Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.

1 Edisi Januari 2017 ISSN: 2442-7470

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA
SISWA SEKOLAH DASAR
(Studi pada siswa kelas V SDN Sukarasa II Kecamatan Samarang
Kabupaten Garut Tahun pelajaran 2014-2015 )

Oleh :
Erik Santoso 1)
eriksantoso.math07@gmail.com

ABSTRAK
Ketidakberhasilan peserta didik untuk memecahkan persoalan dalam pembelajaran
dimungkinkan sebagai akibat pembelajaran yang dilaksanakan selama ini menggunakan strategi
belajar mengajar dengan cara klasikal yaitu aktivitas di kelas di domonasi oleh guru, maka dari
itu, guru harus pandai memilih metode, pendekatan, model pembelajaran dan teknik mengajar
yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Oleh karena itu, peneliti memilih pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual. Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah, apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman matematik sebelum dan sesudah
diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual? Hipotesis dalam penelitian ini
DGDODK ³WHUGDSDW SHUEHGDan kemampuan pemahaman matematik sebelum dan sesudah
GLEHULNDQ SHPEHODMDUDQ GHQJDQ PRGHO SHPEHODMDUDQ NRQWHNVWXDO ³ 0HWRGH \DQJ GLJXQDNDQ
dalam penelitian ini adalah metode Pre-Experimental Design dengan bentuk One Group
Pretest- Posttest Design. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V dengan jumlah
peserta didik 34 orang Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes
pemahaman matematik. Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data dan analisis data yang
dibantu dengan SPSS 16 nilai signifikansi 0.000 kurang dari alpha yang ditentukan yaitu 0,05
dengan demikian Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan
pemahaman matematik siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kontekstual.

Kata kunci: Pemahaman Matematik, Model Pembelajaran Kontekstual, Materi Volume


Kubus dan Balok

_____________________
1
Penulis adalah dosen tetap Prodi Pend. Matematika Fakultas Pendidikan Dasar dan Menengah Universitas
Majalengka 16
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.1 Edisi Januari 2017 ISSN: 2442-7470

A. Pendahuluan sebagai dasar untuk dapat menguasai


Perubahan masyarakat dewasa teknologi, sehingga menuntut sumber
ini semakin cepat, yang ditandai oleh daya saing yang handal dan mampu
banyaknya temuan-temuan baru dalam berkompetisi secara global dengan
berbagai bidang. Salah satu upaya untuk melibatkan pemikiran kritis, sistematis,
menyeimbanginya adalah dengan logis, rasional, kretaif dan mempunyai
meningkatkan kualitas sumber daya kemampuan kerja sama yang efektif.
manusia, diantaranya dengan Cara berpikir demikian dapat
meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh dikembangkan melalui belajar
karena itu, diantara upaya untuk matematika. Menurut Gravemeijer
membenahi, memperbaiki serta (Suharta, I Gusti Putu, 2001: 2)
meningkatkan kualitas pendidikan ³0DWHPDWLND VHEDJDL DNWLYLWDV PDQXVLD
dilihat dari sisi guru. Menurut Amri, berarti manusia harus diberi kesempatan
Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi (2010:2) untuk menemukan kembali ide dan
³6HEDJDL VDODK VDWX NRPSRQHQ GDODP konsep matematika dengan bimbingan
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), guru RUDQJ GHZDVD ´ +DO LQL GDSDW GLWHUDSNDQ
memiliki posisi yang menentukan mulai anak duduk di sekolah dasar.
keberhasilan pembelajaran, karena Sebagian peserta didik
fungsi utama guru ialah merancang, menganggap pelajaran matematika itu
mengelola, dan mengevaluasi pelajaran yang sulit. Matematika dapat
SHPEHODMDUDQ´ dianggap sukar dilihat dari hasil belajar
Sejalan dengan hal itu, guru akan yang bervariasi setelah proses
menentukan kedalaman dan keluasan pembelajaran dilaksanakan. Selain itu
materi pelajaran, serta memilah dan dalam proses pembelajaran pun
memilih bahan pelajaran yang akan matematika tidak bisa dipahami hanya
disajikan kepada peserta didik. Amri, dengan membaca materi atau
Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi (2010:3) mendengarkan penjelasan dari guru
PHQJHPXNDNDQ ³*XUX KDQ\D EHrpeluang semata, harus disertai dengan latihan
untuk memanipulasi strategi atau metode soal. Sesuai dengan hakikat matematika
pembelajaran di bawah karakteristik yang abstrak, mempelajarinya
WXMXDQ SHPEHODMDUDQ GDQ VLVZD´ membutuhkan cara belajar yang tepat
Berdasarkan pendapat tersebut, guru agar metematika dapat dipelajari dengan
dituntut untuk dapat memperhatikan baik oleh peserta didik, sehingga
kebutuhan dan perbedaan peserta didik, pembelajaran yang dicapai sisuai dengan
mengembangkan strategi pembelajaran apa yang diharapkan. Hal serupa
yang memungkinkan peserta didik aktif, diungkapkan oleh Ruseffendi E.T.
kreatif dan menyenangkan, serta menilai (2006:157) yang mengatakan,
proses dan hasil pembelajaran peserta ´0DWHPDWLND GLDQJJDS VHEDJDL LOPX
didik secara akurat. yang sukar, rumit, dan
Matematika merupakan salah PHPSHUGD\DNDQ´ 'LVHWLDS
satu ilmu dasar yang memiliki peranan pembelajaran, tidak semua proses
penting dalam pengembangan ilmu pembelajaran dapat mencapai tujuan
pengetahuan dan teknologi. Kita sebagai yang diharapkan. Banyak kendala yang
manusia harus menjadikan matematika dihadapi sehingga efisiensi dan
17
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.1 Edisi Januari 2017 ISSN: 2442-7470

