Anda di halaman 1dari 47

“ PROSES KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN NUTRISI“
( Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Dasar II )

Disusun oleh :
Kelompok 5

Ade Nabila Rosda (201905002)


Ameliana Safitri (201905010)
Dwi Yuniarahmah (201905023)
Indah Ambarwati I (201905043)
Intania Ani Sagita (201905045)
Jelytha Renova (201905046)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Mitra Keluarga
BEKASI
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan innayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas kelompok tentang Keperawatan Dasar.

Saya mengucapkan dan menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen Mata
Kuliah “Keperawatan Dasar II”, yakni Ibu Dosen Ns.
Rohayati.,M.Kep.Sp.Kep.Kom. yang telah memberikan pengetahuan kepada kami
terutama tentang mata kuliah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas
Kelompok dengan judul Proses Keperawatan dengan gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Nutrisi , ini sesuai dengan waktunya.

Saya menyadari betul bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan kemampuan dan ilmu yang kami miliki. Untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran serta masukan yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya hanya kepada Allah swt kita berserah diri dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua, dan mudah-mudahan Allah swt selalu
memberikan Ridho-Nya, AamiinYa Rabbal ‘Alaamiin.

 
Bekasi , 2 Oktober 2020
 

Kelompok 5A

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..…..1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..2
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………...3
A. Latar Belakang………………………………………………………………………………..3
B. Tujuan Penelitian Makalah………………..………………………………………….............6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………….7
A. Konsep Gangguan Pemenuhan Nutrisi ………………………………………………………7
1. Pengertian Nutrisi ………………………………………………………………………...7
2. Faktor yang mempengaruhi Nutrisi………………………………………….……..…......7
3. Sistem tubuh yang berperan dlm Pemenuhan Keb. Nutrisi………………………..……...9
4. Masalah Yang berkaitan dg Ketidakseimbangan Nutrisi………………………………...12
B. Konsep Sirosis Hepatis………………………………………..……………………………..13
1. Pengertian Sirosis Hepatis………………….…………..……………………..…………13
2. Etiologi Sirosis Hepatis………………….………………..…………………..…………13
3. Patofisiologi………………….………………..……………………..…………………..13
4. Tanda dan Gejala………………….………………..……………………..……………..15
5. Akibat Lanjut Sirosis Hepatis………………….………………..…………..…………...16
6. Penatalaksanaan………………….………………..……………………..………………16
BAB III TINJAUAN KASUS ………………………………………………………………….18
A. Pengkajian ………………….………………..……………………..………………………..18
B. Analisa Data ………………….………………..……………………..……………………...22
C. Diagnosa Keperawatan………………….………………..……………………..…………...27
D. Perencanaan Keperawatan………………….………………..……………………..………..30
E. Pelaksanaan Keperawatan………………….………………..……………………..………...23
F. Evaluasi Keperawatan………………….………………..……………………..…………….40
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………………..44
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...45

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia memiliki kebutuhan yang yang beragam. Namun pada hakikatnya setiap
manusia mempunyai kebutuhan dasar yang sama guna mempertahankan
keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Menurut teori hierarki kebutuhan
dasar manusia yang dikemukakan oleh Maslow bahwa setiap manusia memiliki
lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis (makan, minum, oksigenasi),
keamanan, cinta, harga diri dan aktualisasi diri (Budiono, 2015).

Kebutuhan fisiologis menjadi kebutuhan primer dan mendasar yang harus


terpenuhi guna memelihara keseimbangan biologis dan kelangsungan hidup
manusia. Kebutuhan lain yang lebih tinggi baru dapat dipenuhi setelah
terpenuhinya kebutuhan fisiologis. Kebutuhan tersebut terdiri dari kebutuhan
cairan, kebutuhan eliminasi, kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan cairan,
keseimbangan suhu tubuh, kebutuhan seksual dan kebutuhan Nutrisi (Sutanto,
2017).

Kebutuhan nutrisi menjadi kebutuhan yang vital bagi manusia. Nutrisi menjadi
sumber energi untuk segala aktivitas. Sumber nutrisi dapat berasal dari dalam
tubuh itu sendiri seperti glikoge yang terdapat dalam otot dan hati ataupun
prtotein dan lemak dalam jaringan, sedangkan sumber lain yang berasal dari luar
tubuh seperti dari makanan yang dikonsumsi sehari- hari oleh manusia. Nutrisi
itu sendiri juga sangat berperan dalam menjaga kesehatan dan mencegah
penyakit (Sutanto, 2017). Nutrisi dalam makanan adalah pertimbangan penting
dalam merencanakan diet, pilihan makanan dan kebiasaan individu seringkali
menjadi faktor utama yang mempengaruhi asupan makanan aktual. Adapun
faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi sesorang yaitu : perkembangan,
jenis kelamin, etnis dan budaya, medikasi dan terapi, serta kesehatan (Kozier,
2011). Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi ada beberapa sistem dan saluran

3
yang terlibat dan sangat berperan penting. Adapun Sistem yang berperan dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem pencernaan yang terdiri dari organ-
organ yang terletak di luar saluran pencernaan yaitu pankreas, hati dan kantong
empedu. Sedangkan saluran pencernaan manusia terdiri dari mulut, tenggorokan,
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus (Nuari, 2015).

Kebiasaan makan dan status nutrisi, sangat dipengaruhi oleh status kesehatan
individu. Proses penyakit dan pembedahan saluran gastroinestinal dapat
mempengaruhi pencernaan, absorpsi dan metabolisme (Kozier, 2011). Gangguan
pada sistem pencernaan dapat berdampak pada pemenuhan nutrisi seseorang.
Adapun penyakit yang diakibatkan diantaranya; diabetes melitus, penyakit arteri
koronen, dan sirosis hepatis (Adriani, 2012). Penyakit yang beresiko tinggi akan
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi salah satunya yaitu sirosis hepatis.
Proses metabolik dalam tubuh seseorang dapat terganggu oleh penyakit hati
(Kozier, 2011).

Sirosis hepatis ditandai dengan adanya peradangan difusi dan menahun pada hati,
diikuti dengan poliferasi jaringan ikat, degenerasi, dan regenerasi sel- sel hati
sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati. Ada beberapa faktor
yang menjadi penyabab sirosisi seperti asupan alkohol berlebihan, defisiendi gizi
dengan penurunan asupan protein turut menimbulkan kerusakan hati pada sirosis.
(Nuari, 2015). Pada penderita sirosis hepatis, perubahan-perubahan patologis
berkembang lambat. Selama masa laten yang panjang, fungsi hati mengalami
kemunduran secara bertahap. Adapun gejala klinis dari penderita sirosis hepatis
yaitu berupa gejala dini yang samar dan non spesfik seperti kelelalahan,
anoreksia, dispepsia, berat badan menurun. Gejala lain yang juga dirasakan
penderita yaitu mual dan muntah pada pagi hari, nyeri tumpul atau perasaan
berat pada epigastrium dan yang paling spesifik yaitu hati keras dan mudah
teraba (Nuari, 2015). Penelitian dari Bemeur (2013), Malnutrisi protein-kalori
lebih umum pada pasien dengan sirosis dibandingkan dengan populasi umum,
dikaitkan dengan tingkat kematian di rumah sakit yang lebih tinggi. Keparahan
penyakit hati umumnya berkolerasi dengan keparahan kekurangan gizi, dan
kekurangan gizi protein-kalori berkolerasi dengan memburuknya hasil klinis.
4
Selain itu tingkat malnutrisi berkolerasi dengan perkembangan komplikasi serius
seperti asites dan sindrom hepatorenal.

