Anda di halaman 1dari 10

JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA

ANALISIS KINERJA BIDAN PUSKESMAS DALAM


PELAYANAN MTBS DI WILAYAH DINAS KESEHATAN
KOTA MALANG

Yuniar Angelia P. dan Jiarti Kusbandiyah


Prodi Kebidanan STIKES Widyagama Husada

ABSTRACT

21
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA VOLUME 02/ NOMOR 02/ MARET 2014

ABSTRAK

Untuk meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir dan
bayi dan anak balita kegiatan yang dilakukan adalah melalui penerapan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS). Hasil pelaksanaan kegiatan MTBS di Kota Malang yang berupa cakupan
hasil kegiatan pelayanan MTBS balita pada tahun 2010 yaitu 58,07 % dan pada tahun 2011
mengalami penurunan yaitu 49, 38%. Hal ini memperlihatkan bahwa cakupan pelayanan
MTBS di Kota Malang masih dibawah target yaitu 80 %. Berdasarkan survei pendahuluan
didapatkan kinerja bidan puskesmas dalam pelayanan MTBS masih belum optimal. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis kinerja bidan puskesmas dalam pelayanan MTBS di wilayah
puskesmas Kota Malang.
Jenis penelitian adalah observasional kualitatif. Informan utama adalah bidan puskesmas
dari 4 Puskesmas yang cakupan pelayanan MTBS tertinggi dan terendah, masing-masing 2
orang. Informan triangulasi adalah 4 Kepala Puskesmasdan 8 ibu balita. Data dikumpulkan
dengan wawancara mendalam dan observasi terhadap pelayanan MTBS. Pengolahan data
menggunakan metode content analysis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum semua bidan dilatih MTBS, kinerja Bidan
Puskesmas dalam pelayanan MTBS belum dilaksanakan sesuai standar pelayanan MTBS baik
dari persiapan alat, pemberian pelayanan dan penerapan jadual pelayanan MTBS, ketersediaan
tenaga dan fasilitas belum memenuhi, serta pemanfaatan alat belum semuanya dimanfaatkan.
Kebutuhan supervisi belum sesuai dengan kebutuhan Bidan Puskesmas yaitu terjadual dan
rutin berkaitan dengan kegiatan pelayanan MTBS.
Disarankan kepada Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan untuk memberikan pelatihan
MTBS bukan hanya kepada bidan dan dokter melainkan perawat yang juga sebagai petugas,
melakukan supervisi secara berkala untuk meningkatkan kualitas, kuantitas dan ketepatan
waktu dalam pelayanan MTBS. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan seperti seminar,
diklat, pelatihan teknis dan sosialisasi standar secara berkala.
Kata Kunci : Pelayanan MTBS, Bidan Puskesmas , Kinerja

PENDAHULUAN dengan teknologi sederhana di tingkat


Pada tahun 2008 sampai dengan pelayanan kesehatan dasar, salah satunya
2010 Angka Kematian Bayi di Kota adalah dengan menerapkan Manajemen
Malang berturut-turut sebanyak 29,90 Terpadu Balita Sakit (MTBS).1Hasil
per 1000 kelahiran hidup, 29,30 per 1000 pelaksanaan kegiatan MTBS di Kota
kelahiran hidup, dan 27,85 per 1000 Malang yang berupa cakupan hasil
kelahiran hidup, belum sesuai dengan kegiatan pelayanan MTBS balita pada
target MDG’s yang ditetapkan yaitu 17 tahun 2010 yaitu 58,07 % dan pada tahun
per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan 2011 cakupan pelayanan MTBS
Kematian Balita pada tahun 2009 sampai mengalami penurunan yaitu 49, 38%.2
dengan 2011 dilaporkan sebanyak 10 Hal ini memperlihatkan bahwa cakupan
balita, 7 balita dan 6 balita dengan kasus pelayanan MTBS di Kota Malang belum
diare, gizi buruk, bronkopneumonia, mencapai target yaitu 80 % padahal
kejang, dll. Sebagian besar penyebab pelaksanaanMTBS di Kota Malang sudah
kematian bayi dan balita dapat dicegah