efektivitas kegiatan pembelajaran tidak pengetahuan (translation), pemberian


terwujud. Peserta didik sebagai generasi arti (interpretasi) dan pembuatan
penerus bangsa untuk menjadi SDM ekstrapolasi (ekstrapolation).
yang unggul dan berkualitas, akan tetapi Pemahaman translasi digunakan untuk
kenyataannya tujuan tersebut belum menyampaikan informasi dengan bahasa
tercapai sepenuhnya. Salah satu dan bentuk yang lain dan menyangkut
kemampuan yang harus dimiliki oleh pemberian makna dari suatu informasi
siswa dalam matematika adalah yang bervariasi. Interpolasi digunakan
kemampuan pemahaman matematik. untuk menafsirkan maksud dari bacaan,
Kemampuan pemahaman tidak hanya dengan kata-kata dan frase,
matematik adalah salah satu tujuan tetapi juga mencakup pemahaman suatu
penting dalam pembelajaran, informasi dari sebuah ide. Sedangkan
memberikan pengertian bahwa materi- ekstrapolasi mencakup estimasi dan
materi yang diajarkan kepada siswa prediksi yang didasarkan pada sebuah
bukan hanya sebagai hafalan, namun pemikiran, gambaran kondisi dari suatu
lebih dari itu dengan pemahaman siswa informasi, juga mencakup pembuatan
dapat lebih mengerti akan konsep materi kesimpulan dengan konsekuensi yang
pelajaran itu sendiri. Pemahaman sesuai dengan informasi jenjang kognitif
matematik merupakan salah satu tujuan ketiga yaitu penerapan (application)
dari setiap materi yang disampaikan oleh yang menggunakan atau menerapkan
guru, sebab guru merupakan suatu bahan yang sudah dipelajari ke
pembimbing siswa untuk mencapai dalam situasi baru, yaitu berupa ide,
konsep yang diharapkan. Hal ini sesuai teori atau petunjuk teknis.
dengan Hudoyo (Herdian, 2010:1) yang Bloom mengklasifikasikan
PHQ\DWDNDQ ³7XMXDQ PHQJDMDU DGDODK pemahaman (Chomprehension) ke dalam
agar pengetahuan yang disampaikan jenjang kognitif kedua yang
GDSDW GLSDKDPL SHVHUWD GLGLN³ menggambarkan suatu pengertian,
Pendidikan yang baik adalah usaha yang sehingga siswa diharapkan mampu
berhasil membawa siswa kepada tujuan memahami ide-ide matematika bila
yang ingin dicapai yaitu agar bahan yang mereka dapat menggunakan beberapa
disampaikan dipahami sepenuhnya oleh kaidah yang relevan. Dalam tingkatan ini
siswa. siswa diharapkan mengetahui bagaimana
Pemahaman merupakan berkomunikasi dan menggunakan idenya
terjemahan dari istilah understanding untuk berkomunikasi. Dalam
yang diartikan sebagai penyerapan arti pemahaman tidak hanya sekedar
suatu materi yang dipelajari. Lebih lanjut memahami sebuah informasi tetapi
Michener (Herdian, 2010:1) menyatakan termasuk juga keobjektifan, sikap dan
bahwa pemahaman merupakan salah makna yang terkandung dari sebuah
satu aspek dalam Taksonomi Bloom. informasi. Dengan kata lain seorang
Pemahaman diartikan sebagai siswa dapat mengubah suatu informasi
penyerapan arti suatu materi bahan yang yang ada dalam pikirannya kedalam
dipelajari. bentuk lain yang lebih berarti.
Rusefendi E.T (2006:221) Menurut Herdian (2010:1)
menyatakan ada tiga macam ³3HPDKDPDQ PDWHPDWLN PHUXSDNDQ
pemahaman matematik, yaitu : salah satu tujuan dari setiap materi yang
18
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.1 Edisi Januari 2017 ISSN: 2442-7470