Masalah nutrisi yang paling signifikan pada pasien sirosisi adalah pengecilan otot
dan sarkopenia. Pasien sirosis hepatis sering masuk ke fase katabolik semalaman
karena terbatasnya cadangan glikogen di hati. Dengan demikian, sangat penting
bagi pasien sirosisi untuk menjaga massa otot mereka. Diet dapat memainkan
peran besar dalam perkembangan dan perkembangan penyakit hati. Kelebihan
gizi dapat menyebabkan pasien menjadi kelebihan berat badan, yang dapat
menyebabkan penyakit hati berlemak dan steatohepatitis nonalkohol (NASH).
Metabolisme alkohol dapat berinteraksi dengan nutrisi seperti asam lemak
omega-6 (mis., Asam linoleat) dan menyebabkan peroksidasi lipid dengan stres
oksidatif dan produksi metabolit lipid toksik tertentu yang sangat reaktif. Ketika
pasien sirosis mengkonsumsi alkohol, mereka dapat menjadi kurang gizi dan
mengalami kesulitan bergerak dan melakukan rutinitas sehari-hari (aktivitas
fungsional yang berkurang) (Craig J. McClain, 2016)

Data Center for Disease Control and Prevention [CDC], Pada tahun 2016, jumlah
orang dewasa dengan penyakit hati yang di diagnosis 4,9 juta (2,0%). Sirosis hati
menempati urutan ke-12 sebagai penyebab utama kematian di Amerika Serikat.
Prevalensi sirosis di Amerika Serikat adalah sekitar 0,27%, sesuai dengan
633.000 orang dewasa dan 69% melaporkan bahwa tidak sadar memiliki penyakit
hati (Scaglion, 2014).

Peran perawat untuk gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien Sirosis
Hepatis adalah dengan melakukan asuhan keperawatan yaitu melakukan
pengkajian keperawatan, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat
perencanaan keperawatan, melakukan implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan. Selain itu perawat berperan dalam mempertahankan atau
memulihkan status nutrisi yang optimal, menurunkan atau mendapatkan kembali
berat tubuh tertentu, meningkatkan praktik nutrisis yang sehat, dan mencegah
komplikasi akibat malnutrisi (Kozier, 2011).

5
B. Tujuan Penelitian Makalah
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami pemberian asuhan keperawatan pada pada pasien
Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi .
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat :
- Mampu melakukan pengkajian pada Nn.S dengan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Nutrisi .
- Mampu merumuskan diagnosis pada Nn.S dengan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Nutrisi .
- Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Nn.S dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi .
- Mampu melakukan implementasi pada pada Nn.S dengan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Nutrisi .
- Mampu melakukan evaluasi pada Nn.S dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Nutrisi.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Gangguan Pemenuhan Nutrisi
1. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah suatu interaksi antara makanan yang dikonsumsi dengan
bagaimana tubuh menggunakannya. Zat gizi dapat berupa zat organik dan
anorganik yang dijumpai dalam makanan dan digunakan untuk pertumbuhan
serta memelihara semua jaringan dan fungsi normal semua proses tubuh
(Kozier, 2011). Dalam konsep dasar nutrisi kita mengenal istilah nutrien.
Nutrien adalah sejenis zat kimia organik atau anorganik yang terdapat dalam
makanan dan dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya.
(Ambarwati, 2014).
2. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
Menurut Kozier (2011), kandungan nutrisi dalam makanan adalah
pertimbangan penting dalam merencanakan diet, pilihan makanan dan
kebiasaan individu seringkali menjadi faktor utama yang mempengaruhi
asupan makanan aktual. Adapun faktor yang mempengruhi kebutuhan nutrisi
sesorang yaitu :
c. Perkembangan
Individu yang sedang berada dalam masa pertumbuhan yang cepat (masa
bayi dan remaja) memiliki kebutuhan gizi yang meningkat. Sedangkan
lansia memerlukan lebih sedikit kalori karena resiko penyakit.
d. Jenis kelamin
Kebutuhan zat gizi pria dan wanita sangat berbeda karena komposisi
tubuh dan fungsi reproduksi. Pada pria, kebutuhan kalori dan protein
lebih besar karena masa otot yang leih besar, karena masa otot yang leih
besar, sedangkan pada wanita yang sedang mengalami menstruasi lebih
banyak memerlukan zat besi dibandingkan pria
e. Etnis dan budaya
Pilihan makana sangat berbeda di antara individu dari latar belakang
budaya yang berbeda. Etnis seringkali mennetukan pilihan makanan.

7
f. Medikasi dan terapi
Efek obat-obatan pada nutrisi sangat bervariasi. Beberapa obat- obatan
mungkin mengganggu nafsu makan, mengganggu persepsi rasa atau
mengganggu absorpsi atau ekskresi zat gizi. Sebaliknya, zat gizi dapat
memengaruhi manfaat obat. Beberapa zat gizi dapat menurunkan absorbsi
obat.
g. Kesehatan
Kebiasaan makan dan status nutrisi, sangat dipengaruhi oleh status
kesehatan individu. Proses penyakit dan pembedahan saluran
gastroinestinal dapat mempengaruhi pencernaan, absorpsi dan
metabolisme. Proses metabolik dapat terganggu oleh penyakit hati.
Angka kecukupan gizi pada masing-masing orang berbeda berdasarkan umur,
aktivitas, jenis kelamin, kondisi hamil dan menyusui (Khasanah. 2012)
a. Umur
Pada balita, tubuh mengalami pertumbuhan yang sangat pesat sehingga
kebutuhan zat gizi tiap satuan berat badan relatif lebih tinggi dari
kelompok umur lain. Kebutuhan energi akan semakin meningkat seiring
dengan bertambahnya umur seseorang.
b. Aktivitas
Kebutuhan energi ditentukan oleh aktivitas sehari-hari, dimana semakin
berat aktivitas yang dilakukan, kebutuhan zat gizi, terutama energi, juga
akan semakin tinggi.
c. Jenis kelamin
Kebutuhan zat gizi juga berbeda antara laki-laki dan perempuan, terutama
pada usia dewasa. Perbedaan ini terutama disebabkan oleh komposisi
tubuh dan jenus aktivitasnya.
d. Kondisi khusus (hamil dan menyusui)
Pada masa hamil dan menyusui, kebutuhan zat gizi pada wanita
meningkat. Hal ini dikarenakan metabolisme tubuh meningkat untuk
kebutuhan diri sendiri dan bayi dikandungnya, di dsamping juga untuk
persiapan produksi ASI.

8
3. Sistem Tubuh yang Berperan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Saluran pencernaan manusia terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan anus (Nuari, 2015).
a. Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan. Di dalam mulut
terdapat lidah yang be rfungsi untuk merasakan (asam,asin, pahit, dan
manis) dan mencampurkan makanan. Ketika makana msuk ke mulut,
makanan tersebut akan dipotong-potong oleh gigi, sehingga menjadi
bagian kelcil. Kemudian saliva akan membungkus bagian makanan
tersebut.
Fungsi dari saliva :
1) Memecah polisakarida menjadi disakarida melalui kerja amilase dari
saliva.
2) Mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel- partike
makanan, serta menghasilkan pelumas, sehingga makanan lebih
mudah dicerna.
3) Enzim lisozim menghancurkan bakteri tertentu dan membilas
makanan yang mungkin digunkan oleh bakteri.
b. Faring dan Esofagus
Faring merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Di lengkungan faring terdapat tonsil (amandel)

yang banyak mengandung kelnejar limfosit dan merupakan pertahanan


terhadap infeksi. Bagian atas berhubunga dengan rongga hidung, dengan
perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan
rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
c. Esofagus
Di esofagus terjadi proses peristaltik dimana makana dari mulut akan di
dorong menuju lambung. Pada saat menelan makanan, ada tulang rawan
yang menutup lubang ke tenggorokan. Bagian tersebut dinamakan
epiglotis, yang akan mencegah makana masuk ke parru-paru. Sekresi
esofagus berfungsi memberi pelumas untuk menelan.

9
d. Lambung
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara
ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Makakan masuk
ke dalam lambung dari keronglongan melalui otot berbentuk cincin yang
disebut sfingter yang bisa membuka dan menutup, sehingga menghalangi
makanan kembali ke kerongkongan. Didalam lambung, makanan dicerna
secara kimiawi. Gerakan peristaltik dinding lambung mengakibatkan
makanan di dalam lambung tercampur. Lambung juga mengasilkan getah
lambung yang mengandung asam lambung, serta enzim lain. Asam
lambung berfungsi sebagai pembunuh mikroorganisme dan menggantikan
enzim pepsinogen menjadi pepsin yang dapat mengubah protein menjadi
molekul yang lebih kecil.
e. Usus Halus
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu duodenum, ileum dan jejenum
1) Usus dua bels jari (duodenum)
Duodenum terletak setelah lambung dan menghubungakannya ke
usus kosong (jejenum). Pada duodenum terdapata dua muara saluran
yaitu dari pankreas dan kantung empedu.

