Anda di halaman 1dari 4

Pembelajaran bahasa merupakan upaya membelajarkan siswa tentang keterampilan

berbahasa. Pembelajaran bahasa berperan dalam perkembangan intelektual, sosial, dan


emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang
studi. Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi. Melalui pembelajaran
bahasa memungkinkan manusia untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman,
saling belajar dari yang lain serta untuk meningkatkan kemampuan intelektual.
Pembelajaran bahasa menempati posisi yang sangat penting dalam kerangka
pendidikan nasional. UU Sisdiknas menegaskannya dalam pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) yang
menyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat (mata
pelajaran) bahasa. Begitupun dalam ayat 2 yang menyatakan bahwa kurikulum di pendidikan
tinggi wajib memuat (mata kuliah) bahasa.
Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran yang sangat
penting di sekolah. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia agar siswa memiliki kemampuan
secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, ,
memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai
tujuan, menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, juga menghargai dan membanggakan
sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Dalam proses upaya pembinaan dan pengembangan bahasa, pembelajaran bahasa
Indonesia wajib diajarkan di sekolah mulai dari kelas 1 SD sampai kelas 12 SMA hingga
mata kuliah umum pada jenjang perguruan tinggi. Sebagai wujud pentingnya pembelajaran
bahasa Indonesia, mata pelajaran bahasa Indonesia turut serta diujikan dalam Ujian Nasional
(UN).
Ujian nasional menjadi salah satu syarat kelulusan siswa dari satuan pendidikan. Hal
ini mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Nomor 97 tahun 2013, yaitu
peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan dasar dan menengah setelah
menyelesaikan seluruh program pembelajaran, memperoleh nilai baik pada penilaian akhir
untuk seluruh mata pelajaran, lulus ujian S/M/PK, dan lulus ujian nasional.
Ujian Nasional menurut peraturan BSNP 003/BNSP/III/2015 tentang Prosedur
Operasional Standar Penyelenggaraan Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2017/2018 adalah
kegiatan pengukuran dan penilaian pencapaian standar kompetensi lulusan SMP/MTs,
SMPLB, SMA/MA/SMAK/SMTK, SMALB, SMK/MAK secara nasional meliputi mata
pelajaran tertentu. Jadi, ujian nasional merupakan salah satu bentuk dari kegiatan evaluasi
pendidikan yang berupa evaluasi hasil belajar siswa melalui pengukuran dan penilaian
pencapaian standar kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu yang
ditetapkan oleh pemerintah. Selain itu ujian nasional juga dijadikan sebagai alat evaluasi
pendidikan untuk pemetaan masalah mutu pendidikan dalam rangka menyusun kebijakan
pendidikan nasional.
Penyusunan alat-alat atau instrumen evaluasi merupakan hal yang sangat penting
dalam sebuah evaluasi. Oleh sebab itu semakin baik instrumen evaluasi yang digunakan
maka semakin tepat data yang akan diperoleh (Nurkancana dan Sumartana, 1986:9).
Pakpahan (1999:56) menyatakan bahwa kualitas soal yang memberi pengaruh terhadap
perolehan skor siswa. Untuk mengetahui kualitas soal maka harus diketahui dahulu
bagaimana karakteristik butir soal tersebut. Karakteristik butir soal dapat dilihat dari tingkat
validitas dan tingkat kognitif soal tersebut.
Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur
apa yang seharusnya diukur (dalam Sumarna, 2009:50). Validitas sebuah tes dilakukan untuk
menentukan berfungsi atau tidak suatu soal berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, yang
dalam hal ini adalah kriteria materi, konstruksi, dan bahasa. Menurut Gronlund (dalam
Sumarna, 2009:50) mengatakan bahwa validitas berkaitan dengan hasil suatu alat ukur,
menunjukkan tingkatan, dan bersifat khusus sesuai dengan tujuan pengukuran yang akan
dilakukan. Para pengembang tes memiliki tanggung jawab dalam membuat tes yang benar-
benar reliable dan valid. Oleh karena itu, validitas dapat digunakan dalam memeriksa secara
langsung seberapa jauh suatu alat (soal) telah berfungsi.
