Anda di halaman 1dari 7

HASIL PENDATAAN PENDUDUK SERTA IMPLIKASINYA BAGI

PENYELENGGARAAN PEMILU 2004 DI DKI JAKARTA

Subagio DW *)

PENDAHULUAN

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan keharusan konstitusional dan bagian dari komitmen
bangsa untuk mewujudkan masyarakat demokratis. Rakyat Indonesia menghendaki
penyelenggaraan Pemilu 2004 dan selanjutnya, dilaksanakan dengan format yang berbeda dengan
Pemilu sebelumnya, sehingga azas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dapat
dilaksanakan secara benar dan dapat dipertanggung-jawabkan. Hal tersebut tidak terlepas dari 3
faktor, yaitu: (i) pendaftaran pemilih, (ii) proses pemilihan, dan (iii) penghitungan suara dan
pelaporannya.

Paket undang-undang politik baru pada tahun 1999, yang dipandang sebagai terobosan awal
menuju negara demokratis, telah mengantarkan Indonesia menuju babak baru dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pemerintah tidak lagi terlibat dalam tahap-tahap kegiatan Pemilu seperti
pada pemilu-pemilu sebelumnya. Kini pelaksanaan Pemilu diserahkan sepenuhnya kepada Komisi
Pemilihan Umum (KPU). Bahkan setelah Pemilu 1999, terbitlah Undang-undang Nomor 4 Tahun
2000 tentang Perubahan atas UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum, sehingga
penyelenggaraan Pemilu dilaksanakan oleh KPU yang independen dan nonpartisan beranggotakan
sebelas orang. Rakyat menghendaki Pemilu 2004 harus lebih berkualitas dibandingkan dengan
Pemilu sebelumnya. Oleh karena itu, KPU harus mampu menyelenggarakan pemilu yang bebas,
mandiri, demokratis, dan transparan dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil
serta beradab. Salah satu rangkaian kegiatan KPU menghadapi Pemilu tahun 2004 adalah
melaksanakan pendaftaran pemilih yang merupakan kegiatan persiapan dari penyelenggaraan
Pemilu tersebut.

Di dalam Undang-undang Pemilu yang terbaru, yaitu Undang-Undang Nomor: 12 Tahun


2003 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD, Pasal 13 menetapkan bahwa yang
berhak memilih adalah Warga Negara Indonesia (WNI) yang berusia 17 tahun atau sudah/pernah
kawin. Untuk menyelenggarakan Pemilu diperlukan data kependudukan yang lengkap,
menyeluruh, dan disajikan sampai wilayah administrasi terkecil yang meliputi identitas setiap
penduduk serta karakteristik pokok lainnya, sehingga dapat dibuat daftar pemilih yang benar-benar
mempunyai hak suara dalam Pemilu.

Biasanya setiap akan dilakukan Pemilu, selalu didahului dengan pendaftaran pemilih secara
lengkap dengan mengunjungi setiap rumah. Dalam Pemilu 2004 yang akan datang, pendaftaran
pemilih akan dibarengi (dipadukan) dengan pendataan penduduk yang menyeluruh dan
berkelanjutan, yang hasilnya diharapkan dapat dijadikan bahan untuk membangun basis data
kependudukan. Kegiatan tersebut dinamakan Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk
Berkelanjutan (P4B). P4B dilaksanakan karena adanya beberapa keperluan, antara lain: (1)
Jumlah penduduk yang akurat untuk menentukan jumlah kursi anggota DPR dan DPRD, (2)
Menentukan jumlah pemilih setiap daerah pemilihan untuk keperluan logistik pemilu, (3)
Tersedianya daftar pemilih untuk kepentingan pelaksanaan pemilu, (4) Mendukung tertibnya
administrasi kependudukan, (5) Membangun basis data penduduk (dan pemilih) sehingg untuk
pemilu selanjutnya tidak diperlukan pendaftaran pemilih, tapi cukup pemutakhiran saja. Data
penduduk dan pemilih dirinci menurut propinsi, kabupaten/kotamadya, kecamatan, maupun
desa/kelurahan, sehingga dapat digunakan untuk penentuan Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Sedangkan data jumlah pemilih diperlukan untuk keperluan pemungutan suara anggota DPR,
* )
Penulis adalah Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta-red
Dewan Perwakilan Daerah (DPD), DPRD, dan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, serta
keperluan logistik pemilihan umum.