2) Jejenum
Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus antara 2-8 meter, 1-2
meter aalah bagian jejenum. Permukaan dalam jejenum berupa
membran mukus dan terdapat jonjot usus (villi), yang memperluas
permukaan dari usus.
3) Illeum
Ileum disebut juga usus penyerapan yang memiliki pH antara 7-8
(netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam-garam empedu.
f. Usus Besar
Usus besar terdiri dar : kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon
desendens (kiri) dan kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum). Usus
besar menghasilkan lendir dan berfungsi menyerap air dan elektrolit dari

10
tinja. Banyak bakteri yag terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna bahan, membantu penyerapan zat gizi, membuat zat-zat
penting, serta berperan penting untuk fungsi normal dari usus.
g. Anus
Rektum terdapat dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di
kolon descendens. Rektum baru terisi ketika kolom desendens sudah
penuh, sehingga tinja akan masuk ke rektum, makan timbul keinginan
untuk buang air besar. Anus merupakan lubang di ujung saluran
pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Di anus terdapat
suatu cincin berotot(sfingter ani) yang menjaga agar anus tetap tertutup.
Proses pencernaan makanan tidak terlepas dari peran organ-organ sistem
pencernaan (Tarwoto, dan Wartonah. 2015), diantaranya :
a) Hati
Hati berfungsi sebagai regulasi hematologik, pengaturan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan regulasi metabolik dimana

seluruh sirkulasi darah dari saluran pencernaan yang mengabsorpsi nutrisi


akan masuk ke hati melalui sistem vena porta hepatika. Kemudian sel hati
akan mengekstrak nutrisi dan toksin dari darah sebelum beredar ke
sirkulasi sistemik. Hati akan memindahkan atau menyimpan kelebihan
nutrisi dan akan memecahkan simpanan makanan jika terjadi kekurangan
nutrisi.
b) Kandung empedu
Kandung empedu menghasilkan garam empedu yang berfusngsi untuk
mempercepat kerja enzim seperti amilase dan tripsin. Kandung empedu
juga berfungsi menyimpan cairan/garam empedu yang dihasilkan oleh
hati sekitar 1 liter per hari.

11
c) Pankreas
Pankreas mempunyai dua fungsi yaitu fungsi endokrin dan eksokrin. Sel
endokrin yang menghasilkan hormon insulin dan glukgon yang berperan
dalam pengaturan kadar gula darah. Sedangkan sel eksokrin
menghasilkan cairan pankeas seperti air, ion, dan enzim pencernaan.
4. Masalah yang Berkaitan dengan Ketidakseimbangan Nutrisi
Masalah umum yang berkaitan dengan ketidakseimbangan nutrisi adalah
kekurangan atau kelebihan nutrisi yang dimanifestasikan adanya kelebihan
berat badan, obesitas, berat badan yang kurang dari normal, atau kehilangan
berat badan (Tarwoto dan Wartonah, 2015)
a. Kelebihan berat badan atau overweight.
Untuk menentukan status overweight dipakai dengan ukuran Indeks
Massa Tubuh (BMI atau IMT), serta dengan membandingkan perhitungan
berat badan ideal. Overweight diidentifikasikan dengan kriteria untuk
orang Asia jika IMT antara 23,0-24,9 (normal: 18,5-22,9) atau kelebihan
berat badan 10-20% dari berat badan ideal. Penyebab terjadinya
overweight di antaranya faktor keturunan, perubahan pola makan, kurang
aktivitas.
b. Obesitas
Menurut WHO tahun 2006 obesitas dikelompokkan menjadi: preobesitas
dengan IMT antara 25-29,9 kg/m²; obesitas I degan IMT 30,0-34,9;
obesitas II dengan BMI 35,0-39,9; dan obesitas III dengan BMI lebih dari
40,0.
Penyebab obesitas di antaranya faktor keturunan, pola makan dengan
porsi besar atau diet yang tinggi karbohidrat, protein dan lemak, serta
aktivitas yang kurang.

c. Berat badan kurang atau underweight.


Merupakan kondisi dimana berat badan kurang dari normal, yaitu kurang
dari 10% dari berat badan idela atau BMI kurang dari 18,5. Ada beberapa
kondisi yang menyebabkan berat badan kurang, diantaranya; asupan
nutrisi yang kurang, ketidakmampuan menyediakan makanan, pecandu

12
alkohol dan obat terlarang serta berbagai penyakit infeksi saluran cerna.
B. Konsep Sirosis Hepatis
1. Pengertian Sirosis Hepatis
Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai dengan adanya peradangan difusi
dan menahun pada hati, diikuti dengan poliferasi jaringan ikat, degenerasi, dan
regenerasi sel-sel hati sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati
(mansjoer, Trijayati, Savitri, dan Wardhani, 1999 dalam Nuari Nian Afrian,
2015)
2. Etiologi Sirosis Hepatis
Meskipun ada beberapa faktor yang menjadi penyabab sirosisi seperti defisiendi
gizi dengan penurunan asupan protein turut menimbulkan kerusakakn hati pada
sirosis, namun asupan alkohol berlebihan merupakan faktor penyebab utama
pada perlemakan hati. Namun, sirosis juga bisa terjadi pada individu yang tidak
memiiki kebiasaan minum-minuman keras dan pada individu yang diatnya
normal tetapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi. Menutur Perhimpunan
Peneliti Hati Indonesia (2013), di negara berkembang, penyebab utama sirosisi
hati adalah virus heptitis B dan C, selain itu konsumsi alkohol dan autoimun juga
mempengaruhi terjadinya sirosis hati. Penyakit perlemakan hati nan alkoholik
(non alcoholic steatohepatitis NASH, yang lemaknya dalam hepatosit (sel-sel
hati) dapat menyebabkan komplikasi berupa perdarahan atau inflamasi hati atau
fibrosis juga dapat menyebabkan terjadinya sirosisi kriptogenik (penyebab tidak
diketahui pasti).
3. Patofisiologi
a. Sirosis Laennec
Hubungan yang pasti antara penyalahgunaan alkohol dengan sirosis laennes
tidaklah dikatehui. Perubahan pertma pada hati yang ditimbulkan alkohol
adalah akumulasi lemak secara bertahap di dalam sel0sel hati (infiltrasi
lemak). Akumulasi lemak mencerminkan adanya sejumlah gangguan
metabolik yang mencangkup pembentukan trigliserida secara berlebihan,
menurunnya jumlah keluaran trigliserida dari hati dan menurunkan aksidasi
asam lemak (Nuari, 2015). Individu yang mengkonsumsi alkohol dalam

13
jumlah berlebhan juga mungkin tidak makan selayaknya. Penyebab
kerusakan hati tampaknya merupakan efek langsung alkohol pada sel hati,
yang meningkat pada saat malnutrisi. Pasien dapat mengalami beberapa
defisiensi nutrisi, termasuk vitamin A. Pengeroposan tulang sering terjadi
akibat asupan kalsium yang menurun dan gangguan metabolisme. Asupan
vitamin K, besi dan seng juga cenderung menurun pada pasien dengan
sirosisi hepatis. Selain itu, defisiensi kalori-protein juga sering terjadi
(Nuari, 2015).

