Anda di halaman 1dari 79

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

Oleh
Dr Sjarif Hidajat MS MKes SpOk
Permasalahan Kualitas Air

Limbah industri
Baku mutu limbah

Limbah domestik Biomagnifikasi

Disease carier Baku mutu air


Oxygen depletion
Eutrofikasi

Limbah pertanian
Sawah
Kualitas Air
• Standar kualitas air ditentukan
– Standar internasional (ISO, IEC)
– Standar nasional (SNI, JIS, BSI, DIN dll)
– Standar perusahaan
• Pengujian air minum terdiri dari
– Pengujian fisik (Kekeruhan, warna, rasa, bau)
– Pengujian kimia (Komposisi kimia)
– Pengujian mikrobiologi (Kandungan mikroorgnisme)
Kualitas Air
• Penggolongan air (PP No. 20 Tahun 1990 tentang
Pengendalian Pencemaran Air Bab III pasal 7)
– Golongan A
Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung
tanpa pengolahan lebih dahulu.
– Golongan B
Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum
– Golongan C
Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan
– Golongan D
Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit
listrik tenaga air.
Polutan Air
• Komponen yang mengakibatkan polusi atau pencemaran
di dalam air

• Pembagian polutan berdasarkan sifat (Jemai, 1989)


– Padatan tersuspensi
– Bahan organik dan non organik
– Zat racun organik dan nonorganik
– Minyak dan lemak
– Bahan nutrisi dan senyawa belerang
– Zat pewarna dan zat berbau busuk
– Bakteri koli
Pencemaran Air
• Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukannya mahluk hidup,
zat, energi dan atau komponen lainnya ke dalam air oleh kegiatan
manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai peruntukannya.

• Beban pencemaran adalah jumlah suatu parameter pencemaran


yang terkandung dalam sejumlah air atau limbah.

• Daya tampung beban pencemaran adalah kemampuan air pada


sumber air menerima beban pencemaran limbah tanpa
mengakibatkan turunnya kualitas air sehinga melewati baku mutu
air yang ditetapkan sesuai dengan peruntukannya.

• Zat atau bahan pencemar adalah zat/bahan dalam bentuk cair, gas
atau partikel tersuspensi dalam kadar tertentu di lingkungan yang
dapat menimbulkan gangguan terhadap mahluk hidup, tumbuh-
tumbuhan/benda
Pencemaran Air

Efek pencemaran air


– Lingkungan hidup dan pencemaran air
– Pengaruh pada kesehatan manusia
– Pengaruh pada industri pertanian
– Pengaruh pada industri perikanan
– Pengaruh pada industri manufaktur
Pencemaran Air

Indikator pencemaran air


– Perubahan pH atau konsentrasi ion hidrogen
– Kesadahan (karena Ca dan Mg)
– Perubahan warna, bau dan rasa
– Adanya endapan, koloid, bahan terlarut.
– Mikroorganisme dan kenaikan suhu air
– Oksigen terlarut
– BOD dan COD (Biological Oxygen Demand dan
Chemical Oxygen Demand)
Pencemaran Air
 Komponen pencemaran air
– Limbah zat kimia
• Insektisida
• Pembersih
• Larutan penyamak kulit
• Zat warna kimia
– Limbah padat
– Limbah bahan makanan
– Limbah organik
– Limbah anorganik
– Sumber pencemaran air
• Pencemaran air oleh pertanian
• Pencemaran air oleh peternakan dan perikanan
• Pencemaran air oleh industri
• Pencemaran air oleh aktivitas perkotaan
Pencemaran Air
 Padatan
Air yang tercemar selalu mengandung padatan yang dapat dikelompokkan
berdasarkan partikelnya dan sifat lainnya terutama kelarutannya
– Padatan terlarut total (TDS)
Adalah padatan yang ukurannya lebih kecil dari pada padatan tersuspensi,
contoh TDS 200 dalam 1 liter air terdapat 200 mg padatan terlarut.
– Padatan tersuspensi total (TSS)
Adalah jumlah bobot bahan yang tersuspensi dalam suatu volume air tertentu.
(mg/l atau ppm)
• Padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap
langsung.
• Ukuran dan beratnya lebih kecil dari sedimen
• Contoh, bahan organik tertentu (fitoplankton,zooplankton, kotoran hewan, sisa
tanaman, kotoran manusia, limbah industri), tanah liat dll
– Tumpahan minyak
• Jenis emulsi
– Emulsi minyak dalam air
– Emulsi air dalam minyak
• Akibat pencemaran minyak
– Penetrasi sinar matahari kedalam air berkurang
– Konsentrasi oksigen terlarut menurun
– Mengganggu kehidupan burung air yang berenang
– Penetrasi sinar dan oksigen menurun
– Padatan terendap (sedimen)
Limbah Cair Industri
• Limbah cair adalah buangan hasil karya dari proses industri
berbentuk cair yang dapat menimbulkan pencemaran