22
ANALISIS KINERJA BIDAN PUSKESMAS…..| YUNIAR ANGELIA P.

diterapkan pada semua puskesmas sejak balita terutama pada hari Senin dan
tahun 2008. Selasa.
Manajemen Terpadu Balita Sakit Kinerja bidan puskesmas dalam
(MTBS) adalah suatu program intervensi pelayanan MTBS masih belum optimal
berisi penjelasan secara rinci penanganan dibuktikan dari hasil studi pendahuluan
penyakit pada balita.Sebagaimana melalui wawancara dan observasi kepada
diketahui dalam penerapan MTBS, tenaga bidan puskesmas yang pada saat itu
kesehatan dibekali cara untuk mengenali memberikan pelayanan menyatakan
secara dini dan cepat semua gejala anak bahwa dari 30 sampai 40 balita sakit yang
sakit, sehingga dapat ditentukan apakah berobat ke puskesmas hanya 10 balita saja
anak sakit ringan, berat dan perlu segera yang benar-benar dilakukan pelayanan
dirujuk. Jika penyakitnya tidak parah, MTBS, kadang petugas tidak mengisi
bidan/perawat puskesmas dapat memberi formulir MTBS dengan alasan sudah
pengobatan/tindakan sesuai pedoman hafal. Semua bidan menyatakan bahwa
MTBS. Hal ini sesuai dengan Izin dan dalam bekerja sama dengan petugas
Penyelenggaraan Praktik Bidan apotik belum maksimal terutama dalam
(Permenkes No. hal memberikan konseling tentang
1464/MENKES/PER/X/2010) pada pasal mengajari ibu cara pemberian obat oral
13 : bidan yang menjalankan program dirumah dan mereka membutuhkan
pemerintah dalam ini adalah bidan bimbingan dan evaluasi dari atasan
puskesmas berwenang melakukan maupun Dinas Kesehatan serta masih
pelayanan kesehatan yang salah satunya didapatkan 2 puskesmas belum
adalah penanganan bayi dan balita sakit melaksanakan pelayanan MTBS sesuai
sesuai pedoman yang ditetapkan yaitu dengan standart yang ditetapkan.
pedoman yang digunakan adalah Sehingga akan dapat mempengaruhi
MTBS. Salah satu tugas pokok dan fungsi
3 kualitas dari pelayanan MTBS itu sendiri.
bidan Puskesmas yaitu memberikan Menurut Bernardin and Russel
pengobatan ringan bagi ibu, bayi dan terdapat enam kriteria dasar atau dimensi
anak yang berkunjung ke bagian KIA di untuk mengukur kinerja, yaitu : 1) Quality
Puskesmas dan membantu dokter kepala (terkait dengan proses); 2)
puskesmas dalam melaksanakan Quantity(terkait dengan
kegiatan-kegiatan di Puskesmas.4 kuantitas/jumlah); 3) timeliness (terkait
Pelaksanaan Pelayanan MTBS di dengan waktu yang diperlukan), 4) Cost-
Kota Malang sudah diterapkan pada effectiveness (terkait dengan penggunaan
semua puskesmas sejak tahun 2008 dan sumber-sumber organisasi), 5) Need for
petugas puskesmas yang dilatih hanya supervision ( terkait akan kebutuhan
dokter dan bidan, sedangkan perawat supervisi) dan 6) interpersonal impact
belum ada yang dilatih MTBS sehingga (terkait dengan kemampuan individu).5
Pelayanan MTBS hanya dilakukan oleh Menurut Gibson selain variabel individu
Bidan Puskesmas dan Dokter Puskesmas. ada juga variabel organisasi yang berefek
Kunjungan Balita sakit pada masing- tidak langsung terhadap perilaku dan
masing puskesmas bervariasi namun kinerja individu. Variabelnya seperti
rata-rata perharinya mencapai 20 - 30 sumber daya, kepemimpinan, supervisi,

23
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA VOLUME 02/ NOMOR 02/ MARET 2014