Pada kasus Sirosis Laennac sangat lanjut, lembaran-lembaran jaringan ikat


yang tebal terbentuk pada tepian lobulus, membagi parenkim menjadi nodul-
nodul halus yang dapat membesar akibat regenerasi sebagai upaya hati untuk
mengganti sel-sel yang rusak. Hati akan menciut, keras, dan hampir tidak
memiliki parenkim normal pada stadium akhir sirosis, yang menyebabkan
terjadinya hipertensi portal dan gagal hati (Nuari, 2015).
b. Sirosisi Pascanekrotik
Sirosis Pascanekrotik terjadi setelah nekrosisi berbercak pada jaringan hati.
Hepatosit dikelilingin dan dipisahkan oleh jaringan parut dengan kehilangan
banyak sel hati dan diselingi dengan parenkim hati normal. Kasusnya sekitar
10% dari seluruh kasus sirosisi. Sekitar 25% sampai 75% kausus memiliki
riwayat hepatitis sebelumnya. Sejumlah kecil kasus akibat intoksikan yang
pernah diketahui adalah dengan bahan kimia industri, racun, ataupun obat-
obatan seperti fosfat, dan karbon tetraklorida (Nuari, 2015).
c. Sirosisi Billiaris
Peyebab tersering sirosis biliaris adalah obstruktif biliaris pascahepatik.
Statis empedu menyebabkan penumpukan empedu di dalam masa hati dan
kerusakan sel-sel hati. Terbentuknya lembaran- lembaran fibrosa di tepi
lobulus, namun jarang memotong lobulus seperti sirosisi laennec. Hati
membesar, keras, bergranula halus, dan berwarna kehijauan. Osteomalasia
terjadi pada sekitar 25% penderita sirosisi biliaris primer (akibat
menurunnya absorbsi vitamin D). Jaringan fibrosa dalam jumlah yang sangat
banyak timbul di dalam struktur hati, yang merusak banyak sel parenkim dan

14
akhirnya berkontraksi di sekitar pembuluh darah, dengan demikian sangat
menghalangi aliran darah porta melalui hati tersebut sehingga dapat
menyebabkan sirosis hepatis. (Nuari, 2015).
4. Tanda dan Gejala
Perubahan-perubahan patologis pada sirosisi berkembang lambat dan bersifat
laten. Selama masa laten yang panjang, fungsi hati mengalami kemunduran
secara bertahap. Didapatkan tanda dan gejala (Nuari, 2015), sebagai berikut :
a. Gejala dini yang samar dan non spesifik seperti kelelahan, anoreksia,
dispepsia, flatulen, perubahan kebiasaan defeksi (konstipasi/diare), berat
badan menurun.
b. Mual dan muntah pada pagi hari
c. Nyeri tumpul atau perasaan berat pada epigastrium
d. Hati keras dan teraba
e. Manifestasi gagal hepatoseluler, meliputi :
1) Ikterus
Penderita dapat menjadi ikterus selama fase dekompensase disertai
gangguan reversibel fungsi hati. Pada penderita, terkadang urine akan
berwarna kecoklatan atau lebih tua.
2) Edema
Merupakan gejala lanjut pada sirosis hepatis. Konsentrasi albumin plasma
menurun sehingga menjadi predisposisi untuk terjadinya edema. Produksi
aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air
dan ekskresi kalium.

3) Kecendrungan perdarahan, anemia, leukopenia dan trombositopenia


Adanya fenomena heorrhage (perdarahan hidung, gusi, menstruasi yang
berat dan mudah memar), yang merupakan tanda-tanda defisinsi vitamin
(terutama vit A,C, dan K).
4) Fektor hepatikum
Merupakan bau apek manis yang dtemukan pada nafas penderita
khususnya pada koma hepatikum dan akibat ketidakmampuan hati dalam
metabolisme metionin.

15
5. Akibat Lanjut Sirosis Hepatis
Menurut perhimpunan peneliti hati indonesia (2013) akibat lanjut dari sirosis
hepatis adalah sebagai berikut :
a. Perdarahan saluran cerna
Penyebab perdarahan saluran cerna yang paling sering dan paling berbahaya
pasa sirosis adalah perdarahan dari varises esofagus yang merupakan
penyebab dari sepertiga kematian. Penyebab lain perdarahan adalah tukak
lambung dan duodenum ( pada sirosis, insedensi gangguan ini meningkat),
erosi lambung akut, dan kecenderungan perdarahan (akibat masa protombin
yang memanjang dan trombositopeni). Penderita datang dengan melena atau
hemetemesis.
b. Asites
Asites adalah penimbunan cairan dan infeksi dari cairan di perut (peritonitis
bacterial spontan).
c. Pembesaran pembuluh darah (varises) di perut, kerongkongan, dan ususu
yang mudah berdarah.
d. Kanker hati (hepatocellular carcinoma).
e. Gangguan paru akibat sirosis (sindrom hepatopulmonae).
f. Gagal ginjal akibat sirosisi (sindrom hepatopulmonae).
g. Gangguan mental seperti kebingungan sampai perubahan tingkat kesadaran,
dan koma (hepatic encephalopathy).

6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Nuari (2025) penatalaksaan medis dari pasien sirosisi hepatis, yaitu:
1) Terapi mencakup antasid, suplemen vitamin dan nutrisi, diet eimbang,
diuretik, hhindari alkohol,
2) Kolkisin dapat memperlambat keinstasan pada pasien dengan sirosisi
rinangan sampai sedang.

16
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan pada penderita sirosis hepatis adalah istirahat, perbaikan
status nutrisi, perawatan kulit, serta pendidikan pasien dan pertimbangan
perawatan dirumah (Nuari, 2015).
1) Istirahat
Istirahat sangat dianjurkan pada penderita sirosis, sehingga akan
mengurangi kebutugan dala hati dan meningkatkan suplai darah. Karena
pasien rentan terhadap bahaya immobilitas, berbagai upaya perlu
dilakukan untuk mencegah gangguan pernafasan, sirkulasi dan vaskuler.
Posisi pasien di tempat tidur perlu diatur untuk mencapai status
pernafasan yang efisien. Aktivitas dan olahraga ringan di samping
istirahat harus direncanakan.
2) Perbaikan status nutrisi
Penderita sirosis yang tidak mengalami asites atau edema dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda koma harus mendapatkan diet yang bergizi
dan tinggi protein dengan penambahan vitamin B kompleks. Dala hal ini
pasien sebaiknya makan sedikit tapi sering daripada makan 3 kali sehari
dalam porsi besar, karena adanya tekanan abdominal yang ditimbulkan
oleh asites.
Pasien dengan feses berlemak (steatorea) harus mendapatkan vitamin
larut lemak, yaitu vitamin A,D, dan E. Diet rendah protein dapat
diberikan untuk sementara jika tidak terdapat encefalopati hepatik.asupan
kalori yang tinggi harus dipertahankan dan suplemen vitamin mineral
perlu diberikan.

3) Perawatan kulit
Perawatan kulit yang perlu dilakukan sehubungan dengan adanya edema
subkutan, immobilitas pasien, ikterus, dan peningkatan kerentanan
terhadap infeksi serta luka pada kulit. Penggunaan sabun yang iritatif dan

17
plester harus dihindari untuk mencegah trauma kulit.
4) Pendidikan pasien dan pertimbanga perawatan di rumah
Instruksi diet perlu diberitahukan pada pasien dan keluarga. Intruksi yang
paling penting adalah menghilangkan alkohol dari diet. Pembatasan
natrium diperlukan untuk waktu yang cukup lama.

18
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN NUTRISI
A. Pengkajian
a. IDENTITAS PASIEN
Pengkajian pada Ny.S dengan diagnosis medis : Sirosis Hepatis oleh dr Sp. Penyakit
dalam, Pasien datang ke RS hari Sabtu, 23 April 2020 .
Data pengkajian yang didapatkan adalah :
Identitas Pasien :
Nama : Ny.S
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Umur : 57 Tahun
Diagnosa medis : Sirosis Hepatis
Alamat Rumah : Taman Aster no 13
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tanggal Masuk RS : 23 April 2020
Tanggal Pengkajian : 23 April 2020
Ruangan / Kamar : Anyelir - 127
b. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan keluhan mual, muntah darah, lemas dan pusing sejak 3 hari sebelum
masuk ke rumah sakit. Pasien mengatakan nyeri di daerah abdomen dengan skala 3,
nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri bertambah jika telentang dan hilang timbul.
c. RIWAYAT KESEHATAN SEBELUMNYA
Nn.S mengatakan bahwa ia ada riwayat penyakit sebelumnya :
- Pasien memiliki riwayat sakit liver dan pernah dirawat dua tahun lalu karena
typhoid.
- Riwayat operasi tidak ada
- Riwayat alergi tidak ada.

