wb
Yg kami hormati bapak-bapak kepolisian yang sudah mengawal jalannya aksi kami ini
Yg kami hormati abang abang wartawan yang sudah meluangkan waktunya juga untuk meliput aksi kami
ini. Dan Bapak-bapak DPR yang kami hormati tapi Cuma sedikit,
Kami yang tergabung didalam cipayung tanjung pinang bintan, turun kejalan tidak lain dan tidak bukan
karena adanya problem di negara kesatuan republik investasi, negara yang konon katanya berpihak
kepada rakyat tapi yang kita rasakan saat ini pemerintah telah mengalami kegagalan total dalam
melindungi rakyatnya.
Saya kutip fatwa dari kawan-kawan penyair Tuhanpun tidak akan intervensi jika masi ada kelaparan,
masi ada penindasan dan masih ada pemerkosaan terhadap Rancangan RUU Omnibuslaw lebih
terkususnya klaster tenagakerjaan, dan saya kutip juga fatwa dari manusia bijak di timur mahatma
ghandi dalam kitabnya kita tak akan mencapai sang yahudi manakalah masih ada kelaparan, penindasan
terhadap rakyat. Setuju kawan-kawan.
Hidup mahasiswa……
Baik teman-teman kita masuk kesubstansi permasalah dalam RUU Cipta kerja. Dimna Omnibuslaw ini
ada beberapa pasal yang direvisi, yang pertama hilangnya ketentuan upah minimum.
Sejumlah perubahan dalam pengupahan tersebut meliputi penghapusan ketentuan mengenai upah
minimum provinsi atau kabupaten/kota (UMK) dan upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah
provinsi atau kabupaten/kota.
Sebagai gantinya, pemerintah memberikan kewajiban bagi gubernur untuk menetapkan upah minimum
provinsi dan dapat menetapkan upah minimum abupaten/kota dengan syarat tertentu
dalam Pasal 88C pemerintah menyatakan jika syarat UMK tersebut meliputi pertumbuhan
ekonomi dan inflasi pada kabupaten/kota yang bersangkutan. UMK dengan syarat itu harus lebih
tinggi dari upah minimum provinsi.
Upah minimum semakin tidak lagi berarti, karena sanksi pidana bagi pengusaha yang membayar
upah di bawah upah minimum dihilangkan. Dalam UU 13 tahun 2003, jika membayar upah di
bawah upah minimum, pengusaha bisa dipidana penjara paling lama 4 tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 400 juta.
"Tidak adil, jika sektor otomotif seperti Toyota, Astra, dan lain-lain atau sektor pertambangan
seperti Freeport, nikel di Morowali dan lain-lain, nilai UMK-nya sama dengan perusahaan baju
atau perusahaan kerupuk. Karena itulah di seluruh dunia ada upah minimum sektoral yang
berlaku sesuai kontribusi nilai tambah tiap-tiap industri terhadap PDB negara,
Setiap perusahaan, tak peduli skala usaha dan jumlah pekerjanya, wajib menaati ketentuan Upah
Minimum Provinsi (UMP) dan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK). Prinsip dasar dari
ketentuan ini adalah batas minimum upah yang diperbolehkan, artinya pengusaha dilarang
membayar upah lebih rendah.
Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum sebagaimana dimaksud
Pasal 89.
Selain itu, tidak ada denda bagi pengusaha yang terlambat membayar upah. Padahal dalam UU
13/2003, pengusaha yang terlambat membayar upah bisa dikenakan denda keterlambatan.
Dampaknya, pengusaha akan semena-mena dalam membayar upah kepada buruh.
Yang kedua masalah aturan pesangon yang kualitasnya rendah dan tanpa kepastian.
Hal ini, karena, penggunaan pekerja outsourcing dan pekerja kontrak seumur hidup dibebaskan
sebebas-bebasnya. Outsourcing dan kontrak tidak mendapatkan pesangon. Dengan sendirinya,
pesangon akan hilang.
Selama ini, yang dimaksud pesangon ada tiga komponen. Pertama, uang pesangon itu sendiri.
Kedua, penghargaan masa kerja, dan yang ketiga penggantian hak. Dalam RUU Cipta Kerja,
uang penggantian hak dihilangkan. Sedangkan uang penghargaan masa kerja dari maksimal 10
bulan hanya menjadi 8 bulan.
