RPKPKP - Medan Belawan
RPKPKP - Medan Belawan
PEMBANGUNAN DAERAH
KOTA MEDAN
LAPORAN
Lapora ini merupakan laporan pada pekerjaan “Masterplan Penataan Kawasan Wisata Tepi
Air Belawan”, Tahun Anggaran 2012. Hal ini sebagai hasil bentuk kerja sama antara
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Medan dengan PT. Noupara sebagai
pihak pelaksana.
Dengan tersusunnya Laporan ini, diharapkan menjadi acuan untuk Pelaksanaan pekerjaan
pada tahap selanjutnya. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam proses penyusunan laporan ini.
i
Masterplan Penataan Kawasan Wisata Tepi Air Belawan
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
ii
Masterplan Penataan Kawasan Wisata Tepi Air Belawan
iii
Masterplan Penataan Kawasan Wisata Tepi Air Belawan
iv
Masterplan Penataan Kawasan Wisata Tepi Air Belawan
v
Masterplan Penataan Kawasan Wisata Tepi Air Belawan
Tabel 3.1. Luas Wilayah Kecamatan Medan Belawan Tahun 2010.......... III - 1
Tabel 3.3. Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Pegawai Negeri ........ III - 3
Tabel 3.4. Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Pegawai Swasta ....... III - 4
Tabel 3.7. Garis Besar Peruntukan Lahan tiap Kelurahan ...................... III - 20
Tabel 4.1 Curah Hujan Bulanan Kota Medan dan Sekitarnya tahun
1993 - 2008 ..................................................................... IV - 15
vi
Masterplan Penataan Kawasan Wisata Tepi Air Belawan
Tabel 6.1. Kebutuhan Jaringan Pipa Air Bersih yang berasal dari Air
vii
Masterplan Penataan Kawasan Wisata Tepi Air Belawan
viii
Masterplan Penataan Kawasan Wisata Tepi Air Belawan
Gambar 3.8 Opsi – Perencanaan Perumahan dalam Vision Plan ............... III - 17
Gambar 4.2 Kerangka Pola Pikir Pengembangan Kawasan Kota Pantai ..... IV - 11
Gambar 4.11 Peta Jalan Transportasi Kelurahan Bagan Deli Belawan ......... IV - 27
ix
Masterplan Penataan Kawasan Wisata Tepi Air Belawan
Gambar 4.16 Sitem drainse yang ada di Kelurahan Bagan Deli .................. IV - 33
Gambar 4.19 Peta Kondisi Air dan Jaringan Listrik Bagan Deli ................... IV - 36
Gambar 6.5 Peta Rencana Sirkulasi Jalan Inlet dan Outlet . ..................... VI - 14
Gambar 6.6 Skematik Penempatan Pipa dan Pemasangan Trush Block ..... VI - 17
Gambar 6.10 Peta Rencana Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial ................. VI - 25
x
BAB I
PENDAHULUAN
S
alah satu kawasan tepi air yang potensial untuk dibangun adalah kawasan tepi air Belawan.
Kawasan tersebut mempunyai potensi untuk dibangun sebagai sarana rekreasi wisata tepi air
mengingat di kawasan tersebut merupakan tempat bermuaranya sungai – sungai besar
antara lain Sungai Deli dan Sungai Belawan yang didominasi dengan rona lingkungan yang alami.
Pada umumnya masyarakat setempat sangat menggantungkan kehidupannya pada keberadaan
sungai – sungai tersebut.
Dengan adanya pembangunan kawasan tepi air Belawan sebagai sarana rekreasi wisata tepi air
ataupun sarana sosial ekonomi lainnya, maka diharapkan menjadi suatu kawasan yang hidup
(livable) dan membangkitkan aktivitas sosial ekonomi bagi masyarakat setempat. Kawasan tepi air
Belawan tersebut juga merupakan bagian dari konsep Pemerintah Kota Medan bersama – sama
dengan Pemerintah dalam rangka pengembangan kawasan minapolitan Kota Medan yang
merupakan salah satu upaya percepatan dan pemerataan pembangunan di kawasan pesisir.
Pembangunan kawasan tepi air Belawan perlu dikendalikan dengan penerapan prinsip
perancangan yang baik. Prinsip perancangan kawasan tepi air Belawan dirumuskan agar
pembangunan kawasan ini pada masa mendatang mempertimbangkan keunikan, kespesifikasian
kawasan, lingkungan, dampak pembangunan, persoalan yang ada dan yang berpotensi timbul, serta
tidak hanya mempertimbangkan faktor efisiensi dalam pemanfaatan lahan, namun juga potensi
ekonomi dan aktivitas produktif lainnya.
Pembangunan kawasan wisata ini diharapkan dapat menciptakan kawasan rekreasi wisata yang
diyakini dapat mendatangkan prospek cerah yang akan mempercepat dan mempeluas pertumbuhan
ekonomi daerah dengan hasil pembangunan dan kesejahteraan yang dapat dinikmati secara adil dan
merata serta menjadi salah satu pusat kegiatan ekonomi terbesar di Sumatera Utara.
1.2.1 Maksud
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menciptakan ruang dan lingkungan yang berkualitas,
II-1
lebih tertata, aman, nyaman, serasi dan berwawasan lingkungan.
1.2.2 Tujuan
Keluaran kegiatan ini mempunyai tujuan untuk :
Menyusun rencana pengembangan kawasan tepi air Belawan sebagai pedoman
pembangunan dan arahan perwujudan fisik segmen – segmen kawasan perencanaan guna
menunjang kegiatan wisata tanpa mengaburkan identitas kawasan;
Membuat model perancangan kawasan tepi air yang tanggap terhadap potensi dan
permasalahan lingkungan sekitar baik di sekitar kawasan perencanaan maupun kota
Medan secara keseluruhan.
Membuat model perancangan kawasan tepi air yang tanggap terhadap potensi dan
permasalahan lingkungan sekitar baik di sekitar kawasan perencanaan maupun kota
Medan secara keseluruhan.
1.2.3 Sasaran
Adapun sasaran pengembangan kawasan tepi air Belawan adalah:
Meningkatkan kualitas lingkungan kawasan permukiman pada kawasan perencanaan.
Menciptakan fasilitas publik yang mampu memberikan daya tarik bagi pengunjung.
Mengakomodasi peluang ekonomi yang tumbuh dari masyarakat setempat melalui
pengembangan kawasan wisata tepi air.
Wilayah studi berada di Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan sebagaimana
gambar berikut di bawah ini :
II-2
Gambar 1.1 Wilayah Kecamatan Medan Belawan
Titik awal dari perkembangan suatu kota sangat beraneka ragam, tetapi yang terutama dan
berpengaruh adalah ketersediaan air dan bahan makanan bagi manusia. Kondisi ini meyebabkan
II-3
tumbuhnya kota-kota di kawasan tepi air pada masa tersebut, khususnya kawasan tepi
laut/pantai yang memiliki arti penting bagi kota, baik yang bersifat strategis, ekonomis dan juga
ekologis.
Peran strategis kawasan tepi air dapat dilihat dari peninggalan kota-kota benteng di tepi air,
peran ekonomis dengan munculnya kota-kota dagang dan peran ekologis terlihat pada kota-kota
berbasis agraris. Namun sejarah menggambarkan bahwa peran kawasan tepi air juga cenderung
menurun dan ditinggalkan seiring dengan pesatnya perkembangan kota dan perkembangan
teknologi transportasi yang semakin maju.
Kawasan tepi laut/pantai hanya dijadikan sebagai sarana transportasi darurat, tempat
pembuangan sampah dan limbah, serta daerah belakang (backyard) dari penataan bangunan.
Kondisi ini menyebabkan kawasan tepi laut/pantai menjadi kumuh, padahal kawasan ini
merupakan salah satu elemen fisik ruang atau kawasan yang turut berperan dalam membentuk
identitas dan karakteristik kawasan. Kesadaran akan kondisi ini dan kelestarian lingkungan
mengakibatkan kawasan tepi laut/pantai mulai dipertimbangkan kembali sebagai elemen
pembentuk ruang kota yang unik dan khas. Kawasan tepi laut/pantai tidak dianggap lagi sebagai
daerah belakang melainkan daerah depan (frontyard) yang berharga, sehingga muncul kota-kota
tepi air (urban waterfront) yang dapat dilihat pada Gambar dibawah ini :
II-4
Gambar 1.2. Kerangka Berpikir Kegiatan Penyusunan Masterplan
Penataan Kawasan Wisata Tepi Air Belawan
II-5
A. Persiapan
B. Pengumpulan Data
Selanjutnya berdasarkan atas rekomendasi dari pemberi tugas yang didapatkan Konsultan
selama tahap persiapan, khususnya metode survey, akan dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai
berikut :
1. Data Primer, melakukan survey lapangan tentang kondisi permukiman dan lingkungan
di lokasi studi.
2. Data Sekunder, melakukan survey ke Instansi terkait khususnya Bappeda Kota Medan,
Kantor Kelurahan serta kelembagaan formal maupun non-formal termasuk
pengumpulan data harga satuan provinsi untuk bahan, material, dan upah tenaga kerja
serta harga satuan transportasi.
Mengelompokkan data kuantitatif dan kualitatif sebagai bahan analisis dan pemrosesan data
terkait kebijakan dan rencana pengembangan kawasan Bagan Deli yang terkait
pembangunan kawasn tersebut.
II-6
D. Analisis
Melakukan analisis data sehingga menghasilkan aspek kuantitatif dan aspek kualitatif yang
dapat dipakai sebagai bahan untuk menyusun konsep dan penyusunan Master plan Penataan
Kawasan Wisata Tepi Air Belawan. Analisis dimulai dengan Mengidentifikasi persoalan dan
potensi kawasan perencanaan melalui analisa SWOT untuk menentukan kriteria perencanaan.
Selain itu, menganalisis kebijakan dan melakukan studi literatur prinsip-prinsip penataan
kawasan tepi air.
Penyusunan Masterplan sesuai dengan analisis yang dilakukan pada setiap tahapan kegiatan
mulai dari survey, identifikasi, disain, dan lain-lain.
Dokumen Masterplan Penataan Kawasan Wisata Tepi Air Belawan terdiri dari:
a) Laporan Kondisi eksisting (kondisi wilayah, kondisi permukiman, konsep yang
direncanakan)
b) Analisis tiap bangunan utama, bangunan pendukung, mekanikal dan elektrikal,
transportasi hingga mencapai lokasi, dan pekerjaan lainnya.
c) Album gambar berisi gambar untuk bentuk perumahan, bangunan fasilitas umum, dan
sarana dan prasarana yang ada di lokasi.
F. Pembahasan
Melakukan pembahasan pada setiap kegiatan dengan pemberi tugas dan Tim Teknis yang
akan ditunjuk oleh Kepala Bappeda, serta aparat yang terkait. Konsultan melaksanakan
pembahasan /diskusi pada Laporan Pendahuluan dan Laporan Draft Final,(dilaksanakan
sebelum laporan tersebut dapat diterima oleh pemberi tugas).
G. Keluaran
Keluaran dari kegiatan Penyusunan Masterplan Penataan Kawasan Wisata Tepi Air Belawan
dokumen Masterplan Penataan Kawasan Wisata Tepi Air Belawan, yang terdiri dari:
II-7
4. Keluaran yang akan dihasilkan;
5. Identifikasi peraturan-peraturan terkait, standard-standard terkait
6. Menyajikan, kebijakan pemerintah, dan studi banding yang sudah
berhasil;
7. Metodologi pekerjaan;
8. Kriteria perencanaan;
9. Hasil survey pendahuluan;
II-8
c. Laporan Final yang merupakan penyempurnaan laporan semi rampung (Laporan Draft
Final) dengan mengakomodir rekomendasi yang dihasilkan pada waktu pembahasan
laporan draft final yang antara lain memuat:
No Produk
1. Laporan Final
2. Album Peta
Peta orientasi lokasi
Peta administrasi
Peta konsep penanganan kawasan
Peta rencana struktur ruang kawasan
Peta rencana pola pemanfaatan ruang
Peta rencana prasarana (jalan dan drainase)
Peta rencana sirkulasi
Peta rencana fasilitas umum dan sosial
Visualisasi perencanaan
Secara ringkas materi penyusunan Masterplan Penataan Kawasan Wisata Tepi Air Belawan:
Mengidentifikasi persoalan dan potensi kawasan perencanaan melalui analisa SWOT untuk
menentukan kriteria perencanaan;
Mengidentifikasi kepemilikan lahan di kawasan perencanaan;
Menganalisis kebijakan dan melakukan studi literatur prinsip-prinsip penataan kawasan
tepi air;
Menyusun konsep dan prinsip-prinsip penataan kawasan wisata tepi air Belawan yang
terinntegrasi dengan lingkungan sekitar;
Membuat simulasi penataan kawasan wisata tepi air belawan;
Menyusun kelembagaan pengelolaan kawasan tepi air Belawan;
Menyusun program dan kegiatan indikatif serta perkiraan biaya untuk perencanaan jangka
pendek dan jangka menengah (lima tahun).
Pekerjaan Masterplan Penataan Kawasan Wisata Tepi Air Belawan mulai dari persiapan
administrasi sampai berakhirnya kegiatan direncanakan berlangsung 3(tiga) bulan.
II-9
1.4 DASAR HUKUM
Beberapa peraturan perundangan yang dijadikan landasan dalam kegiatan penyusunan Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Daerah Kota Medan, antara lain : ‘’
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Evaluasi dan
Pengendalian Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
4. Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan
Tahun 2011 – 2031.
5. Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Kota Medan Tahun 2011 – 2015.
6. Keputusan Walikota Medan Nomor 020/2144.K/2011 tentang Standar Harga Barang – Barang
Untuk Keperluan Pemerintah Kota Medan.
12.Undang – Undang Nomr 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
14.Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2010 Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam
Penataan Ruang.
II-10
1.5 SISTEMATIKA PENYUSUNAN
Untuk mempermudah memperoleh gambaran yang jelas dan lengkap tentang pekerjaan
Pembuatan Masterplan Penataan Kawasan Wisata Tepi Air Belawan ini, dapat diuraikan dalam 4
(empat) bab dengan garis besar isi setiap bab yang diuraikan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan mengenai latar belakang penyusunan, maksud dan tujuan studi, ruang
lingkup pekerjaan, metodologi pendekatan dan sistematika pembahasan.
Pada tahapan ini yang dilakukan adalah menjabarkan konsep-konsep pengembangan yang
sesuai dengan kondisi kawasan dengan mempertimbangkan analisis yang dilakukan
II-11
sebelumnya. Sebelum menyusun konsep diuraikan terlebih dahulu prinsip perencanaan
normatif dan prinsip umum penataan kawasan. Setelah itu dikembangkan konsep
pengembangan yang terdiri dari konsep zonasi kawasan, konsep penataan bangunan dan
konsep penataan sirkulasi. Dengan mempertimbangkan hasil analisis, prinsip dan konsep
pengembangan maka dapat disusun strategi apa saja yang dapat diterapkan untuk
merencanakan pengembangan kawasan wisata air bagan deli.
Rencana pengembangan disusun berdasarkan konsep, prinsip dan strategi yang telah
diuraikan dalam bab sebelumnya. Rencana pengembangan disusun dengan melihat kondisi
teknik kawasan. Rencana pengembangan terdiri dari rencana pembagian zona kawasan,
rencana struktur ruang kawasan, rencana pola pemanfaatan ruang, rencana sistem drainase,
rencana sirkulasi dalam kawasan, rencana air bersih, rencana sanitasi dan air kotor, rencana
fasilitas umum dan sosial, rencana RTH, rencana pengembangan kegiatan pariwisata dan
rencana pengembangan perumahan dan permukiman. Selain menyusun rencana, pada bab
ini juga disusun pengendalian pemanfaatan ruang.
Pada bab ini akan dijelaskan tahapan pelaksanaan pembangunan dan indikasi program
pembangunan kawasan wisata air bagan deli. Indikasi pembangunan kawasan perencanaan
akan direncanakan selama 5 tahun 2013 – 2017.
II-12
BAB I I
TINJAUAN KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN
Kajian terhadap kebijakan pengembangan wilayah Kota Medan mencakup kajian terhadap visi dan
misi pembangunan, prioritas pembangunan, dan arahan pemanfaatan ruang wilayah Kota Medan
yang terkait dengan Kecamatan Medan Belawan.
Kota Medan dengan jumlah penduduk lebih dari dua juta jiwa, telah ditetapkan di dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)
Sumatera Utara sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Hal ini mempunyai arti bahwa Kota
Medan mengemban tugas tidak hanya melayani wilayah administratifnya tetapi juga melayani
kegiatan skala nasional dan wilayah yang lebih luas, yaitu provinsi dan beberapa provinsi yang
ditandai dengan keberandaan Bandara Polonia (saat ini dalam pemindahan ke Bandara Kuala
Namu) dan Pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan Hub Internasional.
Luas wilayah administrasi Kota Medan adalah seluas 26.510 Ha yang terdiri dari 21 (dua puluh
satu) Kecamatan dengan 151 kelurahan yang terbagi dalam 2000 lingkungan. Kecamatan Medan
Labuhan memiliki luas wilayah terbesar yaitu 3.667 Ha (13,83 % dari total wilayah Kota Medan).
Kecamatan Medan Belawan merupakan daerah yang memiliki luas terbesar kedua yaitu sekitar
2.625 Ha.
Untuk mewujudkan tujuan pembangunan tersebut, maka melalui Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Medan Tahun 2010-2030 ini, ditetapkan beberapa Tujuan Penataan Ruang Kota Medan,
yaitu:
II-1
a. mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan serta mempunyai
daya saing dan daya tarik sebagai daerah tujuan investasi;
b. memanfaatkan ruang daratan, lautan dan udara untuk aktifitas pembangunan kota berbasis
ekonomi di sektor perdagangan dan jasa, pariwisata, serta industri yang berwawasan
lingkungan.
Tujuan penataan ruang wilayah kota ini diharapkan akan menjadi acuan utama Kota Medan dalam
mewujudkan pembangunan Kota Medan sebagai Pusat Kegiatan Nasional, Pusat Kegiatan Wilayah
di Sumatera Utara dan mendukung fungsi Kota Medan sebagai bagian dari kawasan metropolitan
Mebidangro.
Rencana Struktur Ruang wilayah kota adalah rencana susunan pusat-pusat pelayanan kegiatan
kota yang berhirarki sampai 20 tahun mendatang yang satu sama lain dihubungkan oleh sistem
jaringan prasarana wilayah kota. Pengembangan struktur ruang Kota Medan dilakukan dengan
beberapa pertimbangan salah satunya adalah :
1. Mengembangkan kawasan Utara Medan menjadi Kawasan Strategis Kota (KSK) dengan
memperhatikan potensi dan peranan kawasan utara yang memiliki pelayanan regional dan
internasional, antara lain :
Dengan memperhatikan peran penting Pelabuhan Belawan dalam pergerakan arus barang
dari dan ke wilayah Sumatera Utara yang melayani sekitar 84,5 % arus masuk dan 77 %
arus keluar Sumatera Utara;
Pelabuhan Belawan merupakan outlet-inlet point utama yang memegang peranan penting
dalam sistem perhubungan laut antara Sumatera Utara dengan wilayah lainnya; dan
II-2
II-3
Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Medan terdiri dari 2 pusat pelayanan dan 8 sub pusat
pelayanan. Kecamatan Medan Belawan merupakan sub pusat pelayanan yang berfungsi sebagai
pusat pelayanan transportasi laut dan industri, pusat kegiatan bongkar muat dan impor – ekspor,
Gambar 2.1 Peta Struktur Ruang Kota Medan
pusat pelayanan pertahanan keamanan, pusat kegiatan industri dan pusat kegiatan perikanan.
Merupakan kecamatan dengan ketersediaan lahan sangat terbatas. Kegiatan perdagangan dan
jasa yang berkembang di kawasan ini adalah pelabuhan, industri, pergudangan dan perikanan.
Secara lebih jelas maka pusat pelayanan dan sub pusat pelayanan di Kota Medan dapat dilihat
pada table berikut :
Tabel 2.1
RENCANA STRUKTUR PUSAT PELAYANAN KOTA MEDAN TAHUN 2030
PUSAT
NO FUNGSI WILAYAH PELAYANAN
PELAYANAN
II-4
PUSAT
NO FUNGSI WILAYAH PELAYANAN
PELAYANAN
Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Medan adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah
kota yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budidaya sampai dengan akhir
masa berlakunya RTRW kota yang dapat memberikan gambaran pemanfaatan ruang kota.
