Anda di halaman 1dari 81

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Keluarga

1. Definisi

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh

hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap – tiap anggota keluarga

selalu berinteraksi satu sama lain. (Mubarak, 2010).

Menurut Duvall, keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan

oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,

mental, emosional, dan social dari tiap anggota. (Mubarak, 2010).

Menurut WHO (1969), keluarga adalah anggota rumah tangga yang

saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, atau perkawinan.

(Mubarak, 2010)

Menurut Burgess (1962), keluarga terdiri atas kelompok orang yang

mempunyai ikatan perkawinan, keturunan/hubungan sedarah atau hasil

adopsi, anggota tinggal bersama dalam satu rumah, anggota berinteraksi dan

berkomunikasi dalam peran social serta mempunyai kebiasaan/kebudayaan.

(Mubarak, 2010)

Menurut Helvie (1981), keluarga adalah sekelompok manusia yang

tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan

hubungan yang erat. (Mubarak, 2010)

7
8

Menurut Bailon dan Maglaya (1989), keluarga adalah dua atau lebih

dari dua individu yang tergabung dalam hubungan dalah, perkawinan,

pengankatan, dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu

sama lain, dan didalam perannya masing – masing menciptakan serta

mempertahankan kebudayaan. (Mubarak, 2010)

Menurut Departemen Kesehatan RI (1998), keluarga adalah unit

terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa

orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam

keadaan saling ketergantungan. (Mubarak, 2010)

Sesuai dengan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

karakteristik keluarga adalah:

a. Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan, atau adopsi

b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka

tetap memperhatikan satu sama lain

c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing – masing

mempunyai peran sosial sebagai suami, istri, anak, kakak dan adik

d. Mempunyai tujuan menciptakan mempertahankan budaya, meningkatkan

perkembangan fisik, psikologik dan sosial anggota.

Uraian diatas menunjukkan bahwa keluarga merupakan suatu

sistem, yaitu mempunyai ayah, ibu dan anak atau semua individu yang

tinggal didalam rumah tangga. Anggota keluarga tersebut saling berinteraksi,

interelasi dan interdepedensi untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga


9

merupakan suatu sistem terbuka, sebagai subsistem dari lingkungan atau

masyarakat, keluarga dapat mempengaruhi masyarakat. Sebaliknya sebagai

subsistem dari lingkungan atau masyarakat, keluarga dapat mempengaruhi

masyarakat (suprasistem).

2. Struktur Keluarga

a. Macam – macam struktur keluarga

1) Patrilineal

Patrilineal adalah keluarga sedarah terdiri atas sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun

melalui jalur garis ayah.

2) Matrilineal

Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu

disusun melalui jalur garis ibu.

3) Matrilokal

Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga sedarah istri.

4) Patrilokal

Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga sedarah suami


10

5) Keluarga kawinan

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga

karena adanya hubungan suami istri.

b. Ciri – cirri struktur keluarga

1) Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara

anggota keluarga

2) Ada keterbatasan, diamana setiap anggota memiliki kebebasan tetapi

mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan

tugasnya masing – masing.

3) Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga

mempunyai peranan dan fungsinya masing – masing.

Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas :

a. Pola dan proses komunikasi

b. Sturuktur peran

c. Struktur kekuatan dan struktur nilai

d. Norma
11

Struktur keluarga oleh Friedman digambarkan sebagai berikut:

Pola proses Peran

Komunikasi

Nilai dan Norma Kekuatan

Gambar 2.1 : Struktur Keluarga

Sumber : Buku Ilmu Keperawatan Komunitas, Pengarang Mutaqin, hal. 65

c. Struktur Komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila

dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan

ada hirarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin

mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan

menerima umpan balik. Penerima pesan mendengarkan pesan,

memberikan umpan balik, dan valid.

Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila

tertutup, adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan

selalu mengulang isu dan pendapat sendiri. Komunikasi keluarga bagi

pengirim bersifat asumsi, ekspresi, dan komunikasi keluarga bagi

pengirim tidak sesuai. Penerima pesan gagal mendengar, diskualifikasi,

ofensif (bersifat negatif, terjadi miskomunikasi, dan kurang atau tidak

valid).
12

d. Struktur peran

Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan

sesuai dengan posisi sosial diberikan, jadi pada struktur peran bisa

bersifat formal dan informal.

e. Struktur kekuatan

Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk

mengontrol, memengaruhi atau mngubah prilaku orang lain. hak

(legitimate power), ditiru (referent power), keahlian (expert power),

hadiah (reward power), paksa (coercive power) dan afektif power.

f. Struktur nilai dan norma

Nilai adalah sistem ide – ide, sikap keyakinan orang mengikat

anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola

perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan

keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.

3. Tipe keluarga

Menurut Effendy Nasrul (1998) (Mubarak, 2010), Tipe keluarga

dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:

a. Keluarga Tradisional

1) Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari

suami, istri, dan anak.

2) Keluarga Dyod ( pengganti inti) adalah keluarga yang terdiri dari

suami dan istri saja.


13

3) Single parent adalah keluarga dengan orang tua tunggal, satu orang

yang mengetahui keluarga sebagai konsekuensi perceraian

4) Bujangan yang tinggal sendiri

5) Keluarga besar (Extended family) yang terdiri dari suami, istri, anak

dan beberapa anggota keluarga lainnya.

6) Keluarga lanjut usia adalah dengan usia lanjut atau orang tua

b. Keluarga Non Tradisional

1) Keluarga nomini adalah keluarga yang terdiri dari lebih satu

pasangan poligami dengan anak – anak, secara bersama – sama

menggunakan fasilitas, sumber – sumber dan memilih pengalaman

yang sama

2) Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah

3) Pasangan kumpul kebo, pasangan yang hidup bersama tanpa menikah

4) Keluarga gay / lesbi, orang – orang berjenis kelamin sama yang

hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.

4. Peran Keluarga dan Peran Perawat Keluarga

a. Peran Keluarga

Peran Keluarga terbagi dua yaitu peran formal dan peran informal.

1) Peran Formal Keluarga

Peran formal keluarga merupakan sejumlah perilaku yang bersifat

homogen. Keluarga membagi peran secara merata kepada para

anggotanya, seperti cara masyarakat membagi peran – peranya

menurut pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu


14

sistem. Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga seperti

pencari nafkah, ibu rumah tangga, perbaiki rumah, sopir, pengasuh

anak, manajer keuangan dan tukang masak. Peran dasar yang

membentuk posisi social sebagai suami, ayah, ibu dan istri yaitu:

a) Peran sebagai provider atau penyedia

b) Sebagai pengatur rumah tangga

c) Perawatan anak, baik yang sehat maupun yang sakit

d) Sosialisasi anak

e) Rekreasi

f) Persaudaraan (kinship), memelihara hubungan keluarga paternal

dan maternal

g) Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan)

h) Peran seksual.

2) Peran informal keluarga

Peran –peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak,

dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan emosional

individu dan untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Beberapa

contoh peran informal yang bersifat adaptif dan maladaptif.

a) Peran adaptif

(1) Pendorong

Pendorong memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi

kegiatan mendorong, memuji, setuju, dan menerima

konstribusi dari orang lain. yaitu dapat merangkul keluarga


15

lain dan membuat mereka merasa bahwa pemikiran mereka

penting dan bernilai untik didengarkan

(2) Pengharmonisan

Pengharmonisan berperan menengahi perbedaan yang

terdapat diantara para anggota, penghibur, dan menyatukan

kembali perbedaan pendapat.

(3) Insiator – contributor

Mengemukakan dan mengajukan ide – ide baru atau

cara – cara mengingat masalah – masalah atau tujuan – tujuan

kelompok

(4) Pendamai

Pendamai berarti jika konflik dalam keluarga maka konflik

dapat diselesaikan dengan cara musyawarah atau damai

(5) Pencari nafkah

Pencari nafkah yaitu peran yang dijalankan oleh orang tua

dalam memenuhi kebutuhan, baik material maupun non

material anggota keluarganya

(6) Perawatan keluarga

Peran yang dijalankan terkait merawat anggota keluarga

jika ada yang sakit

(7) Penghubung keluarga

Peran yang dijalankan yaitu menghubungkan, biasanya ibu

yang mengirim dan memonitor komunikasi dalam keluarga.


16

(8) Pionir keluarga

Pionir keluarga yaitu membawa keluarga pindah kesuatu

wilayah asing dan mendapatkan pengalaman baru

b) Peran maladaptif

(1) Penghalang

(2) Dominator yaitu kecenderungan memaksakan kekuasaan,

membanggakan kekuasaan, bertindak seakan – akan ia

mengetahui segala – galanya, dan tampil sempurna

(3) Penyalah (suka menyalahkan orang lain)

(4) Martir yaitu tidak menginginkan apa – apa untuk dirinya, ia

hanya berkorban untuk anggota keluarganya.

(5) Keras hati

(6) Kambing hitam keluarga

b. Peran Perawat Keluarga

Peran perawat keluarga berfungsi memandirikan keluarga dalam

merawat anggota keluarganya. Peran perawat keluarga dalam melakukan

perawatan kesehatan keluarga antara lain yaitu:

1) Pendidik (educator)

Peran perawat keluarga harus mampu memberikan pendidikan

kesehatan kepada keluarga agar keluarga dapat melakukan program

asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan bertanggungjawab

terhadap masalah kesehatan keluarganya.


17

2) Koordinator

Koordinasi merupakan salah satu peran utama perawat yang

bekerja dengan keluarga. Koordinasi diperlukan pada perawatan

berkelanjutan agar tercapai pelayanan yang komprehensif.

3) Pelaksana perawatan dan pengawas perawatan langsung

Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga bertanggung

jawab dalam memberikan perawatan langsung atau mengawasi

perawatan langsung atau mengawasi keluarga. Perawat melakukan

perawatan langsung atau mendemonstrasikan asuhan yang disaksikan

oleh keluarga dengan harapan keluarga mampu melakukannya secara

mandiri.

4) Pengawas kesehatan

Perawat mempunyai tugas melakukan home visit yang teratur

untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan

keluarga

5) Konsultan atau penasehat

Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi

masalah kesehatan.

6) Kolaborasi

Perawat keluarga bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit atau

anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga

yang optimal
18

7) Advokasi

Perawat berkewajiban untuk melindungi hak keluarga misalnya

keluarga dengan sosial ekonomi lemah yang tidak mampu memenuhi

kebutuhannya, maka perawat dapat membantu keluarga mencari

bantuan

8) Fasilitator

Peran perawat yaitu membantu keluarga dalam meningkatkan

derajat kesehatannya.