Validitas tes secara keseluruhan terbagi atas empat macam, yaitu validitas isi (content
validity), validitas konstruk (construct validity), validitas prediktif (predictive validity), dan
validitas bandingan (concurrent validity). Validitas isi mengandung arti bahwa suatu tes
dipandang valid apabila sesuai dengan materi yang ada dalam kurikulum. Validitas konstruk
menunjuk sejauh mana tes dapat mengukur dengan tepat aspek berpikir yang telah ditentukan
dalam tujuan instruksional secara khusus. Validitas prediktif menunjuk pada kemampuan tes
dalam meramalkan apa yang akan terjadi. Validitas bandingan merujuk pada hubungan
searah hasil tes yang di peroleh antara tes pertama dengan tes berikutnya pada waktu yang
sama.
Suatu tes harus memperhatikan pedoman penyusunan yang memperlihatkan tipe hasil
belajar atau kemampuan berpikir mana saja yang akan dinilai. Penyusunan soal mengacu
pada rumusan tujuan pembelajaran. Perumusan tujuan pembelajaran bertitik tolak dari
tingkah laku dan bersifat operasional. Dalam kurikulum KTSP dan kurikulum 2013, tujuan
pembelajaran berupa Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator. Setiap kompetensi dasar
dikembangkan menjadi beberapa indikator. Indikator dirumuskan dengan menggunakan kata
kerja operasional yang dapat diukur, seperti menghitung, menyimpulkan, membedakan,
menceritakan kembali, mendeskripsikan, dan sebagainya.
Taksonomi tujuan pembelajaran dikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotor. Domain kognitif fokus pada pengetahuan dan kemampuan
mengingat, berpikir, dan proses bernalar. Tingkat kognitif dalam taksonomi Bloom telah
digunakan hampir setengah abad sebagai dasar untuk penyusunan tujuan-tujuan pendidikan,
penyusunan tes dan kurikulum (Gunawan dan Palupi, 2013:16). Menurut Bloom (dalam
Sukardi, 2009:75) tingkat kognitif dibedakan menjadi enam tingkatan, yaitu pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis),
sintetis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).
Penelitian ini berfokus pada analisis soal ujian nasional. Sebagai alat evaluasi, sudah
seharusnya soal-soal pada ujian nasional mampu memberikan informasi yang memadai
tentang taraf penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan dalam suatu
jenjang pendidikan. Soal-soal pada ujian nasional harus dapat mengukur kemampuan berpikir
siswa. Oleh karena itu, soal-soal pada ujian nasional harus mencakup seluruh materi dan
dapat mewakili berbagai kemampuan berpikir, seperti ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Jadi ujian nasional benar-benar menjadi alat evaluasi yang hasilnya
dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dari proses belajar siswa.
Analisis soal dilakukan untuk mengetahui berfungsi tidaknya sebuah soal. Untuk
mengukur kesesuaian, efisiensi, dan kemantapan soal atau suatu tes digunakan macam-
macam kualitas, salah satunya adalah validitas. Validitas tes perlu ditentukan untuk
mengetahui kualitas tes dalam kaitannya dengan mengukur hal yang seharusnya diukur.
Penelitian ini hanya berfokus pada validitas isi dan konstruk dikarenakan ujian akhir nasional
tidak dapat memprediksi kemampuan siswa secara keseluruhan dan tidak memiliki hubungan
dengan dengan tes lainnya pada waktu yang sama.
Alat evaluasi atau tes yang digunakan haruslah memiliki kualitas yang baik sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Jika tes yang digunakan memiliki
kualitas mutu yang kurang baik, maka mengakibatkan kesalahan pengukuran kemampuan
peserta didik. Salah satu cara untuk mendapatkan tes hasil belajar yang baik adalah melalui
proses kegiatan identifikasi kualitas soal tes. Proses identifikasi kualitas soal tes berdasarkan
validitas isi dimaksudkan sebagai penelaahan khusus yang berkaitan dengan kelayakan
pengetahuan atau substansi keilmuan yang ditanyakan dalam soal serta tingkat kemampuan
yang sesuai dengan soal. Proses identifikasi berdasarkan validitas konstruk berkaitan dengan
teknik penulisan soal yang didasarkan pada prinsip-prinsip pengukuran dan format penulisan
soal. Proses identifikasi soal berdasarkan tingkat kognitif bertujuan untuk meningkatkan
kualitas soal tes juga untuk mengkaji dan menelaah setiap butir soal tes agar diperoleh soal
yang bermutu.

Anda mungkin juga menyukai