Rencana Pola Ruang Kota Medan terdiri dari:
II-5
Gambar 2.2 Peta Pola Ruang Kota Medan
II-6
2.1.2 Kebijakan RPJM Kota Medan
Dalam rangka mewujudkan visi pembangunan kota yang ditetapkan dan sekaligus mempertegas
tugas, fungsi dan tanggungjawab seluruh pelaku pembangunan, baik oleh penyelenggara
pemerintahan daerah maupun masyarakat selama lima tahun ke depan , maka misi pembangunan
kota tahun 2011-2015 adalah sebagai berikut:
Terdapat 2 (dua) Kebijakan pengembangan kawasan budidaya Kota Medan bagian utara dalam
RPJM Kota Medan yaitu :
Pengembangan kawasan industri di bagian utara Kota Medan, dengan strategi sebagai
berikut:
- mengembangkan kawasan strategis bidang ekonomi;
- melarang dan membatasi industri sedang dan besar yang dapat menimbulkan polusi
(udara, suara, dan bau) di kawasan permukiman;
- merelokasi kegiatan industri sedang dan besar yang berkembang di luar di bagian utara
Kota Medan; dan
- membangun kawasan pergudangan dan terminal barang/peti kemas untuk menunjang
kegiatan industri.
Pengembangan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di Kota Medan,
dengan strategi sebagai berikut;
- meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat kelautan dan perikanan;
- meningkatkan jumlah dan kualitas usaha kelautan dan perikanan skala menengah ke atas
sehingga berdaya saing tinggi; dan
- meningkatkan sektor kelautan dan perikanan menjadi salah satu penggerak ekonomi di
Kota Medan.
II-7
Kawasan strategis merupakan bagian wilayah kota yang dijadikan prioritas dalam penataan ruang
dan mempunyai pengaruh penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya dan lingkungan.
Kecamatan Medan Belawan yang merupakan bagian utara Kota Medan termasuk dalam kawasan
strategis Kota Medan. Salah satu kebijakan dan strategi kawasan strategis dalam RPJM Kota
Medan adalah :
Perlindungan terhadap kawasan yang memiliki peran ekologis dan penyelamatan lingkungan serta
antisipasi terhadap terjadinya bencana yang diakibatkan oleh kerusakan ekosistem dengan
strategi sebagai berikut:
Berdasarkan kajian kebijakan menurut Rencana Tata Ruang Kawasan Mebidang dan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Medan, maka peran yang diemban wilayah Kecamatan Medan Belawan adalah
sebagai sub pusat pelayanan. Hal ini menunjukkan wilayah Medan Belawan dapat dikembangkan
sesuai kebutuhan maupun potensi dasar yang dimilikinya. Adapun fungsi utama wilayah
perencanaan dalam kebijakan tersebut sesuai gambaran umum pada bagian sebelumnya antara lain
sebagai :
Pada dasarnya potensi dan permasalah Kecamatan Medan Belawan dari 6 Kelurahan :
1. Kelurahan Belawan I
2. Kelurahan Belawan II
II-8
4. Kelurahan Belawan Bahari
6. Kelurahan Sicanang
Umumnya potensi dan permasalahan di setiap Kelurahan dan lingkungan mempunyai kaitan yang
sama, terdiri dari pemukiman kumuh, drainase rusak/tersumbat/mampet, banjir/air pasang, pasar,
kebutuhan sarana dan prasarana lingkungan/(fasum dan fasos), lampu penerangan, RTH/Olah Raga,
Kuburan, Pengelolaan Persampahan/TPA, sistim hidran (pemadam kebakaran), jalan rusak dan
penanganan/penggelolaan hutan mangrove/bakau.
Untuk mengatasi masalah dan memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh Kecamatan Medan Belawan
di tiap-tiap kelurahannya dibutuhkan perencanaan detail kawasan Kecamatan Medan Belawan.
Perencanaan detail Medan Belawan memiliki rencana struktur ruang dan pola ruang. Analisa Sruktur
Ruang dan Pola Ruang Kecamatan Medan Belawan menunjukkan Luas wilayah efektif perencanaan
Kawasan Kecamatan Medan Belawan lebih kurang 21,82 Ha. Pola penggunaan lahan seperti terlihat
sekarang ini merupakan penjabaran dari kegiatan sosial ekonomi dalam wujud tata ruang.
1. Pengembangan fisik kota sampai tahun 2016 secara umum dilaksanakan secara ekstensif dan
intensif. Pengembangan fisik secara ekstensif yaitu penambahan kawasan fungsional kota dengan
memanfaatkan lahan yang belum terbangun dan layak untuk dikembangkan. Ekstensifikasi ini
diprioritaskan pada lahan yang relatif kurang subur, hal ini menurut pertimbangan bahwa dari
segi pembiayaan akan lebih murah dalam membebaskan lahan dari penduduk, serta akan
mengurangi dampak sosial yang diakibatkan dari pembebasan lahan tersebut. Intensifikasi
dilakukan dengan memanfaatkan lahan pada kawasan yang belum dimanfaatkan secara optimal.
II-9
Kebijaksanaan ini diambil guna memanfaatkan potensi perkembangan yang ada sekarang.
Intensifikasi ini sejauh mungkin menghindari pembongkaran bangunan yang telah ada.
2. Pembatasan perkembangan fisik kota hingga tidak melampaui batas wilayah yang layak
dikembangkan sebagai kawasan perkotaan.
Bila dilihat dari persebaran sektor-sektor yang ada di wilayah perencanaan, terdapat dua sektor yang
menonjol, yaitu sektor kelautan dan sektor perdagangan. Sektor kelautan menjadi sektor yang
dominan besar di wilayah perencanaan. Sedangkan sektor perdagangan bisa kita dapati di sepanjang
jalan utama/jalan besar di wilayah perencanaan terutama disepanjang jalan Sumatera, Jika kita
melihat akses menuju wilayah perencanaan, maka yang akan kita jumpai adalah sektor
perdagangan. Bukan tidak mungkin sektor perdagangan akan memegang peranan yang besar dalam
aktivitas di wilayah perencanaan meskipun cakupan wilayahnya kecil.
Dalam analisis perekonomian Kecamatan Medan Belawan, Sektor kelautan masih memegang
peranan cukup penting dalam kegiatan perekonomian di wilayah perencanaan, hal ini dilatar
belakangi oleh faktor geografis daerah perencanaan yang berdampingan dengan laut,sehingga
masyarakat Kecamatan Medan Belawan lebih dominan bermata pencarian sebagai nelayan, sektor
perdagangan juga sangat besar pengaruhnya bagi wilayah perencanaan karena aktivitasnya
sebagian besar bertumpu di jalan besar wilayah perencanaan yaitu disekitar Jl. Sumatera.
II-10
akhirnya Pendapatan Daerah dan perekonomian masyarakat sekitar di wilayah Kecamatan Medan
Belawan akan jadi meningkat.
II-11
II-12
Gambar 2.3 Peta Struktur Ruang Kecamatan Medan Belawan
Gambar 2.4 Peta Arahan Pemanfaatan Ruang Kecamatan Medan Belawan II-13
2.3 TINJAUAN TEORITIS
Konsep pengembangan ini sudah di pakai oleh beberapa negara maju dan
berkembang antara lain : Amerika serikat, Dubai, dan beberapa negara
Eropa dan Asia lainnya. Pengembangan kawasan tepi air ini sebenarnya
sudah mulai di kembangkan sejak tahun 1980 dan bermula di wilayah negara
Amerika.
- Konservasi
Adalah penataan waterfront kuno atau lama yang masih ada
II-14
sampai saat ini dan menjaganya agar tetap dinikmati
masyarakat.
- Redevelopment
Adalah upaya menghidupkan kembali fungsi-fungsi waterfront
lama yang sampai saat ini masih digunakan untuk kepentingan
masyarakat dengan mengubah atau membangun kembali
fasilitas - fasilitas yang ada.
- Development
Adalah usaha menciptakan waterfront yang memenuhi
kebutuhan kota saat ini dan masa depan dengan cara
mereklamasi pantai.
Fungsi Waterfront :
II-15
Kriteria – Kriteria Waterfront
Pada perancangan kawasan tepian air, ada dua aspek penting yang
mendasari keputusan - keputusan rancangan yang dihasilkan. Kedua
aspek tersebut adalah faktor geografis serta konteks perkotaan
(Wren, 1983 dan Toree, 1989).
- Faktor Geografis
Merupakan faktor yang menyangkut geografis kawasan dan akan
menentukan jenis serta pola penggunaannya. Termasuk di dalam
hal ini adalah Kondisi perairan, yaitu dari segi jenis (laut, sungai,
dst), dimensi dan konfigurasi, pasang-surut, serta kualitas
airnya. Kondisi lahan yaitu ukuran, konfigurasi, daya dukung
tanah, serta kepemilikannya. Iklim yaitu menyangkut jenis
musim, temperatur, angin, serta curah hujan.
II-16
- Konteks perkotaan (Urban Context) Adalah merupakan faktor-
faktor yang nantinya akan memberikan ciri khas tersendiri bagi
kota yang bersangkutan serta menentukan hubungan antara
kawasan waterfront yang dikembangkan dengan bagian kota
yang terkait.
II-17
hunian di lokasi tersebut dengan kondisi air yang buruk maka
produk huniannya akan sulit terjual ataupun terhuni. Dalam
pengembangan hunian di tepi air dapat di bangun produk rumah
ataupun kondominium. Penerapan kawasan hunian di tepi air
dapat dilihat di daerah Port Grimoud - Prancis. Di sepanjang
aliran sungainya banyak terbangun hunian bertingkat.
II-18
Gambar 2.7 : Kawasan Komersial Dan Hiburan
Teori ini dapat dipahami dari segi dinamika rupa perkotaan yang dianggap
sebagai generator kota. Analisis lingkage adalah alat yang baik untuk :
Pada teori Linkage lebih banyak diberikan pola kawasan perkotaan serta
keteraturan massa dan ruangnya secara tekstural (tata ruang perkotaan).
Pada teori linkage dapat diamati dengan pendekatan sebagai berikut :
Linkage Visual
II-19
menyatukan daerah kota dalam berbagai skala. Pada dasarnya ada
dua pokok perbedaan linkage visual yaitu :
II-20
Linkage Struktural
II-21
2.3.3 Teori Places And Spaces
Place adalah sebuah space yang memiliki suatu ciri khas tersendiri. Sebuah
place dibentuk sebagai sebuah space jika memiliki ciri khas dan suasana
tertentu yang berarti bagi lingkungannya. Analisa place adalah alat yang baik
untuk:
II-22
Selanjutnya menurut Spreiregen (1965), space merupakan pusat kegiatan
formal suatu kota, dibentuk oleh facade bangunan (sebagai enclosure) dan
lantai kota.
Jadi sudah sangat jelas bahwa sebuah jalan yang bermula sebagai space
dapat menjadi place bila dilingkupi dengan adanya bangunan yang ada di
sepanjang jalan, dan atau keberadaan landscape yang melingkupi jalan
tersebut, sebuah place akan menjadi kuat keberadaannya jika didalamnya
memiliki ciri khas dan suasana tertentu yang berarti bagi lingkungannya.
Konsep urban design dari sistem pola struktur ruang dasarnya adalah
penataan jalan (street) dan ruang terbuka (open space). Oleh karena itu
ruang dibentuk langsung dari dalam konfigurasi bangunan.
II-23
Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Kawasan wisata adalah salah satu
bentuk tempat yang berupaya menyediakan berbagai fasilitas yang
memungkinkan wisatawan menggunakannya dalam satu kesempatan.
Jenis wisata Bahari atau Tirta banyak dikaitkan dengan olahraga air
(watersport), lebih-lebih di danau, bengawan, pantai, teluk atau lepas pantai
seperti memancing, berlayar, berkeliling melihat-lihat pemandangan yang
indah di tepi pantai serta berbagai rekreasi perairan yang banyak dilakukan di
daerah-daerah maritim. Menurut Undang-undang no. 10 tahun 2009 tentang
Kepariwisataan pengertian Wisata Bahari atau Tirta adalah usaha yang
menyelenggarakan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan
prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial di perairan laut,
pantai, sungai, danau dan waduk.
Wisatawan Berkunjung
II-24
Suatu objek daya tarik wisata sedikitnya memiliki tiga unsure yakni something to
see, something to do, something to buy. Kawasan Wisata. Dalam perencanaan
kawasan wisata maka kawasan tersebut harus memiliki something to see seperti
pemandangan laut, bukit dll. Dan dalam kawasan tersebut harus juga
menyediakan sarana dan prasarana pendukung kegiatan wisata seperti kegiatan
memancing, (something to do). Dan unsur terkahir adalah paket kegiatan atau
produk wisata yang dapat dibeli oleh para wisatawan. Dari ketiga unsur yang
terdapat di suatu obyek daya tarik wisata inilah wisatawan akan berkunjung.
II-25
BAB III
RENCANA PENGEMBANGAN KECAMATAN
MEDAN BELAWAN
Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kota Medan, dimana
letak geografisnya berada pada 030 - 480 Lintang Utara dan 980 – 420 Bujur Timur. Luas Kecamatan
Medan Belawan adalah 2.625 Ha yang terbagi atas 6 kelurahan dan letak daerahnya berada pada
ketinggian 3 meter diatas permukaan laut (mdpl).
Batas administrasi Kecamatan Medan Belawan berdasarkan Kecamatan Medan Belawan Dalam Angka
Tahun 2008 adalah sebagai berikut :
Adapun jarak dari pusat Kecamatan Medan Belawan ke Kantor Walikota (Pusat Kota Medan) adalah ±
23 Km.
Tabel 3.1
Luas Wilayah Kecamatan Medan Belawan Tahun 2009
1
3.1.1 Karakteristik Kependudukan Kecamatan Medan Belawan
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik maupun data profil Kecamatan, maka
jumlah penduduk Kecamatan Medan Belawan tahun 2010 adalah 95.506 jiwa dan distribusi
penduduk terbesar berada pada Kelurahan Belawan II yaitu 20.913 jiwa dan Kelurahan Bagan Deli
memiliki jumlah penduduk sebanyak 15.860 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.2
berikut :
Tabel 3.2
Jumlah dan Distribusi Penduduk Di Kecamatan Medan Belawan Tahun 2010
Jumlah
No Desa/Kelurahan Luas (Km2)
Penduduk
1 Belawan I 1,1 20.161
2 Belawan II 1,75 20.913
3 Belawan Bahari 1,03 11.988
4 Belawan Bahagia 0,54 11.888
5 Belawan Sicanang 15,1 14.696
6 Bagan Deli 2,3 15.860
Jumlah Total 21,82 95.506
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 2011
Jumlah Penduduk kecamatan Medan Belawan sebanyak 95.506 penduduk terdiri dari 48.889 orang
laki-laki serta 46.617 orang perempuan. Berdasarkan kelompok umur, distribusi penduduk
kecamatan Medan Belawan relatif lebih banyak penduduk usia produktif. Terdapat warga negara
Indonesia turunan cina yang berdomisili di kecamatan ini. Sebanyak 6.004 orang warga Indonesia
keturunan cina berdomisili di kecamatan Medan Belawan, yakni 3.252 laki-laki dan 2.752 perempuan.
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2007 sampai 2010,
penduduk Kecamatan Medan Belawan mempunyai struktur mata pencarian yang beragam, lebih
dominan pegawai swasta. Mata pencaharian penduduk Kecamatan Medan Belawan terdiri dari
pegawai diri, pegawai swasta, polri, pedagang, Nelayan. Untuk lebih lengkap dapat dijelaskan pada
tabel Mata Pencaharian sebagai berikut :
2
Tabel 3.3
Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Pegawai Negeri
Pegawai
No Kelurahan Negeri (Jiwa)
2007 2008 2009 2010
Belawan Pulau
1 85 86 85 87
Sicanang
2 Belawan Bahagia 153 153 158 158
3 Belawan Bahari 123 123 126 124
4 Belawan II 379 379 381 384
5 Bagan Deli 133 133 112 109
6 Belawan I 263 263 255 257
Medan Belawan 1,136 1,137 1,117 1,119
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 2011
Berdasarkan tabel Komposisi Mata Pencaharian Penduduk dapat memberikan gambaran mengenai
mata pencaharian di Kecamatan Medan Belawan pada pegawai Negeri dan Swasta pada tahun 2007
berdasarkan analisa data BPS sebesar 13,88 %, tahun 2008 sebesar 13,89 %, tahun 2009 sebesar
13,46 % sedangkan pada tahun 2010 sebesar 13,25%.
Tabel 3.4
Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Pegawai Swasta
Pegawai
No Kelurahan Swasta (Jiwa)
2007 2008 2009 2010
Belawan Pulau
1 1,318 1,318 1,326 1,332
Sicanang
2 Belawan Bahagia 837 837 841 856
3 Belawan Bahari 959 959 965 971
4 Belawan II 1,726 1,726 1,751 1,792
5 Bagan Deli 1,013 1,013 1,062 1,081
6 Belawan I 1,192 1,192 1,231 1,294
Medan Belawan 7,045 7,045 7,176 7,326
Berdasarkan tabel Komposisi Mata Pencaharian Penduduk dapat dilihat gambaran mengenai mata
pencaharian di Kelurahan Bagan Deli. Pada Pegawai Negeri pada tahun 2007 berdasarkan analisa
data BPS sebesar 11,60%, tahun 2008 sebesar 11,60%, tahun 2009 sebesar 9,54% dan pada tahun
2010 sebesar 9,15% sedangkan sebagai pegawai swasta tahun 2007 berdasarkan analisa data BPS
3
sebesar 88,39%, tahun 2008 sebesar 88,39%, tahun 2009 sebesar 90,45% dan pada tahun 2010
sebesar 90,84% .
Tabel 3.5
Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Nelayan
Nelayan
No Kelurahan (Jiwa)
2007 2008 2009 2010
Belawan Pulau
1 218 218 207 203
Sicanang
2 Belawan Bahagia 752 752 769 772
3 Belawan Bahari 939 939 965 889
4 Belawan II 227 227 231 243
5 Bagan Deli 1,685 1,685 1,689 1,474
6 Belawan I 1,367 1,367 1,377 1,296
Medan Belawan 5,188 5,188 5,238 4,877
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 2011
Berdasarkan tabel Komposisi Mata Pencaharian Penduduk dapat memberikan gambaran mengenai
mata pencaharian di Kecamatan Medan Belawan pada Nelayan dan Pedagang pada tahun 2007
berdasarkan analisa data BPS sebesar 29,00%, tahun 2008 sebesar 29,00%, tahun 2009 sebesar
59,67% sedangkan pada tahun 2010 sebesar 57,09%.
Tabel 3.6
Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Pedagang
Pedagang
No Kelurahan (Jiwa)
2007 2008 2009 2010
Belawan Pulau
1 1,132 1,132 314 318
Sicanang
2 Belawan Bahagia 1,472 1,472 536 571
3 Belawan Bahari 2,149 2,149 246 251
4 Belawan II 3,212 3,212 1,296 1,302
5 Bagan Deli 1,941 1,941 325 332
6 Belawan I 2,792 2,792 823 891
Medan Belawan 12,698 12,698 3,540 3,665
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 2011
Berdasarkan tabel Komposisi Mata Pencaharian Penduduk dapat dilihat gambaran mengenai mata
pencaharian di Kelurahan Bagan Deli pada Nelayan pada tahun 2007 berdasarkan analisa data BPS
4
sebesar 46,46%, tahun 2008 sebesar 46,46%, tahun 2009 sebesar 83,86% dan pada tahun 2010
sebesar 81,61% sedangkan sebagai Pedagang tahun 2007 berdasarkan analisa data BPS sebesar
53,53%, tahun 2008 sebesar 53,53%, tahun 2009 sebesar 16,13% dan pada tahun 2010 sebesar
18,38 %.
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 yang menjelaskan
Kondisi ekonomi Kecamatan Medan Belawan yang mempunyai sejumlah pasar dan pertokoan belum
cukup ramai mendukung kegiatan perekonomian di Kecamatan Medan Belawan, diantaranya terdapat
hanya 2 pasar, 1 pertokoan dan 8 Swalayan. Terdapat 2 SPBU dan 6 agen minyak tanah di Kecamatan
Medan Belawan. Untuk fasilitas bengkel kendaraan bermotor, bengkel yang ada di kecamatan ini yaitu
sebanyak 20 bengkel sepeda motor dan 4 bengkel mobil.
Salah satu peran penting pendorong pertumbuhan perekonomian di Kecamatan Medan Belawan adalah
Pelabuhan laut yang berjarak 26 Km dari pusat Kota. Kegiatan Ekspor dan Impor Kabupaten/ Kota lain
dilakukan di pelabuhan ini seperti aktivitas bongkar muat barang setiap harinya. Namun
kecenderungan berkembangnya jasa transportasi laut ini memerlukan pembangunan fasilitas daya
tampung barang dengan lokasi yang dekat dengan pelabuhan serta memadai.
5
Gambar 3.1 : Peta Kecamatan Medan Belawan
6
3.2. RENCANA PENGEMBANGAN KECAMATAN MEDAN BELAWAN
III-7
Pusat-pusat pengembangan ditempatkan di daerah ex polonia (CBD), daerah
Tanjung Mulia (Pusat Pemerintahan) dan Belawan (Regional Centre) mengikuti
jalur kereta api yang ada.
Untuk memanfaatkan jaringan transportasi umum kereta api dimasa datang area
disepanjang jalur kereta api yang menghubungkan wilayah CBD, pusat
pemerintahan dan Regional Centre di wilayah Belawan akan di kembangkan
sebagai koridor inti kota dengan kepadatan tinggi. Fasilitas fasilitas kota lainnya
seperti fasilitas olahraga, fasilitas rekreasi dan sebagainya juga ditempatkan
sepanjang jalur ini.
