Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt. yang telah memberikan saya kemudahan sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Sholawat serta salam semoga terlimpah kepada baginda tercinta kita Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Konsep Dasar
Kebidanan dengan judul “Manajemen Kebidanan Bayi Baru Lahir (BBL)”
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
2
DAFTAR ISI
JUDUL....................................................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Identifikasi Masalah.....................................................................................5
C. Tujuan..........................................................................................................5
D. Manfaat........................................................................................................6
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................35
BAB V PENUTUP................................................................................................40
A. Kesimpulan................................................................................................40
B. Saran..........................................................................................................41
3
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................42
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menejemen kebidanan
merupakan metode atau
bentuk pendekatan
yang digunakan bidan
dalam memberikan asuhan
kebidanan sehingga
langkah-langkah dalam
menejemen kebidanan
merupakan alur piker
bidan dlam pemecahan
masalah atau
pengembalan keputusan
klinis.
5
Asuhan yang dilakuakn
yang dilakukan harus
dicatat secara benar,
sederhana, jelas, dan
logis sehingga perlu
suatu metode
pendokumentasian.
Menejemen kebidanan
merupakan metode atau
bentuk pendekatan
yang digunakan bidan
dalam memberikan asuhan
kebidanan sehingga
langkah-langkah dalam
menejemen kebidanan
merupakan alur piker
6
bidan dlam pemecahan
masalah atau
pengembalan keputusan
klinis.
Asuhan yang dilakuakn
yang dilakukan harus
dicatat secara benar,
sederhana, jelas, dan
logis sehingga perlu
suatu metode
pendokumentasian.
Menejemen kebidanan merupakan metode atau bentuk pendekatanyang
digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan sehinggalangkah-langkah
dalam menejemen kebidanan merupakan alur pikerbidan dlam
pemecahan masalah atau pengembalan keputusan klinis.Asuhan yang
dilakuakn yang dilakukan harus dicatat secara benar,sederhana, jelas,
dan logis sehingga perlu suatu metodependokumentasian.
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 - 4000 gram, cukup bulan,
lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang
berat.Pada waktu kelahiran, sejumlah adaptasi psikologik mulai terjadi pada tubuh
bayi baru lahir, karena perubahan dramatis ini, bayi memerlukan pemantauan
7
ketat untuk menentukan bagaimanaia membuat suatu transisi yang baik terhadap
kehidupannya diluar uterus. Bayi baru lahir juga membutuhkan perawatan yang
dapat meningkatkan kesempatan menjalani masa transisi dengan berhasil.Adaptasi
neonatal (bayi baru lahir) merupakan proses penyesuaian fungsional neonatus dari
kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus (Rahardjo dan Marmi,
2015 : 11).
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab
utama kematian bayi baru lahir (BBL) adalah pelayanan antenatal yang
berkualitas asuhan persalinan normal atau dasar pelayanan kesehatan neonatal
oleh tenaga professional. Untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir
dengan BBLR, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kemampuan dan keterampilan manajemen bayi baru lahir dengan
hipotermia.Kemampuan dan keterampilan ini digunakan setiap kali menolong
persalinan (Depkes RI, 2013).
B. Identifikasi Masalah
8
2. Apa saja lingkup praktik kebidanan?
3. Bagaimana pengorganisasian dalam praktik asuhan kebidanan?
4. Bagaimana penerapan manajemen kebidanan dalam pelayanan kebidanan?
5. Apa yang dimaksud dengan BBL?
6. Apa saja ciri-ciri BBL?
7. Bagaimana tahapan BBL?
8. Bagaimana asuhan kebidanan BBL normal?
9. Bagaimana BBL dengan hipotermia sedang?
C. Tujuan
D. Manfaat
a. Diharapkan karya tulis ini dapat menjadi sumber informasi dan bahan
acuan bagi penulisan makalah dan dapat memperluas pola pikir dan ilmu
pengetahuan serta sebagai bahan inspirasi penulis selanjutnya.
b. Pelaksanaan asuhan kebidanan ini merupakan pengalaman ilmiah yang
berharga yang dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan
tentang hipotermia pada bayi baru lahir.