9) Penemu kasus

Peran perawat yaitu mengidentifikasi masalah kesehatan secara

dini, sehingga tidak terjadi ledakan penyakit atau wabah.

10) Modifikasi lingkungan

Peran perawat yaitu dapat memodifikasi lingkungan, baik

lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, sehingga tercapai

lingkungan yang sehat

5. Fungsi dan Tugas Keluarga

a. Fungsi keluarga

1) Fungsi Biologis yaitu untuk meneruskan keturunan, memelihara dan

membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga

2) Fungsi fsikologis yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi

keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan


19

kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas

pada keluarga

3) Fungsi sosialisasi yaitu membina sosialisasi pada anak, membentuk

norma – norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan

masing – masing dan meneruskan nilai – nilai budaya

4) Fungsi ekonomi yaitu mencari sunber – sumber penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk

memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang.

5) Fungsi pendidikan yaitu menyekolahkan anak untuk memberikan

pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan

bakat, minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan

dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang

dewasa serta mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Menurut Friedman (1988) (Mubarak, 2010) mengidentifikasi lima fungsi

dasar keluarga diantaranya adalah :

1) Fungsi afektif

Fungsi afektif berkaitan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk

memenuhi kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak

melalui keluarga yang gembira dan bahagia. Komponen yang perlu

dipenuhi oleh keluarga untuk memenuhi fungsi afektif antara lain:

a) Memelihara saling asuh

b) Keseimbangan saling menghargai


20

c) Pertalian dan identifikasi

d) Keterpisahan dan kepaduan

2) Fungsi sosialisasi

Sosialisasi dimulai saat lahir dan akan diakhiri dengan

kematian. Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung

seumur hidup, dimana individu secara kontinu mengubah perilaku

mereka sebagai respons terhadap situasi yang terpola secara sosial

yang mereka alami.

3) Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi meneruskan kelangsungan keturunan dan

menambah sumber daya manusia.

4) Fungsi ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti: makanan,

pakaian dan perumahan maka keluarga memerlukan sumber

keuangan.

5) Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan keluarga

Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi

keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota

keluarga serta menjamin sebagai menjamin pemenuhan kebutuhan

perkembangan fisik, mental dan spiritual, dengan cara memelihara

dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap

anggota keluarga.
21

b. Tugas Keluarga

Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan

dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah

kesehatan. Asuhan keperawatan keluarga mencamtumkan lima tugas

keluarga sebagai paparan etiologi dan biasanya dikaji pada saat

penjajakan tahap II bila ditemui data maladaptif pada keluarga. Lima

tugas keluarga yaitu :

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, termasuk

bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit,

pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga

terhadap masalah yang dialami keluarga.

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk

sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah,

bagaimana masalah dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah atau

tidak terhadap masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap

akibat atau adakah sikap negatif dari keluarga terhadap masalah

kesehatan, bagaimana sistem pengambilan keputusan yang dilakukan

keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

seperti bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan

perkembangan perawatan diperlukan, sumber – sumber yang ada

dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap yang sakit.


22

4) Ketidakmapuan keluarga memodifikasikan lingkungan, seperti

pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan

penyakit yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan

yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam

menata lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak terhadap

kesehatan keluarga.

5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan

dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas yang ada,

keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan,

apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah

pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.

6. Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall dan Miller (1985) :

Carter Mc. Goldrick (1988) (Mubarak, 2010), mempunyai tugas

perkembangan yang berbeda seperti:

a. Tahap I, keluarga pemula atau pasangan baru

Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain membina

hubungan yang harmonis dan kepuasan bersama dengan membangun

perkawinan yang saling memuaskan, membina hubungan dengan orang

lain dengan menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis,

merencanakan kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi orangtua.


23

b. Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur

30 bulan)

tugas perkembangan pada tahap II yaitu membentuk keluarga

muda sebagai unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang

memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan

menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan

dengan lingkungan keluarga besar masing – masing pasangan.

c. Tahap III , keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur

2 – 6 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi

kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan

anak yang baru, sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya,

mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga,

menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur

keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan

bermain anak.

d. Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6 – 10

tahun )

Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV yaitu

mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan

mengembangkan hubungan dengan teman sebaya mempertahankan

hubungan perkawinan yang memuaskan memenuhi kebutuhan kesehatan


24

fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan

anak saat menyelesaikan tugas sekolah.

e. Tahap V, keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13 – 20 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini yaitu

menyeimbangkan kebebasan dengan tanggungjawab ketika remaja

menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan

perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan

anak – anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam

batasan tanggungjawab dan mempertahankan komunikasi terbuka dua

arah.

f. Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup

anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini yaitu memperluas

siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat

melalui perkawinan anak – anak, melanjutkan untuk memperbarui

hubungan perkawinan, membantu orangtua lanjut usia dan sakit – sakitan

dari suami maupun istri, membantu anak mandiri, mempertahankan

komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara orangtua dan

menantu, menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan

anak.

g. Tahap VII, orangtua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini yaitu menyediakan

lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan

yang memuaskan dan penuh arti orang tua dan lansia, memperkokoh
25

hubungan perkawinan, menjaga keintiman, merencanakan kegiatan yang

akan datang, memperhatikan kesehatan masing – masing pasangan, tetap

menjaga komunikasi dengan anak – anak.

h. Tahap VIII, keluarga dalam masa pensiun dan lansia

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini yaitu

mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan

terhadap hidup yang memuaskan, menyesuaikan diri terhadap pendapatan

yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan

diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga

antar generasi, meneruskan untuk memahami eksistensi mereka, saling

memberi perhatian yang menyenangkan antar pasangan, merencanakan

kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti berolahraga, berkebun,

mengasuh cucu.

B. Konsep Dasar penyakit

1. Hipertensi

a. Pengertian

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten

dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya

diatas 90 mmHg. ( Smith Tom, 1995 ).

Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan

sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan

diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ).


26

Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara

95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105

dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg

atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic

karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995).

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran

menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan

pada mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer,2000 : 144)

Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140

mmHg atau tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostik ini

dapat dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu

yang terpisah (FKUI, 2001 : 453).

b. Anatomi fisiologi

Secara fisiologi, jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling

vital fungsinya dibandingkan dengan organ tubuh vital lainnya. Dengan

kata lain, apabila fungsi jantung mengalami gangguan maka besar

pengaruhnya terhadap organ-organ tubuh lainnya terutama ginjal dan otak.

Karena fungsi utama jantung adalah sebagai single pompa yang

memompakan darah ke seluruh tubuh untuk kepentingan metabolisme

sel-sel demi kelangsungan hidup.


27

Ukuran jantung manusia mendekati ukuran kepalan tangannya atau

dengan ukuran panjang kira-kira 5 (12cm) dan lebar sekitar 3,5 (9cm).

Jantung terletak di belakang tulang sternum, tepatnya di ruang

mediastinum diantara kedua paru-paru dan bersentuhan dengan diafragma.

Bagian atas jantung terletak dibagian bawah sternal notch, 1/3 dari jantung

berada disebelah kanan dari midline sternum, 2/3 nya disebelah kiri dari

midline sternum. Sedangkan bagian apek jantung di interkostal ke-5 atau

tepatnya di bawah puting susu sebelah kiri.

Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan

perikardium, di mana lapisan perikardium ini di bagi menjadi 3 lapisan

yaitu:

1) Lapisan fibrosa, yaitu lapisan paling luar pembungkus jantung yang

melindungi jantung ketika jantung mengalami overdistention.

Lapisan fibrosa bersifat sangat keras dan bersentuhan langsung

dengan bagian dinding dalam sternum rongga thorax, disamping itu

lapisan fibrosa ini termasuk penghubung antara jaringan, khususnya

pembuluh darah besar yang menghubungkan dengan lapisan ini

(exp: vena cava, aorta, pulmonal arteri dan vena pulmonal).

2) Lapisan parietal, yaitu bagian dalam dari dinding lapisan fibrosa

3) Lapisan Visceral, lapisan perikardium yang bersentuhan dengan

lapisan luar dari otot jantung atau epikardium.

Diantara lapisan pericardium parietal dan lapisan perikardium

visceral terdapat ruang atau space yang berisi pelumas atau cairan serosa

atau yang disebut dengan cairan perikardium. Cairan perikardium


28

berfungsi untuk melindungi dari gesekan-gesekan yang berlebihan saat

jantung berdenyut atau berkontraksi. Banyaknya cairan perikardium ini

antara 15 - 50 ml, dan tidak boleh kurang atau lebih karena akan

mempengaruhi fungsi kerja jantung.

Otot jantung terbagi menjadi 3 yaitu :

1) Epikardium, yaitu bagian luar otot jantung atau perikardium visceral

2) Miokardium, yaitu jaringan utama otot jantung yang

bertanggungjawab atas kemampuan kontraksi jantung.

3) Endokardium, yaitu lapisan tipis bagian dalam otot jantung atau

lapisan tipis endotel sel yang berhubungan langsung dengan darah

dan bersifat sangat licin untuk aliran darah, seperti halnya pada

sel - sel endotel pada pembuluh darah lainnya

Katup jatung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup yang

menghubungkan antara atrium dengan ventrikel dinamakan katup

atrioventrikuler, sedangkan katup yang menghubungkan sirkulasi

sistemik dan sirkulasi pulmonal dinamakan katup semilunar.

Katup atrioventrikuler terdiri dari katup trikuspid yaitu katup yang

menghubungkan antara atrium kanan dengan ventrikel kanan, katup

atrioventrikuler yang lain adalah katup yang menghubungkan antara

atrium kiri dengan ventrikel kiri yang dinamakan dengan katup mitral

atau bicuspid.
29

Katup semilunar terdiri dari katup pulmonal yaitu katup yang

menghubungkan antara ventrikel kanan dengan pulmonal trunk, katup

semilunar yang lain adalah katup yang menghubungkan antara ventrikel

kiri dengan asendence aorta yaitu katup aorta.

Katup berfungsi mencegah aliran darah balik ke ruang jantung

sebelumnya sesaat setelah kontraksi atau sistolik dan sesaat saat

relaksasi atau diastolik. Tiap bagian daun katup jantung diikat oleh

chordae tendinea sehingga pada saat kontraksi daun katup tidak

terdorong masuk keruang sebelumnya yang bertekanan rendah. Chordae

tendinea sendiri berikatan dengan otot yang disebut muskulus papilaris.

