Anda di halaman 1dari 31

KONSEP TEORITIS

A. Definisi
Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan
bentuk dan konsistensi dari tinja yang melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi BAB lebih dari biasanya, tiga kali atau lebih dalam
sehari.
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal
atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, kenceran,
serta frekuensi lebih dari tiga kali sehari dan pada neonatus lebih dari empat
kal dengan atau tanpa lendir darah.
Diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan
cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi BAB satu
atau lebih dengan bentuk encer atau cair.

B. EPIDIMOLOGI
Diare merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak-anak
kurang dari 5 tahun dan menjadi penyakit endemis yang berpotensi menjadi
Kejadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia. Angka kesakitan akibat diare di
Indonesia pada tahun 2019 pada semua umur sebesar 270 per 1.000
penduduk dan pada balita sebesar 843 per 1000 penduduk, sedangkan di
Kota Cirebon kejadian Diare pada tahun 2018 sebanyak 789 kasus termasuk
di Kecamatan Sunyaragi. Belum diketahui dilakukan analisis Epidemiologi
Deskriptif penyakit Diare di Kota Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon.

Penelitian ini termasuk kedalam penelitian deskriptif dengan pendekatan


epidemiologi deskriptif dengan variabel distribusi berdasarkan waktu, tempat dan
orang.  Jenis data sekunder yang diambil dari laporan Puskesmas Sunyaragi periode
Januari sampai dengan Oktober 2019. Analisis data deskriptif berdasarkan waktu
menggunakan grafik time series, tempat menggunakan peta dan distribusi orang
(umur, jenis kelamin) menggunakan grafik Histogram. Hasil : Hasil penelitian
menunjukkan bahwa berdasarkan waktu paling tinggi terjadi pada bulan januari (42

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


kasus) dan paling rendah terjadi pada bulan September, berdasarkan tempat yaitu
yang paling tinggi terjadi di RW 02 (65 kasus) dan paling rendah terjadi di RW 11 (2
kasus), berdasarkan karakteristik umur yaitu sebagian besar terjadi pada kelompok
umur 15-44 tahun (92 kasus) dan terendah pada kelompok umur 0-12 bulan (10
kasus), berdasarkan jenis kelamin sebagian besar terjadi pada perempuan (51%).
Simpulan : kejadian diare cenderung menurun dari Januari ke Oktober, tersebar di
semua wilayah kerja Puskesmas Sunyaragi, sebagian besar pada usia dewasa dan
perempuan. Saran bagi Puskesmas Sunyaragi perlu kewaspadaan akan terjadi KLB
Diare pada akhir tahun dan awal tahun.

C. Anatomi fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi kedalam aliran darah
serta membuang bagian makanan yang tidak dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh.

Gambar 1.1 Anatomi sistem pencernaan


Saluran Pencernaan Terdiri Dari :
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan
air pada manusia dan hewan. Mulut biasanya terletak dikepala dan
umumnya merupakan  bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang
berakhir di anus Makanan dipotong oleh gigi depan (incisivus) dan

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


dikunya oleh gigi  belakang, menjadi bagian-bagian kecil yang lebih
mudah dicerna. Palatum adalah langit-langit mulut. Palatum kertas
tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang maxilaris,
dibelakangnya terdapat palatum lunak yang merupakan lipatan
menggantung yang dapat bergerak terdiri atas jaringan fibrus dan selaput
lendir. Ludah dari kelenjar ludah (saliva) akan membungkus bagian-
bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara
otomatis . epiglottis akan tertutup agar makanan tidak masuk kedalam
pipa udara (trakea) dan keparu- paru, sedangkan bagian atap mulut
sebelah belakang (palatum mole, langit-langit lunak) terangkat agar
makanan tidak masuk kedalam hidung.

