dante bergerak. Ia
melamarku pada Mama dan Papa, menyuruh Mr. Robert dan Mr. Howard
kembali ke London terlebih dulu. Seminggu kemudian, Mr. Howard
kembali bersama Om Rega dan Tante Martha serta seorang gadis
berwajah mirip Mr. Dante. Ia memperkenalkan diri sebagai Deanna
Valleryn Javonne, adik Mr. Dante.
Sementara itu, Mama, Papa dan Mr. Dante sudah melakukan semua
persiapan pernikahan. Tidak ada yang tau bagaimana Mr. Dante
melakukannya, tetapi sepaket undangan pernikahan itu tiba di rumah
Papa hanya tiga hari setelah Mr. Dante melamarku secara resmi pada
Mama dan Papa.
Mataku tidak bosan melihat keindahan tempat yang akan menjadi pusat
di mana pernikahan kami berlangsung dari kamarku. Sebenarnya ini
kamar Mr. Dante, tetapi ia memberikannya padaku sementara ia
menempati kamarku. Dan aku tidak tau harus membalas dengan apa
semua kebaikannya padaku.
73
Mr. Rescuer
Kami berdua sibuk mengeringkan air mata, lalu Mama memanggil orang
yang tadi meriasku untuk membetulkan riasan yang sebenarnya
menurutku tidak berubah apapun karena aku hanya menempel
nempelkan tissue dengan ringan dan hati-hati di sudut mataku.
Dan di sana, di ujung karpet merah yang bertabur mawar putih, ada Mr.
Dante yang berdiri gagah dalam balutan tuxedo warna broken white,
senada dengan gaun yang kukenakan.
---o0o---
74
Mr. Rescuer
Prosesi demi prosesi kulalui. Tidak sedetikpun Mr. Dante beranjak dari
sisiku. Ia begitu sabar. Membetulkan bagian bawah gaunku yang
sempat terbelit terinjak heels yang kukenakan sendiri, menyuapiku
ketika ia tau sedari pagi perutku hanya terisi teh hangat saja,
membawakan hand bouquet-ku dan menggandengku ketika aku
kesulitan berjalan dengan heels sambil harus memegang gaun bawahku
agar lebih mudah berjalan menghampiri beberapa tamu.
Konsep standing party ini memang impianku dulu, meskipun pengantin
prianya berbeda. Namun Mr. Dante mampu mewujudkan semuanya.
Keluarga besar Patriajaya terlihat baru saja datang. Papa dan Mama
menyalami Om Hendi dan Tante Ratri, Oris dan Bia, Orin dan Matt.
Wajah Papa terlihat tegang. Gestur tubuhnya kaku menyambut tamu di
hadapannya dengan terpaksa. Kurasakan lengan Mr. Dante melingkari
pinggangku, menarikku agar mendekat padanya. Lalu ia membawaku
beranjak mendekati keluarga itu.
"Mr. Dante, saya tidak menduga bahwa anda akan menikah dengan
Calista secepat ini. Dia gadis yang sangat beruntung," tawa basa basi
Om Hendi membuat Mr. Dante tersenyum, mengeratkan gamitan
lengannya di pinggangku, mengalirkan rasa hangat dan kekuatan untuk
bertahan.
75
Mr. Rescuer
76
Mr. Rescuer
"Tidak perlu berterima kasih, Calista. Apa yang kukatakan itu kenyataan.
Benar-benar suatu kehormatan, Papamu mempercayaiku untuk
menjagamu," sahut Mr. Dante mengusap pipiku sekilas.
Aku merona. Raut wajah Papa memang langsung berbinar ketika Mr.
Dante melamarku. Meskipun Papa mengatakan semua keputusan
berada di tanganku, tetapi aku tau, Papa senang dan bahagia. Entah
apa yang dikatakan Mr. Dante sebelumnya karena aku baru bergabung
dengan mereka di ruang tamu setelah Mr. Dante mengutarakan
lamarannya.
---o0o---
Para tamu undangan sudah pulang. Suasana meriah pesta sudah usai.
Mama, Papa dan Mr. Dante sedang berbincang di salah satu meja yang
tersedia, agak jauh di dekat pelaminan, sementara aku meluruskan
kakiku yang pegal.
"Oris?" aku menelan ludah. Kenapa ia bisa ada di sini? Bukankah mereka
sekeluarga sudah pamit pulang sejak tadi?
"Apa artinya ini? Kenapa tiba-tiba kau memutuskan menikah? Aku tau,
kau sakit hati dengan pernikahanku. Tapi itu kulakukan agar aku bebas
mengejarmu," Oris menarik kursi dan duduk di hadapanku.
Aku gelisah. Saat ini aku tidak ingin berada dalam radius sedekat ini
dengannya. Telapak tanganku terasa lembab.
77
Mr. Rescuer
"Aku bisa menikahimu! Kita saling mencintai, Ca. Apakah kau akan
bahagia hidup dengannya? Orang yang kau cintai itu aku. Aku, Ca!"
"Oris, aku-"
"Maaf Mr. Dante. Saya mencintai Calista. Dan Calista mencintai saya.
Pernikahan kalian tidak akan berhasil karena orang yang ia cintai itu
saya," Oris berkata penuh percaya diri.
Mr. Dante tersenyum sinis. Ini pertama kalinya aku melihat kesinisan di
wajahnya.
"Anda tidak pantas untuk Calista. Anda dan keluarga anda sudah
menginjak-injak harga diri keluarga Calista," geram Mr. Dante. Ia
bergerak menutupiku dengan dirinya dari pandangan Oris.
"Anda tidak tau apa-apa tentang kami, Mr. Dante," aku tau, Oris sedang
menahan diri untuk tidak berteriak.
"Tentu saya tidak tau tentang anda. Tapi saya tau tentang Calista..
Bukankah suami yang baik harus mengetahui apapun tentang istrinya?
Apakah anda mengenal istri anda dengan baik?"
"Mr. Dante, apa yang anda harapkan dengan menikahi gadis yang jelas
jelas tidak mencintaì anda?"
"Dan apa yang anda harapkan dengan menikahi gadis yang tidak anda
cintai?"
78
Mr. Rescuer
"Anda
"STOP!" aku tidak tahan lagi. Aku berdiri dengan cepat, meringis dan
sedikit limbung merasakan heels yang menjepit kakiku terasa menyiksa.