Jantung dibagi menjadi 2 bagian ruang, yaitu :

1) Atrium (serambi)

2) Ventrikel (bilik)

Karena atrium hanya memompakan darah dengan jarak yang

pendek, yaitu ke ventrikel. Oleh karena itu otot atrium lebih tipis

dibandingkan dengan otot ventrikel. Ruang atrium dibagi menjadi 2, yaitu

atrium kanan dan atrium kiri. Demikian halnya dengan ruang ventrikel,

dibagi lagi menjadi 2 yaitu ventrikel kanan dan ventrikel kiri. Jadi kita

boleh mengatakan kalau jantung dibagi menjadi 2 bagian yaitu jantung

bagian kanan (atrium kanan & ventrikel kanan) dan jantung bagian kiri

(atrium kiri & ventrikel kiri).

Kedua atrium memiliki bagian luar organ masing-masing yaitu

auricle. Dimana kedua atrium dihubungkan dengan satu auricle yang

berfungsi menampung darah apabila kedua atrium memiliki kelebihan


30

volume. Kedua atrium bagian dalam dibatasi oleh septal atrium. Ada

bagian septal atrium yang mengalami depresi atau yang dinamakan fossa

ovalis, yaitu bagian septal atrium yang mengalami depresi disebabkan

karena penutupan foramen ovale saat kita lahir.

Ada beberapa ostium atau muara pembuluh darah besar yang perlu

anda ketahui yang terdapat di kedua atrium, yaitu :

1) Ostium Superior vena cava, yaitu muara atau lubang yang terdapat

diruang atrium kanan yang menghubungkan vena cava superior dengan

atrium kanan.

2) Ostium Inferior vena cava, yaitu muara atau lubang yang terdapat di

atrium kanan yang menghubungkan vena cava inferior dengan atrium

kanan.

3) Ostium coronary atau sinus coronarius, yaitu muara atau lubang yang

terdapat di atrium kanan yang menghubungkan sistem vena jantung

dengan atrium kanan.

4) Ostium vena pulmonalis, yaitu muara atau lubang yang terdapat di

atrium kiri yang menghubungkan antara vena pulmonalis dengan

atrium kiri yang mempunyai 4 muara.

Bagian dalam kedua ruang ventrikel dibatasi oleh septal ventrikel,

baik ventrikel maupun atrium dibentuk oleh kumpulan otot jantung yang

mana bagian lapisan dalam dari masing-masing ruangan dilapisi oleh sel

endotelium yang kontak langsung dengan darah. Bagian otot jantung di

bagian dalam ventrikel yang berupa tonjolan-tonjolan yang tidak beraturan

dinamakan trabecula.
31

Kedua otot atrium dan ventrikel dihubungkan dengan jaringan

penghubung yang juga membentuk katup jatung dinamakan sulcus

coronary, dan 2 sulcus yang lain adalah anterior dan posterior

interventrikuler yang keduanya menghubungkan dan memisahkan antara

kiri dan kanan kedua ventrikel.

Ada beberapa pembuluh besar dijantung yaitu:

1) Vena cava superior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari

bagian atas diafragma menuju atrium kanan.

2) Vena cava inferior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari

bagian bawah diafragma ke atrium kanan.

3) Sinus Coronary, yaitu vena besar di jantung yang membawa darah

kotor dari jantung sendiri.

4) Pulmonary Trunk, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah

kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis

5) Arteri Pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang

membawa darah kotor dari pulmonary trunk kedua paru-paru.

6) Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa

darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.

7) Assending Aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah

bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta ke cabangnya yang bertanggung

jawab dengan organ tubuh bagian atas.

8) Desending Aorta,yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih dan

bertanggungjawab dengan organ tubuh bagian bawah.


32

c. Etiologi

Tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut jantung, volume

sekuncup, dan TPR, maka peningkatan dari salah satu dari ketiga variable

yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi.

1) Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan

abnormal saraf atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan

denyut jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan

hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung

biasanya didekompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR,

sehingga tidak menimbulkan hipertensi

2) Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi

apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan,

akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi

garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan rennin atau aldosteron

atau penurunan aliran darah keginjal dapat mengubah penanganan air

dan garam oleh ginjal peningkatan volume plasma akan menyebabkan

peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadinya peningkatan

volume sekuncup dan peningkatan tekanan darah. Peningkatan volume

diastolic – akhir disebut dengan peningkatan preload jantung.

Peningkatan preload biasanya biasanya berkaitan dengan peningkatan

sistolik.

3) Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada

peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau

responsivitas yang berlebihan dari arteriol terhadap rangsangan normal


33

kedua hal tersebut akan dapat menyebabkan penyempitan pembuluh

darah pada peningkatan TPR jantung harus memompa secara lebih

kuat, dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar,

untuk mendorong darah untuk melintasi pembuluh – pembuluh yang

menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload jantung, dan

biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik apabila

peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin

mengalami hipertrofi (membesar). Dengan hipertrofi, kebutuhan

ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus

memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan

tersebut. Pada hipertrofi, serat – serat otot jantung akan mulai teregang

melebihi panjang normalnya pada akhirnya menyebabkan penurunan

kontraktilitas dan volume sekuncup.

Faktor pencetus:

1) Umur

Tekanan darah akan meningkat seiring dengan bertambahnya

umur seseorang. Ini disebabkan karena dengan bertambahnya umur,

dinding pembuluh darah mengalami perubahan struktur. Jumlah sel otot

polos berkurang dan jaringan elastin makin bertambah. Akibat

perubahan itu, elastisitas dinding berkurang dan tahanan tepi akan

meningkat sehingga dapat menyebabkan tekanan darah meningkat pula.


34

2) Jenis Kelamin

Pria lebih banyak mengalami kemungkinan hipertensi daripada

wanita. Hipertensi berdasarkan kelompok ini dapat pula dipengaruhi

oleh faktor psikologis. Pada wanita seringkali dipicu oleh perilaku tidak

sehat (merokok, kelebihn berat badan), depresi dan rendahnya status

pekerjaan. Sedangkan pada pria lebih berhubungan dengan pekerjaan,

seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran.

3) Genetik (Keturunan)

Kecenderungan seseorang untuk menderita hipertensi dapat

terjadi bila dalam keluarganya ada hipertensi karena hipertensi dapat

diturunkan secara genetik. Demikian pula dengan kembar monozigot

(satu sel telur) apabila salah satunya adalah penderita hipertensi.

4) Merokok dan Minum Alkohol

Rokok meninggikan tekanan darah hanya untuk sementara waktu.

Peningkatan tersebut tersebut tidak bertahan lama dan rokok tidak

dapat dipersalahkan sebagai penyebab tingginya tekanan darah pada

setiap orang yang mengidap hipertensi. Akan tetapi rokok mempunyai

beberapa pengaruh langsung yang membahayakan jantung. Apabila

pembuluh darah yang ada pada jantung sudah dalam keadaan tegang

karena tekanan darah tinggi, maka rokok dapat menimbulkan bencana.

Oleh karena itu, rokok walaupun hanya beberapa batang sehari, sama

sekali jangan dipadukan. Minum alkohol lebih dari takaran yang

sedang benar-benar meninggikan tekanan darah dan dapat

mempercepat pengaruh penyakit tersebut.


35

5) Obesitas

Kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor risiko dari

beberapa penyakit degenerasi dan metabolit. Lemak tubuh, khususnya

lemak pada perut berhubungan erat dengan hipertensi. Obesitas juga

merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner dan merupakan

faktor risiko independen yang artinya tidak dapat dipengaruhi oleh

faktor risiko lain.

6) Kurang Olahraga

Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan

hipertensi karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan

tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga juga

dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Kurang melakukan

olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika

asupan garam juga bertambah maka akan memudahkan terjadinya

hipertensi.

7) Stres Emosional

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivasi

syaraf simpatik yang akan meningkatkan tekanan darah secara

intermiten (tidak menentu). Meskipun dapat dikatakan bahwa stress

emosional benar-benar meninggikan tekanan darah untuk jangka waktu

yang singkat, reaksi tersebut lenyap kembali seiring dengan

menghilangnya penyebab stres. Yang menjadi masalah adalah jika stres

bersifat permanen, maka seseorang akan mengalami hipertensi terus-

menerus sehingga stres menjadi suatu resiko. Kemarahan yang ditekan


36

dapat meningkatkan tekanan darah karena ada pelepasan adrenalin

tambahan oleh kelenjar adrenal yang terus-menerus dirangsang.

d. Patofisiologi

Pengaturan tekanan arteri meliputi kontrol sistem pernafasan yang

kompleks dan hormonal yang saling berhubungan satu sama lain dalam

mempengaruhi curah jantung dan tahanan vaskuler perifer. Hal lain

yang ikut dalam pengaturan tekanan darah adalah reflex baroreseptor

dengan mekanisme berikut ini.

Curah jantung ditentukan oleh volume sekuncup dan frekuensi

jantung. Tahanan perifer ditentukan oleh diameter arterior. Bila

diameternya menurun (vasokontriksi), tahanan menigkat bila

diameternya meningkat (vasodilatasi), tahan perifer akan menurun.

Pengaturan primer tekanan arteri dipengaruhi oleh baroreseptor

pada sinuskarotikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan impuls

kepusat saraf simpatis dimedula. Implus tersebut akan menghambat

stimulasi sistem saraf sistematis. Bila tekanan arteri meningkat, maka

ujung – ujung baroreseptor akan teregang. Sehingga bangkit dan

menghambat pusat simpatis. Hal ini akan menurunkan tegangan pusat

simpatis, akibatnya frekuensi jantung akan menurun, arterior akan

mengalami dilatasi dan tekanan arteri kembali kelevel awal. Hal yang

sebaliknya terjadi bila ada penurunan tekanan arteri. Baroreseptor

mengontrol perubahan tekanan darah sementara.


37

Selanjutnya akan dibahas mekanisme lain dengan efek yang lebih

lama renin diproduksi oleh ginjal ketika aliran darah keginjal menurun.

Akibatnya terbentulah angiotensin I, yang akan berubah menjadi

angiotensin II. Angiotensin II meningkatkan tekanan darah dengan

mengakibatkan kontraksi langsung dengan arteriol. Secara tidak

langsung juga akan merangsang pelepasan aldosteron, yang

mengakibatkan reterensi natrium dan air dalam ginjal. Respon tersebut

meningkatkan volume cairan ekstraseluler, yang pada gilirannya

meningkatkan aliran ginjal juga mempunyai mekanisme intriksi untuk

meningkatkan retensi natrium dan cairan.