Gambar 3.2 Opsi 1 – Kota Medan beserta Kota Satelitnya - Vision Plan Kota Medan
Sejalan dengan pengembangan daerah inti kota ini, perlu dikembangkan juga
jalan semi-expressway yang menghubungkan jalan tol dengan jalan linkar luar
III-8
dari utara ke selatan untuk menampung arus lalulintas yang akan meningkat
sepanjang koridor inti kota tersebut. Lebih jelasnya dapat dilihat pada peta
struktur di atas.
Dalam opsi 1 Medan bagian selatan tetap merupakan wilayah kota utama,
sedangkan Binjai, Lubuk Pakam, Tanjung Morawa dan Belawan diperhitungkan
sebagai wilayah kota yang lebih kecil atau kota satelit yang dihubungkan oleh
jaringan jalan tol ke kota Medan.
Didalam batas administratif kota Medan, struktur yang terlihat adalah Medan
(bagian selatan) sebagai daerah wilayah kota utama dan Belawan sebagai
wilayah kota satelit.
III-9
3. Sub Pusat Kota (Sub Town Centre)
Sub-pusat kota melayani bagian wilayah kota dalam skala yang lebih kecil.
Lokasi yang diusulkan dalam konsep rencana ini masih bersifat inikatif. Studi
mengenai ketersediaan lahan dan hambatan-hambatan yang ada akan
menentukan lokasi pusat kegiatan yang diusulkan.
Lokasi dan luas area yang diusulkan dalam konsep rencana ini masih bersifat
indikatif, studi akan kebutuhan dan ketersediaan lahan akan menentukan lokasi
yang tepat untuk kegiatan-kegiatan yang diusulkan.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar pusat-pusat kegiatan di bawah ini
III-10
Gambar 3.3 Pusat-pusat Kegiatan Kota Medan dalam Vision Plan
III-11
Menurut Rencana Opsi 1 ini , Kecamatan Medan Belawan dijadikan Pusat
Wilayah.
• Pelabuhan Belawan
• CBD (Polonia)
III-12
Gambar 3.4 Kegiatan-kegiatan Utama Kota Medan dalam Vision Plan
III-12
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa kegiatan yang ada di Kecamatan Medan
Belawan sebagai kota satelit dari Kota Medan adalah Pelabuhan Belawan, Export
Processing Zone (Belawan), Theme Park (Belawan), Regional Centre (Belawan),
dan Waterfront City (Belawan).
Waterfront City didaerah Belawan adalah salah satu wilayah yang dikembangkan
untuk perumahan berkepadatan rendah. Perumahan waterfront ini akan
memperkaya type-type perumahan yang ada dikota Medan.
III-13
Gambar 3.5 Perencanaan Perumahan dalam Vision Plan Kota Medan
Opsi 2 rencana pengembangan Kota Medan dan kota-kota satelitnya adalah
pengembangan jalan tol timur barat yang menghubungkan Binjai, Belawan, dan
Tanjung Morawa dengan airport yang baru. Jaringan jalan tol ini akan menjadi
tulang punggung perhubungan lalulintas masa depan di Medan dan Mebidang.
Dengan dasar pemikiran diatas, pusat-pusat kegiatan yang baru akan menempati
area sepanjang jaringan jalan tol tersebut yang berpusat dipersimpangan
Tanjung Mulia. Area dipersimpangan jalan tol sangat berpotensi sebagai pusat
kegiatan yang baru baik untuk Medan maupun Mebidang. Dalam opsi 2, daerah
ini dimanfaatkan sebagai pusat pemerintahan propinsi, pusat perdagangan,
pusat pelayanan masyarakat tingkat regional dan pusat pemerintahan kota.
Opsi 2 ini juga membuka peluang untuk pembentukan kota baru didaerah timur
laut memanfaatkan lahan PTP dan mengantisipasi pertumbuhan didaerah timur
yang akan terus meningkat seiring dengan pemindahan pelabuhan udara ke
daerah Kuala Namu.
Gambar 3.6 Opsi 2 - Kota Medan beserta Kota Satelitnya – Vision Plan Kota Medan
III-14
Gambar 3.6….
Dalam opsi 2, Medan (bagian selatan) dan Medan Baru (didaerah timur laut)
merupakan 2 bagian kota utama. Belawan, Tanjong Morawa, Lubuk Pakam dan
Binjai menjadi kota yang lebih kecil atau kota satelit yang dihubungkan ke bagian
kota utama oleh jaringan jalan tol.
Pada opsi 2 ini pengembangan kota lebih mengarah pada wilayah Deli Serdang
yang memiliki potensi lahan yang luas. Opsi 2 ini juga mengantisipasi keinginan
pasar properti yang diperkirakan akan meningkat tinggi pada jalur jalan tol
kearah airport Kuala Namu.
Didalam batas administratif kota Medan sendiri, struktur yang terlihat adalah
Medan (bagian selatan) sebagai daerah kota utama dan Belawan sebagai kota
satelit. Medan bagian tengah (Tanjung Mulia) akan menjadi daerah transisi yang
juga akan berfungsi sebagai pusat perdagangan yang baru dan pusat
pemerintahan kota.
III-15
2. Pusat Wilayah (Regional Centre)
Sub-pusat kota melayani bagian wilayah kota dalam skala yang lebih kecil.
Gambar 3.7 Opsi 3 – Pusat-Pusat Kegiatan Kota Medan dalam Vision Plan
III-16
Kegiatan-kegiatan utama di Belawan:
• Pelabuhan
• Export Processing Zone
• Theme Park
• Regional Centre
• Waterfront City
Kegiatan Utama di persimpangan jalan tol:
III-17
Gambar 3.8 Opsi 2 – Perencanaan Perumahan dalam Vision Plan
Mengacu pada RTRW dan vision plan, maka Kecamatan Belawan yang
merupakan kota satelit dari Kota Medan akan menjadi tempat bagi kegiatan:
1. Pelabuhan penumpang.
2. Industri. Kawasan industri dan pelabuhan akan terus berkembang dan
menyediakan lapangan kerja dimasa datang terutama bila kawasan Export
Processing Zone sudah dikembangkan.
III-18
3. Pertahanan keamanan.
4. Perikanan. Untuk kegiatan perikanan sudah ditentukan Penentuan
Kawasan Minapolitan sesuai dengan SK Walikota Medan No. 523/1284 K.
Sesuai dengan SK tersebut, Kelurahan Bagan Deli termasuk ke dalam
Kawasan Minapolitan Perikanan Tangkap, Kelurahan Belawan Sicanang
termasuk dalam Kawasan Minapolitan Perikanan Budidaya, Kelurahan
Belawan Bahari dan Belawan termasuk dalam Kawasan Minapolitan
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan.
5. Export Processing Zone.
6. Theme Park. Theme Park yang akan mengubah image wilayah utara dari
daerah kumuh menjadi pusat rekreasi. Theme park ini sekaligus dipakai
sebagai buffer untuk mencegah makin rusaknya lingkungan hutan bakau
oleh pembukaan lahan bagi perumahan liar.
7. Regional Centre. Pusat regional ini akan menjadi mini CBD dengan pusat
perbelanjaan yang lengkap, pusat pemerintahan lokal, pusat pelayanan
masyarakat yang modern dan pusat hiburan yang menarik. Proposal untuk
mengembangkan CBD Belawan juga sangat sulit direalisir bila hanya
sebagian kecil penduduk terutama dari kalangan menengah bawah yang
bersedia tinggal didaerah ini. Mengingat hal-hal tersebut diatas,
pengembangan wilayah utara Medan harus dimulai dengan perubahan
image dari image wilayah kumuh menjadi wilayah hunian yang menarik.
8. Waterfront City. Lahan yang memiliki waterfront di selatan pelabuhan
Belawan juga dicadangkan untuk perumahan kelas menengah dan
menengah atas mengingat lokasinya yang menarik dan aksesibilitasnya
yang tinggi dari jalan tol Belawan. Perumahan kelas menengah atas ini
diperlukan untuk mengubah kesan wilayah utara sebagai daerah miskin.
Menyadari potensi wilayah utara ini, yaitu tersedianya lapangan kerja dimasa
datang, adanya waterfront area yang dapat dikembangkan sebagai waterfront
housing yang menarik, rendahnya harga lahan dan adanya hutan bakau yang
III-19
dapat dirancang menjadi hutan taman, bird sanctuary dan kegiatan rekreasi
lainnya.
Lokasi pada vision planning masih merupakan indikatif. Oleh sebab itu, rujukan
lokasi yang tepat adalah RDTR Kecamatan Medan Belawan tahun 2009-2029.
Berdasarkan RDTR, zoning rencana guna lahan di Kecamatan Medan Belawan
terdiri dari tambak, peti kemas, mangrove, lahan kosong, permukiman,
pelabuhan, industry, perdagangan, dan pelabuhan. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar 3.9.
Dilihat dari gambar 3.9. dapat ditentukan garis besar peruntukan lahan tiap
kelurahan berdasarkan RDTR di Kecamatan Belawan. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
III-20
Tabel 3.7.Garis Besar Peruntukan Lahan tiap Kelurahan
III-21
Gambar 3.9. Rencana Pembagian Blok Peruntukkan dalam RDTR Kecamatan Medan Belawan
III-21
3.3. POTENSI WISATA BAHARI DI KECAMATAN MEDAN BELAWAN
1. Memancing
2. Menyusuri hutan mangrove melalui sungai
3. Berbelanja ikan segar
4. Berjalan menyusuri dan melihat-lihat sisi laut
5. Berjalan menyusuri perumahan tepi laut dan tepi sungai (waterfront city)
6. Memakan ikan laut dengan restoran terapung
7. Bermain sepeda air
Sesuai dengan peruntukan lahan tiap kelurahan, dapat dilihat potensi wisata tiap
kelurahan di Kecamatan Medan Belawan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
III-22
No Kelurahan Garis besar peruntukan lahan Potensi Wisata Bahari
restoran-restoran
4 Belawan Permukiman tepi sungai Wisata menyusuri
Bahagia (waterfront city) permukiman tepi sungai
(waterfront city)
5 Belawan Lahan mangrove, lahan tempat berbelanja ikan
Sicanang kosong, minapolitan perikanan segar dan makan ikan di
budidaya, taman hutan restoran-restoran, wisata
petualangan menyusuri
hutan
6 Bagan Deli Peti kemas, permukiman tepi Wisata menyusuri
laut (waterfront city) dan permukiman tepi laut
minapolitan perikanan tangkap (waterfront city) dan
tempat berbelanja ikan
segar dan makan ikan di
restoran-restoran,
berjalan menyusuri sisi
laut (muara), bermain
sepeda air di muara, dll.
Selain peruntukkan lahan perlu dinilai juga potensi pengembangan wisata bahari
yang lebih tepatnya dilakukan di kecamatan Medan Belawan. Ada 6 kelurahan di
kecamatan Medan Belawan dan masing-masing kelurahan memiliki potensi untuk
dikembangkan, namun spesifik pengembangan wisata tepi air atau wisata bahari
perlu dilihat variable apa saja yang perlu dinilai. Variabel yang akan dinilai untuk
menentukan lokasi wisata air adalah sebagai berikut :
Berikut adalah hasil penilaian pembobotan potensi yang dimiliki oleh tiap
kelurahan di Kecamatan Medan Belawan.
III-23
No Kecamatan Variabel bobot Keterangan Skor Nilai
1 Garis besar 3 Pelabuhan, perdagangan,
peruntukan lahan permukiman tepi laut. 2 6
III-24
No Kecamatan Variabel bobot Keterangan Skor Nilai
Panjang Garis Pantai 3 baik 3 9
Infrastruktur 2
4 8
Pendukung Kurang Lengkap
Total Nilai 50
5 Garis besar 3 Peti kemas, permukiman tepi laut
peruntukan lahan (waterfront city) dan minapolitan 3 9
perikanan tangkap.
Unsur Wisata 4 Memiliki kawasan tepi pantai yang
(something to see, to tenang airnya dan potensi untuk
buy, to do). wisata kuliner namun kawasan 4 16
pantai terkesan kumuh.
Bagan Deli
III-25
Gambar 3.10 Peta Potensi Wisata Bahari Belawan
III-26
BAB IV
ANALISIS PENGEMBANGAN KAWASAN
BAGAN DELI
Analisis eksternal/analisis makro pada dasarnya menggambarkan analisis kawasan perencanaan yang
terkait dengan sistem yang lebih luas (eksternal linkages), meliputi :
- Struktur dan pola ruang/pemanfaatan ruang baik dalam lingkup RTRW Kota Medan maupun
RDTR Medan Belawan serta rencana detail terkait.
- Daerah-daerah interface/berbatasan langsung dengan kawasan perencanaan baik kondisi saat
ini maupun rencana di masa mendatang/akan datang, seperti adanya rencana Minapolita dan
Vison Plan Kota Medan.
Kawasan minapolitan (berdasarkan turunan dari kawasan agropolitan) adalah kawasan yang
terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi
perikanan dan pengelolaan sumberdaya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya
keterkaitan fungsional dari hierarki keruangan satuan sistem pemukiman dan sistem
minabisnis. Minapolitan/agropolitan menurut Friedman dan Douglass (1985) adalah aktivitas
pembangunan yang terkonsentrasi di wilayah pedesaan dengan jumlah penduduk antara
50.000 jiwa sampai dengan 150.000 jiwa.
IV-1
Persyaratan menjadi kawasan minapolitan berdasarkan surat KEPMEN KELAUTAN DAN
PERIKANAN NOMOR KEP.41/MEN/2009 tentang penetapan lokasi minapolitan. Berdasarkan
KEPUTUSAN DIRJEND PERIKANAN BUDIDAYA No.Kep.45/DJ-PB/2009, Surat dari DKP
DIRJEND PERIKANAN DAN BUDIDAYA DIREKTUR PRASARANA DAN SARANA BUDIDAYA
tentang Pengembangan sentra produksi perikanan yang BanKable ditetapkan melalui
kawasan Minapolitan dan menyusun Masterplan kawasan terpilih mewujudkan rencana dalam
kegiatan nyata dilapangan. Pedoman untuk pengembangan kawasan minapolitan bertujuan
untuk mendorong percepatan pengembangan kegiatan perikanan sebagai kegiatan utama
meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat daerah pedalaman (Hinterland) yang
dikembangkan seperti sarana perikanan dan jasa penunjang lainnya.
IV-2
sistem dan usaha minabisnis dipusat minapolitan yang diharapkan dapat melayani dan
mendorong kegiatan-kegiatan pembangun perikanan (minabisnis) diwilayah sekitarnya.
Dalam pengembangannya, kawasan tersebut tidak bisa terlepas dari pengembangan sistem
pusat-pusat kegiatan nasional (RTRWN) dan sistem pusat kegiatan pada tingkat propinsi
(RTRW Propinsi) dan Kabupaten (RTRW Kabupaten). Hal ini disebabkan, rencana tata
ruang wilayah merupakan kesepakatan bersama tentang pengaturan ruang wilayah. Terkait
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), maka pengembangan kawasan
minapolitan harus mendukung pengembangan kawasan andalan. Dengan demikian, tujuan
pembangunan nasional dapat diwujudkan.
IV-3
- Pasar konsumen produk non-perikanan (non aquacultural consumers market).
- Pusat industry perikanan (aqua based industry).
- Penyedia pekerjaan non perikanan (non-aquacultural employment).
- Pusat minapolitan dan hinterlandnya terkait dengan sistem permukiman nasional,
propinsi, dan kabupaten (RTRW Propinsi/Kabupaten).
Vision plan adalah kerangka tata ruang wilayah jangka panjang (30 tahun kedepan) yang
bertujuan untuk memberikan arahan pengembangan jangka panjang dan visi/gambaran yang
ingin dicapai dalam pengembangan satu kota/wilayah. Vision plan diperlukan mengingat
peranan master plan didalam pengembangan kota saat ini sudah meluas, tidak hanya sebagai
IV-4
alat untuk mengatur tata ruang kota, tetapi juga sebagai alat untuk menarik investasi dan alat
untuk mengkomunikasikan kebijakan politis dalam pengembangan kota dan masyarakat.
Disamping hal-hal tersebut diatas, vision plan atau kerangka perencanaan tata ruang jangka
panjang juga diperlukan untuk mengantisipasi kebutuhan lahan jangka panjang yang sangat
diperlukan bagi kota-kota di Indonesia, mengingat pemerintah kota di Indonesia tidak
memiliki landbank yang kuat untuk pengembangan fasilitas dan infrastruktur dimasa datang.
Walaupun vision plan dibutuhkan dalam proses pengembangan kota, sampai saat ini Vision
plan tidak merupakan bagian dari proses perencanaan tata ruang di Indonesia. Dalam
perencanaan strategis wilayah, kita mengenal adanya Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), tetapi dalam perencanaan tata
ruang kota, kita hanya mengenal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang biasanya
disusun atau ditinjau tiap 10 tahun saja.
Dengan melihat perangkat yang ada saat ini, vision plan kota Medan 2035 merupakan
terjemahan dari RPJP dari segi perencanaan fisik jangka panjang yang nantinya akan menjadi
kerangka makro perencanaan tata ruang kota Medan 2016.
IV-6
Gambar 4.1 : Pengembangan Kegiatan Utama dalam Vision Plan
IV-7
Pelabuhan Belawan menjadi pintu gerbang utama dan tulang punggung perekonomian dari
Sumatera Utara, dengan luas area 12.000 Ha dan jarak sekitar 26 km dari Kota Medan dan
melayani hasil produksi komoditi ekspor antara lain yang berasal dari Propinsi Riau, Sumatera
Barat dan DI Aceh.
Dari sisi geografis, letaknya sangat strategis karena berhadapan langsung dengan Selat
Malaka dan berpotensi sebagai pelabuhan utama untuk muatan curah dan peti kemas di
Indonesia. Hinterland pelabuhan ini meliputi daerah perkebunan yang sangat luas yaitu
70.787 km2 dengan populasi 10.330.091 jiwa. Komoditi dominan adalah agroindustri dan
sumberdaya alam. Namun untuk pengembangan kedepan, terdapat beberapa kendala pokok,
yaitu ketersediaan lahan yang terbatas dan masalah pembiayaan untuk pembangunan
infrstruktur penunjang kegiatan pelabuhan. Penataan dan pengembangan Pelabuhan
Belawan :
Lokasi dan luas area yang diusulkan dalam konsep rencana ini masih bersifat indikatif, studi
akan kebutuhan dan ketersediaan lahan akan menentukan lokasi yang tepat untuk kegiatan-
kegiatan yang diusulkan. Pusat pusat industri dan pergudangan dicadangkan akan
berkembang disekitar pelabuhan Belawan (Lamhotma) serta memiliki aksesibilitas yang baik
dan dilayani oleh jaringan jalan tol.
Export Processing Zone akan menempati area industri diutara pelabuhan Belawan. Area ini
sesuai untuk pengembangan EPZ mengingat lokasinya yang terisolasi dan adanya akses
langsung kearah pantai yang bisa dikembangkan sebagai dermaga atau pelabuhan khusus
untuk EPZ. Disamping kawasan tersebut, kawasan industri Belawan (Lamhotma) juga
dicadangkan sebagai Special Economic Zone (SEZ) bila permintaan pasar meningkat.
IV-8
4.1.4 Potensi Wisata Tepi Pantai
Pengembangan kawasan kota tepi air merupakan salah satu kawasan yang potensial untuk
dikembangkan. Dibandingkan dengan kawasan kota tepi sungai atau danau, kawasan kota
pantai/tepi laut mempunyai lebih banyak potensi untuk dikembangkan, terutama berkaitan
dengan aspek fungsi dan aksesibilitas.
Pengembangan kawasan kota tepi pantai dapat diarahkan pada pengembangan fungsi
pariwisata, perekonomian, budaya, pendidikan, industri, dan pergudangan.
Akan tetapi dalam pengembangannya, perlu mengidentifikasi secara spesifik karakteristik fisik
lingkungan beserta kegiatan yang sedang dan akan dikembangkan di kawasan tersebut. Pada
perkembangan selanjutnya kawasan tepi air ini diharapkan dapat menjadi tempat yang
menarik untuk permukiman dan berbagai kegiatan lain. Akan tetapi, pengembangan kawasan
ini sering mengabaikan keberadaan masyarakat setempat sehingga pada akhirnya harus
menanggung beban akibat perubahan pemanfaatan lahan.
a) Sebagai bagian dari penyusunan pedoman teknis penataan kawasan kota pantai yang
merupakan pelengkap peraturan perundang-undangan tentang penataan kota tepi air.
b) Sebagai bagian dari bahan penyusunan peraturan daerah dan rencana detail/rinci tata
ruang kota pantai.
c) Sebagai kawasan wisata untuk menunjang penyelenggaraan dan pengembangan
kehidupan ekonomi masyarakat sekitar.
- Batasan kawasan kota pantai tidak hanya mencakup bagian kota di darat dan
berhadapan dengan laut saja, tetapi juga mencakup bagian yang berada di atas air.