9
Penulisan ini merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi penulis karena
meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan baru tentang hipotermia
pada bayi.
Manfaat Ilmiah
Diharapkan hasil penulisan ini dapat menjadi sumber informasi dan menambah
pengetahuan serta bahan acuan bagi penulis selanjutnya.
Sebagai sumber informasi dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi para
pembaca tentang hipotermia pada bayi.
BAB II
FENOMENA LAPANGAN
10
1) Identitas Bayi
Nama : Bayi “S”
Umur : 0 hari
Tanggal lahir : 7 agustus 2017, Pukul 09.00 Wita
Anak ke : ke tiga
1) Keadaan bayi setelah lahir baik, lahir secara spontan, segera menangis,
warna kulit kemerahan, gerakan aktif sedikit, rangsangan taktil dengan
apgar score 8/9
2) Riwayat kehamilan dan persalinan
a) Prenatal
11
5) Ibu mengatakan telah mendapat imunisasi TT (Tetanus Toxoid) sebanyak
2 kali pada umur kehamilan TT1:20 minggu dan TT2: 24 minggu di
Puskesmas somba Opu
6) Ibu tidak memiliki riwayat penyakit jantung, asma, DM, dan penyakit
menular seksual
7) Ibu memiliki riwayat penyakit hypertensi selama kehamilan
8) Selama hamil ibu tidak pernah merasakan nyeri perut yang hebat
b) Natal
1. Berat badan bayi : 2800 gram
2. Panjang badan : 48 cm
3. Keadaan umum bayi baik, bayi lahir tanggal 7 agustus 2017, Pukul 09.00 Wita
4. Bayi lahir spontan, normal, segera menangis, gerakan aktif sedikit, bayi tampak
lesu atau mengantuk, kaki/ tangan dingin disertai gerakan bayi kurang dari
normal.
5. Bayi dirawat dibawah infant warmer sesuai standar prosedur dan bayi memiliki
apgar score 8/9
2. Personal Hygene
Bayi belum dimandikan, rambut bayi belum pernah dicuci dan pakaian Bayi
diganti tiap kali basah / habis BAK/BAB
3. Eliminasi
BAK: Bayi sudah BAK selama pengkajian, frekuensi BAK 2 kali selama
Pengkajian, warna kuning jernih dengan bau amoniak BAB: Bayi belum pernah
BAB selama pengkajian
4. Istirahat
Bayi lebih banyak tidur dan terbangun jika bayi lapar
12
5. Imunisasi
Pemberian imunisasi pertama bayi yaitu: Hbo
4. Pemeriksaan Fisik
1) Pertumbuhan
BB : 2800 gram
PB : 48 cm
2) Tanda-tanda Vital
3) Kepala : Simetris kiri dan kanan UUB belum menutup, rambut hitam, tipis
dan halus, tidak ada caput succadeneum
4) Mata : Simetris kiri dan kanan, pupil mata bereaksi dengan baik, sclera
putih dan tidak ikhterus
5) Hidung : Simetris kiri dan kanan, bernafas tanpa kesulitan, tidak ada
cuping hidung, tampak bersih dan tidak ada kelainan
6) Telinga : Simetris kiri dan kanan, terbentuk dengan baik, struktur telinga
lengkap, tidak ada benjolan
7) Mulut : Bibir kemerahan-merahan, bibir tidak sumbing, Refleks isap baik
dan pallatum terbentuk baik
8) Leher : Tidak ada pembesaran, pembengkakan, dan peradangan
9) Dada dan perut : Simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai nafas bayi,
tidak ada tonjolan pada dada bayi, tonus otot bayi kurang baik, tali pusat
masih basah
10) Bahu dan lengan atas : Jumlah jari lengkap, refleks mengenggam baik
13
11) Genitalia dan anus : Labia mayora sudah menutupi labia minora, lubang
anus ada
12) Ektremitas
a. Tangan : Pergerakan baik, jari tangan kiri dan kanan lengkap,
refleks menggengam baik
c. Pengukuran antropometri:
Hasil: LK: 33 cm, LD: 32 cm, LP: 29 cm, Lila: 11 cm
Diagnosa Aktual
14
c. BBL: 2800 gram, PB: 48 cm, A/S: 8/9.
