Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan Anestesi merupakan bagian yang sangat penting dalam tindakan

pembedahan, baik itu pembedahan minor maupun mayor. Istilah bedah minor (operasi

kecil) dipakai untuk tindakan operasi ringan yang biasanya dikerjakan dengan anestesi

lokal, seperti mengangkat tumor jinak, kista pada kulit, sirkumsisi, ekstraksi kuku,

penanganan luka. Sedangkan bedah mayor adalah tindakan bedah besar yang

menggunakan anestesi umum/ general anestesi, yang merupakan salah satu bentuk

dari pembedahan yang sering dilakukan. Operasi mayor adalah operasi yang bersifat

selektif, urgen dan emergensi. Salah satu cabang dari operasi medis adalah bedah

plastik. Salah satu ciri bedah plastik yang khas adalah, bahwa bentuk atau

penampakan menjadi pertimbangan penting disamping fungsi dalam merencanakan

pembedahannya [ CITATION Lit12 \l 1057 ].i

Bedah plastik memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memulihkan

keadaan fisiknya pada kondisi optimal dan lebih memperhatikan hasil akhir dari suatu

tindakan pembedahan. Hal ini seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor

36 Tahun 2009 pasal 1 bahwa ii[ CITATION Rep09 \l 1057 ]:

“Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial

dan ekonomis.”

Pasal tersebut menjelaskan kesehatan yaitu keadaan dimana seseorang dapat

memfungsikan semua organ tubuhnya dengan baik. Oleh karena itu, tidak berarti

tindakan bedah lainnya tidak memperhatikan hasil akhir dari suatu tindakan bedah,
tetapi bedah plastik lebih dikhususkan pada bentuk dari hasil tindakan

pembedahannya.

Di Indonesia sendiri prosedur bedah plastik masih jarang dilakukan, dan

sebgaian besar prosedur yang dilakukan adalah kepada pasien yang mengalami

kerusakan wajah atau bagian tubuh lain karena suatu kecelakaan atau kelainan sejak

lahir. Di Indonesia, pelaksanaan prosedur bedah plastik estetik masih dianggap tabu

karena adanya norma agama, adat yang masih meluas dan ddipercayai di masyarakat
iii
[ CITATION Her20 \l 1057 ]. Kasus bedah Plastik di Provinsi NTB didapatkan sebanyak

153 kasus Jumlah kasus tertinggi adalah fraktur maksilofasial sebanyak 95 kasus,

diikuti cedera jaringan lunak sebanyak 47 kasus.  23 kasus cedera jaringan lunak

didapatkan bersama dengan fraktur maksilofasial iv.  Oleh karena itu peneliti tertarik

untuk membuat usaha yang mungkin bisa dikembangkan dalam hal bedah plastik

terkhusus bidang anestesi yaitu dalam penyaluran alat/instrumen anestesi dan

pendistibusian obat-obatan anestesi.

B. Visi dan Misi

1. Visi :

Menjadikan sebuah usaha yang berperan aktif dalam penyaluran dan distribusi

instrumen anestesi dan jasa dengan pelayanan yang dinamis.

2. Misi :

a. Memberikan pelayanan dan variasi produk yang optimal

b. Menambah kerja sama dengan medical tourism lain untuk memperluas usaha

yang optimal

c. Membuat website layanan untuk meningkatkan produktivitas usaha


C. Analisis SWOT
i
Lituhayu, Cahaya. "Pengaruh Warna terhadap Psikologi Pengguna dalam Perancangan Fasilitas Bedah Plastik
Estetik." Interior Design, vol. 1, no. 1, 2012
ii
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Lembaran Negara RI Tahun
2009, No. 44. Sekretariat Negara. Jakarta.
iii
Hermawan, B.2020. Tinjauan Yuridis terhadap Perubahan Fisik pada Manusia (Operasi Plastik) dalam Perspektif
Hukum Islam.Fakultas Hukum Unuversitas Muhammadiyah Suakarta
iv
Rambu F & Istikharoh, U.2019.Epidemiologi Kasus Bedah Plastik IGD RSUD Provinsi NTB Januari-Desember
2019.Jurnal Kedokteran, vol 9.1:73-77

Anda mungkin juga menyukai