Bila terdapat gangguan menetap yang menyebabkan kontriksi

arterior, tahanan perifer total dan tekanan arteri merata meningkat.

Dalam menghadapi gangguan menetap, curah jantung harus ditingkat

untuk mempertahankan keseimbangan sistem. Hal tersebut diperlukan

untuk mengatasi tahanan, sehingga pemberian oksigen dan natrium ke

sel dan pembuangan produk sampah sel tetap dipelihara. Untuk

meningkatkan curah jantung, sistem saraf simpatis akan merangsang

jantung untuk berdenyut lebih cepat, jika juga meningkatkan volume

sekuncup dengan cara membuat vasokontriksi selektif pada organ

perifer, sehingga darah yang kembali kejantung lebih banyak. Dengan

adanya hipertensi kronik, baroreseptor akan terpasang dengan level

yang lebih tinggi akan merespon meskipun level yang baru tersebut

lebih tinggi sebenarnya dan akan merespon meskipun level yang baru

tersebut sebenarnya normal.


38

Pada mulanya, mekanisme tersebut bersifat kompensasi. Namun,

proses adaptif tersebut membuka jalan dengan memberikan pembebanan

pada jantung. Pada saat yang sama terjadilah perubahan degeneratif

pada arteriol yang menganggung tekanan tinggi terus – menerus.

Perubahan tersebut terjadi dalam organ seluruh tubuh termasuk jantung,

mungkin akibat berkurangnya pasokan darah kemiokardium. Untuk

memompa darah jantung harus bekerja keras untuk mengatasi tekanan

balik muara aorta.

Akibat beban kerja ini, otot ventrikel kiri mengalami hipertrofi

dan membesar. Terjadilah dilatasi dan pembesaran jantung. Kedua

perubahan struktural tersebut bersifat adaftif keduanya mingkatkan

volume sekuncup jantung pada saat istirahat, respon kompensasi

mungkin memadai, namun dalam keadaan pembebanan jantung tidak

mampu memenuhi kebutuhan tubuh, termasuk jantung, tidak mampu

memenuhi kebutuhan tubuh, orang tersebut jadi cepat lelah dan

nafasnya pendek.

Gangguan awal yang menyebabkan kenaikan tekanan perifer

biasanya tidak diketahui, seperti pada kasus hipertensi primer atau

esensial meskipun ada beberapa agen yang diduga sebagai penyebab.

Mekanisme patologis yang terjadi adalah hipoksia akibat kegagalan

system transportasi darah. Pada tahap berikutnya saturasi oksigen darah

juga menurun akibat edema paru.


39

Hipertensi merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan

peningkatan tahan perifer. Hal ini menyebabkan penambahan jantung

(afterload) sehingga terjadi hipertropi ventrikel kiri sebagai proses

kompensasi adaptasi. Hipertropi ventrikel kiri adalah suatu keadaan

yang menggambarkan penebalan dinding dan penambahan masa

ventrikel kiri. Selain penumbuhan miosis dijumpai juga penambahan

struktur kolagen berupa fibrosis pada jaringan interstitial dan

perivaskular fibrosis reaktif koroner intramiokardial.

e. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward K

Chung, 1995)

1) Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan

dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri

oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak

akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

2) Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai

hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya

ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien

yang mencari pertolongan medis.


40

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu;

1) Mengeluh sakit kepala, pusing

2) Lemas, kelelahan

3) Sesak nafas

4) Gelisah

5) Mual

6) Muntah

7) Epitaksis

8) Kesadaran menurun

f. Klasifikasi

Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan

rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee,

Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure “ (JNC –

VII, 2003) sebagai berikut :

No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik (mmHg)

1. Normal < 120 < 80

2. Pre Hipertensi 130 – 139 85 – 89

3. Hipertensi Grade 1 140 – 159 90 - 99

4. Hipertensi Grade 2 > 160 > 100

i. Komplikasi

1) Stroke
41

Stroke diakibatkan perdarahan tekanan tinggi diotak, atau

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non – otak yang terpajan

tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri –

arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal,

sehingga aliran darah kedaerah – daerah yang diperdarahinya

berkurang. Arteri – arteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat

melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya

aneurisma.

2) Infark miokardium

Infark miokardium terjadi jika arteri koroner yang

arteriosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium

atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah

melalui pembuluh tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertrofi

ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat

terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan

infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan

perubahan – perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel

sehingga terjadi distrimia hipoksia jantung, dan peningkatan resiko

pembentukan bekuan.

3) Gagal ginjal
42

Gagal ginjal dapat terjadi akibat kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler – kapiler ginjal, glomerulus. Dengan

rusaknya glomerulus, darah akan mengalir ke unit – unit fungsional

ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik

dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan

keluar melalui urin edema yang sering sehingga tekanan osmotik

koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai

pada hipertensi kronik

4) Ensepalopati (kerusakan otak)

Dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna (hipertensi

yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini

menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan

kedalam ruang interstisium diseluruh susunan saraf pusat.

Neuron – neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.

j. Penatalaksaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan

mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan

pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

5 Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

1) Terapi tanpa Obat


43

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi

ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.

Terapi tanpa obat ini meliputi :

a) Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

(1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

(2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

(3) Penurunan berat badan

(4) Penurunan asupan etanol

(5) Menghentikan merokok

b) Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang

dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang

mempunyai empat prinsip yaitu :

(1) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,

jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain

(2) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas

aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut

zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan

rumus 220 umur

(3) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam

zona latihan

(4) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik

5 x perminggu
44

c) Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

(1) Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk

menunjukkan pada subyek tanda – tanda mengenai keadaan

tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk

mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain,

juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan

ketegangan.

(2) Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang

bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan,

dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat

otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

d) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan

pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan

pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya

dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2) Terapi dengan Obat


45

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan

darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat

hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi

umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan

standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( Joint

National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of

High Blood Pressure, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat

diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE

dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan

keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

Pengobatannya meliputi :

a) Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca

antagonis, ACE inhibitor

b) Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan

(1) Dosis obat pertama dinaikan

(2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

(3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika, beta

blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin,

vasodilator

c) Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh

(1) Obat ke-2 diganti

(2) Ditambah obat ke-3 jenis lain

d) Step 4 : alternatif pemberian obatnya

(1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4


46

(2) Re-evaluasi dan konsultasi

3) Follow Up untuk mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan

interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas

kesehatan (perawat, dokter) dengan cara pemberian pendidikan

kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien

dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :

a) Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil

pengukuran tekanan darahnya

b) Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai

tekanan darahnya

c) Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat

sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan

morbiditas dan mortilitas

d) Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan

tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya,

tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai

alat tensimeter

e) Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih

dahulu

f) Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup

penderita

g) Ikut sertakan keluarga penderita dalam proses terapi


47

h) Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita

atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah

i) Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi

misal 1 x sehari atau 2 x sehari

j) Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi,

efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi

k) Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis

atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan

efektifitas maksimal

l) Usahakan biaya terapi seminimal mungkin

m) Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih

sering

n) Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang

ditentukan.

2. Tumbuh – Kembang

Pertumbuhan adalah proses bertambahnya jumlah atau ukuran sel dan

tidak dapat kembali ke bentuk semula (irrevesibel) dapat diukur dan dapat

dinyatakan dengan angka, grafik, dan sebagainya. Sedangkan

perkembangan adalah proses menuju ketingkat kedewasaan atau pematangan,

tidak dapat diukur tetapi hanya dapat dinikmati.


48

a. Tugas perkembangan bayi umur 0 – 3 bulan

1) Dapat menggerakkan kedua lengan dan kaki sama mudahnya

2) Bereaksi dengan melihat kearah sumber cahaya

3) Mengoceh dan bereaksi terhadap suara

4) Bereaksi senyum terhadap ajakan

Stimulasi yang diperlukan pada bayi 0 – 3 bulan yaitu:

1) Bergaul dan mandiri

Ajaklah bayi anda berbicara dengan lembut, dibuai, dipeluk,

dinyanyikan lagu, dan lain – lain

2) Bicara, bahasa dan kecerdasan

Ajaklah bayi anda berbicara mendengarkan berbagai suara (suara

burung, radio, dan lain – lain)

3) Gerak kasar.

Latih bayi anda mengangkat kepala pada posisi telungkup dan

memperhatikan benda bergerak

4) Gerak halus

Latih bayi anda menggenggam benda kecil

b. Tugas perkembangan bayi umur 3 – 6 bulan

1) Menegakkan kepala pada saat telungkup

2) Meraih benda yang terjangkau

3) Menengok kearah sumber suara

4) Mencari benda yang dipindahkan


49

Stimulasi yang diberikan pada bayi berusia 3 – 6 bulan yaitu:

1) Bergaul dan mandiri

Latih bayi anda mencari sumber suara

2) Bicara, bahasa dan kecerdasan

Latih bayi anda menirukan suara atau kata

3) Gerak kasar

Latih bayi anda menyangga leher dengan kuat

4) Gerak halus

Latih bayi anda meraup benda kecil

c. Tugas perkembangan bayi umur 6 – 9 bulan

1) Jika didudukkan dapat bertahan dengan kepala tegak

2) Memindahkan benda dari barang satu ke barang yang lain

3) Tertawa atau berteriak melihat benda menarik

4) Makan biskuit tanpa dibantu.

