Oleh :
I. KONSEP PENYAKIT
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
1. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat
pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir.
Katarak ini sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
menderita rubella, diabetes mellitus, toksoplasmosis, hipoparatiroidisme, dan
galaktosemia.
2. Katarak Senile
Adalah kekeruhan lensa yang terjadi karena bertambahnya usia. Ada
beberapa macam yaitu :
a. Katarak Nuklear
Kekeruhan ang terjadi pada inti lensa.
b. Katarak Kortikal
Kekeruhan terjadi pada korteks lensa.
c. Katarak Kupliform
Terlihat pada stadium dini katarak nuclear atau kortikal.
Berdasarkan stadium katarak senil dibagi menjadi :
a) Katarak Insipient
Katarak yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang berbentuk gerigi
dengan dasar di perifer dan daerah jernih diantaranya.
b) Katarak Imatur
Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai
seluruh lensa sehingga masih terdapat begian-bagian yang jernih pada
lensa.
c) Katarak Matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air
bersama-sama hasil desintegritas melalui kapsul.
d) Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut hingga korteks lensa mencair dan
dapat keluar melalui kapsul lensa.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
E. PENATALAKSANAAN
Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat mencegah katarak. Beberapa
penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat proses bertambah keruhnya
lensa untuk menjadi katarak (Ilyas, 2006).
Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat progresifitas
atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih dengan pembedahan
(James, 2006). Untuk menentukan waktu katarak dapat dibedah ditentukan oleh
keadaan tajam penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan. Tajam
penglihatan dikaitkan dengan tugas sehari-hari penderita. Digunakan nama
insipient, imatur, dan hipermatur didasarkan atas kemungkinan terjadinya
penyulit yang dapat terjadi (Prof. Dr. Sidarta Ilyas, dkk, 2002).
Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan
penggantian lensa dengan implant plastik. Saat ini pembedahan semakin banyak
dilakukan dengan anestesi local daripada anastesi umum. Anestesi local
diinfiltrasikan disekitar bola mata dan kelopak mata atau diberikan secara topical.
Operasi dilakukan dengan insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior,
diikuti oleh ekstraksi (lensa diangkat dari mata) katarak ekstrakapsular. Insisi
harus dijahit. Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang
dimasukkan melalui inisisi yang lebih kecil dari kornea atau sklera anterior
(fakoemulsifikasi).
F. KOMPLIKASI
Keruh
Pembedahan Katarak
B.
Pre Operasi Post Operasi Menghambat jalan cahaya
- Kecemasan - Gangguan rasa
meningkat nyaman (nyeri)
- Resiko cidera - Resiko tinggi
terjadinya infeksi
- Resiko tinggi Penglihatan /Buta
terjadinya injuri :
Peningkatan
TIO. - Gangguan sensori persepsi visual
Perdarahan - Risiko tinggi cidera fisik
intraokuler.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas klien
Pada pasien dengna katarak kongenital biasanya sudah terlihat pada usia di
bawah 1 tahun, sedangkakn pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia
< 40 tahun , pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-40
tahun, dan pasien dengan katarak senilis terjadi pada usia > 40 tahun.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Penurunan ketajaman pengelihatan dan silau.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien biasanya mengeluh penglihatan kabur dan silau.
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia
mengenakan kaca mata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami
kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada
keluhan dalam membaca atau menonton televisi?, bagaimana dengan
masalah membedakan warna atau masalah dengan penglihatan lateral
atau perifer?.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM,
hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic
lainnya yang memicu resiko katarak.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji apakah ada riwayat kelainan mata pada keluarga, atau apakah di
keluarga ada yang menderita penyakit DM (Diabetes Mellitus)?.
2. Pengkajian Bio-psiko-sosial-spiritual ( Menurut Gordon)
a. Persepsi terhadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah
kebiasaan merokok, mengkonsumsi alcohol, dan apakah pasien
mempunyai riwayat alergi terhadap obat, makanan atau yang lainnya.
b. Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti
insomnia atau masalah lain. Apakah saat tidur sering terbangun.
c. Pola nutrisi metabolik
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang
telah diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit
menngalami perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah,
adakah penurunan berat badan yang drastic dalam 3 bulan terakhir.
d. Pola aktivitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas atau perawatan
diri, dengan skor :
0= mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang lain, 3= perlu
bantuan dan alat, 4= tergantung pada orang lain/ tidak mampu melakukan
aktivitas sendiri. Skor dapat di nilai melalui :
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi
Barpakaian/ berdandan
Eliminasi
Mobilisasi di tempat tidur
Ambulasi
Naik tangga
Pindah
Belanja
Memasak
Merapikan rumah
e. Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan.
Untuk BAK kaji warna, baud an frekuensi sedangkan untuk BAB kaji
bentuk, warna, bau, dan frekuensi.
f. Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara,
mendengar, melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi.
Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.
g. Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimana seperti harga
diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan
dirinya
h. Pola koping
Masalah utama pasien selama di rumah sakit, cara pasien menerima dan
menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga
saat sakit.
i. Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem pendukung
dalam menghadapi masalah, dan
j. Pola nilai dan kepercayaan
Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri
kepada tuhan atas sakit yang di derita.
k. Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah
masalah saat menstruasi.
3. Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan
pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Katarak
terlihat tampak hitam terhadap reflex fundus ketika mata diperiksa dengan
oftalmoskop direk.
Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci
dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya
terletak di daerah nucleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid
umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan
penyebab ocular katarak dapat di temukan, antara lain deposisi pigmen pada
lensa menunjukan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris menandakan
trauma mata sebelumnya (James, 2005).
4. Pemeriksaan Diagnostik
Selain uji mata yang bisanya dilakukan menggunakan kartu snellen,
keratometri, pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka A- scan ultrasound
(echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostic,
khususnya bila di pertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung
sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk
dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi IOL.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Intervensi:
•Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, aktifitas,
penampilan, balutan mata.
•Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit
sesuai keinginan.
•Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, minta mata,
membongkok
. •Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari
anestesi.
•Dorong nafas dalam, batu untuk menjaga kebersihan paru
E. PLANING/RENCANAN KEPERAWATAN
Tujuan :
•ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan
sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Kriteria Hasil :
•Mengalami gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
•tingkatkan/memperbaiki potensi bahaya dalam lingkungan.
F. IMPLEMENTASI
1.Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.
2.Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lai di sekitarnya.
3.Observasi tanda dan gejala disorientasi. Pertahankan pagar tempat tidur
sampai benar-benar sembuh
4.Anjurkan pasien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya
memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan perifer hilang, dan buta titik
mungkin ada.
G. EVALUASI