A. Definisi
Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan
bentuk dan konsistensi dari tinja yang melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi BAB lebih dari biasanya, tiga kali atau lebih dalam
sehari.
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal
atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, kenceran,
serta frekuensi lebih dari tiga kali sehari dan pada neonatus lebih dari empat
kal dengan atau tanpa lendir darah.
Diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan
cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi BAB satu
atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
B. EPIDIMOLOGI
Diare merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak-anak
kurang dari 5 tahun dan menjadi penyakit endemis yang berpotensi menjadi
Kejadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia. Angka kesakitan akibat diare di
Indonesia pada tahun 2019 pada semua umur sebesar 270 per 1.000
penduduk dan pada balita sebesar 843 per 1000 penduduk, sedangkan di
Kota Cirebon kejadian Diare pada tahun 2018 sebanyak 789 kasus termasuk
di Kecamatan Sunyaragi. Belum diketahui dilakukan analisis Epidemiologi
Deskriptif penyakit Diare di Kota Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon.
C. Anatomi fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi kedalam aliran darah
serta membuang bagian makanan yang tidak dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh.
D. Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman)
yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang
dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan
daerah permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan kapasitas dari
intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam
absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan
menyebabkan sistem transpor menjadi aktif dalam usus, sehingga sel
E. Patofisiologi
Gastroenteritis akut (Diare) adalah masuknya Virus (Rotavirus,
Adenovirus enteritis), bakteri atau toksin (Salmonella. E. colli), dan parasit
(Biardia, Lambia). Beberapa mikroorganisme pathogen ini menyebabkan
infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau cytotoksin Penyebab
dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis
akut. Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal oral dari satu klien ke klien
lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen dikarenakan makanan
dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi
air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus
yan g mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu
sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi
(intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi.
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi: (a)
Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya
gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik, hypokalemia dan
sebagainya). (b) Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan
kurang, pengeluaran bertambah). (c) Hipoglikemia, (d) Gangguan sirkulasi
darah.
H. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda yang timbul akibat diare ialah:
1. Diare akut
a. Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
b. Onset yang tidak terduga dari BAB encer, gas-gas dalam perut, rasa
tidak enak dan nyeri perut.
c. Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
d. Demam.
2. Diare kronik
a. Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
b. Penurunan BB dan nafsu makan.
c. Demam indikasi terjadi infeksi.
d. Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia dan denyut lemah.
Gejala klinis pasien tergantung pada derajat dehidrasi yang dialami :
Derajat Dehidrasi
Ringan Sedang Berat
Gejala Klinis
Keadaan Umum
Kesadaran Baik ( CM ) Gelisah Apatis – koma
Rasa haus + ++ +++
Sirkulasi
Nadi Normal (80x/mnt) Cepat Cepat sekali
Respirasi
Pernapasan Biasa Agak cepat Kuszmaull
Kulit
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan biasanya adalah pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan laboratorium sangat penting artinya dalam
menegakkan diagnosis (kausal) yang tepat sehingga pengobatan yang tepat
dapat diberikan. Pemeriksaan yang perlu dilakukan :
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis.
b. Biakan kuman untuk mencari kuman penyebab.
c. Tes resistensi untuk mencari berbagai kuman penyebab
d. pH dan kadar gula jika dicurigai ada intoleransi glukosa.
2. Pemeriksaan darah
a. Darah lengkap.
b. pH, cadangan alkali, dan elektrolit untuk menentukan ganguan
keseimbangan asam basa.
c. Kadar ureum untuk mengetahui faal ginjal
3. Duodenal intubation
Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif
terutama pada diare kronik.
.
J. Penatalaksanaan
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama. Hal penting yang perlu diperhatikan :
a. Dehidrasi ringan diberikan oralit. Diberikan cairan Ringer Laktat, bila
tak tersedia dapat diberikan cairan NaCl isotonikditambah 1 ampul
natrium bikarbonat 7, 5 % 50 ml.
K. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak,
dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti:
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic atau hipertonik)
2. Renjatan hipovolemik
3. Hypokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardia, perubahan pada elektrokardiogram).
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena
kerusakan vili mukosa usus halus.
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energy protein, karena selain diare dan muntah penderita juga
mengalami kelaparan.
L. Pencegahan
a. Menggunakan air bersih dan sanitasi yang baik
b. Memasak makanan dan air minum hingga matang
c. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan
BAB II
A. Identitas
Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi diare untuk
neonatus > 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam sehari. Status
ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya diare pada nak ditinjau dari pola makan, kebersihan dan perawatan.
Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis berupa
Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah dilakukan.