disampaikan oleh guru, sebab guru pemahaman digolongkan ke dalam dua


merupakan pembimbing siswa untuk jenis, yaitu :
PHQFDSDL NRQVHS \DQJ GLKDUDSNDQ´ 1. Pemahaman Komputasional :
Berdasarkan pendapat tersebut, materi- menerapkan rumus dalam
materi yang diajarkan kepada peserta perhitungan sederhana dan
didik bukan hanya sebagai hapalan, mengerjakan perhitungan secara
namun lebih dari itu dengan pemahaman algoritmik.
peserta didik dapat lebih mengerti dan 2. Pemahaman Fungsional : mengaitkan
memahami akan konsep materi pelajaran suatu konsep atau prinsip dengan
itu sendiri. konsep atau prinsip lainnya, dan
Pemahaman matematik yang menyadari proses yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah dikerjakannya.
pemahaman menurut Skemp (Sumarmo, Skemp (Sumarmo, Utari, 2006 :
Utari, 2010:5) yaitu pemahaman 5) menggolongkan pemahaman dalam
instrumental dan pemahaman relasional. dua jenis, yaitu :
Pada pemahaman instrumental, peserta 1. Pemahaman Instrumental : hafal
didik memiliki kemampuan konsep atau prinsip tanpa kaitan
menggunakan konsep secara langsung, dengan yang lainnya, dapat
yaitu peserta didik tahu atau hapal rumus menerapkan rumus dalam
dan algoritma atau urutan pengerjaan perhitungan sederhana, dan
dalam menyelesaikan soal. Sedangkan mengerjakan perhitungan secara
pemahaman relasional merupakan algoritmik.
pemahaman yang lebih luas karena 2. Pemahaman Relasional : mengaitkan
peserta didik tidak hanya tahu dan hapal satu konsep atau prinsip dengan
rumus tetapi tahu bagaimana dan konsep atau prinsip lainnya.
mengapa rumus atau cara itu dapat Copeland (Sumarmo, Utari, 2006
digunakan. : 5) menggolongkan pemahaman dalam
Polya (Sumarmo, Utari, 2006 : 4) GXD MHQLV \DLWX ´ D Knowing how to :
merinci kemampuan pemahaman pada mengerjakan suatu perhitungan secara
empat tahap, yaitu : rutin atau algoritmik, (b) Knowing :
1. Pemahaman mekanikal yang mengerjakan suatu perhitungan secara
dicirikan oleh mengingat dan VDGDU´ Berdasarkan beberapa pendapat
menerapkan rumus secara rutin dan mengenai kemampuan pemahaman
menghitung secara sederhana. matematik yang telah diuraikan
2. Pemahaman induktif : menerapkan sebelumya, maka pemahaman yang di
rumus atau konsep dalam kasus lakukan dalam penelitian ini dibatasi
sederhana atau dalam kasus serupa. dalam pemahaman instrumental dan
3. Pemahaman rasional : membuktikan pemahaman relasional. Pemahaman
kebenaran suatu rumus dan teorema. instrumental yaitu peserta didik hapal
4. Pemahaman intuitif : memperkirakan dan dapat mengunakan rumus untuk
kebenaran dengan pasti (tanpa ragu- menyelesaikan suatu soal dan
ragu) sebelum menganalisa lebih pemahaman relasional yaitu siswa tidak
lanjut. hanya tahu dan hapal rumus tetapi
Berbeda dengan Polya, menurut peserta didik juga harus tahu bagaimana
Pollastek (Sumarmo, Utari, 2006 : 4) dan mengapa rumus digunakan.
19
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.1 Edisi Januari 2017 ISSN: 2442-7470

Berbagai macam metode dan bahwa terdapat 7 prinsip utama dalam


model-model pembelajaran diujicobakan pembelajaran kontekstual, yaitu:
khususnya dalam budang matematika 1. Kontruktivisme (Contructivism)
demi tercapainya prestasi belajar yang Contructivism (kontruktivisme)
memuaskan sehingga kualitas sumber merupakan landasan berfikir (filosofi)
daya manusia meningkat. Hal itu karena dari pendekatan kontekstual, yaitu
matematika memegang peranan penting bahwa pengetahuan dibangun oleh
dalam kehidupan sehari-hari juga manusia sedikit demi sedikit, yang
sebagai pendukung keberhasilan bidang hasilnya diperluas melalui konteks yang
ilmu lainnya atau kemajuan ilmu terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-
pengetahuan dan teknologi (IPTEK). konyong. Pengetahuan bukanlah
Upaya yang perlu dilakukan seperangkat fakta-fakta, konsep atau
dalam menciptakan pembelajaran untuk kaidah yang siap untuk diambil dan
meningkatkan aktivitas peserta didik, diingat. Manusia harus mengkonstuksi
dan mengembangkan kemampuan pengetahuan itu dan memberi makna
pemahaman matematik peserta didik melalui pengamatan nyata.
adalah memilih model pembelajaran Konstruktivisme dalam
yang relavan, salah satunya dengan pembelajaran matematika misalnya,
menerapkan model pembelajaran yang peserta didik dapat mengelompokan
menekan pada pemecahan masalah sendiri contoh himpunan dalam bentuk
sebagai titik tolak untuk diagram Venn. Peserta didik akan
mengembangkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuannya,
pemahaman matematik. Model sehingga ia bisa mentukan mana irisan
pembelajaran yang dirasa tepat untuk dan mana gabungan.
meningkatkan keaktifan peserta didik di 2. Menemukan (Inquiry)
kelas yaitu dengan menggunakan model Menemukan merupakan bagian
pembaelajaran kontekstual. Pendekatan inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual merupakan pendekatan yang kontekstual. Pengetahuan dan
memungkinkan peserta didik keterampilan yang diperoleh peserta
menguatkan, memperluas dan didik diharapkan bukan hasil mengingat
menerapkan pengetahun dan seperangkat fakta-fakta tetapi hasil
keterampilan akademik mereka dalam menemukan sendiri. Guru harus selalu
berbagai macam tatanan kehidupan baik merancang kegiatan yang merujuk pada
diseklah maupun diluar sekolah. kegiatan menemukan, apapun materi
Pembelajaran kontekstual yang diajarkan. Siklus inkuiri adalah: 1)
(Contextual Teaching and Learning) Observasi (Observation); 2) Bertanya
adalah konsep belajar yang membantu (Questioning); 3) Mengajukan dugaan
guru mengaitkan antara materi yang (Hiphotesis); 4) Pengumpulan data
diajarkan dengan situasi dunia nyata (Data Gathering); 5) Penyimpulan
siswa dan mendorong siswa membuat (Conclussion).
hubungan antara pengetahuan yang Inkuiri dapat diterapkan pada
dimilikinya dengan penerapannya dalam semua bidang studi, termasuk
kehidupan mereka sehari-hari. Menurut matematika. Misalnya, peserta didik
Suherman, Erman (2002:5) menyatakan menemukan sendiri rumus dari irisan
dan gabungan pada diagram Venn
20
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.1 Edisi Januari 2017 ISSN: 2442-7470