Stimulasi yang diberikan pada bayi umur 6 – 9 bulan yaitu:

1) Gerak kasar

Latih anak berjalan dengan berpegangan

2) Gerak halus

Latih anak memasukkan dan mengeluarkan benda dari wadah

3) Bicara, bahasa dan kecerdasan

Latih anak menirukan kata – kata

4) Bergaul dan mandiri

Ajak anak bermain dengan orang lain


50

d. Tugas perkembangan bayi umur 9 – 12 bulan

1) Berjalan dengan berpegangan

2) Dapat meraup benda – benda kecil

3) Mengatakan dua suku kata yang sama

4) Bereaksi dengan permainan “Ciluk Ba”

Stimulasi yang diberikan pada bayi umur 9 – 12 bulan yaitu:

1) Gerak kasar

Latih anak berjalan sendiri

2) Gerak halus

a) Ajak anak menggelindingkan bola

b) Gelindingkan bola kearah anak dan minta agar ia

menggelindingkannya kembali

3) Bicara, bahasa dan kecerdasan

a) Latih anak menirukan kata – kata

b) Kenalkan dengan kata – kata baru sambil menunjukkan gambarnya

4) Bergaul dan mandiri

Ajak anak mengikuti kegiatan keluarga misalnya makan bersama

e. Tugas perkembangan bayi umur 12 – 18 bulan

1) Berjalan sendiri tidak jatuh

2) Mengambil benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk

3) Mengungkapkan keinginan secara sederhana

4) Minum sendiri dan gelas tidak tumpah


51

Stimulasi yang diberikan pada bayi umur 12 -18 bulan yaitu:

1) Gerak kasar

Latih anak naik turun tangga

2) Gerak halus

Bermain dengan anak melempar dan mengangkap bola besar

kemudian bola kecil

3) Bicara, bahasa dan kecerdasan

Latih anak menunjuk dan menyebutkan nama – nama bagian tubuh

4) Bergaul dan bicara

Beri kesempatan pada anak untuk melepas pakaian sendiri

f. Tugas perkembangan bayi umur 18 -24 bulan

1) Berjalan mundur sedikitnya lima langkah

2) Mencoret – coret dengan alat tulis

3) Menunjuk bagian tubuh dan menyebut namanya

4) Meniru melakukan pekerjaan rumah tangga

Stimulasi yang diberikan pada bayi umur 18 – 24 bulan yaitu:

1) Gerak kasar

Latih anak berdiri dengan satu kaki

2) Gerak halus

Ajari anak menggambar bulatan, garis segitiga dan gambar wajah

3) Bicara, bahasa dan kecerdasan

Latih anak mengikuti perintah sederhana

4) Bergaul dan mandiri

Latih anak agar mau ditinggalkan untuk sementara


52

g. Tugas perkembangan anak umur 2 – 3 tahun

1) Berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan, sedikitnya dua hitungan

2) Meniru membuat garis lurus

3) Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata

4) Melepas pakaian sendiri

Stimulasi yang diberikan pada anak umur 2 – 3 tahun yaitu:

1) Gerak kasar

Latih anak melompat dengan stu kaki

2) Gerak halus

Ajak anak bermain menyusun dan menumpuk balok

3) Bicara, bahasa dan kecerdasan

Latih anak mengenal bentuk dan warna

4) Bergaul dan mandiri

Latih anak mencuci tangan dan kaki serta mengaringkan sendiri

h. Tugas perkembangan anak umur 3 – 4 tahun

1) Berjalan jinjit

2) Membuat gambar lingkaran

3) Mengenal sedikitnya satu warna

4) Mematuhi cara permainan sederhana

Stimulasi yang diberikan pada anak umur 3 – 4 tahun yaitu:

1) Gerak kasar

Latih anak melompat dengan satu kaki

2) Gerak halus

Latih anak menggunting dan membuat buku cerita dengan gambar


53

3) Bicara, bahasa dan kecerdasan

Latih anak mengenal bentuk dan warna

4) Bergaul dan mandiri

Latih anak mengenal sopan santun, berterima kasih, mencium tangan

dan lain – lain

i. Tugas perkembangan anak umur 4 – 5 tahun

1) Berdiri dengan satu kaki

2) Dapat mengancingkan baju

3) Dapat bercerita sederhana

4) Dapat mencuci tangan sendiri

Stimulasi yang diberikan pada anak umur 4 – 5 tahun yaitu:

1) Gerak kasar

Beri kesempatan anak melakukan permainan yang memerlukan

ketangkasan dan kelincahan

2) Gerak halus

Bantu anak belajar menggambar

3) Bicara, bahasa dan kecerdasan

Bantu anak mengerti satu separuh dengan cara membagikan kue atau

kertas

4) Bergaul dan mandiri

Latih anak untuk mandiri, misalnya bermain ke tetangga


54

j. Tugas perkembangan anak umur 5 – 6 tahun

1) Menangkap bola kasti pada jarak satu meter

2) Membuat gambar segi empat

3) Mengenal angka dan huruf serta menghitung

4) Berpakaian sendiri tanpa bantuan

Stimulasi yang diberikan pada anak umur 5 – 6 tahun yaitu:

1) Gerak kasar

Latih anak naik sepeda

2) Gerak halus

Latih anak kreatif membuat sesuatu dan lilin atau tanah liat

3) Bicara, bahasa dan kecerdasan

Latih anak mengenal waktu hari, minggu dan bulan

4) Bergaul dan mandiri

Latih anak untuk bercakap – cakap, bergaul dengan teman sebayanya.

C. Konsep Dasar Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan

menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga dan

individu sebagai anggota keluarga. Tahapan dari proses keperawatan keluarga

adalah sebagai berikut:

1. Pengkajian Keluarga dan individu dalam keluarga. Pengkajian keluarga

dilakukan dengan cara mengidentifikasi data demografi, data sosial kultural,

data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping yang

digunakan keluarga, serta perkembangan keluarga. Sedangkan pengkajian


55

terhadap individu sebagai anggota keluarga meliputi: pengkajian fisik,

mental, emosi, sosial, dan spiritual.

2. Perumusan diagnosis keperawatan.

3. Penyusun perencanaan.

4. Pelaksanaan asuhan keperawatan.

5. Evaluasi.

1. Tahap Pengkajian Keperawatan Keluarga

Pengkajian adalah tahapan seorang perawat mengumpulkan informasi

secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Secara garis

besar data dasar yang dipergunakan mengkaji status keluarga adalah:

a. Struktur dan karakteristik keluarga

b. Sosial, ekonomi, dan budaya

c. Faktor lingkungan

d. Riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga

e. Psikososial keluarga.

Hal – hal perlu dikaji pada tahap ini adalah sebagai berikut.

a. Data Umum

1) Nama kepala keluarga, umur, alamat dan telepon jika ada, pekerjaan

dan pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga yang terdiri atas

nama atau inisial, jenis kelamin, tanggal lahir, atau umur, hubungan

dengan kepala keluarga, status imunisasi dari masing – masing

anggota keluarga, dan genogram (genogram keluarga dalam tiga

generasi).
56

2) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau

masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

3) Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal suku

bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku bangsa

terkait dengan kesehatan.

a) Latar belakang etnik keluarga atau anggota keluarga

b) Tempat tinggal keluarga bagaimana (uraikan bagian dari sebuah

lingkungan yang secara etnik bersifat homogen)

c) Kegiatan – kegiatan sosial budaya, rekreasi, dan pendidikan.

Apakah kegiatan – kegiatan ini ada dalam kelompok kultur atau

budaya keluarga

d) Kebiasaan – kebiasaan diet dan berbusana, baik tradisional

ataupun modern

e) Bahasa yang digunakan didalam keluarga (rumah)

f) Pengguanaan jasa pelayanan kesehatan keluarga dan praktisi.

Apakah keluarga mengunjungi praktik, terlibat dalam praktik –

praktik pelayanan kesehatan tradisional, atau mempunyai

kepercayaan tradisional dalam bidang kesehatan

4) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan

yang dapat mempengaruhi kesehatan seperti :

a) Apakah ada anggota keluarga yang berbeda dalam keyakinan

beragamanya

b) Bagaimana keterlibatan keluarga dalam kegiatan agama atau

organisasi keagamaan
57

c) Agama yang dianut oleh keluarga

d) Kepercayaan – kepercayaan dan nilai – nilai keagamaan yang

dianut dalam kehidupan keluarga, terutama dalam bidang

kesehatan

5) Status social ekonomi keluarga, status sosial ekonomi keluarga

ditentukan oleh pendapatan, baik dari kepala keluarga maupun

anggota keluarga lainnya. Selain itu, status sosial ekonomi keluarga

ditentukan pula oleh kebutuhan – kebutuhan yang dikeluarkan oleh

keluarga serta barang – barang yang dimiliki oleh keluarga seperti:

a) Jumlah pendapatan perbulan

b) Sumber – sumber pendapatan perbulan

c) Jumlah pengeluaran perbulan

d) Apakah sumber pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga

e) Bagaimana keluarga mengatur pendapatan dan pengeluarannya

6) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak

hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama – sama untuk

mengunjungi tempat rekreasi, namun dengan menonton TV dan

mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi selain itu perlu

dikaji pula penggunaan waktu luang atau senggang keluarga

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga adalah pengkajian keluarga berdasarkan

tahap kehidupan keluarga. Menurut Duvall, tahap perkembangan keluarga

ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti dan mengkaji sejauh

mana keluarga melaksanakan tugas tahapan perkembangan keluarga.


58

Sedangkan riwayat keluarga adalah mengkaji riwayat kesehatan keluarga

inti dan riwayat kesehatan keluarga.

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua

dari keluarga inti

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan

bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga

serta kendalanya.

3) Riyawat keluarga inti menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga

inti, meliputi: riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan

masing – masing anggota, dan sumber pelayanan yang digunakan

keluarga seperti perceraian, kematian, dan keluarga yang hilang

4) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal kedua orang tua (seperti

apa kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat

dengan orang tua dari kedua orang tua

c. Pengkajian lingkungan

1) Karakteristik rumah

a) Gambaran tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar,

kontrak atau lainnya). Apakah keluarga memiliki sendiri atau

menyewa rumah untuk tempat tinggal

b) Gambaran kondisi rumah meliputi bagian interior dan eksterior.

Interior rumah meliputi: jumlah kamar dan tipe kamar (kamar

tamu, kamar tidur) penggunaan – penggunaan kamar tersebut dan

bagaimana kamar tersebut diatur. Bagaimana kondisi dan

kecukupan perabot, penerangan, ventilasi, lantai, tangga rumah,


59

susunan, dan kondisi banguanan tempat tinggal, apakah keluarga

menganggap rumahnya memadai bagi keluarga

c) Dapur, suplai air minum, penggunaan alat – alat masak, apakah

ada fasilitas pengaman bahaya kebakaran

d) Kamar mandi, sanitasi, air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun dan

handuk.

e) Kamar tidur, bagaimana pengaturan kamar tidur. Apakah

memadai bagi anggota keluarga dengan pertimbangan usia

mereka, hubungan dan kebutuhan – kebutuhan khusus mereka

lainnya.

f) Kebersihan dan sanitasi rumah, apakah banyak serangga –

serangga kecil (khususnya di dalam), dan masalah – masalah

sanitasi yang disebabkan akibat binatang – binatang peliharaan

lainnya seperti ayam, kambing, kerbau, dan hewan peliharaan

lainnya

g) Pengaturan privasi. Bagaimana dengan perasaan keluarga

terhadap pengaturan privasi rumah mereka memadai atau tidak.