Diare dapat disebabkan oleh karena infeksi, malabsorbsi, faktor makanan dan
faktor psikologis.
Kuatitatif, gejala yang dirasakan akibat diare bisanya berak lebih dari 3 kali
dalam sehari dengan atau tanpa darah atau lendir, mules, muntak. Kualitas, Bab
hari .
aktivitas sehari-hari.
Timing, gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak yang terjadi karena
infeksi atau faktor lain, lamanya untuk diare akut 3-5 hari, diare berkepanjangan
> 7 hari dan Diare kronis > 14 hari (Lab IKA FKUA, 2009)
Infeksi parenteral seperti ISPA, Infeksi Saluran kemih, OMA (Otitis Media Acut)
1. Prenatal
2. Natal
3. Post Natal
Pemberian ASI dan PASI terhadap perkembangan daya tahan tubuh alami
dan imunisasi buatan yang dapat mengurangi pengaruh infeksi pada tubuh.
penting karena setiap individu mempunyai ciri-ciri struktur dan fungsi yang
2005)
1. Penyakit
Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygiene yang kurang
BAB yang tidak pada tempat (sembarang)/ di sungai dan cara bermain
Fecal-oral.
4. Persepsi keluarga
tua).
1. Pola Nutrisi
1tahun/> 1tahun dengan Berat badan < 7 kg dapat diberikan ASI/ susu
2. Pola eliminasi
3. Pola istirahat
4. Pola aktivitas
I. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Neurologi,
Inspeksi, Keadaan umum klien yang diamati mulai pertama kali bertemu
dengan klien. Keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau tidak
Inspeksi :
Kepala, kesemitiras muka, cephal hematoma (-), caput sucedum (-), warna
dan distibusi rambut serta kondisi kulit kepala kering, pada neonatus dan
Mata, Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah icterus. Reflek
mata dan pupil terhadap cahaya, isokor, miosis atau midriasis. Pada keadaan
diare yang lebih lanjut atau syok hipovolumia reflek pupil (-), mata cowong.
hidung.
diare
Palpasi,
3. Sistem Integumen
detik = dehidrasi ringan, 1-2 detik = dehidrasi sedang dan > 2 detik =
4. Sistem Kardiovaskuler
Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki terasa dingin
Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulasisi ictus cordis (-),
Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart rate
sehingga cardiac output meningkat. Kaji frekuensi, irama dan kekuatan nadi.
Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kausus
diare akut masih dalam batas normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-
7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5
dan 8.
bunyi jantung S1, S2, murmur atau bunyi tambahan lainnya. Kaji tekanan
darah.
5. Sistem Pernafasan
vremitus (-).
6. Sistem Pencernaan
dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur permukaan kulit
peristaltik usus meningkat (gurgling) > 5-20 detik dengan durasi 1 detik.
Perkusi, mendengar aanya gas, cairan atau massa (-), hepar dan lien tidak
7. Sistem Perkemihan
warna dan bau serta cara pengeluaran kencing spontan atau mengunakan
8. Sistem Muskuloskletal
Subyektif, lemah
Berhubungan dengan: Fluid balance Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Hydration Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa,
- Kehilangan volume cairan secara Nutritional Status : Food and nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika
aktif Fluid Intake diperlukan
- Kegagalan mekanisme pengaturan Setelah dilakukan tindakan Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan
keperawatan selama….. defisit volume (BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total protein )
cairan teratasi dengan kriteria hasil: Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam
DS : Kolaborasi pemberian cairan IV
Mempertahankan urine output Monitor status nutrisi
- Haus sesuai dengan usia dan BB, BJ Berikan cairan oral
DO: urine normal, Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 –
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh 100cc/jam)
- Penurunan turgor kulit/lidah dalam batas normal Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
- Membran mukosa/kulit kering Tidak ada tanda tanda dehidrasi,
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
- Peningkatan denyut nadi, penurunan Elastisitas turgor kulit baik,
meburuk
tekanan darah, penurunan membran mukosa lembab, tidak
Atur kemungkinan tranfusi
volume/tekanan nadi ada rasa haus yang berlebihan
Orientasi terhadap waktu dan Persiapan untuk tranfusi
- Pengisian vena menurun
- Perubahan status mental tempat baik Pasang kateter jika perlu
- Konsentrasi urine meningkat Jumlah dan irama pernapasan Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
- Temperatur tubuh meningkat dalam batas normal
- Kehilangan berat badan secara tiba- Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas
tiba normal
II. Diare
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
IV. Hipertermi
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Lab/ UPF IKA, 2012. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
DAFTAR PUSTAKA