19
- Klien mengatakan terkadang mengkonsumsi the dan kopi
d. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang sakit sama seperti Ny.S.
e. KEADAAN UMUM
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak memegang area abdomen
- Saat di palpasi pasien tampak meringis
- Skala nyeri 3.
f. PEMERIKSAAN FISIK
a) Tanda - tanda vital
Tekanan darah 110/80 mmHg

Pernapasan 21 kali/menit

Nadi 85 kali/menit

Suhu 36,5 oC

BB 43 kg

TB 150 cm

b) Pemeriksaan head to toe


1) Kepala dan leher
Bentuk : Bulat dan simetris ( tidak ada lesi )
Kulit kepala : Kulit kepala pasien agak kotor dan berminyak
Penyebaran rambut :Penyebaran rambut merata di kepala, rambut lurus
Bau : Berbau Kurang sedap.
2) Wajah
Warna kulit : Warna kulit pasien normal.
Struktur wajah : Struktur wajah simetris.
3) Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan : Struktur mata pasien lengkap dan simetris
antara mata kanan dan mata kiri.

20
Palpebra : Tidak ada edema pada palpebra.

Konjungtivadan sclera : Konjungtiva pasien anemis dan sclera klien


ikterik.

Pupil : Pupil pasien isikor 3/3 , +/+ .

Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan.

Klien tidak menggunakan kaca mata .

4) Hidung
Tulang hidung dan posisi septum nasi : Tulang hidung simetris dan posisi
septum,ditengah.

Lubang hidung :Lubang hidung bersih dan simetris.

Cuping hidung : Tidak ada pergerakan cuping

hidung pada pasien.

5) Telinga
Bentuk Telinga : Bentuk telinga pasien normal.
Ukuran Telinga :Ukuran telinga pasien simetris kiri dan kanan
Lubang telinga : Lubang telinga pasien tidak ada kelainan.
Ketajaman pendengaran : Pasien memiliki ketajaman pendengaran
yang baik
Telinga pasien terdapat sedikit serumen

6) Mulut dan faring


Keadaan bibir : Mukosa bibir agak kering dan terlihat pucat ,
rongga mulut agak kotor dengan berbau kurang sedap.
Keadaan gusi dan gigi : Tidak ada pendarahan pada gusi dan gigi pasien.
Keadaan lidah : Tidak ada kelainan pada lidah pasien
Orofaring : Tidak ada kelainan orofaring pada pasien
7) Pemeriksaan thoraks/dada

21
Bunyi paru vesikuler, vocal fremitus simetris, tidak ada retraksi interkosta,
iktus kordis tidak terlihat, bunyi jantung S1 S2 reguler. Abdomen bentuk
cembung, bising usus 11 x/ menit, nyeri tekan positif pada region
epigastric,perkusi abdomen pekak, shifting dullness +, turgor < 3 detik.
8) Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
Genitalia (rambut pubis)
Rambut pubis : ada
Lubang anus : ada
Kelainan pada anus: tidak ada
g. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium :
Dilakukan USG abdomen: gambaran klinis hepatitis
Pemeriksaan Laboratorium :
No Hasil Pemeriksaan Laboratorium Nilai Normal
.
1 Leukosit 28,65 ribu 5.000–10.000 mcL
2 Eritrosit 2,40 juta 3,9 – 5,1 juta/mcl
3 Hemoglobin 7,0 mg/ dl 12–15 g/dL
4 Hematokrit 20 % 40-50 %
5 Trombosit 668 ribu 150.000–400.000 mcL
6 Albumin 2,9 mg/ dl 3,5 - 5,9 (g/dL)
7 SGOT 126 U/ L 5–40 µ/L
8 SGPT 153 U/ L 7–56 µ/L

22
DATA FOKUS
Nama Klien / Umur : Ny. S / 57 Tahun
No. Kamar / Ruang : 127 / Anyelir
Diagnosa Medis : Sirosis Hepatis
MASALAH DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

Ketidakseimbangan 1. Klien mengatakan merasa mual TD : 110/80 mmHg


2. Pasien mengatakan hanya menghabiskan setengah porsi N : 85 x/menit
nutrisi ; kurang dari
makanan nya. RR : 21 x/menit
kebutuhan tubuh 3. Klien mengatakan merasa lemas dan pusing S : 36,50C
4. Pasien mengatakan BB sebelum sakit 48 kg, BB setelah
berhubngan dengan 1. Klien tampak tidak menghabiskan makanan nya
sakit 43 kg.
mual dan muntah 5. Pasien mengatakan tidak nafsu makan , dan mulut terasa 2. Klien tampak lemas
pahit . 3. Klien hanya makan setengah porsi
4. Klien sudah 3 hari mengalami melena
5. Klien mengalami muntah saat dibawa ke RS
Hasil Lab :
Eritrosit 2,40 juta
Hemoglobin 7,0 mg/ dl
Hematokrit 20 %
Albumin 2,9 mg/ dl
Gangguan rasa nyaman 1. Pasien mengatakan nyeri di daerah abdomen dengan skala TD : 110/80 mmHg
3 N : 85 x/menit
nyeri berhubngan
2. Pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk RR : 21 x/menit
dengan distensi 3. Pasien mengatakan nyeri bertambah jika telentang dan S : 36,50C
hilang timbul.
abdomen Klien tampak tidak nyaman saat berbaring
Klien tampak meringis saat dilakukan pemeriksaan

Defisit perawatan diri : TD : 110/80 mmHg

23
mandi berhubungan N : 85 x/menit
RR : 21 x/menit
dengan kelemahan
S : 36,50C
1. Kulit kepala agak kotor
2. Rambut berminyak dan bau kurang sedap
3. Rongga mukut agak kotor dan bau kurang sedap
4. Telinga terdapat sedikit serumen

ANALISA DATA

24
No. Data Masalah ETIOLOGI
1. DS : Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari Mual dan muntah
1. Klien mengatakan merasa mual kebutuhan tubuh
2. Pasien mengatakan hanya menghabiskan
setengah porsi makanan nya.
3. Klien mengatakan merasa lemas dan pusing
4. Pasien mengatakan BB sebelum sakit 48
kg, BB setelah sakit 43 kg.
5. Pasien mengatakan tidak nafsu makan , dan
mulut terasa pahit .
DO :
TD : 110/80 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 21 x/menit
S : 36,50C
1. Klien tampak tidak menghabiskan makanan
nya
2. Klien tampak lemas
3. Klien hanya makan setengah porsi
4. Klien sudah 3 hari mengalami melena
5. Klien mengalami muntah saat dibawa ke
RS
Hasil Lab :
Eritrosit 2,40 juta
Hemoglobin 7,0 mg/ dl
Hematokrit 20 %
Albumin 2,9 mg/ dl

Gangguan rasa nyaman nyeri


2. DS : Distensi abdomen
1. Pasien mengatakan nyeri di daerah

25
No. Data Masalah ETIOLOGI
abdomen dengan skala 3
2. Pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-
tusuk
3. Pasien mengatakan nyeri bertambah jika
telentang dan hilang timbul.
DO :
TD : 110/80 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 21 x/menit
S : 36,50C
1. Klien tampak tidak nyaman saat berbaring .
3.
Deficit perawatan diri: mandi
Kelemahan
DO:
TD : 110/80 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 21 x/menit
S : 36,50C
5. Kulit kepala agak kotor
6. Rambut berminyak dan bau kurang sedap
7. Rongga mukut agak kotor dan bau kurang
sedap
8. Telinga terdapat sedikit serumen

DIAGNOSA KEPERAWATAN

26
Diagnosa Keperawatan Tanggal Ditemukan Tanggal Paraf dan Nama
No. jelas
(diisi berdasarkan prioritas masalah) Teratasi
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh 23 APRIL 2020 25 APRIL 2020 HYUNG
b.d mual dan muntah ditandai dengan :

DS :