imbalan, kebijakan, struktur organisasi, awal maupun kunjungan ulang


desain pekerjaan (kerjasama tim).6 didapatkan dari 8 bidan puskesmas
Penelitian ini bertujuan untuk diperoleh 8 bidan belum
menganalisis kinerja bidan puskesmas melaksanakan pelayanan MTBS
dalam pelayanan MTBS di wilayah sesuai standar yaitu meliputi
puskesmas Kota Malang ditinjau dari penilaian awal, klasifikasi, tindakan
aspek kualitas, kuantitas, ketepatan dan konseling dalam pelayanan
waktu, efektifitas sumber daya, MTBS baik kunjungan awal maupun
kebutuhan supervisi, hubungan kunjungan ulang.
interpersonal, kepemimpinan. Hal tersebut diatas sesuai
METODE PENELITIAN dengan hasil pengamatan (observasi)
Jenis penelitian adalah kepada semua informan utama
observasional dengan pendekatan terlihat bahwa langkah-langkah
kualitatif. Informan utama adalah bidan dalam pelayanan MTBS kurang
puskesmas di wilayah puskesmas Kota lengkap yaitu < 70 % terutama pada
malang yang berjumlah 8 orang, yang langkah standart penilaian awal yaitu
diambil dari puskesmas dengan cakupan pemeriksaan tanda bahaya umum,
pelayanan MTBS tertinggi dan dimana langkah tersebut merupakan
puskesmas dengan cakupan pelayanan langkah awal yang wajib dilakukan
MTBS yang terendah, masing-masing sebelum melakukan langkah yang
berjumlah 2 orang. Informan triangulasi selanjutnya sesuai dengan standart
terdiri dari 4kepala puskesmas, 1 orang dan pedoman kunjungan MTBS yang
Kasie KIA dan 8 orang ibu balita. Data berlaku. Dengan demikian bidan
dikumpulkan dengan wawancara dapat mengetahui sedini mungkin
mendalam (indepth interview) dan apabila balita tersebut mengalami
observasi terhadap pelayanan MTBS oleh masalah kesehatan yang termasuk
bidan puskesmas, selanjutnya dilakukan dalam klasifikasi yang berat,
pengolahan data dengan menggunakan sehingga dapat segera dilakukan
metode analisis isi (content analysis). penanganan secara tepat.
HASIL DAN PEMBAHASAN Langkah-langkah dalam
A. Kualitas Dalam Pelayanan MTBS pelayanan MTBS, petugas harus
Terkait tentang persiapan bidan mampu menilai anak sakit, berarti
dalam hal ini adalah persiapan melakukan penilaian dengan cara
peralatan dan formulir ternyata dari 8 anamnesis dan pemeriksaan fisik.
bidan puskesmas diperoleh 5 bidan Sedangkan membuat klasifikasi
mengatakan bahwa dalam pelayanan dimaksudkan untuk membuat
MTBS telah melakukan persiapan sebuah keputusan mengenai
secara lengkap, antara lain kemungkinan penyakit atau masalah
timbangan, thermometer, timer/arloji, serta tingkat keparahannya.
formulir MTBS namun masih ada 3 Klasifikasi merupakan suatu katagori
bidan yang belum mempersiapkan untuk menentukan tindakan sesuai
alat secara lengkap. dengan kebutuhan terhadap balita
Terkait tentang penerapan dalam rangka menyiapkan sumber
standar MTBS baik pada kunjungan

24
ANALISIS KINERJA BIDAN PUSKESMAS…..| YUNIAR ANGELIA P.

daya manusia/generasi penerus yang selain kasus demam dan batuk pilek,
berkualitas.1 juga ada kasus kejang yang pernah
Berdasarkan pedoman PWS- ditangani dan bidan merujuknya ke
KIA dinyatakan bahwa berdasarkan Rumah Sakit. Sebagaimana dapat
standar pelayanan MTBS, bidan dilihat pada kotak berikut :
harus melakukan pemeriksaan secara “....2 minggu yang lalu merujuk balita
komprehensif. Dimana hal tersebut kejang ke rumah sakit..” (IU B4)
berkaitan dengan persiapan alat – alat
pemeriksaan MTBS yang meliputi Sesuai pedoman Departemen
termometer, timer/arloji, timbangan, Kesehatan disebutkan bahwa salah
stetoskop,buku pedoman, dan satu tugas pokok bidan puskesmas
dokumentasi berupa formulir MTBS dalam pelayanan kesehatan ibu dan
serta buku register.7 anak adalah peningkatan deteksi dini
B. Kuantitas Dalam Pelayanan MTBS tanda bahaya dan penanganannya
Hasil cakupan pelayanan MTBS sesuai standar pada bayi dan anak
dalam 1 tahun terakhir, didapatkan balita.4
dari 8 bidan puskesmas hanya 2 bidan C. Ketepatan Waktu Dalam Pelayanan
saja yang dapat memenuhi target dan MTBS
6 bidan puskesmas yang lainnya Dalam kaitannya dengan standar
belum dapat memenuhi target yaitu jadual pelayanan MTBS baik pada saat
80%. Hal ini disebabkan karena bidan kunjungan awal maupun kunjungan
merasa beban tugas yang harus ulang diperoleh hasil dari 8 bidan
diselesaikan cukup banyak sedangkan puskesmas ternyata didapatkan 8
jumlah tenaga sedikit dan banyak bidanpuskesmas belum melaksanakan
kegiatan seperti ada yang ikut pelayanan MTBS sesuai dengan
posyandu, pelatihan atau mungkin standart jadual pelayanan MTBS
ada yang ijin. Berikut petikan dengan alasan kalau pelayanan terlalu
wawancaranya: lama akan membuat pasien
“….Cakupan kurang lebih 50% menunggu terlalu lama. Berikut
soalnya tenaganya kurang dan petikan wawancaranya:
sering ke posyandu..” (IU B4) “....kalau menggunakan MTBS ya
Dalam kaitannya dengan sekitar 5-10 menit tp ya tdk semua
hasilpenanganan kasus dalam kurun kasus bu… Jadi kalau terlalu lama
waktu 1 tahun terakhir yang kasihan pasien yang lainnya....” ( IU
ditangani bidan puskesmas B5)
didapatkan dari 8 bidan puskesmas “...sebetulnya tergantung kondisi
diperoleh 6 (enam) bidan pasiennya..ya paling sekitar 3
puskesmasmengatakan bahwa menitan...” (IU B4)
periode 1 tahun ini belum pernah ada Adapun terhadap pelaksanaan
kasus balita yang perlu penanganan pencatatan hasil pelayanan MTBS yang
khusus karena kasus yang ditangani dilakukan bidan puskesmas,
terbanyak adalah kasus demam dan didapatkan dari 8 bidan puskesmas
batuk pilek biasa. Sementara 2 (dua) diperoleh 8 bidan belum tertib
bidan puskesmas mengatakan bahwa
25
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA VOLUME 02/ NOMOR 02/ MARET 2014