"Oris, kita sudah selesai! Kau sudah menikah dengan Bia. Aku juga
sudah sah menjadi istri Mr. Dante. Aku harus mencintai laki-laki yang
menjadi suamiku," seruku kesal dengan kebebalannya.
---o0o---
79
Mr. Rescuer
juga dengan Om Rega dan Tante Martha ikut menginap di rumah Mama
dan Papa.
Pipiku menghangat.
Aku gugup. Sungguh aku tidak tau bagaimana harus memanggilnya? Dia
Boss-ku!
"Saya-eh... a-aku tidak tau harus memanggil apa," aku yakin wajahku
sudah semerah tomat matang.
80
Mr. Rescuer
"Eh? I-itu... emmm... sa-eh... aku..." aku benar-benar gugup dan panik.
Wajah Mr. Dante yang sejajar dengan wajahku terlihat sangat dekat.
Jantungku berdegup seperti hendak meloncat keluar dari tubuhku.
81
Mr. Rescuer
---o0o---
82
Mr. Rescuer
BAB 7
Dia suamiku. Apapun alasan yang ada di balik pernikahan ini, dia adalah
satu-satunya pria yang berhak memiliki seluruh tubuhku. Seperti janjiku,
aku akan mengabdi padanya seumur hidupku.
"Mr.- ehm... A-aku tidak merasa terpaksa. Lakukan apa yang menjadi
keinginanmu. A-aku s-siap-," kueratkan tautan tanganku di lehernya,
menariknya turun sementara aku berjinjit, melabuhkan bibirku pada
bibirnya ketika kabut keraguan itu terbaca dalam sinar matanya.
83
Mr. Rescuer
"Oohhh.... D-Dan-teee...."
84
Mr. Rescuer
---o0o---
85
Mr. Rescuer
Pria sempurna ini yang semalam menyentuhku begitu mesra dan lembut
padaku. Pria hebat inilah yang sudah memilikiku seutuhnya, membuatku
merasa tersanjung menyandang status sebagai istrinya.
Jantungku bergemuruh. Posisi ini sangat intim dan... oh, aku malu
sekali.
Perlahan aku beringsut, hendak melepaskan diri dari rasa canggung dan
malu karena kondisi ini. Miliknya di bawah sana yang menekan perutku,
seperti mengeras kembali.
Aku gugup.
"M-morning..."
86
Mr. Rescuer
"Kenapa masih gugup dan canggung? Kamu milikku sekarang. Dan aku
milikmu. Hmm... apakah masih terasa sakit?"
"Mr. Dan-"
"Panggil Dante saja jika kau keberatan memanggilku suami atau kata
sayang lainnya," katanya rendah, lalu mengecup lagi.
Aku gugup lagi. Tidak sopan memanggilnya hanya nama saja. Dia lebih
tua dariku sebelas tahun!
Suamiku terkekeh.
87
Mr. Rescuer
Entah apa warna wajahku. Tapi sebentar kemudian, laki-laki gagah ini
sudah membuatku kembali mendesah dan memekik penuh gairah.
---o0o---
Hari ini aku menghabiskan waktuku di rumah Mama dan Papa karena
besok aku harus mengikuti suamiku kembali ke Inggris.
88
Mr. Rescuer
Tentu saja Mama dan Papa sangat senang dengan keberadaan Deanne.
Dan aku lega karena Mama dan Papa tidak lagi bersedih karena
memikirkanku. Sudah ada Dante yang menjaga dan melindungiku.
Dante menggeleng.
"Kubatalkan."
"Batal?"
"Wow, senang sekali melihat kakakku bisa tertawa lepas begitu," celetuk
Deanne.
Aku mencebik.
89
Mr. Rescuer
"Yang di sini?"
"Howard dan Robert sudah menemukan lokasi lain yang lebih bagus."
"Tenanglah Kakak Ipar. Kau harus terbiasa dengan semua sikap kakakku
yang over protective dan possessive," celetuk Deanne meringis
mengangkat dua jari ketika Dante berdehem dan melotot padanya,
sementara tangannya mengusap-usap punggungku.
---o0o---
90
Mr. Rescuer
Wajah Papa tampak tegang. Ada gurat ketidak sukaan yang tidak
berusaha disembunyikan. Mama mengusap-usap lengan Papa, mencoba
menyabarkan.
"Di sini saja," katanya lalu mengecup pelipisku. Aku merona melihat
sikap atraktifnya.
91
Mr. Rescuer
"Ehem... Mr. Dante, maafkan saya. Saya tau anda sedang dalam masa
bulan madu, tapi saya pikir ini persoalan yang sangat penting," Om
Hendi berhenti sesaat, menarik nafas, " Ini tentang kerjasama kita."
"KAU-"
Aku menahan nafas, mencuri pandang pada Papa yang tampak makin
geram atas tuduhan Om Hendi. Tangannya mengepal. Deanne pun ikut
berpindah duduk di dekat Papa, merangkul dan ikut mencoba
menenangkan.
"Mr. Patriajaya, tidak ada seorangpun yang meminta pada saya untuk
membatalkan kerjasama. Pada dasarnya kita belum membuat
kesepakatan apapun. Dan kebetulan, saya tidak menyukai putra anda
yang terus mendekati istri saya meskipun istri saya sudah dengan jelas
menolak. Itu melukai ego saya sebagai lelaki. Jadi saya pikir, saya
berhak mencari lokasi lain," raut Dante berubah menegang.
"Mr. Dante, saya bisa jelaskan tentang hal ini. Mereka.... dulu berteman
dekat dan saling jatuh cinta. Kemudian-"
"Saya tidak tau dan tidak ingin tau apa yang sudah terjadi di masa lalu.
Tapi sekarang, Calista istri saya. Saya menghormati dia. Saya tidak bisa
melihat istri saya merasa tidak nyaman," potong Dante tajam.
"Saya... minta maaf atas nama putra saya. Saya berjanji tidak akan
membiarkan putra saya mendekati istri anda lagi," kata Om Hendi
dengan wajah pias.
92
Mr. Rescuer
"Tapi Pa-"
"DIAM!"