1. Klien mengatakan merasa mual


2. Pasien mengatakan hanya menghabiskan setengah
porsi makanan nya.
3. Klien mengatakan merasa lemas dan pusing
4. Pasien mengatakan BB sebelum sakit 48 kg, BB
setelah sakit 43 kg.
5. Pasien mengatakan tidak nafsu makan , dan mulut
terasa pahit .
DO :
TD : 110/80 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 21 x/menit
S : 36,50C

1. Klien tampak tidak menghabiskan makanan nya


2. Klien tampak lemas
3. Klien hanya makan setengah porsi

27
4. Klien sudah 3hari mengalami melena
5. Klien mengalami muntah saat dibawa ke RS
Hasil Lab :
Eritrosit 2,40 juta

Hemoglobin 7,0 mg/ dl

Hematokrit 20 %

Albumin 2,9 mg/ dl

23 APRIL 2020 25 APRIL 2020 HYUNG


2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
Disternitas abdomen ditandai dengan

DS :
1. Pasien mengatakan nyeri di daerah abdomen dengan
skala 3
2. Pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
3. Pasien mengatakan nyeri bertambah jika telentang dan
hilang timbul.
DO :
TD : 110/80 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 21 x/menit

28
S : 36,50C

1. Klien tampak tidak nyaman saat berbaring .

23 APRIL 2020 25 APRIL 2020 HYUNG


DO:
3. TD : 110/80 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 21 x/menit
S : 36,50C

1. Kulit kepala agak kotor


2. Rambut berminyak dan bau kurang sedap
3. Rongga mukut agak kotor dan bau kurang sedap
4. Telinga terdapat sedikit serumen

RENCANA KEPERAWATAN
(Meliputi tindakan keperawatan independen dan interdependen)

29
Nama Klien / Umur : Ny. S / 57 Tahun
No. Kamar / Ruang : 127 / Anyelir
Diagnosa Keperawatan RASIONAL Paraf
Tujuan dan Kriteria Hasil dan
Tgl No (PES) Rencana Tindakan
NOC nama
. (Diisi berdasarkan prioritas) NIC jelas
23 1 Ketidakseimbangan nutrisi : NOC 1 : NIC 1: 1. Perubahan tensi HYUNG
April kurang dari kebutuhantubuh b.d darah dan nadi dapat
mual dan muntah ditandai dengan : Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital digunakan perkiraan
2020 keperawatan 3 x 24 jam, kasar kehilangan
DS : diharapkan kebutuhan nutrisi darah.
klien terpenuhi dengan 2. Monitor nutrisi 2. Mengetahui adanya
1. Klien mengatakan merasa kriteria hasil :
mual perubahan status
2. Pasien mengatakan hanya 1. Berat badan kembali nutrisi pasien
menghabiskan setengah porsi normal 45kg 3. Timbang berat badan pasien 3. Mengevaluasi
makanan nya. 2. Klien dapat makan keefektifan
3. Klien mengatakan merasa dengan teratur dan perubahan nutrisi.
lemas dan pusing seimbang 4. Identifikasi perubahan berat 4. Untuk memantau
4. Pasien mengatakan BB 3. Tanda – tanda vital badan terakhir perubahan atau
sebelum sakit 48 kg, BB normal penurunan BB
setelah sakit 43 kg.  Suhu pasien normal 5. muntah dapat
5. Pasien mengatakan tidak nafsu 5. Monitor adanya mual dan meningkatkan
dengan rentang
makan , dan mulut terasa pahit muntah tekanan antara
normal 36,5°C -
. 37,5°C abdominal.
DO : 6. Pemberian makan yang lunak 6. Makanan yang sulit
 Nadi pasien dalam
TD : 110/80 mmHg rentang normal 60- dicerna membuat
N : 85 x/menit 100 x/menit lambung
RR : 21 x/menit membutuhkan waktu
 RR pasien dalam
S : 36,50C lebih lama, untuk
rentang normal 12 –
mencernanya dan

30
1. Klien tampak tidak 20x menjadi lambat
menghabiskan makanan nya  Tekanan darah diteruskan ke usus.
2. Klien tampak lemas 7. Tanyakan pasien apa makanan 7. Memungkinkan
pasien dalam rentang
3. Klien hanya makan setengah yang disukai untuk dipesan pasien agar dapat
normal 90/60 mmHg
porsi – 120/80 mmHg menerima makanan
4. Klien sudah 3hari mengalami nya dengan baik
melena 8. Anjurkan pasien untuk duduk
posisi tegak dikursi. 8. Memudahkan pasien
Hasil Lab : saat makan .
Leukosit 28,65 ribu, eritrosit 2,40 9. Berikan nutrisi yang 9. Berat badan pasien
juta dibutuhkan sesuai batas diet meningkat menjadi
Hemoglobin 7,0 mg/ dl yang dianjurkan 43,5 selama 5 hari
Hematokrit 20 % perawatan
Trombosit 668 ribu 10. Berikan obat Curcuma 3 x 1 10. Untuk menambah
Albumin 2,9 mg/ dl (oral) nafsu makan pasien

2 NIC 2 :
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d NOC 2 :
Disternitas abdomen ditandai setelah di lakukan asuhan 11. Lakukan pengkajian nyeri 11. Mengidentifikasi
dengan keperawatan selama 3x24 komprehensif yang meliputi perubahan nyeri pada
DS : jam nyeri pasien berkurang lokasi , karakteristik , pasien
Pasien mengatakan nyeri di daerah dengan kriteria hasil: onset/durasi , frekunsi serta
abdomen dengan skala 3 Tingkat ketidaknyamanan yang mengurangi nyeri dan
Pasien mengatakan nyeri seperti (2109) faktor yang memicu
ditusuk-tusuk - mual berkurang dari cukup 12. Identifikasi intensitas nyeri 12. Membantu pasien
Pasien mengatakan nyeri berat (nilai 2) menjadi tidak selama pergerakan misalnya mengurangi rasa
bertambah jika telentang dan ada (nilai 5) aktivitas yang diperlukan nyeri yang mungkin
hilang timbul. untuk pemulihan. terjadi saat bergerak
Mual dan muntah - muntah berkurang dari 13. Ikuti protokol agensi dalam 13. Dapat membantu
DO : berat (nilai 1) menjadi memilih analgesik dan dosis meringankan rasa
TD : 110/80 mmHg ringan (nilai 4) nyeri
N : 85 x/menit 14. Hindari pengunaan analgesik

31
RR : 21 x/menit yang memungkinkan memiliki 14. Menghindari
S : 36,50C - Tidak dapat beristirahat efeksamping pd org tua terjadinya komplikasi
membaik dari cukup berat 15. Berikan obat Injeksi ranitidine
Klien tampak tidak nyaman saat (nilai 2) menjadi 2 ml/ 12 jam , Injeksi 15. Akan membantu
berbaring . ringan/dapat beristirahat ondansentron 4 mg/ 8 jam . menghambat sekresi
(nilai 4) asam lambung
berlebih
Tingkat Nyeri
- Nyeri yang di laporkan
berkurang dari skala 3
menjadi skala 1

- panjangnya episode nyeri


berkurang dari parah (nilai
1) menjadi ringan (nilai 4)

- ekspresi nyeri wajah


membaik dari cukup berat
(nilai 2) menjadi tidak ada
(nilai 5)

- kehilangan nafsu makan


membaik dari parah(nilai 1)
menjadi tidak ada (nilai 5)

NIC 3 :
3 Deficit perawaatan diri : mandi 16. Monitor kemampuan 16. Mengefaluasi apakah
NOC 3 :
berhubungan dengan kelemahan perawatan diri secara mandiri pasien sudah mampu
Setelah dilakukan tindakan
ditandai dengan : melakukan perawatan
keperawatan 3x 24 jam,

32
DO : diharapkan perawatan fisik 17. Monitor kebutuhan pasien diri secara mandiri
klien terpenuhi dengan terkait dengan alat-alat 17. Memudahkan pasien
TD : 110/80 mmHg kebersihan diri dalam melakukan
kriteria hasil :
N : 85 x/ menit 1. Kulit kepala kembali 18. Berikan lingkungan yang kebersihan diri
bersih terapeutik dengan memastikan 18. Membantu pasien
RR : 21x/menit 2. Rambut tidak berminyak lingkungan yang hangat, dalam keadaan yang
S : 36,5℃ dan wangi santai, tertutup nyaman
3. Rongga mulutmenjaddi 19. Dorong kemandirian pasien,
1. Kulit kepala agak kotor bersih dan wangi tapi bantu ketika pasien tak 19. Memotivasi pasien
2. Rambut berminyak dan kembali mampu melakukannya agar dapat
kurang sedap 4. Tidak ada serumen di melakukan perawatan
3. Rongga mulut agak kotor dan telinga 20. Ajarkan keluarga untuk diri secara mandiri
bau kurang sedap mendukung kemandirian 20. Membantu klien dan
dengan membantu hanya keluarga agar dapat
Telinga terdapat sedikit serumen .
ketika pasien tak mampu melakukan perawatan
melakukan. dirumah.