CAKUPAN DAN METODOLOGI

Kegiatan P4B meliputi pendaftaran pemilih dan pendataan penduduk di seluruh wilayah
Republik Indonesia dan WNI yang tinggal di luar negeri. Dari kegiatan pendaftaran pemilih akan
diperoleh daftar pemilih yang akan dimanfaatkan oleh KPU. Sedangkan dari pendataan penduduk
akan diperoleh basis data kependudukan yang akan dimanfaatkan oleh Direktorat Jenderal
Administrasi Kependudukan Departemen Dalam Negeri dan instansi yang menangani
kependudukan di daerah. Dalam pelaksanaan lapangan (pendataan) dan pengolahan data, KPU
dibantu oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

P4B mencakup seluruh penduduk (WNI maupun WNA) yang tinggal di dalam wilayah
geografis Indonesia, baik yang bertempat tinggal tetap maupun yang tidak bertempat tinggal tetap
(a.l.: tuna wisma, pengungsi, awak kapal berbendera Indonesia, masyarakat terpencil/terasing, dan
penghuni perahu/rumah apung). Anggota korps diplomatik negara lain beserta keluarganya,
meskipun menetap di wilayah geografis Indonesia, tidak dicakup dalam pendataan ini. Sedangkan
anggota korps diplomatic Republik Indonesia beserta keluarganya dan WNI yang berada di luar
negeri dicakup dalam P4B.

Adapun materi yang dicakup di dalam P4B meliputi: nama dan alamat penduduk, nama
orang tua, tempat dan tanggal lahir serta nomor akta kelahiran/kenal lahir, status perkawinan dan
nomor akta perkawinan, jenis kelamin, pendidikan, status dalam rumah tangga, pekerjaan, agama,
golongan darah, status kewarganegaraan, status pemilih, dan penyandang cacat.

Untuk menjamin kelengkapan pendataan, yaitu menghindari adanya lewat cacah atau ganda
cacah dalam pendataan, maka di dalam pelaksanaan P4B ini digunakan unit wilayah pencacahan
yang disebut blok sensus. Blok sensus ini telah dibuat oleh BPS pada saat pelaksanaan Sensus
Penduduk 2000 dan sudah diperbaiki lagi pada tahun 2002 untuk pelaksanaan Sensus Pertanian
2003. Blok sensus ini merupakan daerah tugas seorang pencacah yang mempunyai batas jelas,
memuat bangunan tempat tinggal dengan sekitar 80-120 rumah tangga (300-500 penduduk) dan
atau bangunan bukan tempat tinggal, serta dilengkapi dengan informasi lokasi nama satuan
lingkungan terkecil setempat di mana blok sensus berada. Satuan lingkungan terkecil setempat
yaitu wilayah terkecil dari suatu desa/kelurahan yang dapat berupa rukun tetangga (RT), rukun
warga (RW), dusun, lingkungan, lorong, jaga, dan sebagainya. Wilayah setiap desa/kelurahan
dibagi habis menjadi blok-blok sensus. Dengan berpedoman sketsa peta blok sensus, petugas
lapangan dalam melakukan pencacahan dapat menghindari kemungkinan terjadinya lewat cacah
ataupun ganda cacah untuk setiap bangunan dan rumah tangga di wilayah tugasnya.

Pendataan penduduk dilakukan secara lengkap terhadap seluruh penduduk yang bertempat
tinggal di wilayah geografis Indonesia baik WNI maupun WNA, kecuali WNA anggota korps
diplomatik dan keluarganya. Pendataan penduduk secara lengkap ini dilakukan untuk penduduk
yang mempunyai tempat tinggal tetap maupun tidak tetap. Pendataan penduduk yang bertempat
tinggal tetap dilakukan oleh Pendaftar Lapangan (PDL), sedangkan pendataan penduduk yang tidak
bertempat tinggal tetap dilakukan oleh Pendaftar Penduduk Daerah Khusus (PDDK). Keduanya
didata dengan menggunakan Daftar KPU-KL. PDL melakukan wawancara langsung terhadap
seluruh rumah tangga yang ada di dalam wilayah tugasnya. Bersamaan dengan kegiatan tersebut
dilakukan penempelan stiker P4B pada bangunan fisik bagi rumah tangga yang telah selesai didata.