---o0o---
93
Mr. Rescuer
Bia mengangkat wajahnya yang sudah basah oleh air mata. Ia terlihat
sangat menyedihkan.
94
Mr. Rescuer
“Hatimu pasti sangat sakit, Ca. Maafkan kami,” Bia memelukku erat.
“Aku sudah merelakan semuanya, Bia. Aku yakin, ada rencana yang
lebih baik dan indah untukku di balik semua kepahitan yang kuterima.
Aku tetap menyayangi kalian semua. Masa-masa kebersamaan kita
terlalu indah untuk dilupakan, meskipun pada akhirnya menyisakan
kesedihan.”
“Ca, kenapa kau tidak mau menjadi bagian dari hidup Oris?”
---o0o---
95
Mr. Rescuer
BAB 8
Kami menikah dengan suatu alasan. Aku tidak tau apa alasannya mau
menikah denganku. Tapi yang pasti, aku tau alasanku menikah
dengannya. Ya, aku tidak ingin menjadi perusak pernikahan Bia. Aku
tidak mau Om Hendi dan Tante Ratri semakin menganggapku rendah.
Aku tidak ingin Papa dan Mama terlarut dalam kesedihan karena putri
satu-satunya tidak dianggap oleh orang yang sudah diperlakukan
sebagai sahabat oleh mereka.
96
Mr. Rescuer
Matanya berbinar.
Aku takjub melihat isi pantry. Benar-benar bersih dan terawat. Beberapa
pelayan tersenyum sopan padaku. Aku mengangguk dan menanyakan
letak kopi. Mereka dengan ramah menunjukkan dimana letak kopi dan
apapun yang kuperlukan.
Dante sedang membaca surat kabar hari ini yang belum sempat ia baca.
Dahinya berkerut, nampak serius.
97
Mr. Rescuer
"Pernikahan kita. Sudah lebih dari satu minggu, tapi masih juga masuk
pemberitaan," sahutnya menyeruput kopinya.
---o0o---
98
Mr. Rescuer
"Tapi-"
Cup!
"Sudah kuduga, Mr. Dante tidak akan segampang itu menerima pegawai
di penerbitan ini," bisiknya membuatku mengerutkan dahi mengetahui
satu hal yang baru kusadari.
99
Mr. Rescuer
"Vincent?"
Aku tertegun. Kenapa Sherine diganti? Dan... apakah aku tidak salah
dengar? Ada nada tidak suka saat Dante menyebut nama Sherine.
100
Mr. Rescuer
---o0o---
Aku menarik nafas lega. Serbuan pertanyaan itu bisa kuhindari karena
Vincent, sekretaris Mr. Dante yang baru datang dan mengatakan bahwa
Mr. Dante memanggilku.
101
Mr. Rescuer
"Hah? Untuk apa?" apakah ada hal penting yang aku tidak tau?
"Tapi-"
"Mereka harus tau kalau kamu itu istriku, Sweetheart. Aku tidak ingin
ada kesalah pahaman dan ketidak jelasan yang membuat kacau. Biarkan
mereka semua tau. Itu akan lebih baik," Dante tidak ingin dibantah.
"Bertanya saja."
"Ehm... itu eh... Sherine... kemana dia? Apa dia dipindahkan ke divisi
lain?" tanyaku hati-hati.
102
Mr. Rescuer
"Sikapnya selama ini terhadapmu sangat tidak kusuka. Aku sudah ingin
memecatnya sejak dulu. Terakhir aku mendapatkan laporan, ia terbukti
menyebarkan gosip yang memfitnahmu setelah pernikahan kita
diumumkan. Dan kupikir, kenapa aku harus mempertahankan karyawan
yang akan mengganggu ketenangan perusahaanku?"
"Tapi dia hanya bersikap seperti itu padaku. Tidak pada yang lainnya.
Mungkin dia memang tidak suka padaku. Kamu tidak harus memecatnya
selama kinerjanya baik, bukan?"
Dante berdiri di podium dengan aura dan wibawa yang luar biasa
menakjubkan.
103
Mr. Rescuer
---o0o---
104
Mr. Rescuer
"Tapi-"
"Calista, kamu istriku. Seluruh karyawanku sudah tau aku menikah. Dan
mereka juga harus mengenalmu. Aku tidak ingin terjadi suatu kesalah
pahaman dikemudian hari. Lagipula, bukankah sudah seharusnya
mereka mengenal Nyonya Dante Gregory Javonne?"
105
Mr. Rescuer
Pintu lift terbuka. Beberapa karyawan berdiri di luar lift melihatku dan
Dante yang masih berdiri di dalam lift. Wajah Dante tampak mengeras.
Apakah ia marah? Aku menelan ludah.
---o0o---
106
Mr. Rescuer
"Vincent, ini penting. Kau tidak bisa melarangku!" ucapku mulai kesal.
Aku tidak tau apa jawaban Dante, aku sudah tidak sabar. Segera
kurebut telepon dari tangan Vincent.
"Dante-"
107
Mr. Rescuer
Terdengar bunyi pintu terkunci otomatis. Aku tidak peduli. Aku hanya
ingin ia menjelaskan tentang surat yang diberikan Mr. Johnson padaku.
---o0o---
108
Mr. Rescuer
BAB 9
"Dante, aku kemari ingin menanyakan tentang surat dari Mr. Johnson.
Kenapa aku dimutasikan mendadak? Apakah pekerjaanku buruk?" aku
tidak mengerti maksud Dante. Aku hanya ingin tau, mengapa tiba-tiba ia
memindahkanku ke perusahaannya yang lain? Apa maksudnya?
Dante mengangguk.
109
Mr. Rescuer
Aku tau Dante kaya dan punya beberapa perusahaan. Tapi aku sama
sekali tidak menyangka jika ia adalah pemilik perusahaan raksasa yang
bergerak di multi bidang.
"Jika kamu tetap di sini, apakah aku harus memindahkan kantor pusat
kemari?" tanyanya. Ada nada putus ada dalam suaranya.
110
Mr. Rescuer
"Maksudmu?"
"Tidak ada tempat yang lebih baik selain menjadi sekretarisku, Calista.
Aku bisa setiap saat melihatmu," jelasnya mengusap rambutku.
---o0o---
111
Mr. Rescuer
Katherine dan Stephen ikut berdiri dan melakukan hal yang sama
dengan Felix.