berdasarkan pengetahuan yang peserta mengalami kesulitan dalam


didik miliki sebelumnya. Peserta didik memecahkan soal matematika.
akan merasakan kepuasan tersendiri jika 4. Masyarakat Belajar (Learning
ia berhasil melakukan penemuan. Community)
3. Bertanya (Questioning) Konsep lerning community
Pengetahuan yang dimiliki menyarankan agar hasil pembelejaran
seseorang, selalu bermula dari diperoleh dari kerjasama dengan orang
³EHUWDQ\D´ Questioning merupakan lain. Hasil belajar diperoleh dari
strategi utama pembelajaran yang ³VKDULQJ´ DQWDU WHPDQ DQWDU NHORPSRN
berbasis kontekstual. Bertanya dalam dan antara yang tahu ke yang belum
pembelajaran dipandang sebagai tahu. Di ruang ini, di kelas ini, di sekitar
kegiatan guru untuk mendorong, ini, juga orang-orang yang ada diluar
membimbing, dan menilai kemampuan sana, semua anggota masyarakat belajar.
berfikir peserta didik. Dalam kelas pembelajaran kontekstual,
Dalam sebuah pembelajaran guru disarankan selalu melaksanakan
yang produktif, kegiatan bertanya pembelajaran dalam kelompok-
berguna untuk: 1) Menggali informasi, kelompok belajar. Peserta didik dibagi
baik administrasi maupun akademis; 2) dalam kelompok-kelompok belajar yang
Mengecek pemahaman siswa; 3) anggotanya heterogen. Yang pandai
Membangkitkan respon kepada siswa; 4) mengajari yang lemah, yang tahu
Mengetahui sejauh mana keingintahuan memberi yang belum tahu, yang cepat
siswa; 5) Mengetahui hal-hal yang sudah menangkap mendorong temannya yang
diketahui siswa; 6) Memfokuskan lambat, yang mempunyai gagasan segera
perhatian siswa pada sesuatu yang memberi usul, dan seterusnya. Vygotsky
dikehendaki guru; 7) Untuk (Wartono, et.al. 2004:19)
membangkitkan lebih banyak lagi mengemukakan bahwa siswa belajar
pertanyaan dari siswa; 8) Untuk melalui interaksi dengan orang dewasa
menyegarkan kembali pengetahuan atau teman sebaya yang lebih mampu.
siswa. Hal ini sejalan dengan ide Blancard
Konsep matematika saling (Wartono, et.al. 2004:19) bahwa strategi
berkaitan satu sama lain. Guru dapat CTL mendorong siswa belajar dari
menggunakan kegiatan bertanya untuk sesama teman dan belajar bersama.
memotivasi peserta didik yaitu Peserta didik lebih mudah
menghubungkan materi yang akan menemukan dan memahami konsep-
dipelajari dengan materi sebelumnya. konsep yang sulit jika mereka saling
Misalnya, untuk mempelajari irisan dan mendiskusikan masalah tersebut dengan
gabungan pada diagram Venn peserta temannya. Peserta didik bisa kerja sama
didik harus memahami dahulu tentang dengan peserta didik lain untuk
himpunan. Untuk mengetahui hal ini menemukan rumus dan konsep
guru dapat mengajukan berbagai matematika yang sulit. Mereka
pertanyaan kepada peserta didik. Selain menyatukan pendapat dan pengetahuan
dari guru, kegiatan bertanya juga dapat anatara konsep yang satu dengan konsep
dilakukan dari peserta didik ke guru atau yang lain dalam matematika dengan
dari peserta didik ke peserta didik ketika berdiskusi untuk memperoleh suatu
kesimpulan.
21
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.1 Edisi Januari 2017 ISSN: 2442-7470