• Baku mutu limbah cair adalah batas kadar dan jumlah unsur
pencemar yang ditenggang adanya dalam limbah cair untuk dibuang
dari suatu jenis kegiatan industri.

• Baku mutu limbah cair bagi beberapa jenis industri ditetapkan


berdasarkan beban pencemaran dan kadar, kecuali jenis farmasi
dan industri pestisida formulasi pengawasan.

• Baku mutu limbah cair setiap saat tidak boleh dilampaui dan ditinjau
secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam 5 tahun.

• Pengendalian pembuangan limbah cair adalah upaya pencegahan,


penanggulangan pencemaran air/pemulihan kualitas air pada
sumber air sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan
untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia serta untuk
melindungi klestarian hidup fauna, flora dan mikro organisme.
Karateristik pencemaran air dari limbah industri

Limbah cair
– Air limbah industri hasil aktifitas kegiatan produksi
– Limbah cair di ligkungan proses produksi pada
dasarnya dapat dikendalikan
Industri makanan
Sangat bervariasi
Industri tekstil
– Mengandung konsentrasi BOD,
– Lemak alkali,
– Zat pencemar bahan kimia yang digunakan untuk
pewarna
Industri pulp dan kertas
COD yang tinggi dan zat pewarna
Karateristik pencemaran air dari limbah industri
 Industri kimia
– Mengandung zat berbahaya,
– Bau yang menyengat,
– Keasaman tinggi,
– Alkali tinggi
– COD yang tinggi
 Industri kulit
– BOD tinggi
– Mengandung chrom
 Industri elektoplating
 Logam berat
 Cyanida dan asam
 Alkali
 Industri Rumah Sakit
 Zat padat tersuspensi
 BOD, COD
 Bahan kimia B3
 Biogdegradable (jaringan tubuh)
 Non biodegradable (sampah plastik)
Pengelolaan Limbah Cair
• Apabila hasil pengujian limbah menunjukan data
yang melanggar peraturan, maka limbah
tersebut harus diolah sebelum digunakan atau
dibuang ke lingkungan umum
• Baku mutu limbah cair industri adalah batas
maksimum limbah cair yang diperbolehkan
dibuang ke lingkungan
• Debit maksimum adalah debit yang tertinggi
yang masih diperbolehkan dibuang ke
lingkungan
• Kadar maksimum adalah kadar tertinggi yang
masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan
Pengelolaan Limbah Cair
LAMPIRAN C : KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : KEP-51/MENLH/10/1995
TENTANG : BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI
TANGGAL : 23 OKTOBER 1995