Bahkan perkembangan beberapa kota diawali oleh keberadaan permukiman di atas air
ini.
IV-9
- Orientasi kegiatan kota pantai berbasis darat dan laut, seperti perdagangan, pelabuhan
dan transportasi, perikanan, serta permukiman.
- Kedudukan kawasan kota pantai merupakan bagian tak terpisahkan (integral) dari
beberapa kawasan lain di kota induknya, seperti kawasan komersial (perdagangan),
kawasan budaya, pendidikan dan lingkungan hidup, kawasan peninggalan bersejarah,
kawasan wisata (rekreasi), kawasan pelabuhan dan transportasi serta kawasan
pertahanan keamanan.
Pengembangan kawasan kota tepi air merupakan salah satu kawasan yang potensial untuk
dikembangkan, Kelurahan Bagan Deli memiliki potensi kawasan wisata air. Letak kawasan
Kelurahan Bagan Deli merupakan muara tempat pertemuan antara laut dan sungai sehingga
memiliki bibir pantai (muara) yang panjang dibanding dengan kelurahan lain yang berbatasan
dengan darat. Oleh sebab itu, berbagai macam kegiatan wisata bahari dapat
dilakukan dengan memanfaatkan muara tersebut. Kegiatan wisata bahari tersebut meliputi
kegiatan wisata berbelanja ikan laut, wisata kuliner ikan laut, kegiatan wisata memancing dan
juga wisata air ( permainan sepeda air) dll.
Kerangka pola pikir pengembangan kawasan kota pantai dapat dilihat pada gambar dibawah
ini :
IV-10
Karakteristik
Permasalahan Potensi
Spesifik
Kriteria Pelaku
RENCANA
Penyusunan Penyusunan
TATA RUANG Penyusunan
Pengkajian Program Tahapan
VISI Program
Konsep Pengem- Pelaksana-an
Pendanaan
Rencana Tata bangan wisata
Ruang
Struktur air Bagan Deli
Belawan
MISI Pola
PAKET
PROGRAM
PENERTIBAN PENGAWASAN
IV-11
4.2 ANALISIS FISIK KAWASAN
Berdasarkan pada data sekunder yang bersumber dari Badan Meteorologi Maritim Indonesia
(BMMI) Cabang Kota Medan tahun 2010 bahwa Kelurahan Bagan Deli memiliki suhu udara
rata-rata antara 28° – 35° per tahun dan curah hujan rata-rata antara 2600 – 3500
mm/tahun. Kelembaban udara rata-rata di Kelurahan Bagan Deli 75 – 79% per bulan, laju
rata-rata total evaporasi (penguapan) di Kelurahan Bagan Deli 138 mm/bulan, dan kecepatan
angin rata-rata 0,52 m/s per bulan. Sehingga dapat diketahui bahwa menurut iklim Koppen
bahwa Kelurahan Bagan Deli termasuk ke dalam iklim lautan tropik atau Af karena iklim di
Kelurahan Bagan Deli dipengaruhi oleh laut, yaitu Selat Malaka.
Daerah ini mempunyai kendala untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata tepi air Belawan
karena memiliki biaya yang cukup tinggi untuk melakukan penataan kawasan wisata tepi air
Belawan.
IV-12
Gambar 4.3 : Batas Lingkungan Kelurahan Bagan Deli
IV-13
Dengan demikian dapat diuraikan beberapa potensi dan permasalahan maupun rekomendasi
pengembangan yang berkaitan dengan keadaan topografi kawasan wisata tepi air Belawan
yaitu :
1. Lahan kawasan yang relatif datar sehingga potensial untuk pengembangan kawasan
wisata tepi air Belawan.
2. Lahan yang relatif datar yang rawan genangan air, sehingga perlu pembuatan drainase
yang baik untuk mencegah kebanjiran.
3. Lahan yang relatif datar rawan penumpukan sampah akibat air laut yang pasang surut
sehingga perlu penangganan khusus untuk pembuatan penghalang masuknya sampah ke
dataran.
4. Minimnya pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang pada umumnya ditumbuhi
dengan tumbuhan Mangrove. Tumbuhan ini mampu beradaptasi dengan genangan air
laut yang kisaran salinitasnya cukup lebar. Pada habitat mangrove ini dapat menemukan
berjuta hewan yang hidupnya sangat tergantung dari kawasan lingkungan ini dan juga
dapat digunakan untuk pembuatan budidaya jenis ikan dan juga kepiting.
5. Tidak adanya pengolahan sampah yang baik, sampah jenis organik dan anorganik
sehingga mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan. Sampah organik dan anorganik
yang beracun menyebabkan kerusakan sel, sehingga mengganggu metabolisme tubuh.
Analisis hidrologi hubungannya dengan banjir tentu terkait dengan keadaan topografi pada area
tersebut :
IV-14
2. Tinjauan terhadap Rob dimana elevasi air pasang rata-rata = + 7.8
Berdasarkan pengamatan lapangan dan data sekunder penyebab air pasang yang menggenangi
wilayah perencanaan adalah pengaruh pasang surut sungai pada daerah muara. Hal itu terjadi
karena terjadinya air pasang sepanjang aliran hulu. Terjadinya air laut pasang sehingga
mengakibatkan arus balik shingga terjadi air pasang. Selain itu genangan air semakin lama
menggenangi wilayah perencanaan karena drainase lahan si kawasana yang tidak memadai.
Untuk menganalisa dan mendapatkan hasil perencanaan terkait dengan kondisi rob di kawasan
perencanaan didasarkan pada data curah hujan bulanan yang terkait dengan kawasan
perencanaan. Adapun data curah hujan dapat dilihat pada tabel berikut dan analisa terkait dengan
curah hujan dapat dilihat pada uraian berikut.
Tabel 4.1
Curah Hujan Bulanan Kota Medan dan Sekitarnya
Tahun 1993 -2008
Tahun Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sept. Oktober November Desember
1993 135.60 54.70 130.30 242.80 147.8 200.4 149 300.6 362.4 313.7 310 291.9
1994 59.60 132.80 260.80 158.20 270.6 400.8 75 172.3 243.1 193.3 276.9 140.1
1995 341.00 159.10 207.40 60.80 239.9 185.1 120.9 424.3 221.2 301.3 416.3 192.3
1996 75.80 63.30 77.80 215.20 151.5 174.7 194.6 248.4 319.8 311.4 353.8 143.1
1997 106.20 96.60 134.40 109.80 80.9 175.3 225.8 95.7 290.6 139.1 256.4 182.4
1998 181.00 50.20 29.40 35.30 133.5 144.6 213 381 170.8 340.3 275.8 394.2
1999 315.00 268.80 196.60 322.00 302.6 256.2 29.9 78.6 407.2 204.1 126.4 456.3
2000 59.00 86.70 182.20 115.00 60.3 191.1 121.9 324.6 451.1 367.5 108 173.6
2007 169.60 8.60 62.30 277.20 330.2 99.4 261.6 153.4 256.5 303.3 374.1 218.4
2008 126.70 16.20 126.80 146.00 173.5 62 276.8 195.7 294.8 364.2 402.2 180.4
Tabel 4.2
Analisis Curah Hujan Bulanan
ΣX (rata2) Σ(X-Xr)2 Sx YT Yn Sn XTn
Tahun
(mm) (mm3) (mm)
1993 219.93 102474.75 92.41 0.3665 0.4996 0.9676 207.22
1994 198.63 102750.60 92.53 0.3665 0.4996 0.9676 185.90
1995 239.13 138545.63 107.45 0.3665 0.4996 0.9676 224.35
1996 194.12 107879.16 94.82 0.3665 0.4996 0.9676 181.07
1997 157.77 52272.47 66.00 0.3665 0.4996 0.9676 148.69
1998 195.76 183233.01 123.57 0.3665 0.4996 0.9676 178.76
1999 246.98 177786.66 121.72 0.3665 0.4996 0.9676 230.23
2000 186.75 179641.47 122.35 0.3665 0.4996 0.9676 169.92
2007 209.55 138935.85 107.60 0.3665 0.4996 0.9676 194.75
2008 197.11 150209.89 111.88 0.3665 0.4996 0.9676 181.72
Sumber : Medan Dalam Angka
IV-15
(mm) (X-X)
1999 230.23 39.97
1995 224.35 34.09
1993 207.22 16.96
2007 194.75 4.49
1994 185.90 -4.36
2008 181.72 -8.54
1996 181.07 -9.19
1998 178.76 -11.50
2000 169.92 -20.34
Tabel 4.3 1997 148.69 -41.57
Analisis Curah Hujan Bulanan 1902.61 Σ(X-X
Xr = 190.26
Sx = 23.49
PERHITUNGAN DEBITYT
AIR
= HUJAN
1.4999UNTUK SALURAN UTAMA
Rumus : Yn = 0.5128
Sn = 1.0206
Xr = ?X/n
2 0.5
Sx = (?(X-X)/n)XT = 212.98 mm
I= 47.92 mm/jam
XT = Xr + Sx/Sn*(YT-Yn)
YT
Yn didapat dari tabel 5, 6, 7
Sn
Waktu Konsentrasi ( Tc )
Tc = T1 + T2
0.5 0.167
T1 = (2/3*3.28*Lo*(nd/s )
T2 = L/(60*V)
Keterangan :
Tc = waktu konsentrasi (menit)
t1 = waktu inlet (menit)
t2 = waktu aliran (menit)
Lo = jarak titik terjauh ke fasilitas drainase (m)
L = panjang saluran
nd = koefisien hambatan (tabel 8)
s = kemiringan daerah pengaliran
V = kecepatan air rata-rata di selokan (m/dt)
Koefisien ( C ) :
C = (C1*A1+C2*A2+C3*A3)/(A1+A2+A3)
Debit ( Q) :
Q = (1/3.6)*C*I*A
IV-16
Menghitung Waktu Konsentrasi ( Tc ) :
Lo = 300.00 m
L= 2267.00 m
nd = 0.20
s= 0.00
V= 0.60 m/det (lanau aluvial)
T1 = 3.67 menit
T2 = 62.97 menit
Tc = 66.64 menit
I-maks = 87.00 mm/jam (terpakai)
Menghitung Koefisien ( C ) :
C= 0.59
Q= 1.65 m3/detik
Dari rumusan dan perhitungan mengenai kondisi air hujan di kawasan perencanaan didapat dimensi saluran
untuk penanganan kondisi fisik lingkungan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
IV-17
PERHITUNGAN DEBIT AIR HUJAN UNTUK KOLAM RETENSI (KANAL BANJIR)
Q= 3.31 m3/detik
Kecepatan yang diijinkan (V) = 1.5 m/detik
Penampang basah saluran Fd) = Q/V = 2.20 m2
m
b
Syarat :
(b+2d)/2 = d*(m2+1)0.5
b= 0.828 d
F= d*(b+n*d)
F= 1.828 d2
Fc = 1.828 d2
Fd = 2.20 m2
Fc = Fd
d2 = 1.21 m
d= 1.10 m
b= 0.91 m
0.5
w = (0.5*d) = 0.74 m
IV-18
STRUKTUR DRAINASE SALURAN UTAMA
Dimensi Saluran
m
b m = 1.00
Syarat :
(b+2d)/2 = d*(m2+1)0.5
b= 0.828 d
F= d*(b+n*d)
F= 1.828 d2
Fc = 1.828 d2
Fd = 1.10 m2
Fc = Fd
d2 = 0.60 m
d= 0.78 m
b= 0.64 m
0.5
w = (0.5*d) = 0.62 m
Penggunaan lahan yang terdapat di Kawasan Wisata Tepi Air Belawan pada umumnya yang
dekat pantai sudah dipenuhi oleh permukiman penduduk yang bermata pencaharian sebagai
nelayan. Setiap permukiman penduduk tidak mempunyai jarak antara satu dengan yang lain
IV-19
(sangat rapat). Sedangkan lahan untuk kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sudah
digunakan untuk lahan terbangun dan berencana untuk membuat kembali Ruang Terbuka
Hijau (RTH). Penggunaan lahan dari luas keseluruhan wilayah di Kelurahan Bagan Deli
Kecamatan Medan Belawan dapat diklasifikasikan penggunaannya seperti tabel dibawah ini :
Frekuensi Luas
No Penggunaan Lahan Klasifikasi
(unit) (Ha)
Umum 15 34
Real Estate 0 0
1 Permukiman TNI, ABRI/Polri 0 0
KPR-BTN 0 0
Pejabat Pemerintah 0 0
Sekolah 5 -
Perkantoran 1 -
Perdagangan/pertokoan 13 0,5
Pasar 1 -
2 Sarana & Prasarana Terminal 0 0
Rumah Ibadah 15 0,5
Makam/Kuburan 1 1
Jalan 23 6
Lain-Lain - -
Pengairan Teknis (Irigasi) 0 0
Setengah Teknis 0 0
3 Pertanian Sawah Tadah Hujan 0 0
Pasang Surut 0 0
Ladang/Tegalan 0 0
Tambak 7 20
4 Perikanan Kolam 0 0
Empang 0 0
Taman Rekreasi 0 0
Lapangan Sepak Bola 1 -
Lapangan Bola Voli 0 0
5 Rekreasi & Olah Raga
Lapangan Bola Basket 0 0
Lapangan Bulu Tangkis 0 0
Lapangan Tenis Meja 1 -
6 Daerah Tangkapan Air - 1 38
7 Hutan Mangrove - 1 125
8 Rawa-Rawa - 0 0
9 Lahan Kritis - 0 0
Jumlah 86 230
Sumber : Kantor Kelurahan Bagan Deli, 2011
Negeri 0
Gambar 4.4 : Peta Penggunaan Lahan Secara Umum di Kelurahan Bagan Deli Belawan
IV-21
4.3 ANALISIS STRUKTUR RUANG KAWASAN
Kawasan terbangun dalam lokasi perencanaan yang cukup luas dibagi menjadi 4 (empat) titik
pusat kegiatan. Titik pusat-pusat kegiatan tersebut dihubungkan oleh jaringan jalan utama
ditengah kawasan yang berperan sebagai pusat orientasi kawasan secara keseluruhan.
1. Kantor Lurah
Kelurahan Bagan Deli masuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Medan Belawan
dan secara otomatis juga masuk ke dalam wilayah administrasi Kota Medan. Kelurahan
Bagan Deli semakin berkembang karena adanya Pelabuhan Belawan yang dijadikan
sebagai pelabuhan internasional dan adanya pembangunan perindustrian dan
perdagangan, seperti industri pengolahan minyak mentah, industri pupuk, industri
pengalengan ikan dan lain-lain. Sehingga aktivitas ekonomi penduduk di Kelurahan Bagan
Deli menjadi baik. Kelurahan Bagan Deli juga berfungsi untuk melayani kebutuhan
masyarakat dalam hal pembuatan KTP, pembuatan surat pernikahan, pendataan warga
baru dan lain-lainnya.
IV-22
2. Gedung sekolah
Fasilitas pendidikan yang terdapat di Kelurahan Bagan Deli adalah berupa gedung-gedung
sekolah milik pemerintah maupun swasta dengan tingkat yang berbeda. Fasilitas
pendidikan yang dapat digunakan bagi anak-anak untuk sekolah dan memperoleh ilmu.
Fasilitas sekolah yang terdapat di kawasan perencanaan termasuk lengkap dan memenuhi
standar. Sekolah yang berada di kawasan perencanaan terdiri dari SD, SMA dan Madrasah,
3. Dermaga TPI
Kelurahan Bagan Deli yang terletak di daerah pesisir yang berbatasan langsung dengan
laut, yaitu Selat Malaka sehingga memiliki sumberdaya alam yang melimpah berupa
perikanan laut. Sumberdaya alam perikanan laut yang terdapat di Kelurahan Bagan Deli,
antara lain berbagam macam jenis ikan, udang, kerang, cumi-cumi, sotong dan lain-lain.
Dermaga-dermaga kecil yang berada dekat dengan permukiman penduduk yang
membelakangi laut. Kondisi dermaga utama terbuat dari bahan beton dan bersifat
permanen. Saat ini, dermaga dan TPI tersebut telah digunakan sebagai lokasi kegiatan
utama aktifitas nelayan di keluarahan Bagan Deli.
IV-23
Gambar 4.7 : Dermaga Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
IV-24
Gambar 4.9: Peta Kondisi Dermaga
IV-25
4.3.2 Analisis Kegiatan Transportasi
Kemudahan jarak yang ditempuh untuk menuju kawasan wisata Bagan Deli dengan
memanfatkan fasilitas jalan tol dari pusat Kota Medan namun untuk memasuki jalan menuju
kawasan perencanaan wisata Kelurahan Bagan Deli tidak mendukung fasilitas infrastruktur
yang baik sehingga memerlukan pelebaran dan pengerasan jalan. Di dalam kawasan
permukiman penduduk juga ditemui jalan (Steiger) yang memilki ukuran 1,5 m yang tidak
mendukung untuk lokasi perencanaan kawasan wisata tepi air Belawan. Jalan merupakan
prasarana yang sangat penting dalam menunjang kegiatan perekonomian dan juga
mempengaruhi kelancaran lalu lintas. Pentingnya perbaikan serta pelebaran jalan menjadi
salah satu faktor penentu dalam menarik minat pengunjung yang ramai untuk mengunjungi
kawasan perencanaan wisata. Sehingga diharapkan dapat memberikan fasilitas infrastruktur
yang lebih baik untuk perencanaan kawasan wisata tepi air Belawan.
Pintu masuk menuju kawasan saat ini hanya melalui jalan besar Bagan Deli yang memiliki
lebar jalan 6-7 m dan kondisiny saat ini masih kurang memenuhi standar apabila kawasan ini
dikembangkan menjadi kawasan wisata. Selain itu, jalan utama ini juga masih tergenang oleh
air pasang bila air pasang memasuki wilayah perencanaan. Kondisi ini akan merugikan bagi
konstruksi jalan di kawasan perencanaan karena memiliki resiko kerusakan lebih besar bila
sering tergenang oleh air. Kondisi sirkulasi saat ini juga kurang baik, dikarenakand ujung jalan
besar bagan deli tidak memiliki lokasi sirkulasi yang memadai sehingga sering terjadi
kemacetan dan timbulnya terminal bagian di lokasi perencanaan.
IV-26
Gambar 4.11 : Peta Jalan Transportasi Kelurahan Bagan Deli Belawan
IV-27
4.3.3 Analisis Kepemilikan Lahan
IV-28
Kondisi lahan untuk permukiman penduduk terbagi-bagi menjadi banyak kapling seperti gambar
diatas. Pelaksanaan penguasaan lahan pada kawasan sempadan pantai di Kelurahan Bagan Deli
dikuasai Hak Milik atas nama warga setempat dengan hak berupa KLD (Keterangan Labuhan Deli),
ada KLD yang belum di daftar namun tidak dikuasai secara fisik, ada SKT (Surat Keterangan Tanah)
atas nama warga yang diterbitkan camat Medan Belawan khususnya diatas lahan permukiman
penduduk, juga ada penguasaan lahan yang hanya didasarkan pada surat-surat yang dibuat secara
dibawah tangan seperti surat jual beli yang dibuat diatas kertas bersegel.
Penggunaan lahan sebagiannya masih merupakan permukiman penduduk nelayan tanpa status lahan
yang jelas, penduduk yang umumnya bermata pencaharian nelayan tersebut tetap bertahan dan
tidak bersedia pindah karena kultur kehidupan penduduk yang tidak bisa dipisahkan dari laut, yang
sudah menjalani kehidupan laut sebelumnya oleh nenek moyangnya dan masih dilakukan hingga
sampai saat ini. Penggunaan lahan juga digunakan penduduk nelayan untuk membuat tambak,
usaha jemur ikan dan udang dan juga kedai.
Tabel 4.5 : Data Penggunaan Lahan Pada Kawasan Kelurahan Bagan Deli
Penggunaan
Nama Kelurahan Bukti Hak Tanah
Pelabuhan
Bagan Deli Hak Pengelolaan Perikanan
Hak Milik Tambak
KLD (Keterangan Labuhan
Deli) Tambak
Grant Sultan Permukiman
SKT (Surat Keterangan
Tanah) Permukiman
Surat Dibawah Tangan Permukiman, kedai,
usaha jemur ikan
IV-29
4.3.4 Analisis Permukiman
Kondisi
rumah di
jalan utama
Kondisi rumah di
dekat bibir pantai
berbentuk
panggung dan
terbuat dari kayu,
Kondisi permukiman penduduk nelayan memiliki konstruksi bangunan rumah panggung yang berada
pada tepi pantai atau areal pasang surut. Konstruksi rumah panggung tersebut memiliki ketinggian
lantai dari permukaan laut pada saat surut sekitar 1-2 meter. Letak rumah panggung tersebut
banyak masih berada di kawasan pelabuhan Belawan atau dalam daerah Hak Pengelolaan, namun
penduduk masih membangun rumah di kawasan tersebut. Permukiman penduduk yang memiliki
rumah panggung di tepi pantai tidak tertata dengan rapi serta terkesan sangat kumuh dan dipenuhi
sampah yang berasal dari air laut yang pasang surut, akibat hal tersebut menyebabkan penumpukan
sampah yang tertinggal dan menyebabkan bau yang tidak sedap pada kawasan permukiman rumah
IV-30
panggung tersebut. Kondisi permukiman penduduk yang berada di dataran memiliki konstruksi
bangunan rumah permanen dan semi permanen.