Gambar 1.2 Sistem pencernaan bagian mulut


2. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Dalam lengkungan faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfoit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak bersampingan antara jalan nafas dan jalan
makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan
ruas tulang belakang. Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga
hidung, dengan  perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak
berhubungan dengan rongga mulut dengan perantara lubang yang disebut
ismus fausium. Tekak terdiri dari : bagian superior disebut nasofaring,
pada naso faring  bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan
ruang gendang telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


berbatas kedepan sampai diakar lidah  bagian inferior disebut laring
gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
3. Kerongkongan (Esofagus)
Merupakan saluran berotot yang berdinding tipis dan dilapisi oleh
lapisan lendir. Makanan didorong melalui kerongkongan bukan oleh gaya
tarik bumi, tapi oleh gelombang kontraksi dan relaksasi otot ritmit yang
disebut peristaltik.
Esophagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
Esophagus di bagi menjadi tiga bagian :
a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka).
b. Bagian tengah (campur otot rangka dan otot halus).
c. Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus.
4. Lambung
a. Anatomi Lambung (Gaster) merupakan salah satu organ pencernaan
yang terdapat dalam tubuh manusia. Untuk lebih jelasnnya apa itu
lambung atau gaster, akan membahas anatomi lambung terlebih
dahulu. tidak hanya anatomi lambung, disini juga akan membahas
anatomi dan fisiologi lambung. Anatomi dan fisiologi lambung yang
di bahas di sini meliputi: lapisan lambung, persarafan dan aliran darah
pada lambung, fungsi motorik dari lambung, fungsi pencernaan dari
lambung, fungsi sekresi dari lambung,  proses pencernaan makanan di
lambung, serta enzim dan hormon yang  berperan dalam pencernaan
di lambung.

Gambar 1.3 Gambar anatomi lambung


Gaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari
permukaan bawah arcus costalis sinistra sampai regio epigastricaan

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


umbilicalis. Sebagian besar gaster terletak di bawah costae bagian
bawah. Secara kasar gaster berbentuk huruf J dan mempunyai dua
lubang, ostium cardiacum dan ostium pyloricum; dua curvatura,
curvatura major dan curvatura minor; dan dua dinding yaitu paries
anterior dan paries posterior. Secara umum lambung di bagi menjadi 3
bagian :
1) Kardia / kelenjar jantung ditemukan di regia mulut jantung. Ini
hanya mensekresi mucus.
2) Fundus / gastric terletak hampir di seluruh corpus, yang mana
kelenjar ini memiliki tiga tipe utama sel, yaitu :
a) Sel zigmogenik/ chief cell,mesekresi pepsinogen. Pepsinogen
ini diubah menjadi pepsin dalam suasana asam. Kelenjar ini
mensekresi lipase dan renin lambung yang kurang penting.
b) Sel parietal, mensekresi asam hidroklorida dan factor intrinsic.
Faktor intrinsic diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 dalam
usus halus.
c) Sel leher mukosa ditemukan pada bagian leher semua kelenjar
lambung. Sel ini mensekresi barier mukus setebal 1 mm dan
melindungi lapisan lambung terhadap kerusakan oleh HCL
atau autodigesti.
3) Pilorus terletak pada regia antrum pilorus. Kelenjar ini mensekresi
gastrin dan mukus, hormon peptida dalam proses sekresi
lambung.

Gambar 1.4 Gambar lapisan-lapisan lambung

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


Lambung terdiri atas empat lapisan:
1) Lapisan peritoneal luar atau lapisan serosa
Yang merupakan bagian dari peritoneum viseralis. Dua lapisan
peritoneum visceral menyatu pada kurvatura minor lambung dan
duodenum, memanjang kearah hati membentuk omentum minus.
Lipatan peritoneum yang kelaur dari organ satu menuju organ lain
disebut ligamentum. Pada kurvatura mayor  peritoneum terus
kebawah membentuk omentum mayus.
2) Lapisan berotot yang terdiri atas tiga lapis :
a) Serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung
dengan otot esophagus.
b) Serabut sirkuler yang paling tebal dan terletak di pilorus serta
membentuk otot sfingter dan berada di bawah lapisan pertama.
c) Serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambung
dan berjalan dari orifisium kardiak, kemudian membelok ke
bawah melalui kurvatura minor (lengkung kecil).
3) Lapisan submukosa Yang terdiri atas jaringan areolar berisi
pembuluh darah dan saluran limfe. Lapisan mukosa yang terletak
di sebelah dalam, tebal, dan terdiri atas  banyak kerutan atau
rugue, yang hilang bila organ itu mengembang karena  berisi
makanan.
4) Membran mukosa dilapisi epitelium silindris dan berisi banyak
saluran limfe Semua sel-sel itu mengeluarkan sekret mukus.
Permukaan mukosa ini dilintasi saluran saluran kecil dari
kelenjar-kelenjar lambung. Semua ini berjalan dari kelenjar
lambung tubuler yang bercabang-cabang dan lubang-lubang
salurannya dilapisi oleh epithelium silinder. Epithelium ini
bersambung dengan  permukaan mukosa dari lambung.
b. Fisiologi Lambung
Secara umum gaster memiliki fungsi motorik dan fungsi
pencernaan & sekresi, berikut fungsi Lambung:
1) Fungsi motorik