Termasuk bahaya – bahaya terhadap keamanan rumah atau

lingkungan.

h) Perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan

rumah mereka.
60

2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal

a) Tipe tempat tinggal lingkungan komunitas kota atau desa

b) Tipe tempat tinggal (hunian, industri, campuran hunian dan

industri kecil, agraris)

c) Keadaan tempat tinggal dan jalan raya (terpelihara, rusak, dalam

perbaikan, atau sampah lainnya

d) Sanitasi jalan dan rumah. Bagaimana kebersihannya, cara

penanganan sampah, dan lainnya.

e) Adakah jenis – jenis industry dilingkungan rumah (kebisingan,

polusi air, dan udara)

f) Karakteristik demografi dilingkungan komunitas tersebut

g) Kelas sosial dan karakteristik etnik penghuni

h) Lembaga pelayanan kesehatan dan sosial, apa yang ada didalam

lingkungan dan komunitas (klinik, rumah sakit, penanganan

kegawatan darurat, kesejahteraan, konseling, pekerjaan).

i) Kemudahan pendidikan dilingkungan dan komunitas, apakah

mudah diakses, dan bagaimana kondisinya.

j) Fasilitas – fasilitas rekreasi yang dimiliki dikomunitas tersebut.

k) Fasilitas – fasilitas ekonomi, warung, toko, apotek, pasar, wartel,

dan lainnya.

l) Transportasi umum. Bagaimana pelayanan dan fasilitas tersebut

dapat di akses (jarak, kecocokan, jam pemberangkatan, dan

lainnya) untuk keluarga/komunitas


61

m) Kejadian tingkat kejahatan dilingkungan dan komunitas, apakah

ada masalah yang serius seperti tidak aman dan ancaman serius

3) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga yang ditentukan, lama keluarga

tinggal didaerah ini, atau apakah sering mempunyai kebiasaan

berpindah – pindah tempat tinggal

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul

serta perkumpulan keluarga yang ada.

5) System pendukung keluarga meliputi:

a) Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki

keluarga untuk menunjang kesehatan yang meliputi fasilitas fisik,

psikologis

b) Sumber dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau

dukungan masyarakat setempat, lembaga pemerintahan, maupun

swasta

c) Jaminanan pemeliharaan kesehatan yang dimiliki keluarga.

d. Struktur Keluarga

1) Pola – pola komunikasi keluarga

Menjelaskan cara berkomunikasi antaranggota keluarga, termasuk

pesan yang disampaikan, bahasa yang digunakan, komunikasi secara

langsung atau tidak, pesan emosional (positif atau negatif), frekuensi

dan kualitas komunikasi yang berlangsung. Adakah hal – hal yang

tertutup dalam keluarga untuk didiskusikan


62

2) Struktur kekuatan keluarga

a) Keputusan dalam keluarga, siapa yang membuat, memutuskan

dalam penggunaan keuangan, pengambil keputusan dalam

pekerjaan atau tempat tinggal serta siapa yang memutuskan

kegiatan dan kedisiplinan anak – anak.

b) Model kekuatan dan kekuasaan yang digunakan keluarga dalam

membuat keputusan

3) Struktur peran menjelaskan peran dari masing – masing anggota

keluarga baik secara formal maupun informal.

a) Peran formal, posisi dan peran formal pada setiap anggota

keluarga (gambarkan bagaimana setiap keluarga melakukan peran

masing – masing) dan apakah ada konflik peran dalam keluarga

b) Pern informal, adakah peran informal dalam keluarga, siapa yang

memainkan peran tersebut, berapa kali dan bagaimana peran

tersebut dilaksanakan secara konsisten

c) Analisis model peran, siapa yang menjadi model dalam

menjalankan peran dikeluarga, apakah status social memengaruhi

pembagian peran keluarga, apakah peran yang dijalankan sesuai

tahap perkembangannya, bagaimana masalah kesehatan

memengaruhi peran keluarga, adakah peran baru, bagaimana

anggota keluarga menerima peran baru, respon keluarga yang

sakit terhadap perubahan peran atau hilangnya peran, serta apakah

ada konflik akibat peran.


63

4) Struktur nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga dengan

kelompok atau komunitas. Apakah sesuai dengan nilai norma yang

dianut, seberapa penting nilai yang dianut, apakah nilai yang dianut

secara sadar atau tidak, apakah konflik nilai yang menonjol dalam

keluarga, bagaimana kelas sosial keluarga, bagaimana latar belakang

budaya yang memengaruhi nilai – nilai keluarga, serta bagaimana

nilai – nilai keluarga memengaruhi status kesehatan keluarga.

e. Fungsi Keluarga

1) Fungsi afektif

a) Pola kebutuhan keluarga. Apakah anggota keluarga merasakan

kebutuhan individu lain dalam keluarga, apakah orangtua mampu

menggambarkan kebutuhan mereka, bagaimana psikologis

keluarga, apakah setiap anggota keluarga memiliki orang yang

dipercaya dalam keluarga, apakah dalam anggota keluarga saling

menghormati satu sama lainnya, dan apakah setiap anggota

keluarga sensitif terhadap persoalan individu.

b) Mengkaji gambaran dari anggota keluarga. Perasaan memiliki dan

dimiliki keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga

lainnya, kehangatan pada keluarga, serta keluarga

mengembangkan sikap saling menghargai.


64

c) Keterpisahan dan keterikatan. Bagaimana keluarga menghadapi

keterpisahan dengan anggota keluarga lain, apakah keluarga

merasa adanya keterikatan yang erat antara anggota keluarga satu

dengan yang lain.

2) Fungsi sosialisasi.

a) Tanyakan, apakah ada otonomi setiap anggota dalam keluarga

b) Apakah saling ketergantungan

c) Siapa yang bertanggungjawab dalam membesarkan anak atau

fungsi sosialisasi

d) Adakah faktor sosial budaya yang memengaruhi pola – pola

membesarkan anak

e) Apakah keluarga mempunyai masalah dalam mengasuh anak.

f) Apakah lingkungan rumah cukup memadai bagi anak – anak

untuk bermain sesuai tahap perkembangannya

g) Apakah ada peralatan atau permainan anak yang cocok dengan

usianya.

3) Fungsi perawatan kesehatan

Sejauhmana keluarga mnyediakan makanan, pakaian dan

perlindungan terhadap anggota yang sakit. Kesanggupan keluarga

melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga, diantaranya adalah

sebagai berikut:
65

a) Mengenal masalah kesehatan

Sejauhmana keluarga mengenal masalah fakta – fakta dari

masalah kesehatan meliputi: pengertian, tanda dan gejala,

penyebab, serta memengaruhi persepsi keluarga terhadap

masalah.

(1) Keyakinan, nilai dan perilaku keluarga, meliputi:

(a) Nilai yang dianut terkait kesehatan

(b) Apakah keluarga konsisten menerapkan nilai – nilai

tersebut

(c) Bagaimana perilaku semua anggota keluarga dalam

mendukung peningkatan kesehatan.

(2) Konsep dan pengetahuan keluarga tentang konsep sehat dan

sakit

(a) Bagaimana keluarga mendefinisikan sehat dan sakit bagi

anggota keluarga

(b) Kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi tanda dan

gejala pada anggota keluarga yang sakit

(c) Sumber – sumber informasib yang diperoleh keluarga

dalam kesehatan.

(d) Masalah kesehatan yang dianggap serius dalam keluarga

dan tindakan apa yang diambil


66

(3) Praktik diet keluarga

(a) Pengetahuan keluarga tentang makanan yang bergizi

(b) Riwayat pola makan keluarga

(c) Bagaimana cara keluarga menyiapkan makanan. Keluarga

menyiapkan makanan dengan digoreng, direbus,

dipanggang, dimasak, atau disajikan mentah.

(d) Jenis makanan yang dikonsumsi keluarga setiap hari dan

cara menyimpannya

(e) Bagaimana jadwal makan keluarga (utama dan selingan)

(f) Siapa anggota keluarga yang bertanggungjawab terhadap

perencanaan, belanja dan menyiapkan makanan

(g) Kebiasaan tidur dan istirahat. Waktu tidur keluarga

kecukupan, adakah kesulitan tidur, dan dimana tempat

keluarga tidur

(4) Latihan dan rekreasi

(a) Apakah keluarga menyadari bahwa rekreasi dan olahraga

secara aktif sangat diperlukan bagi kesehatan

(b) Jenis – jenis rekreasi dan aktivitas – aktivitas fisik anggota

keluarga

(c) Keikutsertaan anggota keluarga dalam aktivitas anggota

keluarga atau rekreasi


67

b) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat.

Sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya

masalah, bagaimana masalah dirasakan, menyerah terhadap

masalah yang dialami, takut akibat dari tindakan penyakit,

mempunyai sikap negative terhadap masalah kesehatan, dapatkah

menjangkau fasilitas kesehatan yang ada kurang percaya terhadap

tenaga kesehatan, serta mendapat informasi yang salah terhadap

tindakan dalam mengatasi masalah.

(1) penggunaan obat – obat didalam keluarga

(a) Kebiasaan penggunaan alkohol, tembakau dan kopi

(b) Kebiasaan keluarga menggunakan obat – obatan tanpa

resep atau dengan resep

(c) Kebiasaan keluarga menyimpan obat – obatan dalam jangka

waktu lama dan menggunakan kembali

(d) Kebiasaan menyimpan obat dan memberi label

(2) Peran keluarga dalam praktik perawatan diri

(a) Apa yang keluarga lakukan untuk memperbaiki status

kesehatan

(b) Apa keluarga lakukan untuk mencegah sakit atau penyakit

(c) Siapa yang berperan mengambil keputusan dalam hal

kesehatan keluarga

(d) Pengetahuan keluarga tentang cara perawatan pada

anggota keluarga yang sakit


68

(3) Cara – cara pencegahan penyakit

(a) Pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit

(b) Kebiasaan keluarga dalam pemeriksaan kesehatan

(c) Status imunisasi keluarga pada bayi, balita dan ibu hamil.

(4) Perasaan dan persepsi keluarga tentang pelayanan kesehatan

(a) Perasaan keluarga terhadap jenis – jenis perawatan

kesehatan

(b) Pengalaman masa lalu dengan pelayanan kesehatan

(c) Kepuasaan dan kepercayaan keluarga terhadap pelayanan

kesehatan

(d) Harapan keluarga terhadap petugas pelayanan kesehatan

(5) Riwayat kesehatan keluarga

Tanyakan riwayat penyakit genetik dan penyakit keluarga

pada masa lalu dan masa sekarang seperti diabetes mellitus,

penyakit jantung, hipertensi, kanker, stroke, dan arthritis

reumatis, penyakit gagal ginjal, tiroid, asma, alergi, penyakit –

penyakit darah, dan lain- lain.