5. Pemodelan (Modeling) and Learning (Wartono, et.al. 2004:17)


Komponen pembelajaran mengatakan bahwa proses refleksi yakni:
kontekstual selanjutnya adalah 1. cara±cara berpikir tentang apa
pemodelan. Maksudnya, dalam sebuah yang telah dipelajari.
pembelajaran keterampilan atau 2. Merevisi dan merespon kepada
pengetahuan tertentu, ada model yang kejadian, aktivitas, dan
bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara pengalaman.
mengoperasikan sesuatu, cara melempar 3. Mencatat apa yang telah kita
bola dalam olahraga, contoh karya tulis, pelajari, bagaimana kita
cara melafalkan bahasa inggris, dan merasakan ide-ide baru.
sebagainya. Dalam pendekatan 4. Dapat berupa berbagai bentuk:
pembelajaran kontekstual, guru bukan jurnal, diskusi, maupun hasil
satu±satunya model. Model dapat karya/seni.
dirancang dengan melibatkan peserta
didik. Setelah pembelajaran
Guru dapat memberi contoh berlangsung, peserta didik diberi
tentang cara bekerja sesuatu, sebelum kesempatan untuk merefleksi hasil
peserta didik melaksanakan tugas. belajar yang telah dilakukan. Misalnya,
Misalnya, cara menggambar diagram setelah peserta didik membuat gambar
Venn dengan menggunakan penggaris diagram Venn peserta didik diminta
dan jangka. Ketika guru untuk merefleksi diri terhadap hasil
mendemostrasikan cara menggambar, karyanya. Apakah gambar diagram Venn
peserta didik mengamati langkah- yang telah dibuat sudah tepat
langkah dan gerakan penggunaan berdasarkan konsep yang ada.
penggaris dan jangka yang benar oleh Bagaimana cara membuat diagram Venn
guru. Sehingga peserta didik tahu yang baik dan benar. Refleksi ini juga
bagaimana cara menggambar diagram bisa dilakukan dengan membandingkan
Venn yang baik dan benar dengan hasil pekerjaannya dengan pekerjaan
menggunakan penggaris dan jangka. teman sekelasnya. Sehingga ia bisa tahu
Dalam kasus ini guru menjadi model. apa kekurangan dari hasil karyanya.
6. Refleksi (Reflecsion) 7. Penilaian yang Sebenarnya
Refleksi juga bagian penting (Authentic Assesment)
dalam pembelejaran dengan pendekatan Assesment adalah proses
kontekstual. Refleksi adalah cara pengumpulan berbagai data yang bisa
berpikir tentang apa yang baru dipelajari memberikan gambaran perkembangan
atau berpikir kebelakang tentang apa-apa belajar siswa. Gambaran perkembangan
yang sudah kita lakukan dimasa lalu. belajar siswa perlu diketahui oleh guru
Peserta didik mengendapkan apa yang agar bisa memastikan bahwa siswa
merupakan pengayaan atau revisi dari mengalami proses pembelajaran yang
pengetahuan sebelumnya. Refleksi benar. Apabila data yang dikumpulkan
merupakan respon terhadap kejadian, guru mengidentifikasikan bahwa siswa
aktivitas atau pengetahuan yang baru mengalami kemacetan dalam belajar,
diterima. maka guru segera mengambil tindakan
The Washington State yang tepat agar siswa terbatas dari
Consortium For Contextual Teaching kemacetan belajar.
22
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.1 Edisi Januari 2017 ISSN: 2442-7470

Penelitian dapat dilakukan oleh mengelola kelas sebagai sebuah tim


semua guru bidang studi, termasuk guru yang bekerja bersama untuk menemukan
matematika. Penilaian ini tidak sebatas pengetahuan dan ketrampilan yang baru
tes tertulis saja. Guru dapat menilai bagi peserta didik. Peserta didik
peserta didik selama proses dipandang sebagai individu yang sedang
pembelajaran berlangsung, bagaimana berkembang. Kemampuan belajar
kegiatan yang dilakukan, keaktifan seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat
peserta didik ketika melakukan kegiatan, perkembangan dan keluasan pengalaman
menemukan rumus atau konsep yang dimilikinya. Dengan demikian,
matematika, mendemonstrasikan dan peran guru bukanlah sebagai instruktur
menggunakan konsep tersebut untuk DWDX ´ SHQJXDVD ´ \DQJ PHPDNVD
menghadapi soal-soal latihan kehendak melainkan guru adalah
Kelebihan dan kekurangan pada pembimbing peserta didik agar mereka
pembelajaran kontekstual menurut dapat belajar sesuai dengan tahap
Salma, Dewi Prawiradilaga dan Eveline perkembangannya.
Siregar (2004:22) adalah: Guru memberikan kesempatan
1. Kelebihan kepada peserta didik untuk menemukan
Pembelajaran menjadi lebih atau menerapkan sendiri ide±ide dan
bermakna dan riil. Artinya peserta didik mengajak peserta didik agar dengan
dituntut untuk dapat menagkap menyadari dan dengan sadar
hubungan antara pengalaman belajar di menggunakan strategi-strategi mereka
sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sendiri untuk belajar. Namun dalam
sangat penting, sebab dengan dapat konteks ini tentunya guru memerlukan
mengorelasikan materi yang ditemukan perhatian dan bimbingan yang ekstra
dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi terhadap peserta didik agar tujuan
peserta didik materi itu akan berfungsi pembelajaran sesuai dengan apa yang
secara fungsional, akan tetapi materi diterapkan semula. Berdasrkan uraian
yang dipelajarinya akan tertanam erat dari latar belakang masalah tersebut,
dalam memori peserta didik, sehingga maka tujuan dari penelitian ini adalah
tidak akan mudah dilupakan. untuk mengetahui apakah terdapat
Pembelajaran lebih produktif dan perbedaan kemampuan pemahaman
mampu menumbuhkan penguatan matematik siswa sebelum dan sesudah
konsep kepada peserta didik karena diberikan pembelajaran dengan model
metode pembelajaran CTL menganut pembelajaran kontekstual
aliran konstruktivisme, dimana peserta
didik dituntun untuk menemukan B. Metodologi Penelitian
pengetahuannya sendiri. Melalui Penelitian ini dilakukan pada
landasan filosofis konstruktivisme siswa kelas V SDN Sukarasa II
peserta didik diharapkan belajar melalui Kabupaten Garut Tahun Pelajaran 2014-
´PHQJDODPL´ EXNDQ ´PHQJKDIDO´ 2015. Populasi yang digunakan dalam
2. Kekurangan penelitian ini adalah siswa kelas V SDN
Guru lebih intensif dalam Sukarasa II. Adapun teknik pengambilan
membimbing. Karena dalam metode sampel dalam penelitian ini adalah
CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai dengan menggunakan teknik sampling
pusat informasi. Tugas guru adalah purposive yaitu teknik penentuan sampel
23
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.1 Edisi Januari 2017 ISSN: 2442-7470