BAKU MUTU LIMBAH CAIR


NO PARAMETER SATUAN GOLONGAN BAKU
MUTU LIMBAH CAIR
1 Temperatur derajat C 38 40
2 Zat padat terlarut mg/l 2000 4000
3 Zat padat tersuspensi mg/l 200 400
KIMIA
1 pH 6,0 sampai 9,0
2 Besi trelarut (Fe) mg/l 5 10
3 Mangan terlarut (Mn) mg/l 2 5
4 Barium (Ba) mg/l 2 3
5 Tembaga (Cu) mg/l 2 3
6 Seng (Zn) mg/l 5 10
7 KromHeksavalen (Cr+6) mg/l 0,1 0,5
8 Krom Total (Cr) mg/l 0,5 1
9 Cadnium (Cd) mg/l 0,05 0,1
10 Raksa (Hg) mg/l 0,002 0,005
11 Timbal (Pb) mg/l 0,1 1
12 Stanum mg/l 2 3
13 Arsen mg/l 0,1 0,5
14 Selenium mg/l 0,05 0,5
15 Nikel (Ni) mg/l 0,2 0,5
16 Kobalt (Co) mg/l 0,4 0,6
17 Sianida (CN) mg/l 0,05 0,5
18 Sulfida (H2S) mg/l 0,05 0,1
19 Fluorida (F) mg/l 2 3
20 Klorin Bebas (Cl2) mg/l 1 2
21 Amonia bebas (NH3-N) mg/l 1 5
22 Nitrat (NO3-N) mg/l 20 30
23 Nitrit (NO2-N) mg/l 1 3
24 BOD 5 mg/l 50 150
25 COD mg/l 100 300
26 Senyawa aktif biru metilen mg/l 5 10
27 Fenol mg/l 0,5 1
28 Minyak nabati mg/l 5 10
29 Minyak mineral mg/l 10 50
30 Radoaktivitas - -
Pengelolaan Limbah Cair

Pengukuran Debit Limbah cair

DA = Dp x H

DA = Debit limbah cair yang sebenarnya


Dp = Hasil pengukuran debit limbah cair yang
dinyatakan dalam m3/ hari
H = Jumlah hari kerja pada bulan yang
bersangkutan
Pengelolaan Limbah Cair
Pengukuran Debit Limbah Cair Maksimum

DM = Dm x Pb

DM = Debit limbah cair maksimum yang diperbolehkan bagi setiap


jenis industri yang bersangkutan, dinyatakan dalam m3/ bulan
Dm = Debit limbah cair maksimum sebagaimana yang tercantum
dalam ketentuan dalam lampiran Kep-51/MENLH/10/1995 yang
dinyatakan dalam m3 limbah cair per satuan produk.
Pb = Produksi sebenarnya dalam sebulan, dinyatakan dalam satuan
produk yang sesuai dengan yang tercantum dalam lampiran Kep-
51/MENLH/10/1995
Pengelolaan Limbah Cair

• Setiap Penanggung Jawab Industri


Wajib
– Melakukan pengelolaan limbah cair sehingga mutu limbah cair
yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui Baku Mutu Limbah
Cair yang telah ditetapkan.
– Membuat saluran pembuangan limbah cair yang kedap air
sehingga tidak terjadi perembesan limbah cair ke lingkungan.
– Memasang alat ukur debit atau laju alir limbah cair dan
melakukan pencatatan debit harian limbah cair tersebut.
– Tidak melakukan pengenceran limbah cair, termasuk
mencampurkan buangan air bekas pendingin ke dalam aliran
pembuangan limbah cair.
Pengelolaan Limbah Cair
– Memeriksakan kadar parameter Baku Mutu Limbah
Cair secara periodik sekurang-kurangnya satu kali
dalam sebulan.
– Memisahkan saluran pembuangan limbah cair dengan
saluran limpahan air hujan.
– Melakukan pencatatan produksi bulanan senyatanya.
– Menyampaikan laporan tentang debit harian, kadar
parameter Baku Mutu Limbah Cair, produksi bulanan
senyatanya sekurang-kurangnya 3 bulan sekali
kepada Kepala Bapedal, Gubernur, instansi tehnis
yang membidangi industri lain yang dianggap perlu.
Pengelolaan Limbah Cair

• Pengumpulan (Collection)

• Pengolahan (Treatment)

• Pemanfaatan ulang
Pengumpulan Limbah Cair

• Pengumpulan yang dimaksud adalah sistem


pembawa air limbah mulai dari sumber ke
tempat pengolahan.
• Jumlah air limbah yang akan dialirkan setiap
saat tidak sama setiap harinya tergantung pada
kegiatan industri
• Ukuran, fungsi dan jenis kegiatan idustri
mempengaruhi kondisi air limbah yang
dihasilkan
• Terdapat jam-jam puncak dan terdapat jam-jam
titik terendah dari hasil air limbah.
Pengumpulan Limbah Cair

Untuk mengumpulkan air limbah perlu


diketahui:

 Karateristik air Limbah

 Sistem pembawa air limbah


Karateristik air Limbah

• Sewage adalah limbah cair dari suatu komunitas yang berasal dari
domestik atau dapat tercampur limbah industri atau limbah pertanian
• Kualitas suatu limbah dapat dinilai dari:
– Kondisi fisik yaitu
• warna,
• bau,
• zat padat yang dikandungnya,
• temperatur.
– Kandungan kimiawinya
• Zat organik (KH, lemak, minyak, pestisida, phenol, protein dll)
• Zat anorganik (Alkalinitas, khlorida, logam berat, nitrogen, fosfor, pH, sulfat,
sulfur)
• Gas (Hidrogen sulfida, methane)
– Kandungan biologisnya
• Bakteriologi
• Microorganisme
Karateristik air Limbah

• Berdasarkan penampilan fisiknya limbah cair


tersusun dari:
– Suspended solid
• Plastik
• Faeces
– Colloidal tersuspensi (tidak mengendap)
– Polutan terlarut (Solution)
Karateristik air Limbah

Sewage

99,9 % 0,1 %

Water Solid

70 % 30 %

Organic Inorganic

65 % 10 %

Protein Fats Grit Metals

25 %
Carbohydrates Salts
Karateristik air Limbah

• Limbah domestik dikatakan berbahaya karena


mengandung:
– Organisme patogen
– Terkandung B3
– Polutan lain
• Sullage pada air limbah mengandung bahan kimia
seperti:
– Deterjen
– Sabun
– Lemak
– Pestisida
Karateristik Air Limbah
Cara mengukur air limbah

– Menetapkan peta tata jaringan air limbah(“sewer


map”) yang ada di lingkungan industri untuk
menetapkan lokasi pengambilan sampel dan jumlah
debit yang diperkirakan.

– Prosedur teknis kualitas air; menentukan frekuensi


sampling dan periode pengukuran dan tehnik
pengambilan sampel air limbah.
• Proses produksi kontinu dilakukan pengambilan sampel
komposit tiap jam, tiap 8 jam atau 12 jam atau 24 jam.
• Proses batch dilakukan pengambilan sampel komposit ketika
akan dibuang.
Cara mengukur air limbah

– Pengukuran debit limbah; didasarkan pada


penampang saluran, kecepatan aliran, pemompaan,
penampungan air(“weir”), dari pencatatan
penggunaan air.

– Membuat bagan alir keseimbangan aliran ( “flow


material balance”), setelah data survei dan hasil
analisa laboratorium diperoleh, kemudian dicek ulang
dengan kondisi lapangan.

– Membuat perhitungan karateristik limbah secara


statistik.
Parameter Bermakna
• BOD (Biochemical Oxygen Demand)
– Mengukur jumlah bahan organik karbon yang terkandung dalam air limbah
(BOD1 – BOD5)
– Pada infulen air limbah dapat terjadi BOD1 sebesar 70% BOD5
• COD (Chemical Oxygen demand)
– Mengukur total organik karbon (yang setara sempurna teroksidasi = 95%)
– Pemeriksaan dilakukan dengan memberikan asam diachromate, maka sulit untuk
mengetahui persentase yang dapat dioksidasi oleh bakteri.
– COD mengukur semua senyawa organik, baik yang partial degradable atau yang
non degradable
• THOD (Theoritical Oxigen demand)
– Mengukur jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik
secara sempurna menjadi CO2 dan H2O
6 M O2 192
ThOD = ------------------ = ------ = 1,07
M C6H12O6 190
• TOC (TotalOrganic Carbon)
– Mengukur semua organik karbon dari pengukuran C yang dihasilkan. Oleh
karenanya sebelum analisa, inoranik karbon (CO2, HCO3 dll) harus dihilangkan.
6MC 72
ThOD = ------------------ = ------ = 0,38
M C6H12O6 190
Parameter Bermakna
• pH
– Tingkat keasaman dihitung dari skala pH yang menghitung ion yang
ada
pH = - log (H+) = log 1/(H+)
• Alkalinitas
– Ditunjukan adanya bikarbonat (HCO3), karbonat (CO3) atau hydoxide
(OH-)
– Alkalinitas diperoleh dari organik (sulfuric acid, nitric acid) dan juga
inorganik (Sodium salt, potasium salt)
– Alakalinitas ditunjukan dalam mg/l CaCO3
• Keasaman
– Adanya ion CO2 atau H2CO3
– Diukur dalam bentuk jumlah CaCO3 yang digunakan untuk menetralisir
carbonic acid
– Sumber keasaman bisa dari organik dan inorganik.
• Warna dan kekeruhan
– Karateristik fisik yang merupakan konsentrasi partikel terlarut atau
tersuspensi dalam limbah.
Parameter Bermakna
• Organik material
– Untuk memperkirakan potensial pencemaran dari material
organik dapat dilakukan dengan cara COD, BOD atau TOC.
• Temperatur
– Polutan termal merupakan masalah serius pada industri migas
yang dapat memberikan dampak negatif pada badan air
penerima serta mengganggu proses biologi.
• Toksisitas
– Toksisitas air limbah dapat dilihat dengan melakukan bioassay
• Minyak
– Sumber minyak mineral, petrolium, kerosene, coal tar, crude oils
dimana struktur kimiawinya hanya karbon dan hidrogen
– Efeknya menutupi permukaan air sehingga dapat mengganggu
proses biologi.
– Total minyak yang dapat diproses biologi adalah < 50 mg/l
Sistem Pembawa Limbah Cair