Masalah aktual
1. Kaki / tangan dingin disertai gerakan bayi kurang dari normal, lesu dan
mengantuk
2. Bayi dirawat dibawah infant warmer
3. Bayi diberi susu dengan ASI (air susu ibu) secara eksklusif.
15
2. Ibu mengatakan bayi lahir segera menangis, gerakan kurang aktif, kaki / tangan
teraba dingin dan dirawat dibawah infant warmer dan IMD
DO :
1. BB: 2800 gram, DJ: 138x/I, S: 35 C, P:54x/i
2. Bayi telah diletakkan didada ibu untuk dilakukan IMD.
DO:
1. Tali pusat belum puput dan masih basah
2. BB: 2800 gram, PB: 48 cm
3. HR: 138x/I, S: 35 C, P: 54x/i
Masa transisi bayi merupakan masa yang sangat kritis pada bayi dalam upaya
untuk dapat bertahan hidup.Bayi baru lahir harus beradaptasi dengan kehidupan
diluar uterus yang suhunya jauh lebih dingin bila dibandingkan suhu didalam
uterus yang relatif lebih hangat sekitar 37 C.kemampuan bayi baru lahir belum
sempurna dalam mengendalikan suhu secara adekuat, bahkan jika bayi lahir saat
cukup bulan dan sehat pun masih sangat rentan untuk kehilangan panas.
16
Tujuan Asuhan:
1. Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dengan infant warmer
2. Mencegah kehilangan panas dengan IMD
3. Tidak terjadi syok
Kriteria :
1. Suhu badan bayi lebih normal
2. Menjalin / memperkuat ikatan emosional antara ibu dan bayi
3. Memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi melalui kolostrum
merangsang kontraksi uterus.
Rencana asuhan :
17
Rasional : Untuk mengurangi angka kematian bayi yang dapat disebabkan oleh
hipotermia 6. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI pada bayi nol hari
sampai 6 bulan
Rasional : Rangsangan oleh hisapan bayi dapat merangsang hipofisis posterior
mengeluarkan hormon oksitosin untuk sekresi ASI dan hipofisis anterior untuk
merangsang hormon prolaktin untuk produksi ASI
8. Menganjurkan ibu untuk selalu mengganti pakaian / popok bayi setiap kali
basah
Rasional: Pakaian bayi akan mempengaruhi suhu badan yang dapat
mengakibatkan evaporasi
13. Anjurkan ibu untuk selalu menjaga personal hygiene pada bayi dan dirinya
Hasil: untuk mencegah terjadinya infeksi
18
14. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir yang harus
diwaspadai
Hasil: agar ibu mengetahui tanda bahaya bayi baru lahir yang dapat menyebabkan
kematian
2. Lalu Bayi dirawat di bawah infant warmer sesuai suhu yang telah di tetapkan
Hasil: Bayi telah berada dibawah Infant Warmer
19
Hasil: bayi sudah menetek pada ibunya
7. Menganjurkan ibu untuk memberikan asi eksklusif nol hari sampai 6 bulan
Hasil: ibu mau menyusui bayinya secara eksklusif mulai nol hari sampai 6 bulan
13. Mengajarkan kepada ibu cara menyusui yang baik dan benar
Hasil: Ibu paham mengenai cara menyusui yang benar
14. Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga personal hygiene pada diri dan
bayinya
20
Hasil: Ibu bersedia menjaga kebersihannya
15. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir yang harus
Diwaspadai
a) Pernafasan60x/i
b) Mengantuk berlebihan
c) Terlalu panas
d) g. Bayi sering muntah
e) Tali pusat: Merah, bengkak, bernanah
f) h. Tidak BAK selama 24 jam
g) Tidak BAB selama2hari
h) Kejang
i) Hisapan lemah
j) k. Menggigil Dan Menangis
16.Mengajarkan cara merawat tali pusat yaitu dengan sebelum dan sesudah
memegang bayi, selalu mencuci tangan terlebih dahulu dengan sabun dibawah air
mengalir, tidak memberi apapun pada tali pusat, rawat tali pusat secara terbuka
dan kering, bila tali pusat kotor/ basah cuci dengan air bersih dan sabun mandi
kemudian keringkan.