Pendataan penduduk pada kegiatan P4B dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. De jure: mendata penduduk di tempat mereka biasa tinggal, yaitu tempat yang telah
dihuni 6 bulan atau lebih, atau penduduk yang tinggal kurang dari 6 bulan tetapi bermaksud
untuk menetap;
2. De facto: mendata penduduk di tempat mereka ditemui oleh petugas pada waktu
pendataan seperti tuna wisma, pengungsi, awak kapal berbendera Indonesia, masyarakat
terpencil/terasing, penghuni perahu/rumah apung, serta penduduk yang sedang bepergian dan
belum pernah dicacah.

PROSES PELAKSANAAN P4B DI DKI JAKARTA

1. Jenis Petugas Lapangan


Petugas pelaksana lapangan P4B terdiri atas:
a. Petugas Pendaftar Lapangan (PDL), yang bertugas di 3 Blok Sensus
b. Petugas Pemeriksa Lapangan (PML), yang membawahi 5-6 orang PDL
c. Pembantu KTK (PKTK) yang mengkoordinasikan sekitar 12 orang PML
d. Koordinator Teknis Kecamatan (KTK) yang mengkoordinasikan seluruh kegiatan
teknis di kecamatan.

2. Jumlah Blok Sensus dan Petugas Lapangan


Jumlah Wilayah Kerja (Blok Sensus) dan Petugas Lapangan P4B adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah Blok Sensus dan Petugas Lapangan P4B dirinci menurut
Kotamadya/Kabupaten di DKI Jakarta.

Kotamadya / Blok
Kelurahan Kecamatan PDL PML PKTK KTK Jumlah
Kabupaten Sensus
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Kep Seribu 52 6 2 22 6 2 2 32
Jakarta Selatan 5.157 65 10 1.719 344 29 10 2.102
Jakarta Timur 6.778 65 10 2.233 447 36 10 2.726
Jakarta Pusat 2.766 44 8 911 181 15 8 1.115
Jakarta Barat 5.498 56 8 1.812 362 30 8 2.212
Jakarta Utara 4.108 31 6 1.354 270 22 6 1.652
J u m l a h: 24.359 267 44 8.051 1.610 134 44 9.839

3. Pelatihan Petugas
Pelatihan petugas pelaksana P4B di DKI Jakarta diselenggarakan secara berjenjang mulai
dari pelatihan Instruktur Daerah hingga petugas lapangan.
a. Pelatihan Instruktur Daerah
Instruktur Daerah (INDA) yang dilatih berjumlah 135 orang yang terdiri dari Kasi dan
Staf BPS Propinsi DKI Jakarta, Staf BPS Kotamadya, Staf BPS (Pusat), Koordinator
Statistik Kecamatan (yang kemudian bertindak selaku Koordinator Teknis
Kecamatan/KTK), dan beberapa Mitra Statistik yang berpengalaman.
Pelatihan INDA P4B diselenggarakan pada :
Tanggal : 11 – 14 Maret 2003
Tempat : Diklat Propinsi DKI Jakarta
Jalan Rasuna Said, Kuningan Jakarta Selatan
Acara pelatihan INDA P4B tersebut dibuka oleh Asisten Tata Praja dan Aparatur
Sekda Propinsi DKI Jakarta yang didampingi oleh Kepala BPS Propinsi DKI Jakarta
dan Sekretaris KPU Propinsi DKI Jakarta.

b. Pelatihan Petugas Lapangan


Petugas lapangan P4B yang dilatih berjumlah 9.795 orang yang terdiri dari PDL (8.051
orang), PML (1.610 orang), dan PKTK (134 orang). Pelatihan petugas lapangan
diselenggarakan oleh masing-masing BPS Kotamadya di sejumlah pusat pelatihan
(sekolah) secara bergelombang. Setiap gelombang dilaksanakan selama 2 (dua) hari
pada tanggal 17 s.d 25 Maret 2003.
4. Jadwal Pelaksanaan Lapangan
Pelaksanaan Lapangan dimulai dari tanggal 1 April sampai dengan 30 April 2003 yang
diawali dengan pendataan di Kediaman Resmi Presiden Republik Indonesia, Wakil
Presiden Republik Indonesia, Gubernur Propinsi DKI Jakarta dan Wakil Gubernur Propinsi
DKI Jakarta.