PELAKSANAAN (CATATAN KEPERAWATAN)


Hari, No. Paraf dan
Tanggal DX. Tindakan Keperawatan dan Hasil Nama jelas

33
23 APRIL 2020 DX.1 1. Memonitor tanda- tanda vital (Suhu , Tekanan darah, Nadi dan RR ) HYUNG
Hasil : TD : 110/80 mmHg, N : 85 x/ menit, RR : 21x/menit, S : 36,5℃
2. Mengkaji status nutrisi pasien
Hasil : Pasien mengatakan mual, tidak nafsu makan .
3. Mengidentifikasi perubahan berat badan terakhir
Hasil : Pasien mengatakan bahwa sejak tidak makan nasi berat badannya berkurang secara
signifikan
4. Membantu pasien makan
Hasil : Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan mulut nya terasa pait
5. Memberikan obat Curcuma 3 x 1 (oral)
Hasil : Obat tidak berhasil diminum , pasien memuntahkan obat nya .

1. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi , karakteristik , onset/durasi ,


DX.2
frekunsi serta yang mengurangi nyeri dan faktor yang memicu
Hasil: nyeri bagian abdomen dengan skala 3, nyeri seperti di tusuk-tusuk, nyeri bertambah ketika
terlentang dan hilang timbul, nyeri tekan positif pada region epigastric
2. Mengidentifikasi intensitas nyeri selama pergerakan misalnya aktivitas yang diperlukan untuk
pemulihan.
Hasil: nyeri bertanbah ketika terlentang
3. Mengikuti protokol agensi dalam memilih analgesik dan dosis
Hasil: di berikan obat analgesik sesuai resep dokter
4. Menghindari pengunaan analgesik yang memungkinkan memiliki efeksamping pd org tua

34
Hasil: pemberian obat analgesik sesuai yang di butuhkan
5. Memodifikasi pengukuran kontrol nyeri berdasarkan respon pasien terhadap penanganan
Hasil: respon pasien muka meringis menahan nyeri
6. Monitor nyeri menggunakan alat pengukur yang valid dan reliable sesuai usia dan kemampuan
berkomunikasi
Hasil: skala nyeri 3
7. Berikan analgesik sesuai resep dokter
Hasil: analgesik diberikan sesuai resep dokter
8. Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri melalui monitoring yang terus menerus dari
\
pengalaman nyeri
Hasil: nyeri belum berkurang (skala nyeri 3) dan seperti di tusuk-tusuk
DX.3
1. Monitor kemampuan perawatan diri secara mandiri
Hasil : pasien masih membutuhkan bantuan untuk melakukan perawatan
2. Monitor kebutuhan pasien terkait dengan alat-alat kebersihan diri
Hasil : alat-alat kebersihan diri pasien meliputi odol, sikat gigi, sabun, shampo, handuk sudah
terpenuhi
3. Berikan lingkungan yang terapeutik dengan memastikan lingkungan yang hangat, santai, tertutup
Hasil : pasien mengatakan lingkungan sudah cukup nyaman dan aman
4. Dorong kemandirian pasien, tapi bantu ketika pasien tak mampu melakukannya
Hasil : pasien masih sulit membersihkan diri secara mandiri
5. Ajarkan keluarga untuk mendukung kemandirian dengan membantu hanya ketika pasien tak

35
mampu melakukan
Hasil : keluarga membantu pasien saat kesulitan keramas dan membersihkan tubuh

24 APRIL 2020 DX.1


1. Memonitor tanda- tanda vital (Suhu , Tekanan darah, Nadi dan RR )
Hasil : TD : 110/70 mmHg, N : 83 x/ menit, RR : 19x/menit, S : 36℃
2. Mengkaji status nutrisi pasien
Hasil : Pasien mengatakan masih terasa mual , makan namun sedikit
3. Mengkaji muntah klien
Hasil : pasien sudah tidak muntah
4. Mengidentifikasi perubahan berat badan terakhir
Hasil : berat badan pasien 43,5 kg
5. Membantu pasien makan
Hasil : Pasien mau makan namun sedikit
6. Memberikan obat Curcuma 3 x 1 (oral)
Hasil : Obat berhasil ditelan, pasien tidak memuntahkan obat nya .
DX.2

1. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi , karakteristik , onset/durasi ,


frekunsi serta yang mengurangi nyeri dan faktor yang memicu
Hasil: nyeri bagian abdomen dengan skala nyeri 2, nyeri seperti di seperti di tusuk-tusuk, nyeri
hilang timbul, nyeri tekan positif pada region epigastric
2. Mengidentifikasi intensitas nyeri selama pergerakan misalnya aktivitas yang diperlukan untuk
pemulihan.

36
Hasil: nyeri berkurang ketika terlentang tidak seperti biasanya
3. Mengikuti protokol agensi dalam memilih analgesik dan dosis
Hasil: di berikan obat analgesik sesuai resep dokter
4. Memodifikasi pengukuran kontrol nyeri berdasarkan respon pasien terhadap penanganan
Hasil: respon muka pasien sudah tidak terlalu menahan sakit
5. Monitor nyeri menggunakan alat pengukur yang valid dan reliable sesuai usia dan kemampuan
berkomunikasi
Hasil: skala nyeri 2
6. Berikan analgesik sesuai resep dokter
Hasil: analgesik diberikan sesuai resep dokter
7. Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri melalui monitoring yang terus menerus dari
pengalaman nyeri
Hasil: nyeri sudah berkurang (skala 2) nyeri seperti di tusuk-tusuk

1. Monitor kemampuan perawatan diri secara mandiri


DX.3
Hasil : pasien mengatakan sudah melakukan sebagian perawatan dengan sendiri
2. Dorong kemandirian pasien, tapi bantu ketika pasien tak mampu melakukannya
Hasil : pasien sudah bisa menyikat gigi sendiri walau harus dibantu
3. Ajarkan keluarga untuk mendukung kemandirian dengan membantu hanya ketika pasien tak
mampu melakukan
Hasil : pasien masih perlu bantuan untuk mandi dan keramas dengan bantuan keluarga

37
25 APRIL 2020 DX.1 1. Memonitor tanda- tanda vital (Suhu , Tekanan darah, Nadi dan RR )
Hasil : TD : 120/80 mmHg, N : 70 x/ menit, RR : 20x/menit, S : 36℃
2. Mengkaji status nutrisi pasien
Hasil : Pasien sudah tidak terasa mual .
3. Mengkaji muntah klien
Hasil : pasien sudah tidak muntah
4. Mengidentifikasi perubahan berat badan terakhir
Hasil : berat badan pasien 45 kg

5. Membantu pasien makan


Hasil : Pasien mau makan dengan baik (1porsi)
6. Memberikan obat Curcuma 3 x 1 (oral)
Hasil : Obat berhasil ditelan, pasien tidak memuntahkan obat nya .