(6) Sumber keuangan

Tanyakan bagaimana pola keluarga dalam pembayaran

biaya kesehatan dan asuransi kesehatan yang dimiliki oleh

keluarga.
69

Memelihara lingkungan rumah yang sehat, sejauhmana

keluarga mengetahui sumber – sumber yang dimiliki, keuntungan

atau manfaat pemeliharaan lingkungan, mengetahui pentingnya

hygiene sanitasi dan kekompakan antaranggota keluarga pada

praktik lingkungan. Apakah saat ini keluarga terpapar oleh polusi

udara, air atau kebisingan dari lingkungan tempat tinggalnya, apa

yang dilakukan keluarga untuk mencegah penyakit, siapa orang

yang berperan membuat keputusan terkait masalah kesehatan

keluarga, serta bagaimana pengetahuan keluarga cara perawatan

anggota keluarga yang sakit.

Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan

dimasyarakat, apakah keluarga mengetahui keberadaan fasilitas

kesehatan, memahami keuntungan yang dipeoleh dari fasilitas

kesehtan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas

kesehatan, dan fasilitas kesehatan tersebut terjangkau oleh

keluarga.

(1) Pelayanan kesehatan darurat

(a) Pengetahuan keluarga terkait tempat pelayanan kesehatan

darurat terdekat

(b) Pengetahuan keluarga cara memanggil ambulan atau

pelayanan kesehatan darurat

(c) Pengetahuan keluarga mengenai cara penanganan keadaan

darurat
70

(2) Fasilitas transportasi keluarga untuk perawatan kesehatan

(a) Bagaimana jarak fasilitas pelayanan kesehatan dari rumah

(b) Jenis alat transportasi apa yang digunakan keluarga untuk

mencapai fasilitas pelayanan kesehatan

(c) Masalah apa yang dihadapi keluarga dalam hubungannya

antara transportasi dengan tempat fasilitas pelayanan

kesehatan

4) Fungsi reproduksi

Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota

keluarga, serta metode apa yang digunakan keluarga dalam

mengendalikan jumlah anggota keluarga

5) Fungsi ekonomi

Mengkaji sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,

pangan, dan papan. Bagaimana keluarga memanfaatkan sumber yang

ada dimasyarakat guna meningkatkan status kesehatan masyarakat.

f. Stress dan Koping Keluarga

1) Stressor jangka pendek, yaitu stressor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu 6 bulan

2) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang saat ini dialami

memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan

3) Kemampuan keluarga berespons terhadap situasi atau stressor,

mengkaji sejauh mana keluarga berespons terhadap situasi atau

stressor
71

4) Strategi koping yang digunakan, strategi koping apa yang digunakan

keluarga bila menghadapi permasalahan

5) Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adaptasi disfungsional

yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan

g. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode

yang digunakan pada pemeriksaan ini tidak berbeda dengan pemeriksaan

fisik diklinik

h. Harapan Keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga

terhadap petugas kesehatan yang ada.

2. Tahap Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,

keluarga atau masyarakat yang diperoleh dari suatu proses pengumpulan

data dan analisis data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan

tindakan – tindakan dimana perawat bertanggungjawab untuk

melaksanakannya. Diagnosa keperawatan dianalisis dari hasil pengkajian

terhadap masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga,

struktur keluarga, fungsi – fungsi keluarga, koping keluarga baik bersifat

aktual, resiko maupun sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan

tanggungjawab untuk melakukan tindakan keperawatan bersama – sama

dengan keluarga berdasarkan kemampuan, dan sumber daya keluarga.


72

Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang

didapatkan dari pengkajian. Komponen diagnosa keperawatan meliputi

problem atau masalah, etiologi atau penyebab, dan sign atau tanda yang

selanjutnya dikenal dengan PES (problem, etiology, dan sign).

Tipologi dari diagnosa keperawatan

a. Diagnosa actual (terjadi deficit atau gangguan kesehatan)

Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala

dari gangguan kesehatan, dimana masalah kesehatan yang dialami oleh

keluarga memerlukan bantuan untuk segera ditangani dengan cepat. Pada

diagnosa keperawatan aktual, faktor yang berhubungan merupakan

etiologi, atau faktor penunjang lain yang telah memengaruhi perubahan

status kesehatan. Sedangakan faktor tersebut dapat dikelompokkan

kedalam empat kategori, yaitu:

1) Patifisiologi (biologi dan psikologi)

2) Tindakan yang berhubungan dengan

3) Situasional (lingkungan, personal)

4) Maturasional

Secara umum faktor – faktor yang berhubungan atau etiologi dari

diagnosa keperawatan keluarga adalah adanya:

1) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan kesalahan

persepsi)

2) Ketidakmauan (sikap dan motivasi)


73

3) Ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu prosedur

atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga, baik finansial,

fasilitas, sistem pendukung, lingkungan fisik dan psikologis)

b. Diagnosa resiko tinggi (ancaman kesehatan)

Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan,

tetapi tanda tersebut dapat menjadi masalah actual apabila tidak segera

mendapatkan batuan pemecahan dari tim kesehatan atau keperawatan.

Faktor – faktor untuk diagnosa resiko dan resiko tinggi memperlihatkan

keadaan dimana kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok.

Faktor ini membedakan klien untuk kelompok resiko tinggi dari yang

lainnya pada populasi yang sama yang mempunyai resiko.

c. Diagnosa potensial (keadaan sejahtera atau wellness)

Suatu keadaan jika keluarga dalam keadaan sejahtera, kesehatan

keluarga dapat ditingkatkan. Diagnosa keperawatan sejahtera tidak

mencakup faktor – faktor yang berhubungan. Perawat dapat

memperkirakan kemampuan atau potensi keluarga dapat ditingkatkan

kearah yang lebih baik. Daftar diagnosa keperawatan keluarga

berdasarkan NANDA tahun 1995 adalah sebagai berikut:

1) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah lingkungan

a) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah (hygiene

lingkungan)

b) Resiko terhadap cedera

c) Resiko terjadi infeksi (penularan penyakit)


74

2) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur komunikasi.

Komunikasi keluarga disfungsional

3) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur peran.

a) Berduka dan antisipasi

b) Berduka disfungsional

c) Isolasi sosial

d) Perubahan pada proses keluarga (dampak adanya orang yang sakit

terhadap keluarga)

e) Potensial peningkatan menjadi orangtua

f) Perubahan menjadi orangtua (kritis menjadi orangtua)

g) Perubahan penampilan peran

h) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah

i) Gangguan citra tubuh

4) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi afektif

a) Perubahan proses keluarga

b) Perubahan menjadi orangtua

c) Potensial peningkatan menjadi orangtua

d) Potensial peningkatan menjadi orangtua berduka yang diantisipasi

e) Koping keluarga yang tidak afektif, menurun

f) Koping keluarga yang tidak efektif, ketidakmampuan

g) Resiko terhadap tindakan kekerasan


75

5) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi sosial

a) Perubahan proses keluarga

b) Prilaku mencari bantuan kesehatan

c) Konflik peran orangtua

d) Perubahan menjadi orangtua

e) Potensial peningkatan menjadi orangtua

f) Peningkatan pertumbuhan dan perkembangan

g) Perubahan pemeliharaan kesehatan

h) Kurang pengetahuan

i) Isolasi sosial

j) Kerusakan interaksi sosial

k) Resiko terhadap tindakan kekerasan

l) Ketidakpatuhan

m) Gangguan identitas diri

6) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi perawatan

kesehatan

a) Perubahan pemeliharaan kesehatan

b) Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan

c) Perilaku mencari pertolongan kesehatan

d) Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terpeutik atau

pengobatan keluarga

e) Resiko terhadap penularan penyakit.


76

7) Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah koping

a) Potensial peningkatan koping keluarga

b) Koping keluarga tidak efektif, menurun

c) Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan

d) Resiko terhadap tindakan kekerasan

Menurut Bailon dan maglaya (1978) (Mubarak, 2010), prioritas

masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan proses skoring

saebagai berikut:

No Kriteria Skor Bobot


1 Sifat masalah: 1

a. Tidak/ kurang sehat 3

b. Ancaman kesehatan 2

c. Krisis atau keadaan sejahtera 1


2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2

a. Dengan mudah 2

b. Hanya sebagian 1

c. Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah 1

a. Tinggi 3

b. Cukup 2

c. Rendah 1

4 Menonjolnya masalah 1

a. Masalah berat, harus segera 2


77

ditangani

b. Ada masalah, tetapi tidak perlu 1

segera ditangani

c. Masalah tidak dirasakan 0

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan

dengan cara berikut ini.

1) Tentukan skor untuk setiap criteria yang telah dibuat

2) Selanjutnya skor dibagi dengan angka tertinggi yang dikalikan

dengan bobot
Skor
X Bobot
Angka tertinggi

3) Jumlahkan skor untuk semua criteria, skor tertinggi adalah 5,

sama dengan seluruh bobot

Empat kriteria yang dapat memengaruhi penentuan prioritas masalah

1) Sifat masalah

Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan kedalam

tidak atau kurang sehat diberikan bobot yang lebih tinggi karena

masalah tersebut memerlukan tindakan yang segera dan biasa

masalahnya dirasakan atau disadari oleh keluarga. Krisis atau

keadaan sejahtera diberikan bobot yang paling sedikit atau

rendajh karena faktor kebudayaan biasanya dapat memberikan


78

dukungan bagi keluarga untuk mengatasi masalahnya dengan

baik.

2) Kemungkinan masalah dapat diubah

Adalah kemungkinan berhasilnya mengurangi atau

mencegah masalah jika ada tindakan (intervensi). Faktor – faktor

yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor kemungkinan

masalah dapat diperbaiki adalah:

a) Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat

dilakukan untuk menangani masalah

b) Sumber – sumber yang ada pada keluarga, baik dalam bentuk

fisik, keuangan atau tenaga

c) Sumber – sumber dari keperawatan, misalnya dalam bentuk

pengetahuan, keterampilan dan waktu

d) Sumber – sumber dimasyarakat, misalnya dalam bentuk

fasilitas kesehatan, organisasi masyarakat, dan dukungan

sosial masyarakat

3) Potensi masalah bila dicegah

Menyangkut sifat beratnya masalah yang akan timbul

dapat dikurangi atau dicegah. Faktor – faktor yang perlu

diperhatikan dalam menentukan skor kriteria potensi masalah

bisa dicegah adalah sebagai berikut:

a) Kepelikan dari masalah


79

Berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah,

prognosis penyakit atau kemungkinan mengubah masalah.