"Semoga selalu rukun dengan Mr. Dante dan tetap ingat pada kami,"
seru Felix lagi.
Aku memang ijin pada Dante untuk bertemu dan makan malam bersama
rekan se-divisiku. Dante sendiri masih sibuk dengan pekerjaannya. Ia
hanya mengatakan bahwa ia akan segera menyusulku setelah selesai.
PLAK!
Kepalaku terjajar ke samping. Rasa panas menyengat pipiku. Suara
kesiap di sekelilingku menandakan mereka terkejut dan tidak
menyangka Sherine akan berani menamparku. Refleks aku menangkup
pipiku.
112
Mr. Rescuer
"Aku sudah menduga sejak awal. Kau memang berniat menggoda Mr.
Dante, bukan? Dasar jalang! Setelah berhasil memikat Mr. Dante, kau
menghasutnya untuk memecatku! Perempuan sial!" Sherine berteriak
teriak murka.
113
Mr. Rescuer
menggoda dan menjebak Mr. Dante, tidak mungkin Mr. Dante akan
menikahinya!"
"Cih! Kau sama sja! Bukankah kau merebut Felix dari Sarah?" cibir
Sherine.
"Hentikan!"
"Hentikan! Cukup! Ini tempat umum. Malu dilihat orang," aku menarik
mundur Katherine agar tidak menjadi korban kemarahan Sherine.
"Malu? Huh! Mungkin hanya kau yang malu! Kau takut kalau semua
orang tau bahwa kau perempuan murahan?" cerca Sherine.
PLAKK!
114
Mr. Rescuer
Terdengar suara kesiap lalu hening. Aku membuka mataku perlahan dan
membelalak.
"Kenapa anda tidak berpikir terlebih dulu sebelum melakukan hal buruk
seperti ini? lagi-lagi suara dingin Dante terdengar.
"Saya-"
"Dante," aku kasihan melihat wajah pucat pasi milik Sherine. Aku
mengerti bagaimana perasaan Sherine. Ia sudah lama menyukai Dante.
Sayang sekali Dante tidak mempunyai perasaan yang sama. Laki-laki itu
lebih suka bergelut dengan pekerjaannya daripada memikirkan wanita.
115
Mr. Rescuer
---o0o---
116
Mr. Rescuer
---o0o---
117
Mr. Rescuer
"Dante?"
"Aku sudah jatuh hati padamu sejak Mr. Rega menceritakan keponakan
kesayangannya. Matanya selalu berbinar setiap kali bercerita
tentangmu. Awalnya kukira ini hanya perasaan simpati karena
mendengar cerita sedih yang kamu alami. Lalu suatu sore, kami
bertemu dan Mr. Rega mengatakan jika keponakan kesayangannya
berada di rumahnya demi melarikan diri dari masa lalu yang
118
Mr. Rescuer
"Mana mungkin kamu jatuh hati padaku sejak saat itu? Kamu bahkan
belum pernah melihatku," gumamku merapatkan diriku padanya.
"Aku tidak tau. Perasaan itu muncul begitu saja. Dan aku semakin yakin
dengan perasaanku ketika Mr. Rega mempertemukanku denganmu. Dia
bilang, kamu membutuhkan pekerjaan untuk mengalihkan pikiranmu
dari kenangan buruk," Dante menarik nafas lagi. Ia seperti menahan
kegeraman yang tiba-tiba muncul.
"Sebenarnya, terbuat dari apa hati mereka? Besi? Kenapa mereka tega
memperlakukanmu seperti itu?" gumamnya kesal, menautkan alis
tebalnya.
"Tidak. Aku sama sekali tidak tau siapa orang yang dengan bodohnya
memperlakukanmu seperti itu. Tapi saat aku melihat perubahan
119
Mr. Rescuer
Mata Dante memandangku penuh harapan. Aku tau, semua ini benar.
---o0o---
120
Mr. Rescuer
BAB 10
"Katakan saja pada si Boss kalau aku butuh cuti dan terlepas dari
limpahan pekerjaan," dengus Gustav menghenyakkan diri di depan
komputer dan mulai mengerjakan pekerjaan yang seharusnya milikku.
Sudah hampir satu bulan aku pindah ke kantor di mana Jave corporation
berpusat. Aku berusaha keras agar dapat segera menguasai
pekerjaanku.
121
Mr. Rescuer
"Tapi pekerjaanku hari ini sangat banyak. Aku bahkan belum membuat
laporan meeting pagi tadi," kataku terkikik geli membayangkan
kekesalan Gustav karena harus mengerjakan pekerjaanku.
---o0o---
122
Mr. Rescuer
"Ada yang ingin kamu katakan?" tanyanya begitu mobil membawa kami
kembali bergumul dalam deretan panjang di jalan raya.
123
Mr. Rescuer
---o0o---
"Sebenarnya suamimu itu kenapa? Dari tadi memerintahku ini itu tidak
berhenti. Katanya di sini kau meringankan pekerjaanku, tapi kenapa hari
ini aku yang mengerjakan semuanya?" keluhnya dengan nada jengkel.
124
Mr. Rescuer
"Hmm... Calista, bukankah Miss Shanon itu sexy? Dia sangat cantik,
kan? Dia menyukai Mr. Dante sejak lama. Sejak ayahnya, Mr. Bradley
bekerja sama dengan Mr. Dante pertama kali. Kalau tidak salah, itu
sekitar dua tahun yang lalu," beritahu Gustav menggeser kursinya
mendekat dan sedikit berbisik.
Mungkin. Kemungkinan itu selalu ada. Bukankah Miss Shanon itu sosok
yang mudah membuat laki-laki tergoda? Tubuhnya yang menggiurkan
dan wajahnya yang sangat cantik bak boneka Barbie, tentu mudah
baginya untuk menjerat laki-laki manapun.
125
Mr. Rescuer
"Bagaimana kalau Mr. Dante tergoda oleh Miss Shanon?" bisiknya lagi
dengan pertanyaan sama.
---o0o---
Aku membelalak.
"Kenapa?"
126
Mr. Rescuer
"Oya? Lalu tadi itu apa? Kalian duduk sangat dekat, berbisik-bisik, lalu
kamu tertawa begitu lepas," kata Dante bersedekap. Matanya lurus
memandangku.