• Segera terbawa keluar gedung


• Tidak terjadi kontak air limbah dengan
lingkungan di luar sistem pembawa
• Perlu ventilasi udara segar dan pelepasan
gas (untuk menahan bau dan menangkap
serangga yang masuk dan pencegahan
aliran balik)
Saluran

• Tehnik plumbing yang baik dan diperhatikan air limbah


yang sifatnya: asam, alkalis kuat, solvent.
• Bahan terbuat dari PVC, pipa asbes, pipa beton, pipa
tanah liat, pipa besi.
• Pemeliharaan:
– Mencegah terjadinya endapan pada saluran.
– Pembuatan bak kontrol yang berfungsi untuk mengontrol aliran
dan membersihkan endapan.
– Pengecekan dan pengerukan endapan harus dilakukan secara
rutin.
– Bak penangkap lemak perlu apabila limbah mengandung
minyak/ lemak.
Sumur Penampung/ Pengumpul

• Tersedia ventilasi
• Menampung limbah per blok
• Ventilasi 30 cm di atas atap, tidak terlalu
dekat dengan jendela
Saluran Air Hujan

Saluran air k. mandi

WC
Septik
Tank

Saluran Air Limbah

Bak
Penampungan
Pengolahan Limbah Cair
 Maksud dan tujuan
Tujuan pengolahan limbah cair adalah untuk
melindungi masyarakat dan lingkungannya.
Maksud pengolahan limbah cair adalah untuk
menghilangkan
 Zat-zat tersuspensi
 Zat organik
 Bakteri patogen
 Bahan berbahaya beracun
Pengolahan Limbah Cair