dengan pertimbangan tertentu variabel dependen. Jadi, hasil


(Sugiyono, 2009: 124). Teknik ini sangat eksperimen yang merupakan variabel
cocok untuk digunakan dalam penelitian dependen itu bukan semata ± mata
ini karena jumlah sampel yang diambil dipengaruhi oleh vareiabel independen
hanya pada siswa kelas V dengan (Sugiyono, 2009:109). Secara lebih
mempertimbangkan kelas V sudah terperinci pada penelitian ini, peneliti
memahami dan mudah untuk diarahkan menggunakan Pre-Experimental Design
pada model pembelajaran tertentu. dengan bentuk One Group Pretest-
Penelitian ini dilakukan dengan Posttest Design.
menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan
Metode penelitian kuantitatif dapat model Pre-Experimental Design dengan
diartikan sebagai metode penelitian yang bentuk One Group Pretest-Posttest
berlandaskan pada filsafat positivisme, Design mengandung paradigma bahwa
digunakan untuk meneliti pada populasi terdapat suatu kelompok diberi
atau sampel tertentu, teknik pengambilan treatment / perlakuan dan selanjutnya
sampel pada umumnya dilakukan secara diobservasi hasilnya, akan tetapi
random, pengumpulan data sebelum diberi perlakuan terdapat
menggunakan instrumen penelitian, pretest untuk mengetahui kondisi awal.
analisis data bersifat kuantitatif/statistik Dengan demikian, hasil perlakuan dapat
dengan tujuan untuk menguji hipotesis lebih akurat karena dapat
yang telah ditetapkan (Sugiyono, membandingkan dengan keadaan
2009:14). sebelum diberi perlakuan.
Metode yang digunakan dalam Alur dari penelitian ini adalah
penelitian ini adalah metode eksperimen kelas yang digunakan kelas penelitian
dengan bentuk Pre-Experimental (kelas eksperimen) diberi pre-test (O1)
Design. Dalam desain eksperimen ini kemudian dilanjutkan dengan pemberian
tidak adanya variabel kontrol (kelas perlakuan/treatment (O2) yaitu
kontrol) dan tidak dipilih secara random. penggunaan model pembelajaran
Dikatakan pre-experimental design kontekstual setelah itu diberi post-test.
karena desain ini belum merupakan Secara sederhana desain penelitian dapat
eksperimen sungguh± sungguh, karena dilihat pada Tabel 1 berikut :
masih terdapat variabel luar yang ikut
berpengaruh terhadap terbentuknya

Tabel 1 Desain Penelitian One-Group Pre test - Post test Design


Pre-Test Treatment Post-Test

O1 X O2

Instrumen penelitian merupakan digunakan dalam pengambilan data


suatu alat yang digunakan untuk primer pada penelitian ini dengan
mengukur nilai variabel yang diteliti menggunakan tes kemampuan
dan mengumpulkan data ± data selama pemahaman matematik (pre-test dan
penelitian dilakukan. Instrumen yang post-test).
24
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.1 Edisi Januari 2017 ISSN: 2442-7470

1. Lembar soal pre test (tes awal uraian. Tes dilaksanakan pada
sebelum mendapat perlakuan) saat pre-test dan post-test. Pre-
Soal ± soal yang diberikan test atau test awal diberikan
diambil dari bank soal yang dengan tujuan mengetahui
sudah teruji validitas dan kemampuan awal subjek
realibilitasnya. penelitian. Sementara post-test
2. Lembar soal post test (tes akhir atau test akhir diberikan dengan
setelah mendapat perlakuan) tujuan untuk melihat perubahan
Soal ± soal yang diberikan atau peningkatan penguasaan
diambil dari bank soal yang materi siswa setelah
sudah teruji validitas dan menggunakan model
realibilitasnya. pembelajaran kontekstual. Pada
Sebelum instrumen tes penelitian ini, tes merupakan data
digunakan, terlebih dahulu dilakukan primer atau data utama.
pengujian soal agar data yang
diperoleh baik dan dapat membuktikan Analisis data yang akan
hipotesis yang diajukan. Menurut dilaksanakan berdasarkan rumusan
Arikunto (2010:211) instrumen yang masalah secara umum yaitu mengetahui
baik harus memenuhi dua persyaratan apakah penggunaan model pembelajaran
penting yaitu valid dan reliable. Untuk kooperatif tipe GI berpengaruh terhadap
memperoleh data yang diperlukan kemampuan kognitif siswa daripada
maka dilakukan teknik pengumpulan yang menggunakan pembelajaran
data. Dalam melaksanakan penelitian konvensional. Analisis data yang
ini ada beberapa teknik pengumpulan dilakukan oleh peneliti dibantu dengan
data yang dilakukan peneliti, antara lain : micosoft excel dan SPSS 16. Ada tiga
1. Studi pendahuluan, dilakukan perlakuan dalam teknik analisis data,
sebelum kegiatan penelitian yaitu :
dilaksanakan. Maksud dan Tes normalitas menggunakan
tujuan dari kegiatan studi SPSS yaitu dengan uji Shapiro Wilk,
pendahuluan ini adalah untuk (jika tidak normal menggunakan uji non
mengetahui beberapa hal antara parametric. Bila data tidak normal, maka
lain: keadaan pembelajaran, statistik parametrik tidak dapat
keadaan siswa dan lain sebagainya digunakan untuk itu perlu digunakan
2. Studi literatur, dilakukan untuk statistik nonparametrik (Sugiyono, 2013:
mendapatkan informasi dengan 79). Penggunaan statistik parametris
memanfaatkan literatur yang mensyaratkan bahwa data variabel yang
relevan dengan penelitian ini akan dianalisis harus berdistribusi
3. Tes, merupakan alat atau normal. Setelah semua data telah
prosedur yang digunakan untuk terpenuhi syaratnya untuk uji t paired
mengetahui atau mengukur sample t tes, meliputi uji normalitas.
sesuatu dalam suasana, dengan
cara dan aturan ± aturan yang C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
sudah ditentukan (Arikunto, Penelitian dilaksanakan terhadap
2010: 53). Penelitian ini peserta didik kelas V SDN Sukarasa II
menggunakan tes berupa tes Kabupaten Garut dengan menggunakan
25
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.1 Edisi Januari 2017 ISSN: 2442-7470