Kondisi Ruang Terbuka Hijau (RTH) saat ini digunakan untuk lahan terbangun. Kelurahan Bagan Deli
berencana untuk membuat Ruang Terbuka Hijau (RTH) di beberapa titik yang sudah ditentukan yang
diharapkan dapat berguna untuk penduduk sekitarnya, seperti terlihat pada gambar diatas.
IV-31
4.4 ANALISIS INFRASTRUKTUR KAWASAN
Berdasarkan hasil penelitian pada Kawasan Kelurahan Bagan Deli dapat digambarkan bahwa
masih kurangnya kepedulian pengolahan limbah rumah tangga pada setiap permukiman
penduduk yang berada pada tepi pantai dan kurang ketatnya pengawasan limbah oleh
instansi terkait. Rendahnya kepedulian penduduk terhadap pengelolaan sampah dan
kebersihan lingkungan sekitarnya sehingga ditemukan sampah yang berserakan di sepanjang
pantai dan semakin banyak di dekat pemukiman, khususnya pemukiman yang membelakangi
pantai yang menimbulkan bau yang tidak menyenangkan untuk daerah kunjungan wisata.
Pemukiman seperti ini dikategorikan sebagai pemukiman kumuh yang fasilitas sanitasi dan
kebersihan lingkungan sangat buruk.
Permukiman penduduk yang membelakangi Genangan air serta sampah yang ada di kawasan
pantai permukiman penduduk
Penyebab banjir pada kawasan wilayah adalah tidak berfungsinya saluran pembuang
menampung kapasitas durasi hujan dan tinggi genangan atau saluran drainase tidak terpadu
dari hulu hingga ke hilir sampai ke pembuangan langsung ke laut. Pada kawasan permukiman
penduduk yang jauh dari pantai juga ditemukan drainase yang tidak mendukung karena
pengendapan sampah sehingga dapat menimbulkan banjir pada saat hujan deras dengan
demikian sangat penting dilakukan perbaikan sistem drainase dan sanitasi lingkungan di areal
pemukiman sehingga memiliki pembuangan yang lancar dan tidak dihalangi oleh sampah.
IV-32
Gambar 4.16 : Sistem drainase yang ada di Kelurahan Bagan Deli
Drainase yang dipenuhi sampah drainase hanya terdapat disalah satu sisi badan
jalan
Di kawasan Kelurahan Bagan Deli Belawan dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya
sebagian besar penduduk menggunakan sumur bor untuk kebutuhan sehari-hari karena
sulitnya untuk memperoleh air bersih dari PDAM. Air bersih yang diperoleh dari sumur bor
ditampung pada sebuah watertank yang kemudian dibeli oleh penduduk untuk digunakan
dalam kebutuhan sehari-hari.
IV-33
Gambar 4.18: Fasilitas Kesehatan di Kelurahan Bagan Deli
IV-34
Gambar 4.19 Peta Kondisi Air dan Jaringan Listrik Bagan Deli IV-35
Gambar 4.20 Peta Kondisi Sanitasi Bagan DEli IV-36
4.5 ANALISIS KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI
Penduduk yang tinggal di kawasan Kelurahan Bagan Deli Belawan sekitar 15,860. Penduduk
tersebut pada umumnya adalah para nelayan yang tinggal dan bermukim disekitar kawasan
perencanaan wisata tepi air Belawan. Permukiman nelayan tersebut terkesan kumuh, karena rumah-
rumah penduduk yang berada dekat dengan tepi pantai sebagian besar (70%) masih berupa rumah
panggung dan sebagian lagi (30%) berbentuk semi permanen dan permanen.
Bentuk aktifitas ekonomi Kelurahan Bagan Deli beraneka ragam yang terdiri dari industri (industri
besar, industri sedang, industri kecil hingga industri rumah tangga), restoran/rumah makan, warung
makan, pedagang (dari pedagang besar hingga pedagang eceran), akomodasi, pergudangan dan
komunikasi. Ada juga aktivitas ekonomi penduduk di Kelurahan Bagan Deli berupa berbagai jenis
perusahaan-perusahaan baik di bidang barang maupun jasa yang dikelola oleh pemerintah ataupun
pihak swasta dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6 Aktivitas Ekonomi Penduduk Menurut Jenisnya di Kelurahan Bagan Deli.
IV-37
Dilihat dari tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa aktivitas ekonomi penduduk di Kelurahan
Bagan Deli sebagian besar adalah perdagangan besar/eceran berjumlah 679 unit sedangkan aktivitas
ekonomi penduduk yang paling sedikit adalah industri kecil berjumlah 2 unit.
Bentuk aktifitas ekonomi yang lain di Kelurahan Bagan Deli Belawan adalah nelayan. Kegiatan
nelayan tersebut menghasilkan tangkapan ikan laut antara lain berbagai macam jenis ikan, udang,
kerang, cumi-cumi, sotong dan lain-lain yang kemudian dikumpulkan dan akan dipasarkan atau dijual
pada sebuah Tempat Pelelangan Ikan(TPI). Dengan adanya bentuk aktifitas ekonomi tersebut
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan penduduk Kelurahan Bagan Deli Belawan.
Analisis SWOT digunakan untuk melihat kondisi faktor Internal dan eksternal pada penataan
kawasan wisata tepi air Belawan. Dengan menggunakan analisis SWOT dapat dievaluasi faktor
Internal kondisi kawasan wisata yang merupakan kekuatan dan kelemahannya dan faktor eksternal
yang merupakan peluang dan tantangan. Strategi yang dipilih harus sesuai dengan kapabilitas
Internal dan eksternal.
1. Melakukan identifikasi terhadap peluang dan ancaman yang akan dihadapi serta kekuatan
kelemahan yang dimiliki kawasan wisata tepi air belawan melalui penelaah terhadap lingkungan
kawasan dan potensi yang dimiliki oleh kawasan perencanaan wisata tepi air Belawan untuk
menetapkan sasaran dan merumuskan strategi yang realistik.
2. Mengumpulkan jenis dan kualitas data dan informasi yang internal dan eksternal yang diperlukan.
3. Menyamakan langkah-langkah (prosedur) dalam melakukan analisis eksternal dan internal.
Analisis Lingkungan Internal adalah analisis yang melihat kondisi internal kawasan
perencanaan dengan melihat Kekuatan dan Kelemahan yang dimiliki oleh kawasan untuk
dikembangkan dengan kegiatan wisata. Kekuatan (Strength) segala sesuatu yang baik yang
dapat diperbuat atau karakteristik yang memiliki kapabilitas penting. Kekuatan itu dapat
berupa keahlian (skill), keunggulan/kompetensi inti (core competence), kemampuan bersaing
IV-38
dll. Kelemahan (weakness) adalah segala sesuatu yang merupakan kekurangan atau suatu
kondisi yang tidak menguntungkan.
Analisis eksternal merupakan analisis dari lingkungan luar. Hal ini dilakukan untuk melihat
seberapa besar daya tarik yang akan dimiliki, seberapa peluang yang bisa diraih serta
seberapa besar ancaman yang dapat mempengaruhi kawasan perencanaan wisata tepi air
Belawan di masa sekarang dan di masa yang akan datang.
IV-39
Tabel 4.8 Identifikasi Peluang dan Ancaman
Peluang (Oppurtunity) Ancaman (Threat)
Dukungan yang besar dari Pemkot Kawasan Bagan Deli sangat dekat dengan
Medan untuk membantu menjadikan muara sungai yang banyak mengalirkan
Kelurahan Bagan Deli sebagai Kawasan sampah dari daerah lain di Kota Medan
Wisata Tepi Air Belawan
Aksesibilitas untuk kegiatan pariwisata Keberadaan Investor yang belum maksimal
mudah dijangkau karena dekat dari untuk melakukan investasi dalam usaha
pusat Kota pengembangan wisata Bahari
Adanya peluang pasar pariwisata Persaingan usaha kegiatan pariwisata yang
disektor kawasan Belawan terutama semakin kompetitif
disektor wisata Bahari
Pelabuhan Belawan sebagai Pelabuhan
Internasional yang banyak dikunjungi
dan dapat dimanfaatkan sebagai pasar
potensial untuk pengunjung pariwisata
Bagan Deli
Minimnya Pariwisata Bahari di Kota
Medan Bagan Deli menjadi salah satu
kegiatan yang memberikan peluang
wisata Bahari di Kota Medan
IV-40
4.6.3 Analisis Matriks TOWS
IV-41
Pelabuhan Belawan Menggunakan pendekatan Membangun fasilitas dan
sebagai Pelabuhan konsep waterfont city untuk utilitas permukiman ( listrik, air
Internasional yang perencanaan Kawasan Bagan bersih, telepon) di Kawasan
banyak dikunjungi dan Deli dan pendekatan Bagan Deli sesuai dengan
dapat dimanfaatkan community Based Approach standart pelayanan
sebagai pasar potensial (partisipasi masyarakat) untuk permukiman (SPM
untuk pengunjung kegiatan wisata bahari di Permukiman dan perumahan)
pariwisata Bagan Deli Kawasan Bagan Deli
Minimnya Pariwisata Penyediaan lahan RTH di
Bahari di Kota Medan Bagan Deli Belawan baik
Bagan Deli menjadi berupa RTH di tiap-tiap kavling
salah satu kegiatan perumahan maupun di
yang memberikan kawasan perencanaan
peluang wisata Bahari
di Kota Medan
Ancaman (Threat) Strategies (ST) Strategies (WT)
IV-42
BAB V
KONSEP DAN STRATEGI PENGEMBANGAN
Tabel 5.1
Kaidah-kaidah Pengembangan Pariwisata Kawasan Tepi Air Belawan
V-1
PENGARUH PADA HASIL PENILAIAN
KAIDAH PERTIMBANGAN KELAYAKAN DAN REKOMENDASI
PENGEMBANGAN YG DIHASILKAN
TATA RUANG Rencana tata ruang Kota (RTRW, RDTR) Pengembangan Kawasan Wisata
Airharus sesuai dengan arahan tata
ruang yang telah ditetapkan.
Arahan pengembangan Kawasan Wisata
Airyang dihasilkan akan sinergi
dengan rencana pengembangan
wilayah yang ada di Kecamatan
Belawan khususnya dan Kota Medan
umumnya.
Selain kaidah-kaidah pengembangan, pengembangan Kawasan Wisata Air juga mengacu pada
pendekatan-pendekatan perencanaan berikut ini.
Pengembangan Kawasan Wisata Air harus direncanakan dan dikembangkan secara ramah
lingkungan dengan tidak menghabiskan atau merusak sumber daya alam dan sosial, tetapi
dipertahankan untuk pemanfaatan yang berkelanjutan. Menurut Piagam Pariwisata Berkelanjutan
tahun 1995, pembangunan pariwisata yang berkelanjutan adalah pembangunan yang didukung
secara ekologis dalam jangka panjang, sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial.
Untuk itu, dalam perencanaan Kawasan Wisata Air harus memperhatikan daya dukung ekosistem
kawasan dalam menampung komponen biotik (makhluk hidup) yang terkandung di dalamnya,
termasuk memperhitungkan faktor lingkungan dan faktor lainnya yang berperan di alam yang sangat
bervariasi dan selalu bergantung pada tingkat pemanfaatan yang dilakukan oleh manusia.
Pengembangan Kawasan Wisata Air juga harus memperhatikan kelayakan ekonomi agar dapat
memberikan manfaat ekonomi yang sebesar-besarnya bagi masyarakat, pemerintah daerah, maupun
pihak swasta. Selain itu, pengembangan Kawasan Wisata Air harus sesuai dengan daya dukung
sosial masyarakatnya agar pengembangan pariwisata yang dilakukan nantinya tidak mengganggu
kehidupan sosial masyarakat sekitar kawasan.
V-2
b. Pendekatan Partipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat merupakan prinsip utama yang harus dipegang dalam pengembangan
Kawasan Wisata Air. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata mempertimbangkan
kebutuhan sosial, lingkungan, dan pelayanan, tidak saja kepada wisatawan, tetapi juga kepada
masyarakat lokal.
Pengembangan Kawasan Wisata Air harus dapat melibatkan masyarakat dalam tahap perencanaan
dan pengambilan keputusan, serta dalam pengembangan dan pengelolaan pariwisata. Masyarakat
lokal juga seyogyanya diuntungkan secara sosial-ekonomi dalam pengembangan pariwisata tersebut.
Pengembangan wilayah melihat sektor-sektor sebagai suatu sistem yang saling berkaitan. Sektor
ekonomi yang utama di suatu wilayah perlu dikembangkan dalam kerangka saling melengkapi dan
mendukung dengan sektor lain.
Pariwisata sangat multisektoral dan tidak dapat maju dan berkembang dengan sendirinya tanpa
dukungan dari sektor lain. Di lain pihak, sektor lain pun dapat memanfaatkan pariwisata untuk
bersinergi secara positif sehingga saling mendukung dan menguntungkan. Dengan kreativitas dan
inovasi perencanaan, pariwisata dapat dikembangkan seiring dengan sektor lainnya tanpa harus
memunculkan konflik.
1. Terkait dan selaras dengan sektor ekonomi dasar yang berkembang atau berpotensi di daerah
yang bersangkutan, misalnya pengembangan wisata kuliner, wisata memancing dan budaya
yang berkembang di Belawan.
2. Secara kreatif menggali potensi, baik yang tangible (teraba) maupun intagible (tak teraba) dari
potensi sumber daya sektor-sektor di wilayah.
3. Bekerja sama dan berkoordinasi dengan sektor lain dalam berbagai tahapan perencanaan,
implementasi dan pengawasan pembangunan.
V-3
d. Pendekatan Pasar Pariwisata
Pengembangan produk pariwisata harus disesuaikan dengan karakteristik dan preferensi dari pasar
pariwisata yang akan mengonsumsi produk tersebut. Keberhasilan pengembangan pariwisata
ditentukan pula oleh tingkat kepuasan wisatawan terhadap produk pariwisata yang ditawarkan.
Untuk itu, pengembangan pariwisata di Kawasan Wisata Air harus mempertimbangkan karakteristik
dan preferensi dari wisatawan eksisting yang berkunjung ke kawasan ini dan juga wisatawan yang
berkunjung ke daya tarik wisata lain di Kota Medan. Lebih jauh lagi, pada tahap selanjutnya,
pengembangan Kawasan Wisata Air harus juga memperhatikan potensi pasar yang lebih luas.
Landasan Normatif berdasarkan Pelaksanaan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional menghendaki arah dan tujuan kebijakan pembangunan diselenggarakan
berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan,berwawasan
lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan Nasional.
Perencanaan pembangunan nasional disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan
tanggap terhadap perubahan. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diselenggarakan
berdasarkanatas Asas Umum Penyelenggaraan Negara. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
bertujuan untuk :
b. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baikantardaerah, antar ruang, antar
waktu, antar fungsi pemerintahmaupun antara Pusat dan Daerah.
V-4
5.1.2 Prinsip Umum Penataan Kawasan
Pengembangan fisik di Kawasan Wisata Air Bagan Deli mengikuti prinsip umum sebagai berikut
dijabarkan sebagai berikut:
1. Mengembangkan tema-tema tertentu (tematik) pada berbagai segmen yang ada di kawasan
wisata tanpa melupakan tema utama (wisata tirta). Keragaman tema menghasilkan variasi daya
tarik berupa kegiatan beserta fasilitas yang dibutuhkan, bertujuan untuk meningkatkan kepuasan
wisatawan, menambah pengalaman dan wawasan wisatawan, sekaligus menambah pendapatan
ekonomi masyarakat.
2. Membentuk linkage atau keterkaitan yang menghubungkan kawasan wisata dengan pusat
kegiatan masyarakat (ibukota desa) dan daya tarik wisata lainnya melalui penetapan entry point,
simpul/node utama dan sekunder.
3. Memperhatikan prinsip perencanaan dan perancangan fisik yang ramah lingkungan dengan
memperhatikan potensi dan batasan alam serta daya dukung lingkungannya (fisik, sosial
ekonomi, budaya). Hal ini dicapai dengan:
Lebih lanjut, adanya zonasi yang membagi peruntukan lahan sekaligus berfungsi sebagai filter
pengunjung dan dapat mengkonsentrasikan arus dan jumlah pengunjung sehingga dapat
meminimalisir terjadinya wisata massal yang dapat menurunkan kualitas lingkungan fisik.
Sedapat mungkin tidak mengembangkan penyelesaian tapak melalui sistem cut and fill secara
besar-besaran dalam membangun kawasan wisata dengan mengoptimalkan kondisi topografi
bagi pembangunan fasilitas wisata. Tidak hanya mengakibatkan tanah longsor akan tetapi
merusak topografi kawasan tersebut.
Sedapat mungkin tidak membuka jalur baru, baik untuk jalur primer maupun jalur sekunder
dan tersier dengan mengoptimalkan jalur-jalur yang sudah terbentuk sebelumnya dalam
V-5
mempertahankan kelestarian habitat liar melalui konservasi koridor sebagai arena pergerakan
habitat liar.
Luas netto sekumpulan areal hijau yang besar lebih memberikan kesempatan yang lebih besar
bagi keanekaragaman hayati untuk berkembang dibanding luas netto yang kecil-kecil dan
tersebar.
5. Mengembangkan kawasan wisata secara demokratis, dalam arti harus aksesibel bagi semua yang
memiliki kemampuan fisik terbatas (manula, kaum difable), serta dapat diakses bagi semua orang
dan bukan golongan yang disesuaikan dengan kriteria dan standar-standar perancangan.
8. Memanfaatkan potensi sumber daya alam dan binaan lokal, seperti bahan baku/material
bangunan, sumber makanan, akomodasi lokal, ataupun alat transportasi khas. Hal ini dapat
meminimalisir leakage yang dapat merugikan perekonomian lokal atau tidak memberikan nilai
tambah bagi perekonomian lokal.
Konsep Pengembangan yang akan dikembangkan dalam pengembangan kawasan wisata tepi air
Bagan Deli Belawan adalah konsep pengembangan wisata Wisata Air atau tirta yang dikaitkan
dengan potensi yang ada di wilayah perencanaan yaitu Desa Bagan Deli.
Kawasan Wisata Air sesuai dengan definisi parc regionaux (Billet, 1982), yang bertujuan untuk:
Menyediakan kegiatan leisure dan wisata outdoor yang melibatkan masyarakat lokal serta
menguntungkan ekonomi lokal.
V-6
Konsep umum penataan fisik kawasan didasari oleh pertimbangan sebagai berikut:
1. Kawasan Wisata Air Bagan Deli merupakan kawasan yang terletak di antara Kawasan Lindung,
Pelabuhan, dan Perdagangan, sehingga diperlukan pemetaan yang selain memperhitungkan
carrying capacity lingkungan juga memperhatikan batas-batas kepemilikan dan fungsi guna
lahan eksisting.
2. Fitur alam yang unik (berupa lansekap dan air) dan fitur kultural (tradisi/kebiasaan
masyarakat, bentuk arsitektural, dll) yang terdapat di kawasan dapat dioptimalkan sebagai
point of interest.
3. Kawasan Tepi Air merupakan sumber mata pencaharian yang dimanfaatkan oleh penduduk
sekitar bagi kegiatan sehari-hari masyarakat yaitu aktifitas nelayan.
1. Tupoksi/karakteristik fisik kawasan berdasarkan hasil analisis topografi dan hidrologi kawasan
2. Jumlah dan sebaran penduduk pada kawasan perencanaan
3. Memanfaatkan jaringan jalan eksisting
4. Memanfaatkan lahan-lahan kosong/ruang terbuka yang ada untuk peruntukan RTH.
5. Memanfaatkan pola jaringan drainase sekunder dan tersier yang ada
Sasaran penanganan :
1. Daerah-daerah semula selalu basah/tergenang akibat pasang naik/rob air laut dijaga aliran
airnya dengan cara :
V-7
a. Pembuatan tanggul dan pintu air pada kanal Pertamina mulai dari jalan besar bagan deli
sampai dengan ujung kanal yang diarahkan ke tepi laut.
b. Pembuatan Kanal Utama (main canal)/saluran primer sejajar pipa pertamina untuk
mengaliri buangan hujan dan buangan saluran rumah tangga menuju laut.
c. Drainase lingkungan diarahkan menuju kanal utama (saluran sekunder dan tersier)
d. Pada ujung kanal/pertemuan kanal dengan laut dibuat pintu air besar untuk mengatur
tingkat volume air di kanal pada saat air pasang
2. Daerah yang merupakan lahan kosong yang dimiliki oleh Gereja akan dibeli dan dimanfaatkan
untuk pembangunan Rumah susun dan sekolah SMP yang belum ada di kelurahan Bagan Deli.
3. Filterisasi/penyaringan status kepemilikan lahan hasil survey dan identifikasi status kejelasan
kepemilikan lahan.