Berbagai kendala yang ditemui petugas lapangan seperti sulitnya menemui kepala
rumahtangga di rumah tangga elit dan pencacahan di apartemen/kondominium
menyebabkan pelaksanaan lapangan P4B mengalami perpanjangan waktu selama 2 minggu
yaitu dari tanggal 1 Mei sampai dengan 15 Mei 2003

Setelah adanya hasil sementara P4B, maka pada bulan September s.d November 2003
akan dilaksanakan Pencocokan dan Penelitian (Coklit) hasil P4B terhadap seluruh
rumahtangga hasil pendataan pada bulan April dan Mei 2003. Tidak tertutup kemungkinan
bahwa selama pelaksanaan P4B pada bulan April-Mei 2003 masih ada penduduk yang
belum terdata karena berbagai hal. Oleh karena itu dengan bantuan pihak kelurahan, bagi
penduduk yang belum terdata dapat melaporkan diri mereka ke kelurahan tempat
tinggalnya. Daftar nama mereka akan dicek dan dicatat oleh Petugas P4B pada saat
pelaksanaan coklit. Proses coklit akan mengecek beberapa informasi penting, terutama
untuk keperluan Pemilu, seperti: nama, tanggal lahir/umur, jenis kelamin, status
perkawinan, warga negara, status pemilih, cacat, bantuan yang diperlukan (untuk cacat),
dan alamat.

HASIL PELAKSANAAN

1. Hasil Sementara P4B


Hasil sementara pelaksanaan P4B selama 45 hari yaitu dari tanggal 1 April 2003 sampai
dengan 15 Mei 2003 adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Jumlah (Sementara) Rumahtangga, Penduduk, Pemilih


Hasil P4B di DKI Jakarta

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah


Kotamadya/Kab Adm Rumahtangga Penduduk Pemilih Lembar
Sementara Sementara Sementara KPU-KL
(1) (2) (3) (4) (5)
Kepulauan Seribu 4.137 19.919 12.817 6.395
Jakarta Selatan 431.497 1.862.261 1.344.849 621.368
Jakarta Timur 559.389 2.440.823 1.718.592 811.323
Jakarta Pusat 199.410 881.206 657.015 291.577
Jakarta Barat 483.121 2.009.810 1.439.118 688.638
Jakarta Utara 332.362 1.408.046 1.005.207 471.750
DKI Jakarta 2.009.916 8.622.065 6.177.598 2.891.051

2. Perbandingan dengan Hasil Sensus Penduduk


Untuk lebih bisa menganalisis perkembangan jumlah penduduk di DKI Jakarta, berikut
disajikan data jumlah penduduk secara series berdasarkan hasil Sensus Penduduk dan P4B
di DKI Jakarta.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk dan P4B dan
pertumbuhannya dirinci menurut Kotamadya/Kabupaten di DKI Jakarta.
Pertumbuhan
Jumlah Penduduk
Kotamadya/Kab Penduduk/Tahun (%)
Adm 1980 1990 2000 2003 1980- 1990- 2000- 1990-
(Oktober) (Oktober) (Juni) (April) 1990 2000 2003 2003
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Kepulauan Seribu - 14.826 17.425 19.919 - 1,68 4,84 2,39
Jakarta Selatan 1.582.194 1.913.084 1.789.006 1.862.261 1,92 -0,69 1,43 -0,22
Jakarta Timur 1.460.068 2.067.213 2.353.023 2.440.823 3,54 1,35 1,3 1,34
Jakarta Pusat 1.245.030 1.086.568 893.198 881.206 -1,35 -2,01 -0,48 -1,65
Jakarta Barat 1.234.885 1.822.762 1.906.385 2.009.810 3,97 0,46 1,88 0,78
Jakarta Utara 981.272* 1.354.813 1.426.602 1.408.046 3,39* 0,54 -0,46 0,31
DKI Jakarta 6.503.449 8.259.266 8.385.639 8.622.065 2,42 0,16 0,99 0,34

Angka sementara hasil P4B menunjukkan bahwa jumlah penduduk DKI Jakarta pada bulan
April 2003 adalah 8,62 juta orang. Bila dibandingkan dengan hasil SP 2000 (8,39 juta
orang) terjadi peningkatan sekitar 236,4 ribu orang atau meningkat rata-rata 0,99 persen
per tahun.

