Anda di halaman 1dari 5

2002: The Sarbanes Oxley Act

Nama Kelompok :
1. Aldhi Agung Mulia
2. Azri Rahmandini Dj.
3. M. Fikri Haiqal

Manajemen Bisnis 2017


Dosen : Ricky Rizkie, SE, MM.
STIE NIBA Business School
Awal Mula Munculnya SOA

Dalam Association Certified Fraud Examiner (ACFE) Annual Fraud Conference ke-
14 di Chicago dibuat Sarbanes Oxley Act (SOX atau SOA). Undang-undang ini dibuat
sebagai reformasi terbesar di USA khususnya dan dunia pada umumnya untuk penilaian
corporate governance sejak dibuatnya Securities Acts of 1933 and 1934. Undang-undang ini
dibuat dari Kongres Amerika Serikat terhadap kasus skandal pada beberapa perusahaan besar
seperti,  Enron dan lainnya, yang juga melibatkan beberapa Kantor Akuntan Publik (KAP)
yang termasuk dalam kelompok lima besar “the big five” seperti: Arthur Andersen, PWC,
dan KPMG. Semua skandal itu merupakan contoh skema kecurangan yg berdampak sangat
buruk bagi pemegang saham, pasar, pegawai dan juga masyarakat luas.

Dengan berlakunya undang-undang Sarbanes Oxley 2002 yang ditandatangani oleh


Presiden Amerika G. W. Bush  pada 30 Juli 2002 diharapkan dapat membawa dampak positif
bagi berbagai profesi, antara lain :

 akuntan publik bersertifikat (CPA);

 kantor akuntan publik (KAP);

 perusahaan yang memperdagangkan sahamnya; perantara (broker);

 penyalur (dealer);

 pengacara yang berpraktik untuk perusahaan publik;

 investor perbankan serta para analis keuangan.

Penerapan undang-undang tersebut disebabkan oleh bangkrutnya sejumlah perusahaan di


Amerika Serikat.

Pro dan Kontra Penerapan Sarbanes-Oxley Act (SOA)

Berikut ini sejumlah kritik terhadap penerapan Sarbanes-Oxley Act (SOA) :

1. Membutuhkan biaya besar (it is too costly)


2. Memiliki dampak negatif bagi perusahaan terhadap persaingan global (it
impacts negatively on a firm’s global competitiveness)
3. Pengeluaran pemerintah juga meningkat untuk menerapkan undangundang
tersebut (government costs also increase to regulate the law)
4. Chief Financial Officer (CFO) bertambah bebannya dan tertekan karena harus
mematuhi akuntabilitas yang dipersyaratkan oleh undang-undang
5. Menurunnya Minat Perusahaan Privat Untuk Menjadi Perusahaan Publik

SARBANES OXLEY ACT

Munculnya Sarbanes Oxley Act ini akibat adanya skandal - skandal keuangan dalam
perusahaan - perusahaan besar di Amerika serikat bahkan terjadi kebangkrutan , hal tersebut
membuat warga amerika terkejut serta warga berasumsi bahwa skandal - skandal tersebut
dapat membahayakan kelangsungan perekonomian di Amerika serikat tersebut.
Oleh karena itu  konggres Amerika Serikat segera mengambil langkah komprehensif
dengan menetapkan undang-undang keuangan yang kemudian dikenal dengan Sarbanes
Oxley Act 2002 atau di sebut Sarbox pada tanggal 30 juli 2002 dan disahkan oleh Presiden
W. Bush. Konggres berasumsi bahwa skandal- skandal keuangan tersebut tidak bisa di lihat
sebagai kasus, namun sebuah indikasi perlunya sebuah peraturan yang lebih ketat yang
mengatur penyiapan dan pemeriksaan laporan keuangan. Dengan ditetapkan peraturan
tersebut diharapkan kepercayaan publik bisa kembali lagi. 
Sarbox terdiri dari 130 halaman dan terbagi menjadi 11 bab. Tujuan dari Sarbox adalah
melindungi investor lewat :

1. Pengungkapan keuangan yang lebih,  Akurat , Tepat waktu , Komprehensif , dan


Dapat dimengerti. 

2. Tata kelola perusahaan yang lebih baik

3. Pengawasan yang lebih ketat dengan pembentukan PCAOB (Public Company 


Accounting Oversight Board).

Pengendalian internal yang lebih baik.  Peraturan ini mengikat semua perusahaan publik
yang mencatatkan bursanya di pasar modal Amerika Serikat (NYSE dan NASDAQ) dan
kantor akuntan yang memeriksanya baik kantor akuntan tersebut berada dalam yurisdiksi
Amerika Serikat maupun bukan.
Undang-undang ini merupakan reformasi terbesar di USA  sejak diterbitkannya Securities
Acts of 1933 and 1934. Oleh sebab itu suatu keharusan bagi para akuntan, auditor dan fraud
examiners untuk mempelajari undangundang ini, dan termasuk juga Statement on Auditing
Standards (SAS) No. 99, agar mengetahui pengaruhnya bagi organisasi publik, swasta
maupun jenis organisasi yang lain serta tanggung jawab apa saja yang menjadi kewajibannya.