model pembelajaran kontekstual. Seperti Tes diberikan sebelum dan setelah


yang telah dikemukakan bahwa tujuan pembelajaran dilaksanakan pada materi
penelitian ini adalah untuk mengetahui volume balok dan kubus. Data yang
adakah adakah perbedaan kemampuan diperoleh dari penelitian diolah untuk
pemahaman matematik sebelum dan memudahkan peneliti mengambil
sesudah diberikan pembelajaran dengan simpulan. Tes diberikan kepada 34 orang
menggunakan model pembelajaran yang pembelajarannya menggunakan
kontekstual. Data kuantitatif diperoleh model pembelajaran kontekstual. Berikut
dari hasil tes pemahaman matematik. ini disajikan mengenai data deskriptifnya

Tabel 2
Deskriptif Data Tes Pemahaman Matematika Sebelum dan Sesudah Pembelajaran
Kontekstual
Descriptive Statistics
Std.
N Range Minimum Maximum Sum Mean Deviation Variance

pre_tes 34 6.00 4.00 10.00 219.00 6.4412 1.81227 3.284


Post_tes 34 11.00 9.00 20.00 476.00 14.0000 3.11400 9.697
Valid N (listwise) 34

Sumber:Pengolahan Data menggunakan SPSS 16

Berdasarkan data tersebut terlihat yaitu 14.00 untuk sesudah pembelajaran


bahwa skor rata-rata sesudah dan 6.44 untuk sebelum pembelajaran.
pembelajaran lebih besar jika Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih
dibandingkan sebelum pembelajaran dahulu diuji prasyratnya sebagai berikut:

Tabel 2
Uji Normalitas Tes Pemahaman Matematika Sebelum dan Sesudah Pembelajaran Kontekstual

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pre_tes .217 34 .000 .881 34 .001


Post_tes .181 34 .006 .935 34 .045
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber:Pengolahan Data menggunakan SPSS 16

26
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.1 Edisi Januari 2017 ISSN: 2442-7470

Uji normlaitas menggunakan uji data tidak normal. Karena sebaran data
Shapiro Wilk dengan alpha 5% ternyata tidak normal maka dilakukan uji non
nilai signifikansi untuk pretes dan postes paramterik yaitu uji wilcoxon dengan
di bawah 0,05 dengan demikian sebaran hasil sebagai berikut:

Tabel 3
Uji Wilcoxon Tes Pemahaman Matematika Sebelum dan Sesudah Pembelajaran Kontekstual

Test Statisticsb
Post_tes - pre_tes
Z -5.094a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Berdarakan hasil tersebut terlihat ³.HORPSRN KHWHURJHQ PHPEHULNDQ


bahwa nilai signifikansi 0.000 kurang kesempatan untuk saling mengajar (peer
dari alpha yang ditentukan yaitu 0,05 tutoring) dan saling mendukung. Disini
dengan demikian Ho ditolak sehingga guru membagikann bahan ajar kepada
dapat disimpulkan bahwa terdapat tiap-tiap kelompok, peserta didik diberi
perbedaan kemampuan pemahaman kesempatan menemukan dan
matematik siswa sebelum dan sesudah membangun sendiri pemahamannya. Hal
pembelajaran menggunakan model ini sesuai dengan teori belajar Bruner,
pembelajaran kontekstual. Berdasarkan yang menekankan pada penemuan
hasil penelitian dan pengujian hipotesis, peserta didik untuk membangun atau
terdapat perbedaan kemampuan mengkontruksi pengetahuannya sendiri,
pemahaman matematik siswa sebelum dengan cara berdiskusi kelompok. Hal
dan sesudah pembelajaran menggunakan ini juga sejalan dengan teori Vygotsky
model pembelajaran kontekstual. Hal ini yang menekankan pada interaksi sosial
disebabkan dalam pembelajaran dalam membangun pengetahuan dan
kontektual peserta didik menggunakan menggunakan tugas-tugas yang
kemampuan berfikir kritis, dengan konstruktif. Peserta didik mampu
metode tanya jawab, diskusi, pemberian mengembangkan kemampuan
tugas, peserta didik terlibat penuh dalam berfikirnya untuk memecahkan masalah
mengupayakan terjadinya proses dan menemukan konsep baru dari suatu
pembelajaran yang efektif dan bekerja masalah tersebut, guru berkeliling
sama dengan kelompok heterogen, memberikan scaffolding dan menjadi
sharing pendapat dan pengetahuan. fasilitator bagi peserta didik. Scaffolding
Dipilihnya kelompok heterogen adalah adalah memberikan bantuan seperlunya
agar terjadi interaksi dan saling kepada peserta didik yang
membantu antar peserta didik dalam membutuhkan. Sesuai dengan teori
menyelesaikan masalah. Hal ini Vygotsky yang menyatakan bahwa
sependapat dengan Lie, Anita (2008: 43) diskusi kelompok guru berperan