4. Pengaturan area perumahan dan permukiman didalam kawasan perencanaan dengan
pendekatan tingkat kekumuhan
5. Pengaturan konsep jaringan jalan pada prinsipnya mengikuti dan mempertimbangkan konsep
drainase/kanalisasi yang ada, termasuk pengaturan antar lingkungan didalam kawasan,
ditambah dengan jalan akses utama dan sirkulasi didalam kawasan
6. Pengadaan RTH
7. Penyediaan ruang untuk kegiatan ekonomi khususnya kegiatan wisata kuliner.
8. Penyediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial terkait dengan jumlah penduduk dan skala
pelayanan lingkungan.
Konsep pengembangan zoning atau pemetaan yang ada di Kawasan Wisata Air Belawan didasari
oleh pertimbangan:
Kondisi eksisting tapak dan bangunan, dimana diupayakan meminimasi pergeseran bangunan
dan struktur yang telah ada.
V-8
Alur kegiatan yang direncanakan dan hubungan antar ruang, dimana suatu kegiatan harus
bersifat kompatibel atau tidak saling mengganggu dengan lainnya.
Alur hubungan publik-privat, dimana kegiatan yang bersifat publik dikelompokkan dan tidak
berhubungan langsung dengan zona privat. Secara ideal, zona publik diletakkan pada areal
yang paling dekat dengan pintu masuk dan mudah dicapai.
Kemampuan fisik wisatawan, sehingga diperlukan rest area atau kantong peristirahatan
pengunjung yang tersebar di jalur utama internal. Rest area ini selayaknya dilengkapi plaza,
bangku yang memberikan kenyamanan bagi wisatawan.
Sebagai alat utama untuk mendistribusikan pengunjung, konsep zonasi atau pemintakatan di
Kawasan Wisata Air Bagan Deli akan membagi kawasan berdasarkan 3(tiga) zona kegiatan seperti
yang sudah dipaparkan sebelumnya, yaitu :
Zona ini merupakan kawasan yang mempunyai ciri kegiatan yang bersifat aktif dan semi aktif
dan menerima tekanan/beban yang besar dari jumlah pengunjung. Berbagai kegiatan dapat
dilakukan dengan jangka waktu lama di satu tempat dengan menikmati objek dan daya tarik
wisata yang tersedia dengan motivasi mencari hiburan. Zona ini tidak mengenal pembatasan
pengunjung dan diletakkan di tepi air. Secara keseluruhan penempatan ini memanfaatkan
lingkungan binaan yang akan dibangun sehingga tidak bersifat invasif dan merusak kealamian
zona-zona lain.
Terbagi atas subzona penerima, budidaya perikanan, wisata tirta, dan permainan.
2. Zona Transisi
Merupakan zona antara zona wisata air dan zona permukiman yang bersifat semi privat serta
ditujukan untuk mewadahi fasilitas yang mendukung kegiatan wisata air, misalnya
pengembangan akomodasi dan aktifitas perdagangan untuk mendukung kegiatan beristirahat
para wisatawan.
Terbagi atas subzona peristirahatan, memancing dan perdagangan.
3. Zona Permukiman
V-9
Zona ini merupakan kawasan yang mempunyai ciri khas kegiatan bersifat aktif dan semi aktif
akan tetapi hanya mampu menerima tekanan/beban yang relatif kecil dibanding zona wisata
air. Zona ini merupakan zona permukiman yaitu zona kampung nelayan. Zona ini terbagi atas
subzona permukiman panggung dan permukiman biasa.
Secara umum konsep penataan bangunan di Kawasan Wisata Air Bagan Deli harus bersifat ramah
lingkungan, baik dari segi konstruksi dan operasional bangunan, dengan beberapa kriteria sebagai
berikut:
Sedapat mungkin menggunakan teknologi tradisional pada teknik konstruksi dan material
yang memerlukan sedikit energi dan menghasilkan dampak minimal pada lingkungan.
Sedapat mungkin meniadakan sistem cut and fill untuk melestarikan lingkungan alam di
kawasan.
Bagian struktur bawah seperti pondasi dan kolom panggung harus bertahan lama, sedang
bagian struktur atas dapat mudah diganti.
Bangunan akomodasi dapat memanfaatkan elemen air yang menghasilkan nilai estetis tinggi.
Mempergunakan bahan-bahan finishing yang berbasis pada bahan organik dan mudah terurai.
V-10
Pemanfaatan energi pasif pada bangunan seperti ventilasi dan pencahayaan alami sehingga
selain menekan biaya pembangunan, energi efisien, juga ramah lingkungan. Misalnya dengan
penempatan jendela dan bukaan yang tepat dan memperhatikan sirkulasi angin tanpa
memerlukan energi tambahan seperti air conditioner (ac) maupun kipas angin.
Pemilihan struktur yang tepat untuk pembangunan di setiap zona untuk mengurangi dampak
lingkungan, misalnya dengan pemilihan struktur panggung pada daerah yang berada di
pinggir air untuk menjaga tatanan ekosistem alami serta membantu memperlancar sistem air
pasang.
Sedapat mungkin membangun pada kawasan yang telah dibuka sebelumnya dengan
memanfaatkan struktur/bangunan yang ada.
Penggunaan konsep desain kluster untuk efisiensi penggunaan infrastuktur dan fasilitas
pendukung wisata, serta minimasi footprint dari pengembangan wisata.
Bangunan sebaiknya berorientasi diantara lintasan matahari dan arah angin, dengan memilih
sisi pendek bangunan membujur timur-barat serta tegak lurus terhadap angin.
Sementara itu dari segi estetika bentuk dan gaya adalah sebagai berikut:
Menggunakan nilai arsitektur tradisional setempat yang selain memunculkan citra lokalitas
juga berintegrasi dengan lingkungan sekitar, dengan mengadopsi bahan-bahan yang terdapat
dari alam.
Detail bangunan harus seragam dan diterapkan pada seluruh bangunan sehingga mempunyai
ciri khas tersendiri.
Proporsi bangunan harus memperhitungkan titik ketinggian lahan dan pohon di sekitarnya.
V-11
Penggunaan warna pada bangunan hendaknya disesuaikan dengan lingkungan sekitar dan
tidak boleh terlalu menyolok.
Secara lebih terinci, konsep penataan bangunan pada masing-masing zona adalah sebagai berikut:
Zona ini terletak pada bagian selatan kawasan. Pada zona ini terdapat node utama sirkulasi, yang
berupa jalan utama kawasan (promenade = tempat luas untuk pejalan kaki). Pembangunan fasilitas
ini hendaknya memperhatikan kemudahan akses dan orientasi pengunjung yang datang atau
meninggalkan kawasan.
Zona wisata air mempunyai ruang penerima yang mempunyai fasilitas sebagai berikut:
V-12
- ruang serba guna
- warung makan/restoran/cafetaria
- kios cinderamata
- loket penyewaan perahu
- toilet umum
- panggung budaya (plaza)
Bangunan-bangunan yang dikembangkan bersifat permanen dengan kerapatan yang relatif tinggi
dibanding zona lain dan memperhatikan ketahanan konstruksi. Penataan bangunan membentuk
suatu ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pejalan kaki dan rekreasi air.
Pemanfaatan kondisi tepi pantai untuk dibuatkan Promenade memang bisa menjadi pilihan untuk
dikembangkan sebagai pusat wisata. Namun ada beberapa hal yang perlu menjadi catatan untuk
bisa mengembangkan lokasi Promenade ini, yaitu :
- kondisi tanah dibawah tinggi muka air (kekuatan mekanika tanah)
- naik turunnya muka air laut
- kondisi backwater dan ombak yang terjadi di pesisir pantai
Namun kondisi ini bisa diatasi dengan pengukuran yang jelas terhadap kondisi permukaan air
sehingga bisa dipastikan tinggi promenade agar muka air dengan kondisi tertinggi tidak mengganggu
lintasan promenade. Dukungan dari pilihan atas jenis pondasi yang memadai atas kekuatan
bangunan promenade atas kondisi ombak, dan juga tanah bawah air.
V-13
Gbr. Simulasi kekuatan tanah (hingga batasan tanah keras), hasil survey Geoteknik di daerah
lokasi pengembangan
Dengan melihat dari hasil simulasi, dan juga melihat data analisis data yang sudah diolah, maka
ditentukan jenis pondasi yang dipilih adalah Pondasi Dalam dengan tipe tiang pancang beton.
Kedalaman dimaksimalkan hingga kedalaman Lapisan Tanah Padat untuk mendapatkan Daya
Dukung Tanah yang bisa menahan beban maksimal yang didapatkan dari perumusan kobinasi
pembebanan (yang memperhitungkan beban hidup, beban mati, kondisi getaran akibat gempa, dan
lain-lain). Sebenarnya alternatif pondasi tiang pancang ini juga ada yang bertipe tiang pancang baja,
namun mengingat faktor pengkaratan akibat gerusan air garam yang membuat usia layan pondasi
lebih singkat, sehingga jenis pondasi tiang pancang yanh dipilih adalah pondasi tiang pancang beton.
Pertimbangan design untuk pondasi akan dilakukan kemudian dengan kondisi tinggi muka air akibat
pasang surut, sebab kondisi pengujian sondir yang dilakukan bertitik tolak dari dasar tanah dibawah
permukaan air, untuk itu design pondasi ini juga menerus menjadi tiang-tiang penyangga
promenade yang menambah nilai arsitektural dan keindahan dengan kondisi mengekspos tiang
pondasi dari mulai dasar tanah bawah air hingga ke batas tertinggi pasang naik dan hempasan
ombak sebagai acuan ketinggian promenade dari dasar tanah.
V-14
Gbr.5.2 Lintasan (kuning) Promanade yang akan didesain
B. Zona transisi
Merupakan pembatas antara zona wisata air dan zona perumahan. Karakteristik tempat yang
merupakan transisi antara kegiatan yang berintensitas tinggi sampai menengah sehingga cocok
untuk memfasilitasi kegiatan istirahat yang bersifat semi privat dan privat.
C. Zona Permukiman
Sebagai zona yang mempunyai fungsi untuk permukiman kampung nelayan dengan intensitas
kegiatan menegah sampai rendah, maka fasilitas yang dikembangkan adalah sebagai berikut:
Dari permasalahan yang ada di lapangan dan penjaringan aspirasi yang dilakukan pada saaat
rembug warga I, dan analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya maka konsep awal untuk
penanganan permasalahan tersebut diatas adalah sebagai berikut :
V-15
KAWASAN PERENCANAAN DIKEMBANGKAN SESUAI DENGAN
Untuk lebih jelasnya mengenai konsep penataan kawasan dapat dilihat pada gambar berikut :
V-16
Gambar 5.3 : Konsep Penanganan Permukiman
Dari konsep penanganan diatas ada beberapa keuntungan dan kerugian jika digunakan untuk
penanganan masalah yang ada di kawasan perencanaan. Adapun keuntungan dan kerugiaan
penggunaan dari konsep ini adalah :
A. Keuntungan
1. Kanal Pertamina tetap dapat berfungsi seperti saat ini, pipa relatif aman karena tetap terendam
2. Tidak adanya permasalahan budaya karena tetap mempertahankan kondisi kampong nelayan.
3. Tidak memerlukan biaya pembangunan yang besar
B. Kerugian
V-17
4. Pada zona basah, perlu penanganan khusus dalam penyediaan PSU (air bersih dengan
perpipaan, Jalan harus dengan jalan panggung, Drainase yang menuju saluran induk berupa
parit harus dijaga sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi secara maksimal, MCK terkendala
area genangan, Sampah harus disediakan penampungannya.
Konsep penataan sirkulasi di Kawasan Wisata Air Bagan Deli secara umum dijabarkan sebagai berikut
:
1. Menerapkan desain yang harmonis dan sesuai dengan konteks fisik dan kultural setempat.
2. Menerapkan desain yang memperhatikan fungsi ekologis wilayah pesisir dan perairan di
sekelilingnya.
3. Meminimasi keberadaan "ecological footprint' dengan pembukaan jalur sirkulasi seminimal
mungkin.
4. Memanfaatkan elemen binaan yang telah ada untuk meminimasi pemakaian sumber daya
alam secara berlebihan.
5. Menerapkan desain yang memperhatikan faktor kenyamanan dalam arti aksesibel bagi semua
pengunjung.
Berikut adalah penjabaran konsep sirkulasi di Kawasan Wisata Air Bagan Deli.
1. Pola sirkulasi
Pola sirkulasi dalam tapak direncanakan merupakan gabungan antara pola cul de-sac dan loop.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari seminimal mungkin pembukaan jalur-jalur baru agar
relatif tidak mengganggu keberlangsungan berbagai habitat yang ada di dalam kawasan.
Jika diperlukan pengembangan atau pembukaan jalur sekunder atau tersier baru maka
diharapkan seminimal mungkin memotong patches yang telah terbentuk.
Pola cul de saac diperuntukkan bagi jalur yang menuju sub-sub zona sedang pola loop dipakai
pada jalur utama yang mengelilingi kawasan. Penataan jalur sirkulasi sebagian besar
direncanakan tetap memakai jalur sirkulasi eksisting sebagai jalur utama dengan bukaan
menuju zona wisata air, bukaan menuju zona transisi, dan bukaan menuju zona permukiman.
V-18
Jalur sirkulasi menuju zona wisata air dan zona transisi selain ini ditujukan bagi sirkulasi
pedestrian juga dapat dilalui oleh kendaraan roda empat untuk keadaan darurat. Sedang akses
di dalam zona wisata maupun zona transisi disarankan menggunakan jalur pejalan kaki,
disarankan berbahan beton yang dipasang diatas permukaan air pasang untuk mengakomodir
pergerakan air pasang.
Rute yang diperuntukkan bagi kegiatan wisata, yaitu promenade harus berkesan terbuka yang
menghasilkan kontras dan suasana terbuka. Hal ini didapat pola jalan yang loop yang langsung
berhadapan dengan pemandangan laut.
2. Material
Penataan sirkulasi harus mempertimbangkan tatanan lingkungan yang ada karena aktivitas
konstruksi sekecil apapun dapat mengakibatkan perubahan pada konfigurasi bentuk permukaan
tanah (landform), pengikisan topsoil (lapisan atas tanah), menimbulkan erosi dan peningkatan
run off (limpasan air). Berdasarkan pertimbangan tersebut maka konstruksi pada jalur sirkulasi
utama menggunakan perkerasan beton.
3. Aksesibilitas
Pencapaian dari luar ke dalam kawasan dapat diakses melalui dua pintu, yaitu pintu bagian
utara (Jalan Besar Bagan Deli) dan timur. Pencapaian yang mempunyai dua pintu masuk ini
mempunyai keuntungan tersendiri, karena dapat meminimasi penumpukan arus keluar-masuk
pengunjung.
4. Parkir
Areal parkir utama dialokasikan pada kawasan penerima yaitu di sekitar TPI dan sebelah barat
Bagan Deli. Material lahan parkir dianjurkan untuk memakai bahan beton dan berposisi tinggi
untuk menghindari air pasang.
Kegiatan pengembangan Wisata Air di Bagan Deli tidak terlepas dari kondisi lingkungan dan
masyarakat Bagan Deli sendiri. Pengembangan kawasan ini tidak hanya memperhatikan kegiatan
wisata tetapi juga kondisi permukiman dan infrastruktur yang ada di Bagan Deli. Strategi
V-19
Pengembangan Kawasan Wisata Air Bagan Deli yang akan dilaksanakan pengembangannya secara
bertahap adalah :
1. Merekonstruksi dan memelihara kondisi infrastruktur jalan menuju Bagan Deli tetap terawat
agar dapat mendukung kegiatan pariwisata.
2. Menjadikan Kawasan Bagan Deli sebagai salah satu Kawasan wisata Bahari dengan
memanfaatkan sumber daya yang terdapat di kawasan Bagan Deli seperti hasil tangkapan
ikan laut, pemandangan laut, wisata kuliner seafood
3. Membangun dan merevitalisasi permukiman penduduk di kawasan Bagan Deli sesuai dengan
standart peraturan yang berlaku (SNI) dan memperhatikan kondisi fisik dan budaya pada
kawasan tersebut.
4. Membangun dan memperbaiki sistem jaringan drainase di kawsan Bagan Deli dengan
memperhatikan kondisi pasang surut air laut di kawasan sesuai dengan standart peraturan
yang berlaku (SNI)
5. Menggunakan pendekatan konsep waterfont city untuk perencanaan Kawasan Bagan Deli dan
pendekatan community Based Approach (partisipasi masyarakat) untuk kegiatan wisata di
Kawasan Bagan Deli.
6. Membangun fasilitas dan utilitas permukiman ( listrik, air bersih, telepon) di Kawasan Bagan
Deli sesuai dengan standart pelayanan permukiman (SPM Permukiman dan perumahan).
7. Penyediaan lahan RTH di Bagan Deli Belawan baik berupa RTH di tiap-tiap kavling perumahan
maupun di kawasan perencanaan.
8. Penyediaan infrastruktur yang sesuai untuk kawasan Bagan Deli yang terpengaruhi pasang
surut air laut seperti Rumah Panggung, Steiger untuk jalan (promenade), dan Talud
(Bendungan).
9. Pemilihan kegiatan pariwisata yang sesuai dengan karakteristik kawasan Bagan Deli Belawan
(Restoran Seafood, wisata keliling hutan mangrove, wisata memancing).
10. Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pariwisata di Kawasan Bagan Deli Belawan dengan
memberikan pelatihan (kreatifitas RT, pelayanan terhadap pengunjung dll)
V-20
BAB V I
RENCANA PENGEMBANGAN WISATA AIR BAGAN
DELI BELAWAN
Rencana pengembangan Kawasan Kelurahan Bagan Deli Belawan yang mempunyai luas area 22,4
Ha yang layak dikaitkan secara teknis untuk dikembangkan sebagai suatu kawasan wisata bahari
dengan potensi yang ada di kawasan wilayah Kelurahan Bagan Deli.
Permukiman penduduk yang dekat dengan tepi air laut mempunyai konstruksi bangunan rumah
panggung yang selalu mengalami kondisi arus pasang surut yang layak menggunakan konsep
permukiman dengan waterfront city sehingga kawasan tersebut layak secara teknis untuk
dikembangkan sebagai suatu kawasan wisata air bahari.
Kemudahan akses jalan menuju lokasi kawasan wisata dengan memanfaatkan fasilitas jalan tol dari
pusat Kota Medan serta kegiatan pelabuhan yang dekat dengan lokasi kawasan wisata.
Rencana pembagian zona kawasan pada rencana pengembangan wisata air Kelurahan Bagan
Deli dibagi menjadi 3 (tiga) zona bagian yaitu :
B. Zona Transisi
Zona transisi merupakan zona pemisahan dari kegiatan zona permukiman, dimana zona
transisi mempunyai aktifitas yang tidak terlalu sibuk dan tidak terlalu padat.
Zona transisi ditujukan untuk mewadahi fasilitas yang mendukung kegiatan wisata air,
misalnya pengembangan akomodasi dan aktifitas perdagangan untuk mendukung kegiatan
beristirahat para wisatawan.
C. Zona Rekreasi
Zona ini merupakan kawasan yang mempunyai aktifitas yang bersifat aktif dan semi aktif dan
menerima tekanan/beban yang besar dari jumlah pengunjung. Berbagai kegiatan dapat
dilakukan dengan jangka waktu lama di satu tempat dengan menikmati objek dan daya tarik
wisata yang tersedia dengan motivasi mencari hiburan. Aktifitas zona rekreasi yang dilakukan
pada bangunan konstruksi steigher (promanade) yang dibangun sebagai area pengunjung
untuk melakukan kegiatan rekreasi wisata, kegiatan wisata tersebut meliputi kegiatan
memancing ikan, wisata kuliner, permainan air dll.
VI-2
Gambar 6.1 : Peta Pembagian Zona Kawasan Perencanaan
VI-3
6.2.2 Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang merupakan rencana kegiatan sirkulasi inlet dan outlet suatu kawasan
wisata tersebut. Rencana struktur ruang dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
Rencana jalan 1
Rencana jalan 1 merupakan boulevard utama yang menjadi akses pintu masuk dan
keluar menuju kawasan wisata. Rencana jalan 1 akan sering dilewati oleh pengendara
sepeda motor, mobil, angkutan umum dan juga penjalan kaki, oleh karena itu Rencana
jalan 1 akan dilakukan perlebaran jalan 8 meter dengan material beton dan penimbunan
untuk mempertinggi posisi jalan sampai diatas rata-rata air pasang.
Rencana jalan 2
Rencana jalan 2 merupakan akses menuju tempat wisata yang dituju yang juga dilewati
oleh pengendara sepeda motor, mobil, angkutan umum dan juga penjalan kaki. Sehingga
perlu dilakukan perlebaran jalan 6 meter dengan material beton dan juga penimbunan
untuk mempertiggi posisi jalan sampai diatas rata-rata air pasang. Rencana jalan 2
mempunyai jaringan jalan yang saling berhubungan/ kontinu dengan rencana jalan 1 dan
rencana jalan 3
Rencana jalan 3
Rencana jalan 3 merupakan akses yang hanya dapat dilalui oleh penjalan kaki dan sepeda
motor. Akses rencana jalan 3 yang merupakan jalan langsung menuju kawasan wisata tepi
pantai. Bahan material rencana jalan 3 ini adalah steiger yang mempunyai lebar 3 meter.