Hasil: Ibu mengerti apa yang diajarkan.
17. Menganjurkan kepada ibu untuk menyusui bayinya secara on demand
Hasil: ibu mengerti apa yang diajarkan
21
Hasil: sudah dilakukan pendokumentasian.
BAB III
TINJAUAN TEORI
22
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
1. Pengertian Bidan
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang
diakui oleh negara serta memperoleh kualifiasi dan diberi ijin untuk menjalankan
praktik kebidanan di negeri itu.
2. Kebidanan
Merupakan bentuk dari sintesa berbagai disiplin ilmu (ilmu kedokteran,
keperawatan, sosial, perilaku, budaya, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu
manajemen).
Kebidanan adalah :
a. Suatu pelayanan : dasar ilmu pengetahuan
b. Tanggap terhadap perubahan zaman dan kompleks tim
c. Praktisi yang mandiri
d. Kerjasama dengan tim kesehatan yang lain
e. Saling menghargai peran fungsi : standard pelayanan kesehatan
3. Pelayanan Kebidanan
Adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek profesi bidan dalam
sistem pelayanan kesehatan.
4. Praktik Kebidanan
Adalah penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan pelayanan terhadap
terhadap klien dengan pendekatan manajemen kebidanan.
5. Manajemen Kebidanan
Adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode
pemecahan masalah secara sistematis.
23
6. Asuhan Kebidanan
Adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam
memberikan pelayanan kepada klien.
1. Pelayanan Mandiri
Asuhan Kebidanan yang mandiri adalah pelayanan yang di lakukan oleh
seorang bidan tanpa intervensi dari pihak lain dalam menjalankan asuhan
kebidanan. Kewenangan Bidan Sesuai Permenkes Nomor 1464 Tahun 2010
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin
dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi
Kewenangan normal :
1. Kewenangan normal:
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
2. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak
memiliki dokter
24
1. Pelayanan konseling pada masa pra hamil
2. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
3. Pelayanan persalinan normal
4. Pelayanan ibu nifas normal
5. Pelayanan ibu menyusui
6. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
b. Kewenangan:
1. Episiotomi
2. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
3. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan
perujukan
4. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
5. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
6. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan
promosi air susu ibu (ASI) eksklusif
7. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
8. Penyuluhan dan konseling
9. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
10. Pemberian surat keterangan kematian
11. Pemberian surat keterangan cuti bersalin
2. Pelayanan Kesehatan Anak
a. Ruang lingkup:
1. Pelayanan bayi baru lahir
2. Pelayanan bayi
3. Pelayanan anak balita
4. Pelayanan anak pra sekolah
25
Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus bagi bidan yang
menjalankan program Pemerintah mendapat kewenangan tambahan untuk
melakukan pelayanan kesehatan yang meliputi:
Selain itu, khusus di daerah (kecamatan atau kelurahan/desa) yang belum ada
dokter, bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk memberikan pelayanan
kesehatan di luar kewenangan normal, dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kewenangan bidan untuk memberikan
26
pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak
berlaku lagi jika di daerah tersebut sudah terdapat tenaga dokter.
Contoh kasus :
Kemampuan untuk berbagi tanggung jawab antara bidan dan dokter sangat
penting agar bisa saling menghormati, saling mempercayai dan menciptakan
komunikasi efektif antara kedua profesi.
27
1. Menentukan diagnosa, prognosa, dan prioritas kegawatan yang
memerlukan tindakan kolaborasi.
2. Merencanakan tindakan sesuai dengan prioritas kegawatan & hasil
kolaborasi / kerjasama dengan klien.
3. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dengan melibatkan
klien
4. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan
5. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien
6. Membuat pencatan dan pelaporan
b. Memberikan askeb pada bumil dgn risiko tinggi dan pertolongan pertama
pada kegawatan yg memerlukan tindakan kolaborasi
1. Mengkaji kebutuhan asuhan kepada kasus risiko tinggi & keadaan
kegawatdaruratan yg memrlukan pertolongan pertama & tindakan
kolaborasi
2. Menentukan diagnosa, prognosa, dan prioritas sesuai dengan faktor
risiko dan keadaan kegawadaruratan pada kasus risiko tinggi.
3. Menyusun rencana asuhan dan tindakan pertolongan pertama
sesuai dengan prioritas
4. Melaksanakan askeb kepada bumil risiko tinggi dan memberikan
pertolongan pertama sesuai dengan prioritas
5. Mengevaluasi hasil askeb dan pertolongan pertama
6. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien
7. Membuat pencatan dan pelaporan
c. Memberikan askeb kepada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi
dan keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan
tindakan kolaborasi denga melibatkan klien dan keluarga
1. Mengkaji kebutuhan askeb pada ibu masa persalinan dgn risiko
tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yg memerlukan pertolongan
pertama dgn tindakan kolaborasi
28
2. Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas sesuai dgn faktor
risiko dan keadaan kegawatan
3. Menyusun rencana askeb pada ibu dlm masa persalinan dgn risiko
tinggi dan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas
4. Melaksanakan askeb pada ibu dalam masa persalinan dgn risiko
tinggi dan memberikan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas
5. Mengevaluasi hasil askeb dan pertolongan pertama
6. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien/ keluarga
7. Membuat catatan dan laporan
d. Memberikan askeb pada ibu masa nifas dengan risiko tinggi dan
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi dengan klien dan keluarga
1. Mengkaji kebutuhan asuhan pada ibu masa nifas dgn risiko tinggi
dan keadaan kegawatdaruratan yg memerlukan pertolongan pertama dgn
tindakan kolaborasi
2. Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas sesuai dgn faktor
risiko dan keadaan kegawatan
3. Menyusun rencana askeb pada ibu masa nifas dgn risiko tinggi dan
pertolongan pertama sesuai dengan prioritas bersama klien/keluarga
4. Melaksanakan askeb dengan ibu risiko tinggi dan memberikan
pertolongan pertama sesuai dengan prioritas
5. Mengevaluasi hasil askeb dan pertolongan pertama
6. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien/ keluarga
7. Membuat catatan dan laporan
e. Memberikan askeb pada BBL dengan risiko tinggi dan yang mengalami
komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
dengan klien dan keluarga
1. Mengkaji kebutuhan asuhan pada BBL dgn risiko tinggi dan
keadaan kegawatdaruratan yg memerlukan pertolongan pertama dgn
tindakan kolaborasi.
29
2. Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas sesuai dgn faktor
risiko dan keadaan kegawatan
3. Menyusun rencana askeb pada BBL dgn risiko tinggi dan
pertolongan pertama sesuai dengan prioritas bersama klien/keluarga
4. Melaksanakan askeb dgn BBL risiko tinggi dan memberikan
pertolongan pertama sesuai dengan prioritas
5. Mengevaluasi hasil askeb dan pertolongan pertama
6. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien/ keluarga
7. Membuat catatan dan laporan
Contoh kasus:
3. RUJUKAN
30
maupun horizontal kepada fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau
dan rasional serta tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.
Tujuan sitem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi
pelaksanaan pelayanan kesehatan secara terpadu.
Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37- 42
mingguatau 294 hari dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram,
bayi baru lahir (newborn atau neonatus) adalah bayi yang baru di lahirkan sampai
dengan usia empat minggu (Wahyuni, 2012). Bayi merupakan manusia yang baru
lahir sampai umur 12 bulan, namun tidak ada batasan yang pasti.Menurut
psikologi, bayi adalah periode perkembangan yang panjang dari kelahiran hingga
31
18 atau 24 bulan.Asuhan tidak hanya diberikan kepada ibu, tapi juga sangat
diperlukan oleh bayi baru lahir (BBL). Walaupun sebagian besar proses persalinan
terfokus pada ibu, tetapi karena proses tersebut merupakan pengeluaran hasil
kehamilan (Bayi) maka penatalaksanaan persalinan baru dapat dikatakan berhasil
apabila selain ibunya, bayi yang dilahirkan juga berada dalam kondisi yang
optimal. Memberikan asuhan yang segera, aman, dan bersih untuk BBL
merupakan bagian esensial asuhan BBL. Bayi “cukup bulan” adalah bayi yang
dilahirkan setelah usia kehamilan genap mencapai 37 minggu dan sebelum usia
kehamilan genap mencapai 41 minggu (Williamson, 2014 : 3).