Berikut ini ringkasan isi pokok dari Sarbanes-Oxley Act:


 Membentuk independent public company board untuk mengawasi audit terhadap
perusahaan public.
 Mensyaratkan salah seorang anggota komite audit adalah orang yang ahli dalam
bidang keuangan.
 Mensyaratkan untuk melakukan full disclosure kepada para pemegang saham
berkaitan dengan transaksi keuangan yang bersifat kompleks.
 Mensyaratkan Chief Executive Officer (CEO) dan Chief Financial Officer (CFO)
perusahaan untuk melakukan sertifikasi tentang validitas pembuatan laporan
keuangan perusahaannya. Jika diketahui mereka melakukan laporan palsu, mereka
akan dipenjara selama 20 tahun dan denda sebesar US$5 juta.
 Melarang kantor akuntan publik dari tawaran jasa lainnya, seperti melakukan
konsultasi, ketika rnereka sedang melaksanakan audit pada perusahaan yang sama.
Hal ini untuk menghindari adanya benturan kepentingan (conflict of interest).
 Mensyaratkan adanya kode etik, terdaftar pada Securities and Exchange Commission
(Bapepam-LK), untuk para pejabat keuangan (financial officer) Ancaman hukuman
10 tahun penjara untuk pelaku kecurangan wire and mail fraud.
 Mensyaratkan mutual fund professional untuk menyampaikan suaranya pada wakil
pemegang saham, sehingga memungkinkan para investor untuk mengetahui
bagaimana saham mereka berpengaruh terhadap keputusan.
 Memberikan perlindungan kepada individu yang melaporkan adanya tindakan
menyimpang kepada pihak yang berwewenang.
Mensyaratkan penasehat hukum perusahaan untuk mengungkap adanya penyimpangan
kepada pejabat senior dan kepada dewan komisaris, jika perlu; penasehat hukum tersebut
berhenti untuk bekerja sama dengan perusahaan jika manajer senior tersebut mengabaikan
laporan tersebut.
Sarbanes oxley act (SOA/SOX) adalah hukum federal Amerika Serikat yang
menetapkan standar baru untuk semua perusahaan publik kelas atas AS, manajemen dan
perusahaan akuntan publik. Hukum ini diberi nama oleh Senator AS Paul Sarbanes (D-MD)
dan Perwakilan AS Michael G. Oxley (R-OH).

Sebagai hasil dari SOX, manajemen puncak sekarang harus lebih individual
menyatakan keakuratan informasi keuangan. Selain itu, denda untuk kegiatan keuangan
penipuan jauh lebih parah. Selain itu, SOX meningkatkan independensi auditor luar yang
meninjau keakuratan laporan keuangan perusahaan, dan meningkatkan peran pengawasan
dari dewan direksi.

Sarbanes Oxley dan Undang-undang Keuangan di Indonesia

Keandalan dan ketepatan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan


perusahaan merupakan hal yang penting untuk mendapatkan kepercayaan dari investor. Di
Indonesia dan di Negara maju tingkat keandalan dan ketepatan laporan keuangan masih
belum seperti yang diharapkan. Kongres Amerika bereaksi dengan mengeluarkan suatu
undang‐undang (Act) yang disebut Sarbanes‐Oxley Act. Act ini diharapkan akan
meningkatkan ketepatan (accuracy) dan keandalan (reliability) dari laporan keuangan.

Isi Pokok dari Sarbanes‐Oxley act

1. Peningkatan transparansi dari pengelolaan manajemen sebagai agen yang diserahi


wewenang oleh pemegang saham.
2.  Peningkatan tanggung jawab manajemen sebagai pemilik dari sistem Internal Control
(IC) untuk mengupayakan perbaikan terus menerus terhadap IC yang ada di perusahaan
dengan memaksa direksi membuat pernyataan atas kondisi IC pada saat menyerahkan
laporan keuangan.
3.  Penurunan resiko kecurangan yang dilakukan oleh direksi
4.  Memaksa auditor untuk melakukan atestasi atas pernyataan kondisi IC yang dibuat oleh
direksi, dan dengan demikian mendorong auditor agar lebih serius dan cermat dalam
melihat sistem IC yang diterapkan di perusahaan dan lebih serius lagi memeriksa ada
tidaknya kecurangan yang dilakukan manajemen.
5.  Menjaga independensi auditor dan Kantor Akuntan Publik.

Anda mungkin juga menyukai