VI-4
VI-5
Gambar 6.2. Peta Struktur Ruang
6.2.3 Pola Pemanfaatan Ruang
Terdapat berbagai macam aktivitas yang menjadi ciri perkotaan, antara lain permukiman,
perkantoran, perdagangan, industri, pariwisata, dan lain-lain. Dalam perkembangannya tiap
aktivitas tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga mempengaruhi
pemilihan pola pemanfaatan ruang dan lokasi aktivitasnya.
Perkembangan kota akan selalu dihubungkan dengan penggunaan pemanfaatan ruang dalam
suatu perkotaan, dimana terdapat tiga sistem kunci yang mempengaruhi, yaitu sistem
aktifitas, sistem pengembangan, dan sistem lingkungan (Chapin dan Kaiser, 1979). Sistem
aktivitas merupakan perwujudan dari kegiatan penduduk kota yang kemudian akan
membentuk suatu penggunaan pemanfaatan ruang tertentu.
Pola pemanfaatan ruang dalam rencana pengembangan wisata air Kelurahan Bagan Deli
terdiri dari beberapa pola ruang seperti gambar dibawah yaitu meliputi sebagai berikut :
Pemanfaatan ruang hampir sebagian digunakan untuk area permukiman penduduk yang
berada di kawasan tepi pantai maupun dikawasan yang jauh dari tepi pantai. Kawasan
permukiman yang berada di tepi pantai tidak mempunyai jarak setiap rumah dan saling
berdekatan (berdampingan). Ukuran setiap permukiman penduduk yang berada di tepi pantai
beraneka ragam dan tidak tertata dengan baik.
Pemanfaatan ruang untuk fasilitas sosial dan fasilitas umum yang digunakan untuk titik-titik
pusat aktifitas kegiatan sehari-hari penduduk yang berperan sebagai pusat orientasi kawasan
secara keseluruhan yang dihubungkan dengan jaringan jalan utama untuk mendukung
kegiatan orientasi kawasan tersebut.
Pola pemanfaatan ruang perdagangan yang digunakan untuk melakukan proses dagang (
seperti : pembelian ikan langsung dari nelayan yang dari melaut, pembelian souvenir) dll.
VI-6
D. Pola Pemanfaatan Ruang Wisata
Pola pemanfaatan ruang wisata yang digunakan untuk lokasi kawasan wisata tepi air.
Pemanfaatan ruang wisata rekreasi yang dilakukan pada bangunan steiger (promanade).
Berbagai kegiatan wisata dapat dilakukan pada pola pemanfaatan ruang wisata.
VI-7
Gambar 6.3. Peta Pola Pemanfaatan Ruang
VI-8
6.2.4 Rencana Sistem Drainase
Rencana sistem drainase yang ada di kawasan perencanaan merupakan pola yang mengikuti
rencana jalan, karena berada di sisi rencana jalan. Kondisi drainase di Kelurahan Bagan Deli
belum berfungsi dengan baik, hal ini dikarenakan sistem drainase yang ada khususnya
drainase di lingkungan permukiman belum sepenuhnya memenuhi kaidah teknis desain
perencanaan, dimana saluran drainase yang sifatnya sebagai saluran pembuangan belum
memiliki kapasitas tampungan yang memadai serta elevasi drainase yang belum baik, selain
itu juga masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan terhadap saluran
drainase. Kondisi drainase yang tidak baik dan dipenuhi dengan sampah menyebabkan
saluran drainase tersumbat dan sering terjadinya banjir/genangan disaat pasang surut air
laut terlebih lagi pada saat hujan. Drainase yang akan dibangun di sepanjang rencana jalan 1
dan rencana jalan 2.
Saluran dibuat sejajar dengan jalan, dan dasar saluran harus dibuat dengan kemiringan
sangat rendah untuk mengendalikan kecepatan aliran. Saluran dibuat lebih besar apabila
diperkirakan debit air yang harus dibuang sangat besar. Dimensi saluran ditentukan melalui
pendekatan perhitungan debit banjir rencana yang didasari pada intensitas curah hujan.
Dimensi saluran ditentukan melalui pendekatan perhitungan debit banjir rencana yang
didasari pada intensitas curah hujan. Dimensi saluran tersier dan saluran sekunder dihitung
berdasarkan kala-ulang (periode ulang) dua tahunan, sedangkan untuk saluran primer
memakai perioda ulang lima tahunan. Untuk mendapatkan harga debit banjir digunakan
formula Modified Rational Method yang memperhatikan koefisien pengaliran dan koefisien
kapasitas tampung dan luas dari masing-masing areal pelayanan. Adapun persyaratan saluran
adalah :
VI-9
Saluran Utama Lebar saluran (b) = 1,5 meter
m
b m = 1.00
VI-10
Drainase utama memanjang sepanjang pipa pertamina untuk kemudian air yang ada
didalamnya diarahkan ke Laut. Saluran drainase berfungsi gabungan, untuk mengalirkan air
hujan (runoff) sekaligus air limbah domestik. Namun khusus air limbah domestik di’bersih’kan
terlebih dahulu sebelum dibuang ke sistem drainase, dengan wadah-wadah tampungan. Oleh
karena itu tempat pencucian umum di beberapa tempat.
Saluran drainase ini direncanakan terbuka artinya tidak ada konstruksi untuk menutup saluran
tersebut, namun pada beberapa lokasi ditutup sehingga dapat diatas saluran tersebut dapat
dimanfaatkan untuk aktivitas warga sekaligus memperuluas ruang, misal pada saluran
drainase lingkungan dekat ruang terbuka hijau, agar ruang yang didapat lebih luas dan tidak
berbahaya maka saluran yang ada harus diberi penutup yang berfungsi juga sebagai
jembatan penghubung.
VI-11
VI-12
Gambar 6.4. Peta Jaringan Drainase
6.2.5 Sirkulasi Jalan Inlet Dan Outlet Menuju Kawasan Wisata
Sirkulasi jalan inlet dan outlet berfungsi sebagai ruas jalan yang menjadi penghubung
kegiatan aktifitas penduduk sehari-seharinya dan juga pendukung kegiatan wisata tepi air
Bagan Deli. Sirkulasi jalan inlet dan outlet menggunakan 3 (tiga) jalan yang saling
berhubungan sebagai jalan poros.
Rencana jalan 1 (satu) digunakan sebagai akses jalan utama untuk masuk dan keluar
menuju kawasan perencanaan wisata, sehingga diperlukan pelebaran dan pengerasan jalan
dengan beton pada rencana jalan 1 untuk mendukung fasilitas infrastruktur yang lebih baik
pada kawasan perencanaan wisata.
Ruas Jalan masuk utama, merupakan akses jalan yang menghubungkan jalan Pelabuhan
dengan kawasan perencanaan.
o Lebar DAMIJA (daerah milik jalan) atau ROW (Right of Way) 10 meter.
o Lebar perkerasan jalan 8 meter dan bahu jalan 1 meter di kiri dan kanan.
Kawasan perencanaan dan jalan eksisting yang ada saat ini sering tergenang air sehingga
jalan utama yaitu jalan besar bagan deli perlu ditimbun.
Peningkatan Jalan Bagan Deli Pada Rencana jalan 1 perencanaannya adalah :
Penimbunan badan jalan ± 50 - 75 Cm ;
L jalan : - 8 M – t=20 cm;
Bahan : Cor Beton bertulang
Rencana jalan 2 (dua) digunakan untuk menuju kawasan wisata yang dituju dan juga
digunakan untuk parkir mobil, sehingga diperlukan pelebaran dan pengerasan jalan.
Penataan parkiran dengan benar untuk meningkatkan pelayanan. Standart yang ditetapkan
oleh Ernst Neufert dalam buku arsitek untuk kebutuhan ruang parkir termasuk untuk ruang
berputarnya kendaraan ukuran kecil/sedang dengan ukuran 20-25 m2 per kendaraan. Selain
itu, pada ujung tipe jalan 2 (di depan TPI) akan diteruskan menembus jalan eksisting menuju
gabion akan membuka jalur inlet dan outlet menuju kawasan wisata dan mengurangi tingkat
kemacetan dan sirkulasi jalan menjadi lebih lancar karena adanya dua alternatif inlet dan
outlet.
VI-13
Ruas Jalan 2, merupakan akses jalan yang menghubungkan jalan 1 dengan jalan 3 dan jalan
lingkungan dalam kawasan perencanaan.
o Lebar DAMIJA (daerah milik jalan) atau ROW (Right of Way) 8 meter.
o Lebar perkerasan jalan 6 meter dan bahu jalan 1 meter di kiri dan kanan.
Kawasan perencanaan dan jalan eksisting yang ada saat ini sering tergenang air sehingga
jalan ini perlu ditimbun.
Peningkatan Jalan Pada Rencana jalan 2 perencanaannya adalah :
Penimbunan badan jalan ± 50 - 75 Cm ;
L jalan : - 6 M – t=20 cm;
Bahan : Cor Beton bertulang
Rencana jalan 3 (tiga) merupakan jalan dalam kawasan permukiman penduduk nelayan
yang digunakan untuk penjalan kaki yang akan memasuki kawasan steiger (promanade) yang
merupakan kawasan wisata rekreasi. Pada rencana jalan 3 (tiga) sepeda motor dapat melalui
jalan tersebut dan dapat memparkirkan sepeda motornya.
Jalan merupakan prasarana yang sangat penting dalam menunjang kegiatan perekonomian dan juga
mempengaruhi kelancaran lalu lintas. Pentingnya perbaikan serta pelebaran jalan menjadi salah satu
faktor penentu dalam menarik minat pengunjung yang ramai untuk mengunjungi kawasan
perencanaan wisata. Sehingga diharapkan dapat memberikan fasilitas infrastruktur yang lebih baik
untuk perencanaan kawasan wisata tepi air Belawan.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana sirkulasi kawasan diperlihatkan pada peta berikut ini.
VI-14
VI-15
Gambar 6.5. Peta Rencana Sirkulasi Jalan Inlet dan Outlet
6.2.6 Rencana Air Bersih
Kawasan Kelurahan Bagan Deli menggunakan air bersih yang berasal dari PDAM, namun
kondisi permasalahan utama terkait dengan jaringan air bersih adalah minimnya debit air
yang dapat teraliri ke rumah – rumah. Bagi masyarakat yang tidak menggunakan jaringan
perpipaan sebagai sumber air minum, pada umumnya memanfaatkan sumur pompa, ataupun
sumur dangkal khususnya pada kawasan permukiman di tepi pantai seperti di Kelurahan
Bagan Deli.
Rencana air bersih dengan menggunakan PDAM untuk lokasi kawasan perencanaan akan
dibuat pada 4 (empat) titik reservoir diantaranya yaitu kantor kelurahan, mesjid, TPI, lokasi
wisata (dekat jembatan pada lingkungan 15). Jalur perpipaan air akan mengikuti jalur
rencana jalan 1 dan 2, pipa akan ditanam 0.5 – 1 m dari atas permukaan tanah. Sedangkan
untuk setiap lingkungan (lorong) dan juga untuk kawasan wisata air tersebut menggunakan
sumur bor yang akan dibuat disetiap lingkungan (9 sumur bor) sehingga diharapkan setiap
penduduk nelayan yang bermukim pada daerah yang dekat dengan tepi pantai tidak
mengalami kekurangan air bersih.
Sistim air bersih yang diusulkan untuk mendukung kawasan perumahan ini bersumber dari :
Jaringan pipa PDAM, khususnya pada area ditepi jalan besar Bagan Deli.
Air tanah untuk sebagian besar di sebelah timur rel kereta api dengan kebutuhan debit
6.42 lt/detik.
VI-16
Tabel 6.1
Kebutuhan Jaringan Pipa Air Bersih yang berasal dari Air Tanah
No Uraian Satuan Volume Keterangan
Pompa sumur dalam
1 unit 9
3,25 lt/det head 100 m
2 Reservoar 50 m3 unit 4
3 Pompa distribusi unit 2
4 Sambungan listrik dan Genset unit 1
5 Pipa Transmisi m 500
Pipa Distribusi
6 m 8.474
dia 1 ½” – 4”
7 Sambungan Rumah (SR) unit 446
8 Hydran Umum unit 9
Sumber : Hasil Analisa,2010
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pengembangan jaringan air bersih di kawasan
perencanaan dapat dilihat skematik air bersih dan peta 8.6.
Pipa naik
Kabel listrik
Pompa submersibel
Lubang bor
Kedalaman sumur
Centering device
interval ± 5 m
Minimun 5 m
dari saringan
tertinggi
Saringan
Centering device
interval ± m
Saringan
Batu kerikil
Lubang bor
VI-17
Gambar : Skematik Sistim Pengambilan Air Tanah Dalam
Jalan
Saluran
Drainase Urugan tanah
Tanpa bahan keras
POTONGAN A
POTONGAN G
Trotoir Jalan
Pasir dipadatkan
dan dibuat basah
POTONGAN B
Jalan GALIAN NORMAL (untuk tipe A,B,C,D,E,G,I,J,K,L)
POTONGAN HR
Trotoir Jalan
POTONGAN CR Saluran
Drainase
Jalan
Pondasi Jalan Baru
Trotoir Jalan
POTONGAN D
Saluran
Drainase
GALIAN DI BAWAH JALAN (untuk tipe CR, FR, HR)
Jalan
Trotoir Jalan
POTONGAN E
POTONGAN K
Pagar
Drainase
Jalan
Disarankan mempergunakan pipa Type A (Thrust Block Dengan Bend) D.E.F dan G
(Thrust Block Cap)FRpemasangan pipa Type D.E.F.G
POTONGAN dan LH
POTONGAN
D
THRUST BLOCK CAP C GALIAN MEMOTONG JALAN (untuk tipe R)
45°
B
45°
0 0
10 10
>%Ø 100 Ø Ø
0
15
A
Ø
0
15
> Ø 50 (PVC)
b b
90°
POTONGAN A-A
Tanpa Skala
> Ø 50 (PVC) > Ø 50 (PVC)
400 D
C
150 Ø 150
b D
C
> Ø 50 (PVC)
22.5°
B Ø 100 Ø1
00
30°
b
150
b
> Ø 50 (PVC)
30°
> Ø 50 (PVC)
C D
B B
150 Ø 150
150 Ø 150
Ø
> Ø 50 (PVC)
150
B
400
400
POTONGAN C-C
Tanpa Skala POTONGAN
VI-18
Manhole 600 x 600 mm
Pipa Vent Ø 50 PVC
Pipa Peluap 75 mm
Pipa Inlet
Pipa Outlet 75 mm
Tanah urug
Pipa Penguras 75 mm
Lantai kerja 5 cm
Pasir urug 10 cm
POTONGAN A-A
Klem 30 X 3 mm
Pipa penguras
Pipa inlet Ø 3" G.S Ø 150-200
Pipa Outlet PVC 1"
Besi siku 7 mm
Besi siku 5 mm
Stop kran
Pasangan Bata
Beton bertulang
Urugan Pasir
VI-19
Valve Ø 3/4"
Meteran Air
Pasir
Pondasi Beton 1:2:6
Ø 2"
KLEM 30 X 3 mm
VI-20
Gambar 6.9. Peta Rencana Air Bersih
VI-21
6.2.7 Rencana Sanitasi & Air Kotor
Air kotor adalah air bekas pakai yang sudah tidak memenuhi syarat kesehatan lagi dan
harus dibuang agar tidak menimbulkan wabah penyakit. Permukiman penduduk yang berada
dekat dengan tepi pantai tidak memiliki saluran pembuangan air kotor sehingga setiap air
kotor yang dihasilkan dari limbah rumah tangga tersebut dibuang langsung ke pantai. Hal ini
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan juga pencemaran air laut.
Limbah yang diproduksi kawasan ini didominasi oleh limbah domestik. Pengelolaan yang
direncanakan adalah sistem pembuangan air limbah setempat (on site) dengan beberapa
pertimbangan yaitu :
Biaya pembuatan murah, kondisi eksisting saat ini memperlihatkan bahwa masyarakat
sudah mengelola air limbahnya masing-masing secara on site
Pada beberapa lokasi disediakan juga pengolahan air limbah secara sederhana, untuk
mengolah air limbah hasil pencucian ikan/kerang yang umumnya keruh dan bau sehingga
tidak dibuang secara sembarangan atau bercampur dengan saluran runoff atau limbah
domestik. Air limbah cucian tersebut harus dikelola dengan baik agar :
Namun karena tidak seluruh warga melakukan aktivitas pencucian ikan/kerang tersebut maka
pengolahan air limbah tersebut hanya di tempatkan dibeberapa tempat yang direncanakan
dapat digunakan sebagai tempat pengolahan ikan/kerang yaitu :
1. Lingkungan III
2. Lingkungan IV
3. Lingkungan V
VI-22
Sistem pengolahan air limbah sederhana ini sama seperti septic tank yang digunakan di setiap
rumah sehingga konstruksinya sederhana dan mudah dikerjakan.
VI-23
- Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan kebersihan.
Sampah atau limbah padat dari kawasan perencanaan dikelola dengan kombinasi :
Selain itu, masalah penanganan persampahan juga menjadi prioritas penanganan karena
kawasan perencanaan adalah kawasan yang akan dikembangkan menjadi kawasan wisata dan
saat ini memiliki permasalahan dalam penanganan persampahan. Rencana pengadaaan
fasilitas penanganan persampahan adalah :
VI-24
Jaringan listrik sudah tersedia pada kawasan perencanaan. Walaupun begitu energi listrik
merupakan fasilitas yang akan mempermudah aktivitas kehidupan sehari-hari warga dan
untuk menunjang ekonomi produktif/usaha industri kecil di rumah. Pengembangan sistem
jaringan listrik kedepan adalah menyangkut kapasitas dan dan kehandalan sistem. Dengan
demikian kebutuhan daya listrik di kawasan perencanaan berikut perkembangannya juga
dapat terpenuhi.
Penggunaan energi listrik untuk kawasan perencanaan sebagian besar masih untuk kebutuhan
rumah tangga, yaitu untuk penerangan dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Sedangkan
untuk ekonomi produktif berupa usaha industri kecil maupun usaha lainnya belum begitu
signifikan. Rata-rata sambungan rumah yang ada menggunakan listrik dengan kapasitas 450-
900 Volt amper.
Sumberdaya energi listrik diperoleh dari gardu distribusi yang menerima daya listrik dari PLN
di dengan sistem transmisi tegangan menengah 20 Kv. Gardu distribusi terdiri dari panel
tegangan menengah ™ 20 kV, panel tegangan rendah (TR), transfomator penurun tegangan,
yaitu dari tegangan mennegah 20.000 volt menjadi TR 400/230 volt, serta penghantar TM dan
penghantar TR. Kapasitas GD ditentukan oleh standart kapasitas transfomator daya yang
digunakan oleh PLN pada saat ini, yaitu: 3000 kVA – 200 kVA dengan tegangan nominal 20
kV/400 V.
Jaringan listrik dikelola oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero dengan sistem
jaringan tegangan rendah yang berasal dari transfomator dan langsung didistribusikan ke
rumah penduduk. Sistem jaringan masih menggunakan cara distribusi konfensional dengan
jaringann udara.
Secara umum disekitar kawasan perencanaan sudah dilayani oleh Telkom untuk satuan
telepon rumah. Jaringan utama berada di sepanjang jalan besar Bagan Deli dan jalan
Pelabuhan 2. Direncanakan tiap pusat sub kawasan akan dilengkapi dengan telepon umum.
Namun untuk mengantisipasi kebutuhan pengembangan jaringan telepon perlu dilakukan
penambahan jaringan distribusi dengan mengikuti skematik jaringan jalan lingkungan dan sub
lingkungan yang direncanakan.
VI-25
Gambar 6.10. Peta Rencana Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial VI-26
6.2.9 Rencana Ruang Terbuka Hijau
Kondisi eksisting ruang terbuka hijau saat ini adalah lahan terbangun. Minimnya ruang
terbuka hijau yang pada umumnya ditumbuhi dengan tumbuhan Mangrove mengurangi
pembudidaya jenis ikan dan kepiting yang tergantung dari kawasan tumbuhan mangrove.
Tumbuhan ini mampu beradaptasi dengan genangan air laut yang kisaran salinitasnya cukup
lebar. Pada habitat mangrove ini dapat menemukan berjuta hewan yang hidup dari kawasan
lingkungan ini dan juga dapat digunakan untuk pembuatan budidaya jenis ikan dan juga
kepiting.
Perlunya pembuatan kawasan ruang terbuka hijau menjadi kawasan yang direvitalisasi dan
dapat dijadikan sebagai wisata hutan mangrove dengan membuat jalur/sirkulasi yang menarik
dan nyaman. Revitalisasi kawasan mangrove mutlak harus dilakukan karena banyak
manfaatnya. Selain penyeimbang secara ekologis juga dapat mengurangi dampak akibat
lingkungan. Kawasan RTH akan diletakkan di belakang kantor lurah, dan dua titik yang telah
diserahkan oleh penduduk untuk dijadikan RTH pada kawasan perencanaan.