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


a) Fungsi reservoir Menyimpan makanan sampai makanan
tersebut sedikit demi sedikit dicernakan dan bergerak ke
saluran pencernaan. Menyesuaikan  peningkatan volume tanpa
menambah tekanan dengan relaksasi reseptifotot polos yang
diperantarai oleh saraf vagus dan dirangsang oleh gastrin.
b) Fungsi mencampur, memecahkan makanan menjadi partikel-
partikel kecil dan mencampurnya dengan getah lambung
melalui kontraksi otot yang mengelilingi lambung.
c) Fungsi pengosongan lambung, diatur oleh pembukaan sfingter
pylorus yang dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman,
aktivitas osmotis, keadaan fisisk, emosi, obat-obatan dan kerja.
2) Fungsi pencernaan dan sekresi
a) Pencernaan protein oleh pepsin dan HCL
b) Sintesis dan pelepasan gastrin. Dipengaruhi oleh protein yang
di makan,  peregangan antrum, rangsangan vagus.
c) Sekresi factor intrinsik. Memungkinkan absorpsi vitamin B12
dari usus halus bagian distal.
d) Sekresi mucus. Membentuk selubung yang melindungi
lambung serta  berfungsi sebagai pelumas sehingga makanan
lebih mudah untuk diangkut.
5. Usus Halus (Usus Kecil) adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak diantara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembulu darah yang mengangkut zat-zat yang diserap dihati melalui vena
porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air
(yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Lapisan usus halus : lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot
melingkar (sirkuler), lapisan otot nmemanjang (longitudinal) dan lapisan
serosa (sebelah luar).

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


Gambar 1.5 Usus halus
Usus halus terdiri atas 3 bagian yaitu :
a. Usus dua belas jari (Duodenum) Adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya keusus kosong
(jejunum).
b. Usus kosong (Jejenum) Adalah bagian kedua dari usus halus, diantara
usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum).
c. Usus penyerapan (Ileum) Adalah bagian terakhir dari usus halus.
6. Usus Besar (Kolon) adalah bagian usus antara usus buntu dan rectum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri
dari :
a. Kolon asendens (kanan)
b. Kolon transversum
c. Kolon desendens (kiri) 
d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rectum)

Gambar 1.6 Usus besar


7. Rektum dan Anus adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus
besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir dianus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat  penyimpanan sementara feses.
8. Pangkreas adalah organ pada system pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa
hormon seperti insulin.Pangkreas terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu:
a. Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan.
b. Pulau pangkreas, menghasilkan hormone.
Pangkreas melepaskan enzim pencernaan kedalam duodenum dan
melepaskan hormon kedalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


pangkreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Hormon yang
dihasil oleh  pangkreas adalah :
a. Insulin, yang berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah.
b. Glukagon, yang berfungsi menaikkan kadar gula dalam darah.
c. Somatostatin, yang berfungsi menghalangi pelepasan kedua hormone
lainnya (insulin dan glukagon).

Gambar 1.7 Pankreas


9. Hati merupakan sebuah organ yang terbesar didalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan. Organ ini memainkan peran penting dalam metabolism dan
memiliki  beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen,
system protein  plasma, dan penetralan obat.

Gambar 1.8 Hati


10. Kandung Empedu
Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan,
yang selanjutnya bergabung membentuk duktus hepatikus umum.
Saluran ini kemudian bergabung dengan sebuah saluran yang berasal dari
kandung empedu (duktus sistikus) untuk membentuk saluran empedu

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


umum. Duktus pangkreatikus bergabung dengan saluran empedu umum
dan masuk kedalam duodenum. Empedu memiliki 2 fungsi penting :
a. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak.
b. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol.
Secara spesifisik empedu berperan dalam berbagai proses berikut:
1) Garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan
vitamin yang larut dalam lemak untuk membantu proses
penyerapan.
2) Garam empedu merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk
membantu menggerakkan isinya.
3) Bilirubin (pigmen utama dari empedu) dibuang kedalam empedu
sebagai limbah dari sel darah merah yang hancur.
4) Obat dan limbah lainnya dibuang dalam empedu dan selanjutnya
dibuang dari tubuh.
5) Berbagai protein yang berperan dalam fungsi empedu dibuang
didalam empedu.

D. Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor,  yaitu :
a. Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman)
yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang
dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan
daerah permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan kapasitas dari
intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam
absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan
menyebabkan sistem transpor menjadi aktif dalam usus, sehingga sel

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan
meningkat.
1. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.
2. Infeksi bakteri: oleh bakteriVibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.
3. Infeksi virus: oleh virus Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie,
poliomyelitis), Adenovirus, Ratavirus, Astrovirus.
4. Infeksi parasit: oleh cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,
Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).
5. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis media akut (OMA),Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia,Ensifalitis, keadaan ini terutama terdapat pada bayi
dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang
mengakibatkan tekanan osmotik meningkat kemudian akan terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi
rongga usus sehingga terjadilah diare.
1. Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (Intoleransi laktosa, maltosa, dan
sukrosa), munosakarida (intoleransi lukosa, fruktosa dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang tersering ialah intoleransi laktosa.
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan
baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya
menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan seperti
makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang
dapat mempengaruhi proses penyerapan makanan seperti : rasa takut dan
cemas.

E. Patofisiologi
Gastroenteritis akut (Diare) adalah masuknya Virus (Rotavirus,
Adenovirus enteritis), bakteri atau toksin (Salmonella. E. colli), dan parasit
(Biardia, Lambia). Beberapa mikroorganisme pathogen ini menyebabkan
infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau cytotoksin Penyebab
dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis
akut. Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal oral dari satu klien ke klien
lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen dikarenakan makanan
dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi
air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus
yan g mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu
sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi
(intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi.
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi: (a)
Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya
gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik, hypokalemia dan
sebagainya). (b) Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan
kurang, pengeluaran bertambah). (c) Hipoglikemia, (d) Gangguan sirkulasi
darah.

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


F. thway Keperawata Faktor infeksi

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


G. Klasifikasi
Klasifikasikan jenis diare menjadi empat kelompok yaitu:
1. Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari
(umumnya kurang dari tujuh hari)

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


2. Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya
3. Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari
secara terus – menerus
4. Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan
persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan
gizi atau penyakit lainnya.

H. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda yang timbul akibat diare ialah:
1. Diare akut
a. Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
b. Onset yang tidak terduga dari BAB encer, gas-gas dalam perut, rasa
tidak enak dan nyeri perut.
c. Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
d. Demam.
2. Diare kronik
a. Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
b. Penurunan BB dan nafsu makan.
c. Demam indikasi terjadi infeksi.
d. Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia dan denyut lemah.
Gejala klinis pasien tergantung pada derajat dehidrasi yang dialami :

Derajat Dehidrasi
Ringan Sedang Berat
Gejala Klinis
Keadaan Umum
Kesadaran Baik ( CM ) Gelisah Apatis – koma
Rasa haus + ++ +++
Sirkulasi
Nadi Normal (80x/mnt) Cepat Cepat sekali
Respirasi
Pernapasan Biasa Agak cepat Kuszmaull
Kulit

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


Mata Agak cekung Cekung Cekung sekali
Turgor & Tonus Biasa Agak kurang Kurang sekali
Diuresis Normal Oligouria Anuria
Selaput lendir Normal Agak kering Kering/Asidosis

I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan biasanya adalah pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan laboratorium sangat penting artinya dalam
menegakkan diagnosis (kausal) yang tepat sehingga pengobatan yang tepat
dapat diberikan. Pemeriksaan yang perlu dilakukan :
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis.
b. Biakan kuman untuk mencari kuman penyebab.
c. Tes resistensi untuk mencari berbagai kuman penyebab
d. pH dan kadar gula jika dicurigai ada intoleransi glukosa.
2. Pemeriksaan darah
a. Darah lengkap.
b. pH, cadangan alkali, dan elektrolit untuk menentukan ganguan
keseimbangan asam basa.
c. Kadar ureum untuk mengetahui faal ginjal
3. Duodenal intubation
Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif
terutama pada diare kronik.
.
J. Penatalaksanaan
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama. Hal penting yang perlu diperhatikan :
a. Dehidrasi ringan diberikan oralit. Diberikan cairan Ringer Laktat, bila
tak tersedia dapat diberikan cairan NaCl isotonikditambah 1 ampul
natrium bikarbonat 7, 5 % 50 ml.