"Ya itu karena menurutku dia lucu," sahutku asal. Tidak mungkin bukan
aku mengatakan kalau kami sedang membicarakannya dan Miss
Shanon?
"Aku dan Gustav hanya rekan kerja!"suaraku sedikit naik. Aku tidak mau
satu ruangan dengan Dante.
"Kami hanya berteman, Mr. Dante," kataku kesal karena ia tidak mau
mengerti.
"Aku tidak mau tau, Sweetheart. Mulai besok, kamu pindah di ruangan
ini," ujarnya bersikukuh.
127
Mr. Rescuer
Wajah Dante hanya tinggal sesenti. Sedikit saja bergerak maju, bibir
kami sudah saling menempel. Jantungku berdegup makin menggila.
Hasrat untuk menyentuhnya makin membelenggu.
"A-aku tidak-"
128
Mr. Rescuer
---o0o---
Aku dan Dante masih terengah, mengatur nafas yang menderu dan
memburu. Setelah pergulatan panas di ruangan Dante, kami berakhir
dengan posisi aku terlentang di atas meja dengan Dante tertelungkup di
atasku.
129
Mr. Rescuer
"Kamu bisa tertawa bersama Gustav, tapi denganku, kamu diam sejak
siang tadi," Dante memprotes.
"Jangan bohong. Aku tau saat kamu merasa tidak nyaman. Jadi jangan
katakan hanya lelah," Dante mengecup rahangku.
"Aku hanya sedang lelah, Dante. Mungkin itu sebabnya aku lebih banyak
diam sepanjang perjalanan," sahutku mengelak.
CUP!
"Jangan katakan kamu cemburu pada Gustav," aku merona malu setelah
dengan berani mengecup Dante, menghentikannya mencecarku.
130
Mr. Rescuer
"Kamu terlalu sering menyebut nama Gustav sehari ini, Sayang" gerutu
Dante membetulkan celananya dan menyambar kemeja serta jasnya.
"Ini apa?"
131
Mr. Rescuer
Aku menatap memo itu dengan bingung, lalu mulai membaca tulisan
rapi di sana.
Saya sudah mengetuk pintu hingga tangan saya hampir patah, dan saya
tidak bisa menunggu lebih lama. Saya pamit pulang dulu. Selamat
bersenang-senang.
-G
“Abaikan saja. Anggap dia manekin atau radio rusak jika ia mengoceh
besok,” kata Dante melongok dari kamar mandi sebelum ia masuk lagi.
---o0o---
132
Mr. Rescuer
BAB 11
"Apa Mr. Boss ada tamu?" tanyaku melirik pintu ruangan Dante yang
tertutup.
"Sebaiknya kau segera masuk. Kau tau siapa tamunya? Si sexy yang
cantik, Miss Shanon," bisiknya memprovokasiku.
"Whoaaa... kau tidak takut suami kerenmu itu digoda Miss Shanon?"
133
Mr. Rescuer
"Maaf Miss Bradley, mungkin anda bisa memperbaiki proposal anda dan
jika sudah selesai, anda bisa menghubungi Gustav untuk mengambil
dokumen ke kantor anda," ujar Dante sambil berdiri, dengan sopan
134
Mr. Rescuer
"Jadi, mana yang harus aku tanda tangani, Calista? Dokumen yang
kamu bawa itu sudah kuperiksa dan kutanda tangani. Apakah ada yang
kurang? Atau kamu tidak memeriksanya terlebih dulu?" Dante
mengambil salah satu dari dokumen yang kubawa dan membukanya,
menunjukkan padaku.
Wajahku memanas. Benar kata Dante, dokumen yang kubawa itu sudah
selesai ia tanda tangani tanpa terlewat. Ah, bodohnya aku!
---o0o---
Aku sudah seperti tikus kecil terperangkap di antara kursi dan lengan
kokoh Dante menutup aksesku untuk berlari keluar karena malu.
135
Mr. Rescuer
"A-aku salah ambil. Ya, salah ambil," kudorong dada Dante, namun ia
tetap bergeming.
"Dan?"
Kudorong lagi tubuh tinggi besar yang mengungkungku. Kali ini Dante
menegakan tubuhnya dan bersedekap, menyandarkan pinggulnya
kembali ke meja. Matanya yang membiaskan rasa geli makin kentara
terlihat. Sudut bibirnya berkedut, membuatku menggigit bibir
menginginkannya.
"Tidak ada 'dan'. A-aku akan lanjut bekerja," aku terlalu cepat berdiri,
hingga limbung dan nyaris terduduk lagi jika Dante tidak menahan
dengan meraih pinggangku.
136
Mr. Rescuer
Aku menggeleng.
"Benar?"
"Bagaimana?"
"Bohong."
"Ti-dak," kugigit bibir bawahku sedikit keras. Aku gugup. Nalar dan
hatiku bertolak belakang.
137
Mr. Rescuer
---o0o---
Aku baru saja keluar dari kamar mandi. Dante buru-buru meletakkan
Ipad-nya dan memandangku. Kucoba mengabaikannya. Ia terus
medesakku untuk mengatakan hal tidak jujur apa yang aku tuduhkan
padanya hingga kami kembali ke rumah.
138
Mr. Rescuer
"Tidak. Aku dan Miss Bradley tidak pernah menjalin hubungan, jika itu
yang kamu ingin tau," potong Dante cepat.
"Bukan itu. Aku... uhm..." aku bingung harus mengatakan apa. Tapi
setiap mereka berdua terlihat dekat, aku merasakan ada sesuatu yang
asing, yang tidak kusuka dalam hatiku.
139
Mr. Rescuer
"Apakah aku harus menikahi semua wanita yang menyukaiku? Aku tidak
mungkin menikahi mereka semua, Calista. Lagipula, aku sangat
mencintai istriku. Sebaliknya, aku yang khawatir kamu akan
meninggalkanku," Dante mengecup pucuk hidungku, lalu menyentuhkan
hidungnya ke hidungku.
"Aku berharap tidak terlalu lama untuk bisa membuatmu jatuh cinta
padaku," ujar Dante pelan.