32
14) Eliminasi baik: urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan (Saleha, 2012)
Memberikan asuhan aman dan bersih segera setelah bayi baru lahir merupakan
bagian esensial dari asuhan pada bayi baru lahir seperti Jaga bayi tetap hangat,
isap lender dari mulut dan hidung bayi (hanya jika perlu), keringkan, pemantauan
tanda bahaya, klem dan potong tali pusat IMD, beri suntikan Vit K, 1 mg
intramuskular, beri salep mataantibiotika pada keduamata, pemeriksaan fisik,
imunisasi hepatitis B 0.5 ml intramuscular (Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Neonatal Esensial, 2010).
1. Pencegahan infeksi
Bayi lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau
kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun
beberapa saat setelah lahir. Sebelum menangani bayi, pastikan penolong
persalinan telah menerapkan upaya pencegahan infeksi,
antara lain:
33
a. Cuci tangan secara efektif sebelum bersentuhan dengan bayi.
b. Gunakan sarung tangan yang bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
c. Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem,
gunting, penghisap lender Delee dan benang tali pusat telah didesinfeksi
tingkat tinggi atau steril. Gunakan bola karet yang baru dan bersih jika
akan melakukan penghisapan lendir dengan alat tersebut (jangan bola karet
penghisap yang sama untuk lebih dari satu bayi).
d. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk
bayi sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula halnya timbangan, pita
pengukur, thermometer, stetoskop, dan benda-benda lain yang akan
bersentuhan dengan bayi. Dokumentasi dan cuci setiap kali setelah
digunakan.
2. Penilaian
Segera setelah lahir, lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir:
34
a. Mekanisme kehilangan panas
Mekanisme pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum berfungsi
sempurna, untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas dari
tubuh bayi karena bayi beresiko mengalami hipotermia.Bayi dengan hipotermia
sangat rentan terhadap kesakitan dan kematian.Hipotermia mudah terjadi pada
bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan di
selimuti walaupun di dalam ruangan yang relatif hangat.
b. Proses adaptasi
2. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat Bayi yang di
selimuti kain yang sudah basah dapat terjadi kehilangan panas secara
35
konduksi.Untuk itu setelah mengeringkan tubuh bayi, ganti kain tersebut dengan
selimut atau kain yang bersih, kering dan hangat.
4. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya Selain untuk memperkuat
jalinan kasih sayang ibu dan bayi, kontak kulit antara ibu dan bayi akan menjaga
kehangatan tubuh bayi. Untuk itu anjurkan ibu untuk memeluk bayinya.
Bayi baru lahir akan cepat dan mudah kehilangan panas karena sistem pengaturan
panas di dalam tubunya belum sempurna. Bayi sebaiknya di mandikan minimal
enam jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah
lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan bayi
baru lahir (Indrayani, 2013).
36
d. Merawat tali pusat
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dinilai sudah stabil maka lakukan
pengikatan tali pusat atau jepit dengan klem plastik tali pusat (bila tersedia).
e. Pemberian ASI
Rangsangan hisapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan oleh serabut syaraf
ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon
prolaktin. Prolaktin akan mempengaruhi kelenjar ASI untuk memproduksi ASI di
alveoli. Semakin sering bayi menghisap puting susu maka akan semakin banyak
prolaktin dan ASI yang di produksi. Penerapan inisiasi menyusui dini (IMD) akan
memberikan dampak positif bagi bayi, antara lain menjalin / memperkuat ikatan
emosional antara ibu dan bayi melalui kolostrum, merangsang kontraksi uterus,
dan lain sebagainya. Melihat begitu unggulnya ASI, maka sangat disayangkan
bahwa di Indonesia pada kenyataannya penggunaan ASI belum seperti yang
dianjurkan.Pemberian ASI yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
a) ASI eksklusif selama 6 bulan karena ASI saja dapat memenuhi 100%
kebutuhan bayi.