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


b. Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah yang dikeluarkan.
Dapat dihitung dengan cara (Metoda Pierce), dimana kebutuhan cairan
dari masing-masing derajat dehidrasi adalah : dehidrasi ringan (5% X
BB), sedang (8% X BB), berat (10% X BB).
c. Cara pemberian dapat dipilih oral atau IV.
2. Identifikasi penyebab infeksi untuk pemberian antibiotic.
3. Terapi simtomatik seperti obat antidiare diberikan dengan sangat hati-hati
dengan pertimbangan yang rasional. Anti motilitas dan sekresi usus
seperti loperamid sebaiknya jangan dipakai pada infeksi salmonella,
shigela, dan colitis pseudomembran kare akan memperburuk diare. Bila
pasien amat kesakitan dapat diberikan antimotilitas usus dalam jangka
pendek selama 1 – 2 hari saja. Pemberian antiemetik pada anak dan remaja
dapat menimbulkan kejang akibat rangsangan ekstrapiramidal.

K. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak,
dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti:
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic  atau hipertonik)
2. Renjatan hipovolemik
3. Hypokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardia, perubahan pada elektrokardiogram).
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena
kerusakan vili mukosa usus halus.
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energy protein, karena selain diare dan muntah penderita juga
mengalami kelaparan.

L. Pencegahan
a. Menggunakan air bersih dan sanitasi yang baik
b. Memasak makanan dan air minum hingga matang
c. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


d. Menghindari makanan yang telah terkontaminasi oleh lalat
e. Tidak Mengkonsumsi makanan yang basi
f. Menghindari makanan yang dapat menimbulkan diare
g. Makan dan minum secara teratur
h. Segera mencuci pakaian-pakaian kotor

BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Identitas
Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi diare untuk

neonatus > 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam sehari. Status

ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

terjadinya diare pada nak ditinjau dari pola makan, kebersihan dan perawatan.

Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat perlaku kesehatan

dan komunikasi dalam pengumpulan data melalui wawancara atau interview.

Alamat berhubungan dengan epidemiologi (tempat, waktu dan orang).

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


B. Keluhan utama

Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis berupa

BAB yang tidaknomral/cair lebih banyak dari biasanya

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah dilakukan.

Diare dapat disebabkan oleh karena infeksi, malabsorbsi, faktor makanan dan

faktor psikologis.

Kuatitatif, gejala yang dirasakan akibat diare bisanya berak lebih dari 3 kali

dalam sehari dengan atau tanpa darah atau lendir, mules, muntak. Kualitas, Bab

konsistensi, awitan, badan terasa lemah, sehingga mengganggu aktivitas sehari-

hari .

Regonal,perut teras mules, anus terasa basah.

Skala/keparahan, kondisi lemah dapat menurunkan daya tahan tubuh dan

aktivitas sehari-hari.

Timing, gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak yang terjadi karena

infeksi atau faktor lain, lamanya untuk diare akut 3-5 hari, diare berkepanjangan

> 7 hari dan Diare kronis > 14 hari (Lab IKA FKUA, 2009)

D. Riwayat Penyakit sebelumnya

Infeksi parenteral seperti ISPA, Infeksi Saluran kemih, OMA (Otitis Media Acut)

merupakan faktor predisposisi terjadinya diare (Lab IKA FKUA, 2009)

E. Riwayat Prenatal, Natal dan Postnatal

1. Prenatal

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan semester

pertama, penyakti selama kehamilan yang menyertai seperti TORCH, DM,

Hipertiroid yang dapat mempengaruhi pertunbuhan dan perkembangan

janin di dalam rahim.

2. Natal

Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yangdapat mempengaruhi

fungsi dan maturitas organ vital .

3. Post Natal

Apgar skor < 6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi atau

hiperbilirubinemia. BErat badan dan panjang badan untuk mengikuti

pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia sekelompoknya.

Pemberian ASI dan PASI terhadap perkembangan daya tahan tubuh alami

dan imunisasi buatan yang dapat mengurangi pengaruh infeksi pada tubuh.

F. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan menjadi bahan pertimbangan yang

penting karena setiap individu mempunyai ciri-ciri struktur dan fungsi yang

berbeda, sehingga pendekatan pengkajian fisik dan tindakan haruys

disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan (Robert Priharjo,

2005)

G. Riwayat Kesehatan Keluarga

1. Penyakit

Apakah ada anggota keluarga yangmenderita diare atau tetangga yang

berhubungan dengan distribusi penularan.

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


2. Lingkungan rumah dan komunitas

Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygiene yang kurang

mudah terkena kuma penyebab diare.

3. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan

BAB yang tidak pada tempat (sembarang)/ di sungai dan cara bermain

anak yangkurang higienis dapat mempermudah masuknya kuman lewat

Fecal-oral.

4. Persepsi keluarga

Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu keputusan

untuk penangan awal atau lanjutan ini bergantung pada tingkat

pengetahuan dan penglaman yang dimiliki oleh anggota keluarga (orang

tua).

H. Pola Fungsi kesehatan

1. Pola Nutrisi

Makanan yang terinfeksi, pengelolaan yang kurang hygiene

berpengaruh terjadinya diare, sehingga status gizi dapat berubah ringan

samapai jelek dan dapat terjadi hipoglikemia. Kehilangan Berat Badan

dapat dimanifestasikan tahap-tahap dehidrasi. Dietik pada anak <

1tahun/> 1tahun dengan Berat badan < 7 kg dapat diberikan ASI/ susu

formula dengan rendahlaktosa, umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg dapat

diberikan makananpadat atau makanan cair.

2. Pola eliminasi

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa lendir, darah dapat

mendukung secara makroskopis terhadap kuman penyebab dan cara

penangana lebih lanjut. BAK perlu dikaji untuk output terhadap

kehilangan cairan lewat urine.

3. Pola istirahat

Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat terganggu

karena frekuensi diare yang berlebihan, sehingga menjadi rewel.

4. Pola aktivitas

Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari.

I. Pemeriksaan Fisik

1. Sistem Neurologi,

Subyektif, klien tidak sadar, kadang-kadang disertai kejang.

Inspeksi, Keadaan umum klien yang diamati mulai pertama kali bertemu

dengan klien. Keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau tidak

tampak sakit. Keadaran diamati komposmentis, apatis, samnolen, delirium,

stupor dan koma.

Palpasi, adakah parese, anestesia,

Perkusi, refleks fisiologis dan refleks patologis.

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


2. Sistem Penginderaan

Subyektif, klien merasa haus, mata berkunang-kunang,

Inspeksi :

Kepala, kesemitiras muka, cephal hematoma (-), caput sucedum (-), warna

dan distibusi rambut serta kondisi kulit kepala kering, pada neonatus dan

bayi ubun-ubun besar tampak cekung.

Mata, Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah icterus. Reflek

mata dan pupil terhadap cahaya, isokor, miosis atau midriasis. Pada keadaan

diare yang lebih lanjut atau syok hipovolumia reflek pupil (-), mata cowong.

Hidung, pada klien dengan dehidrasi berat dapat menimbulkan asidosis

metabolik sehingga kompensasinya adalah alkalosis respiratorik untuk

mengeluarkan CO2 dan mengambil O2,nampak adanya pernafasan cuping

hidung.

Telinga, adakah infeksi telinga (OMA, OMP) berpengaruh pada

kemungkinaninfeksi parenteal yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya

diare

Palpasi,

Kepala, Ubun-ubun besar cekung, kulit kepala kering, sedangkan untuk

anak-anak ubun-ubun besar sudah menutup maximal umur 2 tahun. Mata,

tekanan bola mata dapat menurun,

Telinga, nyeri tekan, mastoiditis.

3. Sistem Integumen

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


Subyektif, kulit kering

Inspeksi , kulit kering, sekresi sedikit, selaput mokosa kering

Palpasi, tidak berkeringat, turgor kulit (kekenyalan kulit kembali dalam 1

detik = dehidrasi ringan, 1-2 detik = dehidrasi sedang dan > 2 detik =

dehidrasi berat (Lab IKA FKUI, 1988).

4. Sistem Kardiovaskuler

Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki terasa dingin

Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulasisi ictus cordis (-),

adakah pembesaran jantung, suhu tubuh meningkat.

Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart rate

meningkat karena casodilatasi pemuluh darah, tahanan perifer menurun

sehingga cardiac output meningkat. Kaji frekuensi, irama dan kekuatan nadi.

Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kausus

diare akut masih dalam batas normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-

7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5

dan 8.

Auskultasi, pada dehidrasiberat dapat terjadi gangguansirkulasi, auskulatasi

bunyi jantung S1, S2, murmur atau bunyi tambahan lainnya. Kaji tekanan

darah.

5. Sistem Pernafasan

Subyektif, sesak atau tidak

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi , retraksi interkostal atau subcostal. Kaji

frekuensi, irama dan tingkat kedalaman pernafasan, adakah penumpukan

sekresi, stridor pernafas inspirasi atau ekspirasi.

Palpasi, kajik adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan ekspansi, tacti

vremitus (-).

Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vesikuler,

intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk mendeteksi

adanya penyakit penyerta seperti broncho pnemonia atau infeksi lainnya.

6. Sistem Pencernaan

Subyektif, Kelaparan, haus

Inspeksi, BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensilebih dari 3 kali

dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur permukaan kulit

menurun, retraksi (-) dankesemitrisan abdomen.

Auskultasi, Bising usus (dengan menggunakan diafragma stetoskope),

peristaltik usus meningkat (gurgling) > 5-20 detik dengan durasi 1 detik.

Perkusi, mendengar aanya gas, cairan atau massa (-), hepar dan lien tidak

membesar suara tymphani.

Palpasi, adakahnyueri tekan, superfisial pemuluh darah, massa (-). Hepar

dan lien tidak teraba.

7. Sistem Perkemihan

Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin laki-laki, apak labio mayor

menutupi labio minor, pemebsaran scrotum (-), rambut(-). BAK frekuensi,

warna dan bau serta cara pengeluaran kencing spontan atau mengunakan

alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan.

Palpasi, adakah pemebsaran scrotum,infeksi testis atau femosis.

8. Sistem Muskuloskletal

Subyektif, lemah

Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun

Palpasi, hipotoni, kulit kering , elastisitas menurun. Kemudian dilanjutkan

dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan , kekuatan otot.

Rencana Asuhan Keperawatan

I. Defisit volume cairan


Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Defisit Volume Cairan NOC: NIC :

Berhubungan dengan:  Fluid balance  Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
 Hydration  Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa,
- Kehilangan volume cairan secara  Nutritional Status : Food and nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika
aktif Fluid Intake diperlukan
- Kegagalan mekanisme pengaturan Setelah dilakukan tindakan  Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan
keperawatan selama….. defisit volume (BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total protein )
cairan teratasi dengan kriteria hasil:  Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam
DS :  Kolaborasi pemberian cairan IV
 Mempertahankan urine output  Monitor status nutrisi
- Haus sesuai dengan usia dan BB, BJ  Berikan cairan oral
DO: urine normal,  Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 –
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh 100cc/jam)
- Penurunan turgor kulit/lidah dalam batas normal  Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
- Membran mukosa/kulit kering  Tidak ada tanda tanda dehidrasi,
 Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
- Peningkatan denyut nadi, penurunan Elastisitas turgor kulit baik,
meburuk
tekanan darah, penurunan membran mukosa lembab, tidak
 Atur kemungkinan tranfusi
volume/tekanan nadi ada rasa haus yang berlebihan
 Orientasi terhadap waktu dan  Persiapan untuk tranfusi
- Pengisian vena menurun
- Perubahan status mental tempat baik  Pasang kateter jika perlu
- Konsentrasi urine meningkat  Jumlah dan irama pernapasan  Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
- Temperatur tubuh meningkat dalam batas normal
- Kehilangan berat badan secara tiba-  Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas
tiba normal

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


- Penurunan urine output  pH urin dalam batas normal
- HMT meningkat  Intake oral dan intravena adekuat
- Kelemahan