140
Mr. Rescuer
---o0o---
Interaksi kedua orang yang berjarak empat meter di depanku itu benar
benar menyakitkan mata dan hati. Yang wanita, dengan segala
kemampuan dan aset yang ia punya, berusaha menarik perhatian sang
lelaki. Bahasa tubuhnya menunjukkan bahwa ia menjadikan sang lelaki
target utama untuk menjadi pasangannya, tidak peduli status sang lelaki
adalah suami orang.
Ya, kedua orang itu adalah Miss Shanon dan Dante. Sejak mejaku
dipindahkan menjadi satu ruang dengan Dante, sudah tiga kali ini aku
melihat pemandangan seperti itu. Dan sepertinya aku belum juga
terbiasa. Rasanya masih sama. Menyakitkn mata dan hati. Semakin lama
bukannya semakin terbiasa, justru semakin sakit. Dan setiap kali aku
merasakan hatiku sakit, lambungku ikut berulah. Rasanya menjadi mual
dan ingin muntah.
Kali ini aku tidak tahan lagi. Dengan terburu-buru aku bangkit dan
berlari keluar, menuju toilet yang terletak di ujung lantai dua puluh lima
141
Mr. Rescuer
ini. Tepatnya berseberangan sekitar dua puluh lima meter dari meja
Gustav.
Hampir lima belas menit aku di toilet, mengeluarkan isi perutku hingga
tenggorokanku terasa sakit, akhirnya aku keluar sambil menyeka peluh
dan menutup mulutku dengan tissue.
Aku berhenti ketika melihat wajah cemas Dante yang berdiri di depan
pintu luar toilet.
"Dia pulang," sahut Dante tak acuh, lalu wajahnya kembali menunjukkan
kecemasan.
"Pulang?"
142
Mr. Rescuer
"Sungguh?"
"Aku tidak enak dengan Gustav. Dia pasti kerepotan," kulihat tidak ada
Gustav di mejanya. Kemana dia?
"Tentu dia kerepotan. Tapi tidak apa-apa. Kali ini dia pasti senang
dengan kerepotannya," Dante terkekeh kecil.
Aku mengernyit tidak mengerti maksud Dante, tapi Dante hanya fokus
membawaku ke kamar di balik ruangannya. Dengan hati-hati ia
membaringkanku di tempat tidur, menyelimutiku dan mengecup
keningku.
---o0o---
Perutku bergolak lagi. Sebisa mungkin, kutahan rasa mual yang mulai
menyerangku. Aku tidak mau membuat Dante cemas dan mengabaikan
peekerjaannya. Saat ini ia tengah menerima telepon dari Miss Shanon.
143
Mr. Rescuer
Keringat mulai membasahi telapak tangan dan keningku. Mual ini terasa
menyiksa.
Aku ini kenapa sebenarnya? Kenapa akhir-akhir ini aku sering merasa
mual? Dan anehnya, mual itu muncul jika melihat Miss Shanon ataupun
mendengar apapun tentang wanita itu.
Hampir sepuluh menit, akhirnya aku mendesah lega saat kurasakan aksi
lambungku perlahan mulai mereda. Setelah berkumur dan merapikan
diriku yang sedikit berantakan, aku segera keluar dari toilet.
144
Mr. Rescuer
---o0o---
145
Mr. Rescuer
BAB 12
146
Mr. Rescuer
semakin tidak bisa jauh dari Dante. Tidak bisa tidur jika tidak dalam
pelukan Dante, nafsu makanku lenyap jika tidak bersama Dante.
"Tapi aku mau jalan-jalan ke Mall," rengekku. Hufftt... satu lagi, aku
menjadi manja pada Dante.
"Oke oke, jangan marah. Kita ke mall. Kamu mau belanja apa?"
147
Mr. Rescuer
"Belum tau. Saat ini aku cuma ingin jalan-jalan," sahutku senang.
---o0o---
148
Mr. Rescuer
"Tapi-"
"Dante."
"Caca."
149
Mr. Rescuer
Aku dan Dante menoleh bersamaan. Dari arah yang berbeda, Miss
Shanon dan Oris tengah berdiri dan mulai mendekat ke arah kami.
"Tidak ada yang bisa kita bicarakan saat ini. Maaf, istriku sedang hamil
muda. Kami harus pulang sekarang," putus Dante membuat
para bodyguard-nya bersiaga.
"Maaf, saya tidak mengijinkan istri saya berbicara berdua dengan anda,"
sambar Dante dengan nada tidak suka yang terdengar jelas.
150
Mr. Rescuer
Aku dan Dante saling memandang. Aku tau, Dante tidak suka dengan
keberadaan Oris yang tiba-tiba muncul di London. Dan aku juga tidak
suka dengan keberadaan Miss Shanon di sekitar Dante.
---o0o---
Dari sana aku menyadari bahwa perasaanku pada Oris perlahan mulai
terkikis.
151
Mr. Rescuer
Kuangkat kepalaku.
Aku melirik lagi ke meja dimana Dante dan Miss Shanon tengah bicara,
lalu menghela nafas memfokuskan diri pada Oris sambil menahan mual.
Astaga! Aku baru sadar kalau bayi dalam kandunganku menambah satu
orang lagi yang tidak disukainya!
"Bukan urusanmu, Ris," aku menoleh, melihat interaksi Dante dan Miss
Shanon. Terlihat rahang Dante mengetat.
152
Mr. Rescuer
"Jika itu bisa membuatmu kembali pada Bia dan berhenti mengusikku,
maka jawabannya adalah iya. Dante adalah pria yang mudah dicintai.
Dan ya, aku sudah jatuh cinta padanya," kutatap mata Oris lurus-lurus.
"Akhirnya, aku tau sesakit apa hatimu, Ca. Maafkan kedua orang tuaku.
Maafkan juga aku yang tidak bisa tegas menentang mereka. Terima
kasih sudah memberiku kesempatan mengukir kenangan manis dan
menjadi bagian dari hidupmu di masa lalu. Aku akan pulang ke
Indonesia. Doakan, agar aku bisa mencintai Bia seperti kau bisa
mencintai suamimu," kutegarkan hatiku melihat wajah kalah Oris.
"Jaga Bia baik-baik, Ris. Sebenarnya, Bia lebih menderita daripada kita,"
kataku berdiri mengikuti Oris.
