Analisis Lelang Gula PTPN Petani Dalam Rangka Stabilisasi Harga
Analisis Lelang Gula PTPN Petani Dalam Rangka Stabilisasi Harga
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan rahmat-Nya, sehingga laporan “ANALISIS LELANG GULA
PTPN/PETANI DALAM RANGKA STABILISASI HARGA” dapat diselesaikan.
Analisis ini dilatarbelakangi fluktuasi harga lelang di tingkat produsen yang
secara langsung berdampak pada stabilisasi harga ditingkat konsumen.
Dalam konteks stabilisasi harga dengan penekanan menjaga daya beli dan
tingkat inflasi, kenaikan harga lelang yang jauh di atas HPP (sebagai acuan
harga lelang) perlu dicermati mengingat dampaknya terhadap kenaikan harga
gula di tingkat eceran. Selain itu, dengan asumsi bahwa penetapan HPP oleh
pemerintah sudah mempertimbangkan keuntungan produsen, maka
perbedaan yang besar antara harga lelang dengan HPP berpotensi menjadi
aktivitas perburuan rente. Berdasarkan hal tersebut, analisis lelang gula
PTPN/petani dalam rangka stabilisasi harga, terutama untuk menjamin
keterjangkauan harga di tingkat konsumen perlu dilakukan.
Kajian ini diselenggarakan secara swakelola oleh Pusat Kebijakan
Perdagangan Dalam Negeri, dengan tim peneliti terdiri dari Sri Hartini, Miftah
Farid, Bagus Wicaksena, Riffa Utama, Rahayu Ningsih dan Dwi Wahyuniarti
serta dibantu tenaga ahli
Disadari bahwa laporan ini masih terdapat berbagai kekurangan, maka
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Dalam
kesempatan ini tim mengucapkan terima kasih terhadap berbagai pihak yang
telah membantu terselesainya laporan ini. Sebagai akhir kata semoga hasil
penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pemimpin dalam merumuskan
kebijakan di pengembangan Pasar Lelang gula di Indonesia.
ABSTRACT
Pemenang Lelang
Berdasarkan Mekanisme Harga Dengan asumsi lelang gula
Pasar Wholesaler dilaksanakan per bulan, maka
harga lelang akan berlaku
untuk masa satu bulan.
Stabilisasi Harga
Konsumen? Harga
Konsumen
Perlu Lembaga
Stabilisasi Harga
Harga Konsumen dipengaruhi
oleh: HPP, Biaya Distribusi,
Harga Internasional (Susila
dan Munadi, 2008)
Pasar
Menetapkan harga
gula standard
6.1. Kesimpulan
a) Semenjak dikeluarkannya Kepmenperindag No
643/MPP/Kep/9/2002 yang disempurnakan dengan
Kepmenperindag No 527/MPP/Kep/9/2002, maka penjualan gula
PG dan petani umumnya dilakukan secara lelang. Hal ini didukung
oleh SOP penjualan harga yang dikeluarkan oleh PTPN IX.
b) Penjualan secara lelang dapat memberikan beberapa manfaat bagi
produsen gula, diantaranya untuk mendorong penciptaan harga
transparan, kompetitif, inklusif serta proses penjualan yang efisien.
Pelaksanaan lelang menjadi sarana pemasaran yang efisien bagi
PTPN dibandingkan dengan penjualan langsung ke beberapa
pedagang. Hal ini dikarenakan karakteristik perusahaan yang
menjual gula dengan volume besar, bukan eceran. Lelang juga
membuat terbentuknya harga tertinggi pada saat itu dan bahkan
dianggap sebagai salah satu kemitraan antara PG dengan petani
dalam memberi kepastian pasar. Kalau pun ada penjualan langsung
khususnya ke koperasi dengan volume sekitar 25 ton per PG, harga
yang terbentuk tetap mengacu pada harga lelang ditambah marjin
sekitar 2,5%.
c) Mengingat tuntutan akan transparansi dan akuntabilitas yang
semakin kuat, penjualan gula PTPN secara lelang merupakan
pilihan terbaik dan teraman pada saat ini. Bagi PTPN, lelang akan
meminimalkan tindakan koruptif dan kolusif, mendapatkan harga
tertinggi, dan mendorong penjualan agar berjalan efsien