Umumnya makin berat masalah tersebut makin sedikit

kemungkinan untuk mengubah atau mencegah sehingga

semakin kecil potensi masalah yang akan timbul

b) Lamanya masalah

Hal ini berkaitan dengan jangka waktu terjadinya masalah

tersebut. Biasa lamanya masalah mempunyai dukungan

langsung dengan potensi masalah bila dicegah

c) Adanya kelompok resiko tinggi atau kelompok yang peka atau

rawan adanya kelompok tersebut pada keluarga akan

menambah potensi masalah dicegah

4) Menonjolnya masalah

Merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah

mengenai beratnya masalah serta mendesaknya masalah untuk

diatasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan skor pada

kriteria ini, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana

keluarga tersebut menilai masalah. Dalam hal ini, jika keluarga

menyadari masalah dan merasa perlu untuk menangani segera,

maka harus diberi skor yang tinggi.

3. Tahap Perencanaan Keperawatan Keluarga


80

Apabila amasalah kesehatan maupun masalah keperawatan telah

teridentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah menyusun rencana

keperawatan sesuai dengan urutan prioritas masalahnya. Rencana

keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang direnvanakan

oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi

masalah kesehatan/masalah keperawatan yang telah diidentifikasi. Rencana

keperawatan yang berkualitas akan menjamin keberhasilan dalam mencapai

tujuan serta penyelesaian masalah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam mencapai tujuan serta penyelesaian masalah. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam mengembangkan keperawatan keluarga diantaranya :

a. Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisis yang menyeluruh

tentang masalah atau situasi keluarga

b. Rencana yang baik harus realistis, artinya dapat dilaksanakan dan dapat

menghasilkan apa yang diharapkan

c. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi

kesehatan. Misalnya bila instansi kesehatan pada daerah tersebut tidak

memungkinkan pemberian pelayanan cuma – cuma, maka perawat harus

mempertimbangkan hal tersebut dalam menyusun perencanaan.

d. Rencana keperawatan dibuat bersama dengan keluarga. Hal ini sesuai

dengan prinsip bahwa perawat bekerjasama keluarga bukan untuk

keluarga

e. Rencana asuhan keperawatan sebaiknya dibuat secara tertulis. Hal ini

selain berguna untuk perawat juga berguan bagi anggota tim kesehatan

lainnya, khususnya perencanaan yang telah disusun untuk keluarga


81

tersebut. Selain itu, dengan membuat rencana asuhan keperawatan secara

tertulis akan membantu mengevaluasi perkembangan masalah keluarga.

Langkah – langkah dalam mengembangkan rencana asuhan

keperawatan keluarga

a. Menentukan sasaran atau goal

Sasaran merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui segala

upaya. Prinsip yang paling penting adalah bahwa sasaran yang telah

ditentukan bersama keluarga. Jika keluarga mengerti dan menerima

sasaran tersebut. Misalnya setelah dilakukan tindakan keperawatan,

keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita penyakit

hipertensi.

b. Menentukan objektif

Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih

terperinci, berisi tentang hasil yang diharapkan dari tindakan perawatan

yang akan dilakukan. Ciri tujuan atau objektif yang baik adalah spesifik,

dapat diukur, dapat dicapai, realistis dan ada batasan waktu. Misalnya

setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan anggota keluarga

yang sakit hipertensi mengerti tentang

c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang telah dilakukan

Tindakan keperawatan yang dipilih sangat bergantungan pada sifat

masalah dan sumber – sumber yang tersedia untuk memcehakan masalah.

Dalam perawatan kesehatan keluarga tindakan keperawatan yang

dilkakukan ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan


82

sebab – sebab yang mengakibatkan timbulanya ketidaksanggupan

keluarga dalam melaksanakan tugas – tugas kesehatan. Perawat dapat

melakukan tindakan keperawatan dengan menstimulasi kesadaran dan

penerimaan terhadap masalah atau kebutuhan kesehatan keluarga dengan

jalan:

1) Memperluas informasi atau pengetahuan keluarga

2) Membantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat dari situasi

yang ada

3) Menghubungkan antara kebutuhan kesehatan dengan sasaran yang

telah ditentukan

4) Menunjang sikap atau emosi yang sehat dalam menghadapi masalah.

Tindakan perawat untuk menolong keluarga agar dapat menentukan

keputusan yang tepat dalam menyelesaikan masalahnya dapat dilakukan

dengan:

a) Mendiskusikan konsekuensi yang akan timbul jika tidak melakukan

tindakan

b) Memperkenalkan kepada keluarga alternatif kemungkinan yang dapat

diambil serta sumber – sumber yang diperlukan untuk melaksnakan

alternatif tersebut.

Untuk meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam

memberikan keperawatan terhadap keluarga yang sakit, perawat dapat

melakukan tindakan sebagai berikut:

a) Mendemonstrasikan tindakan yang diperlukan


83

b) Memanfaatkan fasilitas atau sarana yang ada dirumah keluarga

c) Menghindarkan hal – hal yang mengaganggu keberhasilan keluarga

dalam merujuk klien atau mencari pertolongan kepada tim kesehatan

yang ada.

Perawat dapat meningkatkan kemampuan keluarga dalam

meniciptakan lingkungan yang menunjang kesehatan keluarga antara lain

dengan cara:

a) Membantu mencari cara untuk menghindari adanya ancaman

kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga

b) Membantu keluarga memperbaiki fasilitas fisik yang sudah ada

c) Menghindarkan ancaman psikologis dalam keluarga dengan

memperbaiki pola komunikasi keluarga, memperjelas masing –

masing anggota dan lain – lain

d) Mengembangkan kesanggupan keluarga menemukan kebutuhan

psikososial

Agar perawat dapat membantu keluarga memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang ada, maka perawat harus mempunyai pengetahuan yang

luas dan tepat tentang sumber daya yang ada dimasyarakat dan cara

memanfaatkan sumber daya tersebut. Sumber – sumber yang terdapat

dimasyarakat antara lain instansi – instansi kesehatan, program – program

peningkatan kesehatan dan organisasi – organisasi masyarakat

d. Menentukan kriteria dan standar kriteria


84

kriteria merupakan tanda atau indikator yang dgunakan untuk

mengukur pencapaian tujuan sedangkan standar menunjukkan tingkat

penampilan yang diinginkan untuk membandingkan bahwa perilaku yang

menjadi tujuan tindakan keperawatan yang telah dicapai. Pernyataan

tujuan yang tepat akan menentukan kejelasan kriteria dan standar

evaluasi.

1) Tujuan, sesudah perawat kesehatan masyarakatv melakukan kunjungan

rumah, keluarga akan memanfaatkan puskesmas atau poliklinik

sebagai tempat mencari pengobatan

2) kriteria, kunjungan kepuskesmas atau poliklinik

3) Standar, ibu memeriksakan kehamilannya kepuskesmas atau

poliklinik, keluarga membawa berobat anaknya sakit kepuskesmas.

4. Tahap Pelaksanaan Keperawatan Keluarga

Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan

keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan

minat keluarga dalam mengadakan perbaikan kearah perilaku hidup sehat.

Adanya kesulitan, kebingungan, serta ketidakmampuan yang dihadapi

keluarga harus menjadi kan perhatian. Oleh karena itu, diharapkan perawat

dapat memberikan kekuatan dan membantu mengembangkan potensi –

potensi yang ada, sehingga keluarga mempunyai kepercayaan diri dan

mandiri dalam menyelesaikan masalah.


85

Guna membangkitkan minat keluarga dalam berperilaku hidup sehat,

maka perawat harus memahami tekhnik – tekhnik motivasi. Tindakan

keperawatan keluarga mencakup hal – hal dibawah ini.

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan

kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi,

mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, serta

mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

dengan cara menstimulasi konsekuensi untuk tidak melakukan tindakan,

mengidentifikasi sumber – sumber yang dimiliki keluarga dan

mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat

dan fasilitas yang ada dirumah, dan mengawasi keluarga melakukan

perawatan.

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan

menjadi sehat dengan menemukan yang dapat digunakan keluarga dan

melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan

cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga dan

membantu keluarga menggunakan fasilitas tersebut.


86

Faktor penyulit dari keluarga yang dapat menghambat minat keluarga

untuk bekerja sama melakukan tindakan kesehatan antara lain:

a. Keluarga kurang memperoleh informasi yang jelas atau mendapatkan

informasi, tetapi keliru

b. Keluarga mendapatkan informasi tidak lengkap, sehingga mereka melihat

masalah hanya sebagian

c. Keliru, tidak dapat mengkaitkan antara informasi yang diterima dengan

situasi yang dihadapi

d. Keluarga tidak mau menghadapi situasi

e. Anggota keluarga tidak mau melawan tekanan dari keluarga atau sosial

f. Keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku

g. Keluarga gagal mengkaitkan tindakan dengan sasaran atau tujuan upaya

keperawatan

h. Kurang percaya dengan tindakan yang diusulkan perawat.

Kesulitan dalam tahap pelaksanaan dapat diakibatkan oleh berbagai

factor yang berasal dari petugas, antara lain:

a. Petugas cenderung menggunakan satu pola pendekatan atau petugas kaku

dan kurang fleksibel

b. Petugas kurang memberikan penghargaan atau perhatian terhadap faktor

– faktor social budaya

c. Petugas kurang mampu dalam mengambil tindakan atau menggunakan

bermacam – macam teknik dalam mengatasi masalah yang rumit.


87

5. Tahap Evaluasi Keperawatan Keluarga

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian

dilakukan untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil, maka

perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan

mungkin tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Oleh

karena itu, kunjungan dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan

waktu dan kesediaan keluarga.

Langkah – langkah dalam mengevaluasi pelayanan keperawatan yang

diberikan, baik kepada individu maupun keluarga sebagai berikut:

a. Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan bagaimana

keluarga mengatasi masalah tersebut

b. Tentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan dicapai

c. Tentukan kriteria dan standar untuk evaluasi. kriteria dapat berhubungan

dengan sumber – sumber proses atau hasil, bergantung kepada dimensi

evaluasi yang diinginkan

d. Tentukan metode atau tekhnik yang sesuai serta sumber – sumber data

yang diperlukan

e. Bandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria dan

standar untuk evaluasi

f. Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang tidak optimal atau

pelaksanaan yang kurang memuaskan

g. Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai, perlu ditentukan

alasan kemungkinan tujuan dan realistis, tindakan tidak tepat, atau

kemungkinan ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi.

Anda mungkin juga menyukai