DX.2 1. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi , karakteristik , onset/durasi ,
frekunsi serta yang mengurangi nyeri dan faktor yang memicu
Hasil: tidak ada nyeri pada abdomen
2. Mengidentifikasi intensitas nyeri selama pergerakan misalnya aktivitas yang diperlukan untuk
pemulihan.
Hasil: nyeri tidak terasa

38
3. Mengikuti protokol agensi dalam memilih analgesik dan dosis
Hasil: pemberian obat dihentikan
4. Memodifikasi pengukuran kontrol nyeri berdasarkan respon pasien terhadap penanganan
Hasil: respon muka pasien tidak menandakan ada nyeri
5. Monitor nyeri menggunakan alat pengukur yang valid dan reliable sesuai usia dan kemampuan
berkomunikasi
Hasil: skala 0
6. Berikan analgesik sesuai resep dokter
Hasil: pemberian obat analgesik di hentikan
7. Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri melalui monitoring yang terus menerus dari
pengalaman nyeri
Hasil: nyeri abdomen tidak ada

1. Monitor kemampuan perawatan diri secara mandiri


DX.3 Hasil : pasien sudah mampu melakukan perawatan tubuh sendiri
2. Dorong kemandirian pasien, tapi bantu ketika pasien tak mampu melakukannya
Hasil :pasien sudah mampu melakukan perawatan tubuh sendiri
3. Ajarkan keluarga untuk mendukung kemandirian dengan membantu hanya ketika pasien tak
mampu melakukan
Hasil : pasien sudah melakukan perawatan diri dengan mndiri tidak butuh bantuan dari klien

39
EVALUASI (CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Klien / Umur : Ny. S / 57 Tahun


No. Kamar / Ruang : 127 / Anyelir
Diagnosa Medis : Sirosis Hepatis
No. Hari/Tanggal Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan

40
Dx. (Mengacu pada tujuan) Nama jelas
Dx.1 23 APRIL 2020 Subjek :
- Pasien mengatakan tidak nafsu makan
- Pasien mengatakan mulut terasa pahit
- Pasien Mengatakan masih merasa mual
Objek :
TD : 110/80 mmHg, N : 85 x/ menit, RR : 21x/menit, S : 36,5℃
- Pasien tampak tidak menghabiskan makanannya
- Pasien tampak memuntahkan obat yang diberikan
Analisa : Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi.
Planning : Intervensi dilanjutkan

Dx.2
Subjek :
- Pasien mengatakan nyeri bagian abdomen seperti di tusuk-tusuk
- Pasien mengatakan nyeri berubah saat keadaan terlentang
Objek :
- Pasien terlihat muka meringis menahan nyeri
- Skala nyeri belum berkurang (3)
Analisa : Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi.
Planning : intervensi dilanjutkan
Dx.3

41
Subjek :
Pasien mengatakan kurang mampu melakukan perawatan diri secara mandiri
Objek :
Kulit kepala pasien tampak kotor, berminyak dan bau kurang sedap
Analisa : Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi.
Planning : Intervensi dilanjutkan

Dx.1 24 APRIL 2020


Subjek :
- Pasien Mengatakan masih merasa mual
- Pasien mengatakan sudah tidak muntah saat makan
Objek :
TD : 110/70 mmHg, N : 83 x/ menit, RR : 19x/menit, S : 36℃
- Pasien tampak makan , namun sedikit
- Pasien tampak tidak memuntahkan obat yang diberikan
- Berat badan pasien bertambah (43,5)
Analisa : Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi.
Dx.2 Planning : Intervensi dilanjutkan
Subjek :
- Pasien mengatakan nyeri bagian abdomen hilang timbul
- Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang ketika terlentang
Objek :

42
- Skala nyeri belum berkurang (2)
Analisa : Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi.
Planning : intervensi dilanjutkan
Dx.3

Subjek :
Pasien mengatakan sudah mampu melakukan sebagian perawatan diri secara mandiri
(membersihkan mulut , sikat gigi , membersihkan serumen telinga )
Objek :
Pasien tampak masih perlu bantuan untuk mandi dan keramas
Analisa : Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi.
Planning : Intervensi dilanjutkan
Dx. 1 25 APRIL 2020

Subjek :
- Pasien mengatakan sudah bisa makan
- Pasien Mengatakan sudah tidak terasa mual
Objek :
TD : 120/80 mmHg, N : 70 x/ menit, RR : 20x/menit, S : 36℃
- Pasien tampak menghabiskan makanannya
- Pasien tampak sudah tidak mual dan muntah
- Pasien tidak memuntahkan obat yang diberikan
- BB pasien (45kg)
Analisa : Tujuan tercapai, masalah teratasi.

43
Dx.2 Planning : Hentikan semua intervensi , pasien pulang

Subjek :
- Pasien mengatakan tidak terasa nyeri lagi dibagian abdomen
Objek :
- Respon wajah pasien tidak menandakan ada nyeri
- Skala nyeri belum berkurang (0)
Analisa : Tujuan tercapai, masalah teratasi.
Dx. 3 Planning : Hentikan semua intervensi , pasien pulang

Subjek :
Pasien mengatakan sudah mampu melakukan perawatan diri secara mandiri
Objek :
Pasien tampak sudah tidak perlu bantuan untuk mandi dan keramas
Analisa : Tujuan tercapai, masalah teratasi.
Planning : Hentikan semua intervensi , pasien pulang

44
BAB IV

PEENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melihat hasil pemaparan dan berdasarkan hasil tujuan penulisan yaitu
untuk mengetahui gambaran Asuhan Keperawatan pada klien dengan sirosis
hepatis, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai pencapaian dari
penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu Ny.S umur 57 tahun dirawat di RS dengan
diagnosa medis sirosis hepatis, masalah yang muncul pada Ny.S meliputi
Ketidakseimbangan nutrisi, Gangguan rasa nyaman nyeri, dan Deficit perawatan
diri.

Untuk mengatasi masalah tersebut tindakan keperawatan yang dilakukan oleh


penulis yaitu dengan mengobservasi keadaan umum klien, menimbang berat badan
klien secara rutin, melakukan pengkajian nyeri, memudahkan pasien saat makan,
menambah nafsu makan pasien, Berikan nutrisi yang dibutuhkan sesuai batas diet
yang dianjurkan.

Evaluasi yang didapatkan setelah melakukan tindakan keperawatan selama 3x24


jam yaitu klien Pasien tampak sudah tidak mual dan muntah, Pasien tampak
menghabiskan makanannya, Pasien mengatakan tidak terasa nyeri lagi dibagian
abdomen, Pasien mengatakan sudah mampu melakukan perawatan diri secara
mandiri TD : 120/80 mmHg, N : 70 x/ menit, RR : 20x/menit, S : 36℃.

B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan sebagai masukan dalam penatalaksanaan pasien
sirosis hepatis, yaitu:

1. Saran untuk perawat atau tenaga kesehatan pada pasien sirosis hepatis perlu
melakukan pengkajian secara komprehensif mulai anamnesa dan pemeriksaan fisik,
pengkajian tidak hanya pada aspek biologis tetapi juga pada masalah psikologis.
2. Perawat dalam menentukan diagnosa keperawatan pasien, prioritas dapat dipilih
untuk masalah yang paling mengganggu pasien dan mengakibatkan timbulnya
masalah lain jika tidak diatasi.
3. Perawat dalam mengatasi masalah keperawatan seharusnya tidak hanya melakukan
kolaborasi tapi juga lebih banyak untuk melakukan intervensi mandiri. Intervensi
mandiri juga dapat dilakukan perawat pada pasien sirosis hepatis.

45
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, sunita , Susirah Seotardjo, dkk. Gizi Seimbang. Jakarta.

Granmed Pustaka Utama.

Baradero, Mary, SPC, MN , Mary Wilfrid Dayrit, SPC, MAN, dkk. 2008.

Klien Gangguan Hati: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC.

Festy , Pipit. 2018. Buku Gizi dan diet. Surabaya. UMPublishing.

Friedman, M.M. (2010) Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Nanda International.(2015). Diagnose Keperawatan : defenisi dan klasifikasi


2015-2017 (10th ed.). Jakarta:EGC

Misnadiarly. 2007. Penyakit Hati (liver):Mengenal, Menanggulangi,

Mencegah, Mengobati. Jakarta. Pustaka Indonesia.

Monspub15 Tim Pen. 2016. Dasar Nutrisi: Gizi Lebih Mudah dipahami.

Makassar. Monspub15.

46

Anda mungkin juga menyukai