Macam dan cara


Cara pengolangan limbah cair terkait dengan,
 Kareteristik air limbah yang akan diolah.
 Cara pembuangan efluen yang diinginkan.
 Pertimbangan daur ulang.
 Tingkat pencegahan pencemaran.
Pengolahan Limbah Cair
 Pengolahan limbah dalam konteks pengelolaannya harus memenuhi
kriteria:
 Kesehatan,
Organisme patogen tidak dapat menyebar baik akibat kontak langsung
manusia dengan kotoran melalui air, tanah dan makanan.
 Pemanfaatan kembali,
Proses pengolahan limbah dimungkinkan terdapat produk pemanfaatan
ulang untuk perikanan ataupun pertanian dll.
 Ekologi,
Efluen yang terbuang harus sesuai dengan baku mutu limbah cair dan
self purification badan air penerima.
 Kebudayaan,
Pemilihan jenis pengolahan limbah dengan sistem koleksinya dan reuse,
sesuai dengan kebiasaan dan kepercayaan atau ragam penduduk
setempat.
 Operasi dan pemeliharaan
 Biaya,
Untuk pemeliharaan dan modal tersedia sesuai dengan kondisi sosial
ekonomi.
Pengolahan Limbah Cair
 Pengolahan limbah secara konvensional dibagi 3 macam :
 Pengolahan fisik
 Untuk menghilangkan zat-zat tersuspensi dan terapung dengan proses
pengapungan, pengendapan dan penyaringan.
 Hasil yang diharapkan penurunan zat-zat tersuspensi dan BOD
 Pengolahan biologis
 Untuk menghilangkan/mengurangi zat organik dengan proses biologis
dengan metoda aerasi dan recycling.
 Memanfaatkan kemampuan mikroorganisme yang secara aktif dapat
mengurangi zat organik kompleks menjadi senyawa sederhana.
 Dapat dilakukan dalam kondisi aerobik dan nonaerobik.
 Pengolahan kimia
 Untuk menstabilkan air kotor dengan penurunan senyawa nitrogen dan
fosfor dengan cara zat kimia.
 Untuk menghilangkan bakteri dengan pembubuhan desinfektan
 Penambahan PAC (powdered active carbon) untuk mengabsorpsi
organik yang tidak dapat didegradasi oleh mikroorganisme.
 Penambahan koagulan setelah proses biologis untuk menghilangkan
foforus dan suspended solid residusal.
Tahapan proses pengolahan Limbah cair

• Pengolahan pendahuluan (preliminary treatment)


Proses pengolahan terutama secara fisik.

• Pengolahan awal (primary treatment)


Proses pengolahan secara fisik

• Pengolahan sekunder (secondary treatment)


Proses pengolahan secara biologi

• Pengolahan lanjut (tertiary treatment)


Proses pengolahan terutama secara kimiawi
Bagan alir proses penanganan air limbah
(Metcalf & Eddy, 1979)

Influent Effluent

Preliminary Primary Biological Secondary


Treatment settling aeration settling

Sludge thickening &


disposal
Posisi unit proses dalam pengolahan air
limbah konvensional (Salvato JA, 1982)
Screening Sedimentation Oxidation Disinfection

Intermittent
sand filter
Vacuum filter
Plain
Contact bed
Sedimentation
Racks
Chemical
conditioning
Standard
Septic tank
Grit trickling filter
Chamber
Secondary
Disinfection
setling
High rate
Inholl tank
Skimming trickling filter
tank
Digester
Chemical Activated
precipitation sludge
Cumminutor
Sludge drying
Micro High rate
screening filtration

Incineration
Ponds or
land treatment
Pengolahan Pendahuluan &
Pengolahan Awal

• Screening (penapisan)
– Berfungsi membuang/mengurangi bahan
padat yang akan berpengaruh terhadap
pengolahan selanjutnya.
– Mengurangi beban hidrolis dan beban biologis
dari peralatan yang ada dalam IPAL
Pengolahan Pendahuluan &
Pengolahan Awal
• Pencacah (Comminutor)
– Berfungsi memotong/mencacah kotoran
dalam air limbah yang berupa kertas, karet,
kulit dll
– Dengan dihilangkannya plastik, kerikil,
minyak/lemak dan kotoran padat lainnya
dapat mengurangi beban hidrolis dan biologis
dan dapat melindungi instrumentasi dan
peralatan lain seperti pompa, aerator dll
Pengolahan Pendahuluan &
Pengolahan Awal

• Grit removal (penghilangan pasir)


– Saluran pasir (grit chamber) berfungsi
mengendapkan pasir, kerikil atau kotoran
inorganik lain yang terbawa air limbah.
– Pengendapan terjadi karena pengaturan
kecepatan aliran.
– Kecepatan diatur oleh Parshall flume
Pengolahan Pendahuluan &
Pengolahan Awal

• Ekualisasi serta netralisasi

• Oil/ grease skimming (pengapungan


minyak/lemak)
Pengolahan Pendahuluan &
Pengolahan Awal

• Sedimentation (pengendapan)
– Tangki/bak pengendapan berfungsi
mengendapkan kotoran tersuspensi
– Kotoran yang mengendap akan membentuk
lumpur yang tertampung di bagian dasar
tangki.
Pengolahan Pendahuluan &
Pengolahan Awal

• Filtration (penyaringan)
Pengolahan Pendahuluan &
Pengolahan Awal
• Floatation (pengapungan)
– Penghilangan kotoran tersuspensi dapat juga
dilakukan dengan menggunakan gelembung
udara.
– Pengapungan dilakukan
• Pada kotoran yang sulit mengendap secara
gravitasi,
• Pada proses pemisahan minyak/lemak
• Pengolahan lumpur sebelum dilakukan dewatering
Pengolahan Sekunder
(Secondary Treatment)
• Pengolahan sekunder terjadi proses secara biologi dengan
terregradasinya soluable organic compound.