b) Dari 6-12 bulan ASI masih merupakan makanan utama bayi karena dapat
37
memenuhi 60-79% kebutuhan bayi dan perlu ditambahkan makanan pendamping
ASI berupa makanan lumat sampai lunak sesuai dengan usia bayi.
c) Diatas 12 bulan ASI saja hanya memenuhi sekitar 30% kebutuhan bayi dan
makanan padat sudah menjadi makanan utama. Namun, ASI tetap dianjurkan
pemberiannya sampai paling kurang 2 tahun untuk manfaat lainnya (Saifuddin
AB, 2014).
38
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pengertian Hipotermia
Hipotermia adalah bayi yang kaki dan tangannya teraba dingin
dan sering menangis karena produksi panas yang kurang akibatsirkulasi masih
belum sempurna,respirasi masih lemah dan konsumsioksigen rendah, inaktifitas
ototserta asupan makanan rendah.Bayi yangmengalami hipotermia sedang (suhu
32-36 C) disebut hipotermia berat bila suhu <32 C.Hipotermia umumnya terjadi
pada bayi baru lahir terutama yang prematur, yang belum mampu beradaptasi
terhadap lingkungan baru dengan suhulebih rendah dari suhu didalam perut
ibunya (Wahyuni S, 2012: 28).
Hipotermia adalah penyebab utama kesakitan dan kematian bayi baru lahir di
Negara berkembang.Salah satu asuhan untuk mencegah Hipotermia adalah dengan
melaksanakan inisiasi menyusui dini (IMD) (jurnal kesehatan andalas,
2014:3).Bila diketahui hal-hal ini maka segera atasi penyebabnya tersebut.Untuk
menghangatkan bayi dilakukan kontak kulit ke kulit antara bayi dan ibu sambil
disusui, dan ukur ulang suhu bayi setiap jam sampai suhunya normal.Bila suhunya
tetap tidak naik atau malah turun maka segera bawa ke dokter.Bayi dengan suhu
kurang dari 35,5°C mengalami kondisi berat yang harus segera mendapat
penanganan dokter.Tindakan yang dapat dilakukan oleh ibu sebelum dan selama
dalam perjalanan ke fasilitas kesehatan adalah terus memberikan air susu ibu
(ASI) dan menjaga kehangatan. Tetap memberikan ASI penting untuk mencegah
agar kadargula darah tidak turun.Apabila bayi masih mampu menyusui, bayi
disusui langsung ke payudara ibu.Namun, bila bayi tidak mampu menyusui
tapi masih mampu menelan, berikan ASI yang diperah dengan sendok.Menjaga
bayi dalam keadaan hangat dilakukan dengan kontak kulit ke kulit, yaitu
39
melekatkan bayi di dada ibu sehingga kulit bayi menempel langsung pada kulit
ibu, dan ibu dan bayi berada dalam satu pakaian.
2. Etiologi
a. Hipotermia ringan
b. Hipotermia sedang
4. Patofisiologi
40
Pusat pengaturan panas di otak bayi memiliki kemampuan untuk meningkatkan
produksi panas sebagai respons terhadap stimulus yang diterima dari reseptor
suhu (termoreseptor). Akan tetapi, ini bergantung pada peningkatan aktivitas
metabolik yang menggangu kemampuan bayi untuk mengontrol suhu tubuh,
terutama dalam kondisi lingkungan yang buruk. Bayi memiliki kemampuan
terbatas untuk menggigil dan tidak mampu meningkatkan aktifitas volunter otot
untuk menghasilkan panas. Oleh sebab itu, bayi harus bergantung pada
kemampuannya sendiri untuk menghasilkan panas melalui metabolisme (Fraser
dan Cooper, 2012). Hipotermia cenderung terjadi pada masa transisi pada bayi
baru lahir. Masa transisi bayi merupakan masa yang sangat kritis pada bayi dalam
upaya untuk dapat bertahan hidup. Bayi baru lahir harus beradaptasidengan
kehidupan diluar uterus yang suhunya jauh lebih dingin bila dibandingkan suhu
didalam uterus yang relatif lebih hangat sekitar 37 C. suhu ruangan yang
normalnya 25 C – 27 C berarti ada penurunan sekitar 10 C. Kemampuan bayi baru
lahir tidak stabil dalam mengendalikan suhu secara adekuat, bahkan jika bayi lahir
saat cukup bulan dan sehat sehingga sangat rentan untuk kehilangan panas (Jurnal
Kesehatan Andalas, 2014).