27
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.1 Edisi Januari 2017 ISSN: 2442-7470

memberikan scaffolding. Selain itu, guru Berdasarkan simpulan hasil


menekankan pada peserta didik untuk penelitian, maka peneliti menyarankan
mengemukakan ide kelompoknya sendiri sebagai berikut :
tentang cara menyelesaikan masalah. 1. Dalam proses belajar mengajar
Kendala yang dihadapi dalam sebaiknya kepala sekolah
pembelajaran kontekstual diantaranya menyarankan kepada setiap guru
masih ada peserta didik yang malas mata pelajaran agar mencoba
memecahkan masalah yang tersedia. menggunakan model pembelajaran
Peserta didik yang tidak memiliki minat kontekstual disamping
yang tinggi dalam memecahkan masalah menggunakan model pembelajaran
merasa kesulitan dalam belajar terutama yang biasa dilaksanakan di sekolah.
dalam pemahaman relasional. Hal ini 2. Sebaiknya guru mencoba
menyebabkan beberapa peserta didik menggunakan model pembelajaran
yang kurang berpartisipasi dalam diskusi kontekstual agar proses
kelompok. Seiring berjalannya waktu, pembelajaran lebih kondusif dan
hal tersebut dapat diatasi. Dengan menjalin kerjasama diantara peserta
motivasi yang kuat dari guru dan teman didik, disamping menggunakan
sekelompok, dengan seperti itu peserta model pembelajaran konvensional.
didik lebih semangat dalam belajar. 3. Untuk peneliti selanjutnya tertarik
Maka dapat disimpulkan bahwa menerapkan model pembelajaran
pemahaman matematik yang diperoleh kontekstual hendaknya penelitian
melalui pembelajaran yang pada materi lainnya dan mengukur
menggunakan model pembelajaran kemampuan yang berbeda seperti
kontekstual dapat lebih meningkat. Hal kemampuan komunikasi, penalaran,
ini sesuai dengan kelebihan berfikir kritis dan kreatif matematik
pembelajaran kontekstual yang
dikemukakan oleh Sabandar, Jozua D. Bahan Rujukan
(2003:4) antara lain :
1. Siswa akan belajar banyak dan akan Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. (2010).
mengingatnya lebih lama jika Proses Pembelajaran Kreatif dan
mereka dapat mengaitkan apa yang Inovaif dalam Kelas. Jakarta: Prestasi
mereka pelajari itu pada konteks- Pustaka Publisher.
konteks yang bermakna yang
terdapat pada dunia nyata diluar Arikunto, Suharsimi, (2010). Prosedur
kelas. Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
2. Belajar akan lebih optimal jika Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
pembelajaran di kelas ditempatkan
dalam suatu konteks, Herdian. (2010). KEMAMPUAN
mengikutsertakan aktifitas-aktifitas PEMAHAMAN MATEMATIK.
autentik, serta apa yang dipelajari [Online].
dapat ditransfer dalam kegiatan Tersedia:http://herdy07.wordpress.co
siswa di luar kelas, termasuk m/2010/05/27/kemampuan-
aplikasi dalam dunia nyata dan pemahaman-matematis/ [Januari 2014]
dimasyarakat

28
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.1 Edisi Januari 2017 ISSN: 2442-7470

Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning Sugiyono. (2013). Statistika untuk


(Mempraktekan Cooperative Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Learning di Ruang-ruang Kelas).
Jakarta : PT Grasindo Suharta, I.G.P. (2004). Matematika
Realistik: Apa dan Bagaimana?
Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar Kepada Editorial Jurnal Pendidikan dan
Guru Mengembangkan Kebudayaan. Edisi 38. Depdiknas
Kompetensinya Dalam Pengajaran Jakarta.
Matematika Untuk Meningkatkan
CBSA. Bandung : Tarsito. Suherman, Erman. (2002). Pendekatan
Kontekstual (Contextual Teaching
Sabandar, Josua. (2003). Pendekatan and Learning). Jakarta: Depdiknas.
Kontekstual Dalam Pembelajaran
Matematika. Bandung: Universitas Sumarmo, Utari. (2010). Berfikir dan
Pendidikan Indonesia. Disposisi Matematik: Apa, Mengapa,
dan Bagaimana Dikembangkan pada
Salma, Dewi Prawiradilaga dan Eveline Peserta Didik. Makalah FPMIPA UPI.
Siregar. (2004). Mozaik Teknologi Bandung: tidak diterbitkan.
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
Wartono, et.al. (2004). Materi Pelatihan
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Terintegrasi SAINS. Jakarta:
Kuantitatif. Bandung : Alfabeta Depdiknas.

29

Anda mungkin juga menyukai