Penataan ruang terbuka hijau dikawasan perencanaan didasari pada karakteristik lahannya
(rawa-rawa). Tanaman dipilih yang tidak beracun, perakaran tidak merusak pondasi,
perawatan mudah, percabatangan rapat dan tidak mudah patah. Tanaman/pohon yang dapat
dipilih adalah :
VI-27
Gambar 6.11 Peta Rencana Ruang Terbuka Hijau VI-28
6.2.10 Rencana Pengembangan Kegiatan Pariwisata
Adanya fasilitas fasos dan fasum yang lebih baik mendukung kegiatan wisata bahari di Bagan
Deli. Adanya rencana pembuatan untuk fasilitas parkir yang dapat digunakan oleh pengunjung
sebagai tempat parkir kendaraan mobil dan sepeda motor. Fasilitas tempat untuk ibadah
seperti mesjid, fasilitas dermaga yang dapat digunakan untuk menjual dan membeli ikan.
2. Perdagangan.
Rencana lokasi perdagangan dapat digunakan untuk aktivitas kegiatan seperti tempat untuk
menjual souvenir, tempat makan (kuliner seafood) atau juga tempat berdagang ikan segar
sehingga turis bisa membeli ikan segar hasil tangkapan para nelayan. Ikan, cumi-cumi,
kepiting, udang, merupakan kuliner daerah ini karena dekat dengan laut.
3. Wisata.
Rencana lokasi wisata terdiri dari promenade, anjungan, kolam pancing, restoran ikan, dan
permainan sepeda air. Lebar promenade mencapai 6 m yang panjangnya akan mencapai 850
m. Sebagian promenade (sekitar 3 m) akan digunakan untuk tempat duduk-duduk atau
tempat perdagangan kuliner yang semi permanen (menggunakan tenda). Jadi para turis
dapat berjalan sepanjang 850 m sambil menikmati pemandangan dan bila lelah dapat duduk
di tenda-tenda sambil menikmati kuliner. Area kuliner tidak boleh mengganggu area pejalan
kaki di promenade.
Pada titik terjauh yang menghadap ke laut, akan dibuat sebuah anjungan untuk tempat
melihat matahari terbit, bersantai dan berfoto.
Di sekitar anjungan terdapat aktivitas permainan sepeda air. Tentu saja jarak permainan
sepeda air ke arah laut ini dibatasi agar aman. Permainan sepeda air ini dapat dinikmati oleh
orang tua, anak-anak hingga remaja.
Kegiatan wisata lain di daerah ini adalah makan ikan di restoran-restoran yang tersebar di
beberapa tempat. Restoran ini menyediakan ikan hasil tangkapan para nelayan setempat
sehingga ikan dan hasil tangkapan lain masih segar.
VI-29
Kegiatan wisata lain yang dapat dilakukan adalah memancing ikan. Untuk menarik wisatawan,
disediakan tempat untuk memancing ikan dan memakan ikan hasil pancingan. Kegiatan ini
ditempatkan di bagian barat Bagan Deli karena potensi kegiatan ini sudah ada di sana.
Kegiatan memancing ikan ini diikuti dengan restoran tempat makan ikan.
Untuk menarik minat keluarga dan anak-anak, sambil menunggu sanak keluarga memancing,
anak-anak dapat bermain dengan fasilitas outbond yang disediakan untuk anak-anak dan
remaja. Fasilitas outbond atau area bermain anak disediakan di dekat restoran dan kolam
pancing.
VI-30
VI-31
Gambar 6.12 Peta Rencana Lokasi Kegiatan Wisata
Penataan di kawasan perencanaan ini termasuk juga penataan bangunan rumah dan kapling/petak
setiap rumah. Penataan kapling merupakan arahan pengaturan petak-petak bangunan yang terdapat
pada setiap sub kawasan. Petak bangunan direncanakan berupa kapling yang berhadapan langsung
dengan ruas jalan, baik itu jalan lingkungan maupun jalan sub lingkungan. Bangunan rumah
diarahkan tipe couple sehingga memberikan lahan yang lebih sedikit namun memberikan ruang
ventilasi yang optimal.
Beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangan dalam pengaturan perpetakan bangunan adalah :
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka besaran perpetakan bangunan di diarahkan sebagai berikut
:
o Luas petak peruntukan bangunan rumah tipe kecil dengan luas 36 m2 pada ruas jalan 3
dan lingkungan
o Luas petak peruntukan bangunan tipe sedang dengan luas berkisar 50 – 90 m2 pada ruas
jalan 2.
o Luas petak peruntukan bangunan tipe besar dengan luas berkisar 90 - 160 m pada ruas
jalan 1dan jalan utama.
Arahan garis sempadan merupakan arahan jarak antara as jalan dengan bangunan maupun dengan
pagar halaman dan jarak bangunan dengan batas persil. Pengaturan garis sempadan bangunan
meliputi sempadan muka bangunan, sempadan pagar, sempadan samping bangunan dan sempadan
belakang bangunan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
Garis sempadan muka dan samping bangunan yang menghadap ruas jalan ditetapkan 1/2
dari lebar daerah milik jalan (damija).
Garis sempadan samping bangunan berjarak minimal 1,5 meter dari batas persil.
Garis sempadan belakang bangunan berjarak minimal 2 meter dari batas persil.
VI-33
Penataan bangunan juga meliputi kegiatan relokasi beberapa rumah :
Pada area yang seharusnya bebas bangunan seperti jalan, RTH dan drainase utama.
relokasi rumah yang direncanakan tersebut diusahakan tidak jauh dari lokasi awalanya sehingga
warga yang terkena relokasi tidak kehilangan 'kedekatan' dengan lahannya. Relokasi direncanakan
tetap pada kawasan ini dimana akan dibangun bangunan rumah susun yang akan diletakkan di
kawasan lahan kosong yang saat ini masih dimiliki oleh pihak gereja. Luas lahan ini seluas 1,5 Ha
dan akan dibangun 2 blok rumah susun.
Besaran perpetakan bangunan di kawasan rumah panggung saat ini diarahkan peruntukan
bangunan rumah tipe kecil dengan luas 36 m2. Model bangunan masih berbentuk panggung
namun akan ditata dan direnovasi agar lebih layak huni dan menghilangkan kesan kumuh pada
kawasan rumah panggung. Untuk mengatasi beban rumah, akan dibuat konstruksi beton setengah
bangunan, di atasnya pakai calcibot. Dengan desain tersebut maka beban yang akan ditanggung
oleh pondasi akan lebih ringan. Kedalaman pondasi akan mencapai 7-8 m. Ini bisa menanggung
beban di atas 4 ton.
VI-34
VI-35
Gambar 6.14 Peta Rencana Pengembangan Perumahan & Permukiman
VI-36
Gambar 6.15 Visualisasi Rencana Pengembangan Perumahan & Permukiman
6.2.12 Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Arahan kepadatan bangunan merupakan pengaturan perbandingan luas lahan yang tertutup
bangunan dan atau bangunan-bangunan dalam tiap petak peruntukan dibandingkan dengan luas
petak peruntukan.
Beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangan pengaturan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) adalah
:
Karakteristik lingkungan.
Nilai dan harga tanah.
Rencana pengaturan unit lingkungan khususnya untuk unit lingkungan perumahan (padat,
sedang dan rendah).
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka besaran kepadatan bangunan di Kawasan perencanaan ini
akan diarahkan sebagai berikut.
Struktur dan karakteristik fisik lingkungan seperti topografi, struktur geologi dan hidrologi;
Struktur penggunaan ruang;
Harga dan nilai tanah;
Aspek kesesuai dengan lingkungan.
VI-37
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka besaran KLB di Kawasan perencanaan hingga tahun 2015
akan diarahkan sebagai berikut :
VI-38
BAB VII
RENCANA TAHAPAN PENGEMBANGAN
Penyusunan Master Plan Kawasan Wisata Bagan Deli yang disusun ini mencerminkan strategi
Pembangunan Kawasan Wisata Bagan Deli dalam kurun waktu 5 tahun mendatang, yaitu dari
tahun 2013 sampai tahun 2017. Rencana ini akan dijabarkan dalam 1 (satu) tahapan
pembangunan (skala prioritas lima tahun), yaitu program pembangunan untuk lima tahun
(tahun 2013 – 2017). Uraian garis besar kegiatan untuk masing-masing tahapan diuraikan
sebagai berikut :
Tahap pembangunan (tahun 2013 – 2017) yaitu tahap dasar yang merupakan usaha
pembenahan terhadap kondisi wilayah kawasan wisata Bagan Deli yang bersifat mendesak
untuk dilaksanakan atau upaya untuk memberikan kerangka dasar bagi pelaksanaan
program-program pada tahap selanjutnya. Selanjutnya adalah melanjutkan program
pembangunan dan sekaligus memantapkan pembangunan fisik bagi pelaksanaan program-
program yang telah direncanakan. Pada tahap ini juga bertujuan untuk melanjutkan
rencana pembangunan kawasan wisata Bagan Deli untuk waktu 5 tahun mendatang.
Atas dasar pentahapan pelaksanaan ini lebih lanjut dapat dilakukan perumusan indikasi
program pembangunan. Dari sisi penyusunan masterplan kawasan wisata Bagan Deli adanya
pentahapan pelaksanaan pembangunan dan indikasi program diharapkan dapat menjadi dasar
bagi penjabaran lebih lanjut dalam penyusunan rencana pembangunan jangka panjang dan
menengah (RPJP dan RPJM daerah) serta penyusunan program/ proyek pembangunan
tahunan, khususnya untuk sektor/sub sektor kegiatan pembangunan yang memanfaatkan
ruang yang berlokasi di kawasan wisata Bagan Deli.
VII-1
7.2 INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN DAN SUMBER PEMBIAYAAN
Perwujudan Masterplan Kawasan Kelurahan Bagan Deli dilakukan dalam berbagai program pemanfaatan ruang atau pelaksanaan :
Tabel 7.1
Indikasi Program/Kegiatan Masterplan Wisata Air Belawan
Harga (dalam Fasilitator
Tahun Pelaksanaan
No Program/Kegiatan Vol Sat. ribuan) Pembangun
Satuan Total 2013 2014 2015 2016 2017 an
NON FISIK
A. UMUM
1 Kampanye Tertib Pemanfaatan Ruang
APBN PU CK/
(Pematokan batas lahan permukiman 2 thn 50,000 100,000 50,000 50,000
APBD PEMKO
dgn mangrove)
2 Kampanye Tertib Membangun (batas
3 thn 50,000 150,000 50,000 50,000 50,000 APBD PEMKO
ROW jalan, sempadan sungai, dll)
3 Sinkronisasi Program dan Penyusunan
MOU Kerjasama Pembangunan APBN PU CK/
1 thn 50,000 50,000 50,000
Kawasan (PEMKO, PROVINSI dan RANDAL
PUSAT)
4 Pemantapan Kelembagaan
APBN PU CK/
Pembangunan Kawasan (PEMKO, 5 thn 50,000 250,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000
RANDAL
PROVINSI DAN PUSAT)
5 Pembebasan Lahan, Pematangan Lahan
(RTH,Sempadan sungai, Pelebaran
4 thn 100,000 400,000 100,000 100,000 100,000 100,000 APBD PEMKO
Jalan, MCK Komunal, Drainase,
Persampahan 3R, TPS, Sumur Bor, dll)
6 Kampanye Pemeliharaan Sal. Drainase
5 thn 150,000 750,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 APBD PEMKO
Utama, Primer, Sekunder
7 Kampanye Peduli Sungai /kali bersih 5 thn 50,000 250,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 APBD PEMKO
8 Kampanye Tertib Membuang Sampah 5 thn 50,000 250,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 APBD PEMKO
VII-2
Harga (dalam Fasilitator
Tahun Pelaksanaan
No Program/Kegiatan Vol Sat. ribuan) Pembangun
Satuan Total 2013 2014 2015 2016 2017 an
9 Kampanye P2K (kebakaran) 5 thn 50,000 250,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 APBD PEMKO
Sektor PLP
Pemantapan Tim Pokja Pengelolaan
1 Sampah Berbasis Masyarakat melalui 3 1 lokasi 50,000 50,000 50,000 APBD PEMKO
R Kawasan Bagan Deli
Pemeliharaan sarana dan Prasarana
2 Persampahan (sumber sampah, TPS, 5 thn 100,000 500,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 APBD PEMKO
dll) Kawasan Bagan Deli
Monev Kinerja Pengembangan
3 5 paket 25,000 125,000 25,000 25,000 25,000 25,000 25,000 APBD PEMKO
Persampahan Kawasan Bagan Deli
Air Limbah
Pemberdayaan Pengelolaan MCK
1 4 thn 100,000 400,000 100,000 100,000 100,000 100,000 APBD PEMKO
Komunal Kawasan Bagan Deli
Monev Kinerja Pengembangan Air
2 5 paket 75,000 375,000 75,000 75,000 75,000 75,000 75,000 APBD PEMKO
limbah Kawasan Bagan Deli
Drainase
Pemeliharaan Sal. Drainase Sekunder
1 5 thn 6,250 31,250 6,250 6,250 6,250 6,250 6,250 APBD PEMKO
dan Tertier di Kawasan Bagan Deli
VII-3
Harga (dalam Fasilitator
Tahun Pelaksanaan
No Program/Kegiatan Vol Sat. ribuan) Pembangun
Satuan Total 2013 2014 2015 2016 2017 an
Monev Kinerja Pengembangan Drainase
2 5 paket 75,000 375,000 75,000 75,000 75,000 75,000 75,000 APBD PEMKO
Kawasan Bagan Deli
Sektor PBL
Workshop Pemanfaatan, Pemeliharaan, APBD PEMKO/
1 2 thn 50,000 100,000 50,000 50,000
Pengelola, Pengendalian RTH PROVSU
2 Workshop Pengendalian Pembangunan
APBD PEMKO/
berdasarkan UU No. 28 /2002 tentang 2 thn 50,000 100,000 50,000 50,000
PROVSU
Bangunan Gedung
FIS
IK
PEMBANGUNAN KAWASAN TAHAP - 1
Pembuatan Promanade Kawasan
1 Tepian Muara Sungai Deli Kawasan
Bagan Deli 4,878 M2 10,000 48,780,000 14,634,000 19,512,000 14,634,000 APBN - PU
Promanade P= 813 meter, L= 6 meter
2 Peningkatan Jalan Bagan Deli Pada
Rencana jalan 1 (Penimbunan badan
jalan ± 50 - 75 Cm ; Panjang Jalan : 6,696 M2 950 6,361,200 6,361,200 APBN - PU
726 m ; L jalan - 8 M - t=20 cm - Cor
Beton bertulang) Kws. Bagan Deli
3 Peningkatan Jalan Pada Rencana Jalan
2 (Penimbunan badan jalan ± 50 - 75
Cm ; Panjang Jalan : 837 m ; L jalan - 5,022 M2 950 4,770,900 4,770,900 APBN - PU
6 M - t=20 cm - Cor Beton bertulang)
Kws. Bagan Deli
4 Pembuatan Talud kanan - kiri di Jalan
Bagan Deli Pada Rencana Jalan 1 & 2 1,563 M 150 234,450 234,450 APBN - PU
(Talud - Panjang : 1.563 m ; H = 80
VII-4
Harga (dalam Fasilitator
Tahun Pelaksanaan
No Program/Kegiatan Vol Sat. ribuan) Pembangun
Satuan Total 2013 2014 2015 2016 2017 an
Cm ; La - 25 Cm ; Lb - 40 Cm) Kws.
Bagan Deli
VII-5
Harga (dalam Fasilitator
Tahun Pelaksanaan
No Program/Kegiatan Vol Sat. ribuan) Pembangun
Satuan Total 2013 2014 2015 2016 2017 an
1 Penyediaan 3R Kawasan Bagan Deli 6 paket 250,000 1,500,000 500,000 500,000 500,000 APBN -PU CK
Penyediaan Bak sampah Pada
2 Promanade dan jalan 3 (satu set 3 80 unit 1,500 120,000 60,000 60,000 APBN -PU CK
warna)
Pengadaan becak Sampah Kawasan
3 15 unit 4,000 60,000 60,000 APBD PEMKO
Bagan Deli
Pengadaan Truk Sampah Kawasan
4 1 unit 330,000 330,000 330,000 APBD PEMKO
Bagan Deli
Pengadaan Tong Sampah Komunal
5 65 unit 4,000 260,000 85,000 85,000 90,000 APBD PEMKO
Kawasan Bagan Deli (1 tong 5 rumah)
Pengadaan TPS Sampah (container)
6 2 unit 6,800 13,600 6,800 6,800 APBD PEMKO
Kawasan Bagan Deli
Sektor Ekonomi
1 Pembangunan koperasi 1 paket 200,000 200,000 200,000 APBD PEMKO
2 Pembinaan pelaku koperasi 1 paket 50,000 50,000 50,000 APBD PEMKO
Pembinaan kelompok-kelompok usaha
3 2 paket 50,000 100,000 50,000 50,000 APBD PEMKO
home industri (souvenir dll)
Peningkatan Kemampuan dalam
4 2 paket 30,000 60,000 30,000 30,000 APBD PEMKO
kegiatan pariwista
5 Pengadaan Bantuan Alat tangkap 1 paket 50,000 50,000 50,000 APBD PEMKO
Pemberian Bantuan Perkuatan modal
6 2 paket 100,000 200,000 100,000 100,000 APBD PEMKO
bagi usaha nelayan dan wisata
Sektor Pariwisata
Tambatan permainan air (sepeda air) APBN - KEMEN
1 24 M2 21,000 504,000 504,000
P= 6 meter , P=4 meter PU
Pembangunan Plaza pada Promanade APBN - KEMEN
2 360 M2 21,000 7,560,000 7,560,000
P= 18 meter , L=20 meter PU
VII-6
Harga (dalam Fasilitator
Tahun Pelaksanaan
No Program/Kegiatan Vol Sat. ribuan) Pembangun
Satuan Total 2013 2014 2015 2016 2017 an
Penyediaan batas area wisata air
3 1 unit 100,000 100,000 100,000 APBD PEMKO
(Safety net)
4 Penyediaan fasilitas kegiatan wisata air 1 unit 500,000 500,000 500,000 APBD PEMKO
Pemberian Bantuan Perkuatan Modal
5 bagi usaha wisata (rumah makan, 2 paket 100,000 200,000 100,000 100,000 APBD PEMKO
kolam pemancingan dll)
Air Limbah
Pembangunan MCK Komunal Kawasan
1 14 unit 35,000 490,000 245,000 245,000 APBD PEMKO
Bagan Deli
Pembangunan 325 Septik tank
2 325 unit 4,000 1,300,000 260,000 260,000 260,000 260,000 260,000 APBD PEMKO
terapung
Drainase
Pembangunan Saluran drainase di jalan
1 1,452 M 250 363,000 363,000 APBD PEMKO
1 di Kawasan Bagan Deli
Pembangunan saluran drainase di jala 2
2 1,674 M 200 334,800 334,800 APBD PEMKO
di Kawasan Bagan Deli
Pembangunan Drainase utama
3 514 M 400 205,600 205,600 APBD PEMKO
sepanjang pipa pertamina P : 514 m
VII-7
Harga (dalam Fasilitator
Tahun Pelaksanaan
No Program/Kegiatan Vol Sat. ribuan) Pembangun
Satuan Total 2013 2014 2015 2016 2017 an
Sektor PBL
Pembuatan kawasan RTH di
Lingkungan 3 (Ukuran 7 x 15 m)
1 1 paket 350,000 350,000 350,000 APBN -PU
Kawasan Bagan Deli (Cor lantai,
tanaman, lampu, tempat duduk)
Pembuatan kawasan RTH di
Lingkungan 4 (Ukuran 12 x 25 m)
2 1 paket 500,000 500,000 500,000 APBN -PU
Kawasan Bagan Deli (Cor lantai,
tanaman, lampu, tempat duduk)
Pembuatan kawasan RTH di
Lingkungan 5 (Ukuran 8 x 16 m)
3 1 paket 375,000 375,000 375,000 APBN -PU
Kawasan Bagan Deli (Cor lantai,
tanaman, lampu, tempat duduk)
Renovasi TPU (Tempat Pemakaman
4 1 paket 450,000 450,000 450,000 APBN -PU
Umum)
Pembuatan RTH pada jalur drainase
5 utama sepanjang pipa pertamina 1 paket 1,200,000 1,200,000 1,200,000 APBN -PU
(tanaman, lampu)
Pengadaan/Rehab Tiang dan Lampu
Jalan Umum, Pengadaan Tanaman
6 1 paket 1,500,000 1,500,000 500,000 500,000 500,000 APBD PEMKO
Pelindung pada pulau jalan dan tepi
jalan kawasan Medan Belawan
190,358, 44,783,4 68,831,6 63,301,3 6,911,25 6,531,25
Total
986 97 00 88 0 0
VII-8