Apabila dibandingkan antara hasil P4B dan SP 2000, tampaknya terjadi kekurangcakupan
(under coverage) dalam SP 2000. Dalam pelaksanaan SP 2000, bila ada penduduk yang
tidak terdata pada umumnya tidak melapor karena merasa tidak ada keuntungan bagi
mereka. Sebaliknya dalam pelaksanaan P4B, penduduk yang tidak terdata langsung
melapor ke berbagai pihak karena mereka berkepentingan dalam Pemilu atau administrasi
kependudukan.

Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) DKI Jakarta dalam periode 1990-2000 sebesar 0,16
persen per tahun dan periode 2000-2003 sebesar 0,99 persen per tahun. Terlihat bahwa
LPP periode terakhir jauh lebih tinggi. Karena itu LPP yang relatif ideal adalah LPP untuk
periode 1990-2003 yang besarnya 0,34 persen per tahun. Dengan LPP ini maka jumlah
penduduk DKI Jakarta pada bulan Juni 2000 diperkirakan sebanyak 8.534.756 orang, yang
berarti lebih besar 149.117 orang dibandingkan dengan hasil SP 2000. Dengan kata lain
kekurangcakupan SP 2000 sekitar 1,78 persen. Kekurangancakupan dalam SP 2000 lebih
jelas bila diamati LPP di setiap kotamadya/kabupaten administratif.

Kotamadya yang mempunyai kekurangcakupan yang paling tinggi pada SP 2000 adalah
Jakarta Selatan yaitu sekitar 4,47 persen diikuti oleh Jakarta Pusat sebesar 3,45 persen dan
Jakarta Barat yaitu 2,98. Kekurangcakupan disebabkan oleh cukup banyaknya daerah elit
serta banyaknya apartemen/kondominium di ketiga kotamadya tersebut.

Sebagai bahan perbandingan, berikut disajikan data (sementara) jumlah rumahtangga,


jumlah penduduk, dan jumlah pemilih dirinci menurut provinsi.
Tabel 4. Banyaknya Rumahtangga, Penduduk dan Pemilih Dirinci Menurut Propinsi

No. Propinsi Rumah Tangga Penduduk Pemilih


1. NANGGROE ACEH DARUSSALAM 550.642 2.526.799 1.588.385
2. SUMATERA UTARA 2.533.047 11.890.399 7.297.615
3. SUMATERA BARAT 999.295 4.446.697 2.812.802
4. RIAU 1.232.499 5.575.836 3.553.244
5. JAMBI 609.892 2.575.731 1.658.173
6. SUMATERA SELATAN 1.464.709 6.503.918 4.164.606
7. BENGKULU 350.266 1.521.200 960.932
8. LAMPUNG 1.618.812 6.945.786 4.485.550
9. BANGKA BELITUNG 229.799 982.068 640.446
10. DKI JAKARTA 2.009.916 8.622.065 6.177.598
11. JAWA BARAT 9.398.497 38.061.483 25.142.156
12. JAWA TENGAH 7.974.319 32.114.306 22.218.050
13. DI YOGYAKARTA 923.437 3.209.405 2.400.847
14. JAWA TIMUR 9.489.433 36.234.550 25.987.049
15. BANTEN 1.990.897 8.977.896 5.677.211
16. BALI 803.358 3.357.113 2.383.728
17. NUSA TENGGARA BARAT 1.031.321 4.015.102 2.524.654
18. NUSA TENGGARA TIMUR 838.773 4.083.639 2.401.033
19. KALIMANTAN BARAT 843.454 3.958.448 2.490.703
20. KALIMANTAN TENGAH 425.928 1.832.185 1.153.994
21. KALIMANTAN SELATAN 786.723 3.160.796 2.082.996
22. KALIMANTAN TIMUR 607.178 2.712.492 1.784.025
23. SULAWESI UTARA 518.965 2.131.685 1.442.490
24. SULAWESI TENGAH 498.667 2.215.449 1.392.398
25. SULAWESI SELATAN 1.774.213 8.233.375 5.255.319
26. SULAWESI TENGGARA 395.929 1.881.512 1.134.273
27. GORONTALO 212.930 883.099 562.758
28. MALUKU 250.329 1.275.454 755.505
29. MALUKU UTARA 170.557 855.627 511.044
30. PAPUA 479.027 2.159.682 1.318.311
JUMLAH 51.012.812 212.943.797 141.957.895