---o0o---
153
Mr. Rescuer
Aku melirik Dante yang terdiam menatap lurus ke depan. Air mukanya
datar, tak terbaca. Kami sedang dalam perjalanan pulang. Pertemuan
dengan Oris membuatku berharap, Oris bisa melupakanku dan mulai
menerima Bia.
Aku melirik Dante lagi. Ia masih di posisi yang sama. Perutku masih
bergejolak meskipun aku menahannya. Apakah ia dan Miss Shanon...
Kunaikkan alisku.
"Huh?"
154
Mr. Rescuer
Aku memeluknya.
"Aku juga sudah menegaskan pada Oris, bahwa aku sudah jatuh cinta
sejatuh-jatuhnya pada suamiku," ucapku pelan.
Hening.
"Apa... apakah yang kamu katakan itu sungguh, atau hanya untuk
menghindari Oris?"
155
Mr. Rescuer
156
Mr. Rescuer
---o0o---
157
Mr. Rescuer
"Atau aku saja yang pergi? Kamu istirahat saja di rumah," katanya
mengecup pelipisku.
---o0o---
Kedatangan Mama, Papa dan Deanne menjadi surprise yang sukses dari
Dante untukku. Ia memberikan kebahagiaan bertubi-tubi padaku.
158
Mr. Rescuer
“Aku tidak membuatnya khawatir, Pa. Aku terlalu senang bertemu Mama
dan Papa,” bagaimanapun, aku ini anak tunggal. Bermanja pada Papa
adalah hal biasa yang kulakukan sejak kecil. Dan kurasa, saat ini aku
sedang merindukan masa kecilku dulu.
159
Mr. Rescuer
“Ehem!”
160
Mr. Rescuer
“Kakakku yang tampan, Mama dan Papa di sini. Apa kamu tega
membiarkanku sendiri di sana?”
“Hotel itu akan segera diresmikan begitu semuanya siap. Tapi kamu
malah berada di sini?”
“Dante, aku bisa mati kesepian merindukan Mama, Papa dan kalian!”
seru Deanne mengerucutkan bibirnya.
“Biarkan Deanne di sini selama ia mau. Aku jadi punya teman kalau dia
di sini,” bujukku agar ia membiarkan Deanne tinggal.
“Tidak! Aku mau di sini! Mama dan Papa di sini, Dante!” rengek Deanne
membuatku tersenyum.
161
Mr. Rescuer
---o0o---
162
Mr. Rescuer
BAB 13
"Masuk!"
"Ada apa?" dengus Dante ketika Gustav tidak segera menghampiri meja
Dante, tetapi justru melemparkan seringai menggodaku. Ia pasti
berasumsi bahwa aku dan Dante sedang make out ketika ia mengetuk
pintu dan mengganggu.
163
Mr. Rescuer
"Ehm... proposal Miss Shanon masih belum dikirim. Jika sampai nanti
sore proposal itu tidak masuk, apakah besok masih tetap meeting?"
tanya Gustav kini menghadap sepenuhnya pada Dante.
"Baik Mr. Dante. Saya akan segera kirimkan email undangannya, minus
Miss Shanon," Gustav mengangguk.
"Sudah baikan?"
164
Mr. Rescuer
---o0o---
"Sekarang sudah tenang kan Kak? Sebentar lagi juga punya cucu," kata
Om Rega yang dibalas senyum oleh Papa.
165
Mr. Rescuer
"Iya. Sudah tiga hari kalian di sini, tapi tidak mampir ke rumah," ujar
Om Rega lagi.
"Biar besok aku saja yang mengantar Mama dan Papa ke rumah Om dan
Tante," seru Deanne bersemangat.
"Boleh. Kita menginap saja beberapa hari," angguk Mama dengan mata
berbinar senang. Papa juga ikut mengangguk mengiyakan.
Aku menendang kaki Dante pelan. Ia meletakkan garpu dan pisau steak
nya, lalu menoleh padaku.
"Tidak."
"Oke. Kamu boleh ikut mereka. Tapi buat surat resign dulu," sahut
Dante pelan lalu kembali menyuapkan potongan daging sapi itu ke
mulutnya.
166
Mr. Rescuer
"Besok bukan hari libur, Sweetheart. Aku harus bekerja," kata Dante
memberi pengertian padaku.
"Aku kan bisa cuti, Dante. Kamu tidak perlu khawatir. Ada Papa, Mama,
Om, Tante dan Deanne yang akan menjagaku," bujukku, berharap
Dante mengabulkan keinginanku.
"Take it or leave it," kata Dante meraih gelasnya dan meminum isinya.
Rasanya aku ingin menangis karena kesal. Tapi aku tidak mau mereka
tau.
"Aku ke toilet dulu," aku berdiri dan berjalan menuju toilet tanpa
menunggu jawaban dari mereka semua.
167
Mr. Rescuer
Aku terkejut ketika melihat Dante berdiri dengan gelisah sekeluarku dari
toilet. Ia menarik dan menatapku dari atas kepala sampai kaki.
Aku menggeleng.
"Iya. Tapi janji ya, weekend nanti kita ke rumah Om Rega," kataku
akhirnya.
---o0o---
168
Mr. Rescuer
Aku melirik jam tanganku. Sudah hampir jam satu dan mereka belum
kembali. Kupandangi makanan yang tergeletak di meja sofa. Makanan
itu sudah diantar satu jam yang lalu. Dan Dante sudah mengirimku
pesan untuk makan terlebih dulu. Tapi mana enak kalau makan
sendirian? Huh, sejak bersama Dante, aku terbiasa makan berdua
dengannya. Dan jika makan sendirian, rasanya ada yang kurang.
Pintu terbuka. Aku menoleh dan membelalak melihat siapa yang masuk.
Perutku bergolak. Astaga, kenapa Miss Shanon bisa masuk kemari?
"Mana Dante?"
169
Mr. Rescuer
"Aku tidak tau apa yang Dante lihat darimu. Kau sama sekali tidak
pantas menjadi istri Dante! Atau... jangan-jangan apa yang kudengar
dari Sherine itu benar? Kau menjebak Dante!" Miss Shanon bersedekap,
menyipitkan mata, memandangku sinis.
"Perempuan sial! Kau pikir badanku bau, sampai kau harus membaui
minyak aroma terapi?" serunya sengit.