II. Diare
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Diare berhubungan dengan NOC: NIC :


Diare Management
- psikologis: stress dan cemas  Bowl Elimination
tinggi  Fluid Balance - Kelola pemeriksaan kultur sensitivitas feses
- Situasional: efek dari medikasi,  Hidration - Evaluasi pengobatan yang berefek samping
kontaminasi, penyalah gunaan  Electrolit and Acid Base Balance gastrointestinal
laksatif, penyalah gunaan Setelah dilakukan tindakan - Evaluasi jenis intake makanan
alkohol, radiasi, toksin, keperawatan selama …. diare pasien - Monitor kulit sekitar perianal terhadap adanya iritasi
makanan per NGT teratasi dengan kriteria hasil: dan ulserasi
- Fisiologis: proses infeksi, - Ajarkan pada keluarga penggunaan obat anti diare
inflamasi, iritasi, malabsorbsi,  Tidak ada diare - Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk
parasit  Feses tidak ada darah dan mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi
mukus feses
 Nyeri perut tidak ada - Ajarkan pada pasien tehnik pengurangan stress jika
DS:  Pola BAB normal perlu
 Elektrolit normal - Kolaburasi jika tanda dan gejala diare menetap
- Nyeri perut  Asam basa normal - Monitor hasil Lab (elektrolit dan leukosit)
- Urgensi  Hidrasi baik (membran mukosa - Monitor turgor kulit, mukosa oral sebagai indikator
- Kejang perut lembab, tidak panas, vital sign dehidrasi
DO: normal, hematokrit dan urin - Konsultasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat
output dalam batas normaL
- Lebih dari 3 x BAB perhari
- Bising usus hiperakti

III. Ketidak seimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC:  Kaji adanya alergi makanan


kebutuhan tubuh  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
a. Nutritional status: Adequacy of dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Berhubungan dengan : nutrient  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
b. Nutritional Status : food and Fluid mencegah konstipasi
Ketidakmampuan untuk memasukkan Intake  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
atau mencerna nutrisi oleh karena faktor c. Weight Control harian.
biologis, psikologis atau ekonomi. Setelah dilakukan tindakan  Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
keperawatan selama….nutrisi kurang  Monitor lingkungan selama makan
DS: teratasi dengan indikator:  Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
makan
- Nyeri abdomen  Albumin serum  Monitor turgor kulit
- Muntah  Pre albumin serum  Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan
- Kejang perut  Hematokrit kadar Ht
- Rasa penuh tiba-tiba setelah makan  Hemoglobin  Monitor mual dan muntah
DO:  Total iron binding capacity  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
 Jumlah limfosit konjungtiva
- Diare  Monitor intake nuntrisi
- Rontok rambut yang berlebih  Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


- Kurang nafsu makan nutrisi
- Bising usus berlebih  Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen
- Konjungtiva pucat makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
- Denyut nadi lemah adekuat dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan
 Kelola pemberan anti emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan
cavitas oval

IV. Hipertermi
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Hipertermia NOC: NIC :


 Monitor suhu sesering mungkin
Berhubungan dengan : Thermoregulasi  Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor tekanan darah, nadi dan RR
- penyakit/ trauma  Monitor penurunan tingkat kesadaran
- peningkatan metabolisme  Monitor WBC, Hb, dan Hct
- aktivitas yang berlebih Setelah dilakukan tindakan  Monitor intake dan output
- dehidrasi keperawatan selama………..pasien  Berikan anti piretik:
menunjukkan :  Kelola Antibiotik:………………………..
 Selimuti pasien
DO/DS: Suhu tubuh dalam batas normal  Berikan cairan intravena
dengan kreiteria hasil:  Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
 kenaikan suhu tubuh diatas rentang  Suhu 36 – 37C  Tingkatkan sirkulasi udara
normal  Nadi dan RR dalam rentang  Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 serangan atau konvulsi (kejang) normal  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 kulit kemerahan  Tidak ada perubahan warna  Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 pertambahan RR kulit dan tidak ada pusing,  Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaba
 takikardi merasa nyaman membran mukosa)
 Kulit teraba panas/ hangat

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


DAFTAR PUSTAKA

Bates. B, 2010. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta

Carpenitto.LJ. 2010. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6. EGC.


Jakarta.

Lab/ UPF IKA, 2012. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.

Markum.AH. 2010. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


Ngastiyah. 2007. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta

Soetjiningsih, 2010. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta

Suryanah,2010. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta

Doengoes,2010. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Hadi S, 2013. Gastrointerologi. Bandung. P.P. Jakarta.


Haryono, Rudi, 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
Yogyakarta.
Nugroho, Dr. Taufan, 2014. Asuhan keperawatan Maternitas, Anak, Bedah,
Penyakit  Dalam.Nuha Medika; Yogyakarta.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2016. Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Med
Action Publishing. 
Smeltzer, S.C and Bare, B.G. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Bru

Ayu Ners Ang. V STIKes WNP


Ayu Ners Ang. V STIKes WNP

Anda mungkin juga menyukai