IMPLIKASI HASIL P4B

Seperti yang telah diungkapkan di atas bahwa salah satu kegunaan dari P4B adalah untuk
menentukan jumlah kursi DPR dan DPRD. Berdasarkan hasil P4B dimana jumlah Penduduk DKI
Jakarta tercatat sebanyak 8,62 juta orang maka jumlah kursi DPRD Propinsi DKI Jakarta yang akan
diperebutkan pada saat Pemilu 2004 adalah 75 Kursi. Jumlah ini menurun jika dibandingkan
dengan kondisi pada tahun 1999 yaitu sebanyak 85 kursi. Penurunan ini disebabkan karena dalam
menentukan jumlah kursi DPRD pada Pemilu 1999 menggunakan proyeksi penduduk sebagai dasar
penghitungan. Hasil proyeksi memperkirakan jumlah Penduduk DKI Jakarta pada tahun 1999
adalah sebanyak 9,6 juta orang.

Tingginya angka proyeksi penduduk disebabkan oleh asumsi Tingkat Migrasi Netto yang
positif (4,06 per 1000 penduduk) berdasarkan hasil Sensus Penduduk 1990. Sebaliknya
berdasarkan hasil SP 2000, migrasi netto dalam periode 1990-2000 sudah negatif, artinya lebih
banyak penduduk yang keluar dibandingkan dengan penduduk yang masuk ke DKI Jakarta.
Penduduk DKI Jakarta yang keluar, sebagian besar menuju Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi
(BOTABEK). Mereka yang mempunyai pekerjaan di DKI Jakarta pada umumnya menjadi
penglaju (komuter).

Berdasarkan Survei Migrasi Jabodetabek 2001 yang diselenggarakan oleh BPS Provinsi
DKI Jakarta, jumlah penduduk komuter (penglaju) diperkirakan sekitar satu juta orang ( 1 012 435
orang). Dari jumlah itu, lebih separuhnya (55,75%) adalah semula bertempat-tinggal di wilayah
DKI Jakarta.

Data penduduk komuter secara lebih rinci bisa dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 5. Penduduk Komuter Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Tempat Tinggal Terakhir dan Tempat Tinggal Sekarang

Laki-laki + Perempuan
Tempat Tinggal Sekarang
Tempat Tinggal Terakhir Kab. Bogor Kab. Bekasi Kota Bogor Kota Bekasi Kota Depok Kab Kota Jumlah
Tangerang Tangerang
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Prop. Sumatera Utara 532 347 288 1.208 1.168 1.580 389 5.512
Prop.Sumatera Barat 94 72 46 972 775 1.276 219 3.454
Kod. Jakarta Selatan 13.462 2.882 1.636 16.445 31.964 104.780 18.995 190.164
Kod. Jakarta Timur 10.007 11.767 305 70.356 18.460 21.498 9.282 141.675
Kod. Jakarta Pusat 5.033 7.803 320 30.674 16.039 41.534 15.320 116.723
Kod. Jakarta Barat 1.663 2.009 520 12.075 7.301 31.414 20.478 75.460
Kod. Jakarta Utara 3.210 12.132 523 12.828 3.877 5.547 2.262 40.379
Kab. Bogor 47.541 77 7 324 334 224 96 48.603
Kab. Bekasi 313 19.666 16 189 658 163 - 21.005
Kota Bogor 2.122 95 7.021 2.023 3.678 1.975 1.981 18.895
Kota Bekasi 265 905 30 43.639 3.800 117 506 49.262
Kota Depok 1.176 344 49 422 24.252 1.024 49 27.316
Kota/Kab. Lain di Jawa Barat 4.780 1.965 2.442 10.298 8.302 18.378 1.785 47.950
Prop. Jawa Tengah 5.071 2.041 202 10.855 2.294 22.944 5.231 48.638
Prop. DI Yogyakarta 1.637 345 35 1.462 604 6.840 2.376 13.299
Prop. Jawa Timur 426 623 530 2.548 1.328 3.507 2.324 11.286
Kab. Tangerang 357 190 7 686 6 92.803 25 94.074
Kota Tangerang 423 80 - 284 906 1.882 27.449 31.024
Kota/Kab Lain di Banten 34 - 40 156 39 2.699 653 3.621
Lainnya 2.177 674 714 5.089 2.054 10.100 3.287 24.095
Jumlah 100.323 64.017 14.731 222.533 127.839 370.285 112.707 1.012.435

Anda mungkin juga menyukai