"Bu-bukan...."
"Please Miss, saya harus ke toilet," aku membekap mulutku lagi. Aku
benar-benar tersiksa.
170
Mr. Rescuer
Aku sudah tidak tahan lagi. Kudorong tubuhnya sekuat tenaga, lalu
berlari keluar dari ruangan Dante, berniat menuju toilet di ujung lorong.
Teriakan kesal Miss Shanon tidak kuhiraukan.
Dan...
BRUKK!!
---o0o---
171
Mr. Rescuer
Saat aku berlari keluar tadi, aku menubruk Dante yang hendak masuk
ke dalam ruanganya. Rupanya meeting-nya sudah selesai. Dan Gustav
buru-buru masuk begitu mendengar teriakan Miss Shanon. Yang aku tau
hanya Dante memelukku erat, membenamkan wajahku di dada
bidangnya dan menutup kedua telingaku, sementara Gustav membawa
Miss Shanon keluar dari ruangan Dante. Dan aku tidak tau kemana
Gustav membawa Miss Shanon setelahnya.
172
Mr. Rescuer
"Gustav sudah mengurusnya. Kamu mau ke rumah Mr. Rega kan? Kita
pulang dan bersiap-siap."
"Jadi menyusul Mama dan Papa tidak?" tanya Dante mengulum senyum.
"Jadi. Tapi-"
---o0o---
173
Mr. Rescuer
"Jangan lari-"
"Mr. Rega dan Deanne kemana, Pa?" tanya Dante menoleh kekanan dan
kiri, mencari dua sosok yang sedari kami datang, tidak nampak batang
hidungnya.
174
Mr. Rescuer
"Dante mengajakku libur dan datang lebih awal, Tante," aku yang
menjawab. Dante duduk dengan mata lurus memandangku.
"Om mau bantu Mama dan Tante kamu. Kalian istirahat saja di kamar,"
Om Rega dan Papa berdiri setelah Dante mengangguk. Mereka
meninggalkan kami berdua.
Aku menggeleng.
175
Mr. Rescuer
"Dante, malu! Mereka semua sibuk menyiapkan makan siang, dan kita
enak-enakan di kamar?"
"Mereka maklum."
"Tapi-"
CUP!
176
Mr. Rescuer
"Aku? Aku tidak memeluk laki-laki lain," kilahku dengan mata melebar.
"Aku cemburu."
"Ha?"
Astaga! Kenapa Dante jadi semanis ini? Eh? Dari dulu dia manis padaku.
Tapi ini.... aku bisa diabetes kalau dia terus seperti ini. Kulingkarkan
kedua lenganku di lehernya, menariknya lebih dekat.
177
Mr. Rescuer
Namun saat bersamaku, aku melihat sisi lain darinya. Dante mudah
tersenyum bahkan tertawa. Kadang ia juga bersikap manja, childish dan
over protektif. Dan satu lagi yang kurasa saat ini, dia begitu
menggemaskan dengan rasa cemburunya yang tanpa pandang bulu.
Bahkan dengan Papa dan Om Rega pun ia cemburu.
178
Mr. Rescuer
Hampir saja kami berbuat lebih jauh ketika ketukan Deanne di pintu
terdengar dan ia berteriak memberitahukan bahwa makan siang sudah
siap.
--- T H E E N D ---
179
Mr. Rescuer
EPILOG
"Lapar," bisiknya.
"Masak apa?"
"Spaghetti?"
180
Mr. Rescuer
Aku mengangguk.
181
Mr. Rescuer
"Hmm... tidak ada alasan lain? Dia masih terlalu kecil, Dante,"
kuletakkan pasta spaghetti dan sausnya di meja saat Dante membalik
tubuhku menghadapnya.
"Tapi dia laki-laki. Kamu tau kan, aku selalu cemburu pada siapapun
yang memelukmu?"
182
Mr. Rescuer
"Panggil Elo. Kita makan siang bersama, setelah itu, terserah apa
maumu, Mr. Dante," kukedipkan mataku sambil tersenyum genit.
Dante menyeringai.
Anak pertama kami, Diangelo Jeofre Javonne, kini berusia tujuh tahun
dan bersekolah di sekolah dasar. Wajahnya banyak mirip denganku,
namun sifat dan postur tubuhnya seperti Dante. Matanya kebiruan,
sangat Dante.
---o0o---
183
Mr. Rescuer
"Hanya berdua?"
184
Mr. Rescuer
"Kenapa di sini?" tanyaku terengah. Aku tentu saja heran, kenapa Dante
justru membawaku ke ruang kerjanya alih-alih ke kamar kami.
"Karena anak-anak tidak akan berani masuk kemari. Jadi kita aman,"
seringainya sambil berusaha melepaskan pakaianku.
""Dante, ini hampir waktu makan siang. Anak-anak pasti sudah lapar,"
aku mengingatkan.
185
Mr. Rescuer
"Baiklah Mr. Dante. Saya siap menjadi sekretaris anda selama dua
minggu nanti. Kemana perjalanan bisnis anda kali ini?"
"Tidak ada bisnis. Aku akan membuatmu benar-benar hanya miliku, dan
aku milikmu. Dan.... aku benar-benar tidak sabar menunggu tiga hari
lagi," ujarnya mengetatkan pelukannya hingga bibir kami bersentuhan.
186
Mr. Rescuer
---o0o---
187
Mr. Rescuer
Diangelo dan Elara memang buah cinta kami. Aku dan Dante
menyayangi dan mengasihi mereka sepenuh hati. Namun
bagaimanapun, Dante adalah suamiku. Aku ada untuk melengkapi
hidupnya, begitupun Dante yang ada untuk melengkapi hidupku. Kami
akan menua bersama, sementara anak-anak akan mempunyai
kehidupan mereka sendiri.
188
Mr. Rescuer
"Jika kamu terus menerus seperti ini," sahutku menggigit bibir. Tusukan
di pahaku makin terasa.
"Ya ampun! Apakah hari ini kamu berniat mengurungku seharian? Ini
sudah hampir lewat makan pagi, Dante," protesku.
Aku menyerah. Dante dan gairahnya adalah perpaduan yang tidak bisa
ditolak.
189
Mr. Rescuer
--- FIN.---
190