5. Komplikasi
1. Hipoglikemiaasi dosis metabolik, karena vasokonstriksi perifer dengan
metabolisme anaerob
2. Kebutuhan oksigen yang meningkat
3. Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu
6. Penatalaksanaan
Kontak kulit dengan kulit adalah cara yang sangat efektifuntuk mencegah
hilangnya panas pada BBL, baik pada bayi-bayi aterm maupun preterm. Dada atau
perut ibu, merupakan tempat yang sangat ideal bagi BBL untuk mendapatkan
lingkungan suhu yang tepat. Apabila oleh karena sesuatu hal melekatkan BBL ke
41
dada atau ke perut ibunya tidak dimungkinkan, maka bayi yang telah dibungkus
dengan kain hangat dapat diletakkan dalam dekapan lengan ibunya(SaifuddinAB,
2014: 368) Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan.
Mencegah kehilangan panas dan anjurkan ibu untuk menyusui bayinya segera
setelah lahir sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu jam
pertama kelahiran. Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit
langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi
harus berada di dalam satu pakaian (merupakan teknologi tepat guna baru)
disebut sebagai Metoda Kanguru. Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar
berkancing depan(SaifuddinAB, 2014).
PMK adalah kontak kulit antara ibu dan bayi secara dini, terus- menerus, dan
dikombinasi dengan pemberian Asi eksklusif. Tujuannya adalah agar bayi kecil
tetap hangat.PMK dapat dimulai dengan segera setelah lahir atau setelah bayi
stabil.PMK dapat dilakukan dirumah sakit atau di rumah setelah pulang. Bayi
tetap dapat dirawat dengan PMK, meskipun belum bisa menyusui, berikan Asi
peras dengan menggunakan salah satu alternatif pemberian minum (Rizema Putra,
2012).
42
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Telah dilaksanakan pengkajian dan analisa data bayi baru lahir pada Ny
“S” dengan hipotermia sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh
Yusuf Gowa tahun 2017.
e. Telah menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada
Ny ”S” dengan hipotermia sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh
Yusuf Gowa tahun 2017.
43
g. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada bayi Ny “S”
dengan hipotermia sedang di RSUD Syekh yusuf Gowa dengan hasil yaitu
tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengemukakan beberapa saran
yaitu:
a. Diharapkan pada setiap ibu yang memiliki bayi baru lahir agar senantiasa
menjaga kehangatan suhu tubuh bayi untuk mencegah terjadinya syok
akibat hipotermia.
b. Diharapkan kepada ibu bayi agar sering memberikan ASI secara eksklusif,
merawat tali pusat, mengganti popok / celana jika lembab atau basah,
mempertahankan menjaga suhu tubuh bayi dengan membungkus dengan
kain / sarung kering dan bersih, observasi eliminasi bayi.
2. Untuk bidan
44
professional berdasarkan manajemen kebidanan sebagai pertanggung
jawaban apabila ada gugatan.
c. Kerja sama dan komunikasi yang baik antara petugas professional lain
(dokter, perawat, dan sesama bidan) agar proses berjalan dengan mudah.
DAFTAR PUSTAKA
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:W6rZpOzzfjMJ:repositori.uin-alauddin.ac.id/7709/1/EKA
%2520MURDIANA.pdf+&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=idhttp://hany96.mahasisw
a.unimus.ac.id/2016/01/06/manajemen-kebidanan/
45