Hal ini, karena, penggunaan pekerja outsourcing dan pekerja kontrak seumur hidup dibebaskan
sebebas-bebasnya. Outsourcing dan kontrak tidak mendapatkan pesangon. Dengan sendirinya,
pesangon akan hilang.
Selama ini, yang dimaksud pesangon ada tiga komponen. Pertama, uang pesangon itu sendiri.
Kedua, penghargaan masa kerja, dan yang ketiga penggantian hak. Dalam RUU Cipta Kerja,
uang penggantian hak dihilangkan. Sedangkan uang penghargaan masa kerja dari maksimal 10
bulan hanya menjadi 8 bulan.
Selain itu, ketentuan pesangon dalam Pasal 161 UU 13/2003 dihapus. Dengan demikian, pekerja
yang di PHK karena mendapatkan Surat Peringatan Ketiga tidak lagi mendapatkan pesangon.
Ketentuan pesangon dalam Pasal 162 UU 13/2003 dihapus. Dengan demikian, pekerja yang
mengundurkan diri tidak mendapatkan apa-apa.
Ketentuan pesangon dalam Pasal 163 UU 13/2003 dihapus. Dengan demikian, pekerja yang di
PHK karena terjadi perubahan status, penggabungan, peleburan, atau perubahan kepemilikan
perusahaan tidak lagi mendapatkan pesangon.
Ketentuan pesangon dalam Pasal 164 UU 13/2003 dihapus. Dengan demikian, pekerja yang di
PHK karena perusahaan tutup yang disebabkan perusahaan mengalami kerugian secara terus
menerus selama dua tahun, atau keadaan memaksa (force majeur), tidak lagi mendapatkan
pesangon.
Ketentuan pesangon dalam Pasal 165 UU 13/2003 dihapus. Dengan demikian, pekerja yang di-
PHK karena perusahaan pailit tidak lagi mendapatkan pesangon.
Ketentuan pesangon dalam Pasal 166 UU 13/2003 dihapus. Dengan demikian, pekerja yang
meninggal dunia, kepada ahli warisnya tidak lagi diberikan sejumlah uang sebagai pesangon.
Ketentuan pesangon dalam Pasal 167 UU 13/2003 dihapus. Dengan demikian, pekerja yang di-
PHK karena memasuki usia pensiun tidak lagi mendapatkan pesangon.
Ketentuan pesangon dalam Pasal 172 UU 13/2003 dihapus. Dengan demikian, pekerja yang di-
PHK karena mengalami sakit berkepanjangan, mengalami cacat akibat kecelakaan kerja ketika
di-PHK tidak lagi mendapatkan pesagon.
Karyawan Kontrak Seumur Hidup RUU Cipta Kerja membebaskan kerja kontrak di
semua jenis pekerjaan. Bahkan bisa saja, buruh dikontrak seumur hidup. Karena kontrak kerja
hanya didasarkan pada kesepakatan pengusaha dan buruh. Padahal, sebelumnya kerja kontrak
hanya diperbolehkan untuk pekerjaan yang sekali selesai atau sementara dan tidak untuk
pekerjaan yang bersifat tetap. Waktu kontrak pun hanya boleh dilakukan maksimal 2 tahun dan
hanya boleh diperpanjang 1 kali maksimal 1 tahun.
Selain itu, RUU Cipta Kerja menghilangkan pasal yang mengatakan bahwa perjanjian
kontrak yang dilakukan tidak secara tertulis demi hukum menjadi pekerja tetap.
Pasal 59 UU 13/2003 juga dihapus. Padahal dalam pasal ini diatur syarat kerja kontrak,
batasan waktu agar tidak mudah di PHK dan menghindarkan buruh daru eksploitasi yang terus
menerus. Dengan hilangnya pasal ini, bisa dipastikan tidak ada lagi pengangkatan pekerja tetap.
“Dampak yang lain, otomatis pesangon hilang. Karena pekerja kontrak tidak perlu diberikan
pesangon jika dipecat oleh perusahaan
selain itu, lembur bisa dilakukan lebih lama. Jika dalam UU 13/2003 hanya boleh
maksimal 14 jam, dalam RUU Cipta Kerja menjadi 18 jam. Akibatnya buruh akan kelelahan dan
rentan terjadi kecelakaan kerja.
Bahkan hari libur yang biasanya dua hari dalam seminggu, dalam RUU Cipta Kerja
dibuat hanya satu hari. Hal lain yang menyakitkan bagi buruh, cuti besar atau istirahat panjang
selama dua bulan bagi kelipatan masa kerja enam tahun dihilangkan.