• Tujuan utama adalah menghilangkan padatan koloid yang tidak


mengendap/mengkoagulasi dan stabilisasi komponen organik.

• Pada limbah industri proses ini untuk mengurangi atau


menghilangkan komponen organik dan non organik.

• Stabilisasi air limbah secara biologi merupakan proses yang


kompleks dan proses tersebut akan diakhiri dengan terbentuknya
gas (CO2, CH4, H2S) dan atau padatan yang dapat dipisahkan
dengan proses fisik seperti filtrasi, sentrifugasi atau pengendapan.

• Setelah pengolahan maka mikro organisme akan mengendap dan


selanjutnya dapat dilakukan resirkulasi
Pengolahan Sekunder
(Secondary Treatment)
• Pengolahan biologi tediri dari 2 proses yaitu
– Aerob
– Anaerob
• Beberapa contoh pengolahan sekunder adalah:
– Kolam lumpur aktif (activated sludge)
– Trickling filter
– Oxydation ditch
– Oxydation pond
– Tangki pembusukan (Anaerobic digestion)
Oxygen
Supply

Wastewater
feed
Pengolahan Sekunder
(Secondary Treatment)

• Kelompok kondisi limbah yang distabilkan dalam


proses biologi adalah sebagai berikut:
– Aerobik, contoh
• Kolam lumpur aktif (activated sludge)
• Kolam aerasi ( Areated lagoons)
• Trickling filter
– Anaerobik, contoh
• Tangki pembusukan (Anaerobic digestion)
• Fixed bed film
• Anaerobic filter, anaerobic pond
– Fakultative, contoh
• Kolam lumpur aktif (activated sludge)
• Trickling filter
Pengolahan Sekunder
(Secondary Treatment)
• Mikroorganisme yang penting dalam pengolahan limbah
adalah
– Bakteri
– Algae
– Fungi
– Protozoa
– Rotifer
– Crustacea

Mikroorganisme ini hidupnya sangat dipengaruhi oleh


• Temperatur
• pH
• Beban organik BOD dan COD
• Suspended solid
• Komponen toksik
Pengolahan Lanjutan
(Tertiary Treatment)

• Tujuan
– Menhilangkan nitrogen atau foforus atau nutrisi lain
yang berkaitan dengan problem utrofikasi
(Eutrophication)
– Menghilangkan lebih lanjut kandungan padatan
tersuspensi, garam-garam inorganik terlarut dan
organik lainnya.
• Hasil yang dicapai dari pengolahan lanjut dapat
dijadikan bahan daur ulang untuk keperluan
industri, air minum, irigasi, groundwater
recharge, rekreasi dll.
Pengolahan Lanjutan
(Tertiary Treatment)
• Jenis pengolahan lanjut adalah
– Pelepasan udara
(Air Stripping)
– Nitrifikasi dan denitrifikasi secara biologis
(Biological nitrification & denitrification)
– Presipitasi Kimiawi
(Chemical precipitation)
– Pertukaran ion
(Ion exchange)
– Osmosa terbalik
(Reverse osmosis)
– Oksidasi dan elektrodialisis
(Oxidation & electrodialisis)
– Absorpsi karbon aktif
(Activated carbon adsorbtion)
Pengolahan Lanjutan
(Tertiary Treatment)

• Pelepasan udara
– Dalam proses ini merubah amonia menjadi phase gas.
– Perlu mengatur air limbah tentang pH (pH=11) dan
temperaturnya.
– Kelemahannya adalah bising dan bau
– Reaksi kimianya

NH4 NH30 + H+

NH4 + 3/2 O2 NO2- + 2H+ + H2O

NO2 + ½ O NO3-
Pengolahan Lanjutan
(Tertiary Treatment)

• Nitrifikasi dan Denitrifikasi Secara Biologis


– Proses biologi perubahan amonia ke nitrogen melalui dua tahap
reaksi:
• Amonia dioksidasi terlebih dahulu menjadi nitrat
• Nitrat selanjutnya diubah menjadi gas nitrogen.
– Bakteri yang digunakan untuk nitrifikasi adalah nitrosomonas
dan nitrobakter.
– Parameter operasional untuk terlaksananya proses ini adalah
• pH,
• DO,
• Lama aerasi,
• Lama tinggal
• Rasio karbon nitogen
– Proses ini sangat mahal
Pengolahan Lanjutan
(Tertiary Treatment)

• Presipitasi Kimiawi
– Kadar fosforus dalam air limbah sebesar 10 mg/l akan
bermasalah.
– Senyawa fosforus tersebut adalah senyawa organik
fosforus, polifosfat dan ortofosfat.
– Pada proses awal dan proses sekunder penghilangan
fosforus hanya sedikit.
– Penghilangan fosforus dengan cara kimiawi adalah
dengan menggunakan:
• Trivalen aluminium (Al3+) atau
• Besi kation (Fe3+) atau
• Penambahan kapur (lime)
Pada penambahan kapur akan menaikan pH air, oleh
karenanya harus dilakukan penurunan pH setelah proses
presipitasi.
Pengolahan Lanjutan
(Tertiary Treatment)

• Ion exchange, Reverse osmosis, Oxidation


& electridialisis, Activated carbon
adsorbtion.
– Adalah proses yang dilakukan untuk
menghilangkan padatan tersuspensi dan
terlarut (SS & DS) seperti halnya proses yang
biasa dilakukan untuk pengolahan air minum.
– Akan tetapi mengingat yang diolah adalah air
limbah tentunya pelaksanaan akan lebih
rumit.
Sistem Pembuangan &
Pemanfaatan Kembali
Hasil proses pengelolaan air limbah terdiri dari efluen
dan lumpur yang jumlahnya cukup besar
• Pembuangan lumpur & efluen
– Pembuangan lumpur
• Lumpur yang dihasilkan dari setiap bagian proses pengolahan
limbah seyogyanya diolah dulu sebelum dibuang atau dimanfaatkan
kembali. Untuk memudahkan pengangkutan dan pengolahan
diperlukan proses:
– Pemekatan
– Pensatbilan
– Pengaturan
– Pengurangan air
– Pengeringan
• Pembuangan akhir dari lumpur adalah dengan cara
– Pembakaran
– Sanitary landfill
– Pembuatan pupuk atau sebagai penggembur tanah (Soil conditioner)
Sistem Pembuangan &
Pemanfaatan Kembali

– Pembuangan efluen
• Efluen limbah setelah mengalami proses pengolahan akan
dikembalikan ke alam lingkungan sebagai
– Air permukaan
Efluen hasil pengolahan limbah dibuang ke sungai yang mana
air sungai dapat mengencerkannya dan di sungai diharapkan
terjadi proses pemurnian air.
– Air tanah
– Keatas permukaan tanah
– Atmosfir
• Bilamana kemampuan asimilasi ini terbatas, efluen limbah
dapat dibuang
– Dalam bentuk uap air yang menguap dari kolam oksidasi
– Pembuangan ke pantai
– Sebagai air irigasi atau rapid infiltration
Sistem Pembuangan &
Pemanfaatan Kembali
• Pemanfaatan kembali
– Pemanfaatan kembali efluen limbah dilakukan dengan
berbagai macam pertimbangan antara lain:
• Daerah sulit air
• Daerah ekosistem dengan standar kualitas efluen baik
• Reuse dianggap cara baik untuk menghindari pengolahan
lanjut yang cukup mahal
• Pemanfaatan kembali air limbah terutama pada industri.
– Bentuk pemanfaatan kembali air limbah dapat untuk
keperluan:
• Fasilitas rekreasi
• Sumber air dan bahan baku produksi
• Sumber masukan air tanah
• Air minum

Anda mungkin juga menyukai