terutama dalam pengisian formulir belum maksimalnya kegiatan


MTBS. pelaksanaan pelayanan MTBS.
Kegiatan pencatatan dan pelaporan Sebaliknya penyediaan dana yang
sebagaimana yang dipaparkan cukup untuk operasional kegiatan
Departemen Kesehatan, bahwa salah akan menjadi salah satu pendorong
satu manfaat dari pencatatan dan motivasi petugas kesehatan untuk
pelaporan yaitu untuk memantau hasil bekerja lebih optimal. Penyediaan dana
kegiatan dan mengambil tindakan diperlukan untuk menjamin
koreksi secara cepat, serta membuat kesinambungan akses dan layanan
analisis untuk perbaikan program, yang berkualitas.9
sehingga dapat segera ditindaklanjuti.8 Terkait dengan ketersediaan dan
D. Efektifitas Sumber Daya dalam kelengkapan alat serta pemanfaatan
Pelayanan MTBS alat didapatakan dari 8 bidan
Berkaitan dengan dana operasional puskesmas diperoleh hasil 8 bidan
kegiatan pelayanan MTBS dari 8 bidan puskesmas sudah memiliki alat
puskesmas didapatkan5 (lima) bidan lengkap dan sudah tersedia namun
puskesmasmengatakan bahwasanya untuk pemanfaatannya didapatkan 8
mereka tidak tahu dana yang bidan belum memanfaatkan alat
digunakan dalam pelayanan MTBS, dengan baik dan terkait dengan
akan tetapi 3 (tiga) bidan kendala yang dihadapi dalam
puskesmasmengatakan bahwa untuk pelayanan MTBS untuk tenaga dan
kegiatan MTBS dana yang dibutuhkan fasilitas diperoleh hasil dari 8 bidan
hanya untuk penggandaan formulir didapatkan 6 bidan puskesmas
MTBS saja. Hal ini terungkap dalam mengatakan bahwa tenaga yang ada
petikan wawancara sebagai berikut : dipuskesmas kurang serta ruangan
“.....klo untuk MTBS ya paling hanya sangat sempit sehingga mengganggu
fotocopy formulirnya aja bu…klo proses pelayanan MTBS sedangkan 2
formulir habis ya kita ajukan ke bidan puskesmas mengatakan bahwa
pimpinan untuk fotocopy formulir..” kendala yang dihadapinya adalah
(IUB1) karena waktu pelayanan yang terlalu
“.....ya tdk tau bu paling hanya utk lama.
menggandakan formulir saja. Fasilitas yang lengkap dan sesuai
..”(IUB3) dengan standar yang telah ditetapkan
Dengan demikian Untuk dapat (Standart of personals and facilities)
melaksanakan program MTBS para diharapkan dapat meningkatkan
pelaksana harus mendapat sumber kualitas mutu layanan. Sumber daya
dana yang dibutuhkan agar program merupakan faktor yang perlu ada
berjalan lancar, salah satunya dalam untuk terlaksananya suatu perilaku.
bentuk uang. Dana sebagai syarat Fasilitas yang tersedia hendaknya
kelancaran sebuah program harus dalam jumlah serta jenis yang
dialokasikan secara tepat, demikian memadai dan selalu dalam keadaan
juga kelancaran dalam proses siap pakai. Untuk melakukan tindakan
penyediaan dan penggunaannya. harus ditunjang fasilitas yang lengkap,
Proses tersebut yang menyebabkan
26
ANALISIS KINERJA BIDAN PUSKESMAS…..| YUNIAR ANGELIA P.

dan sebelumnya harus sudah yang dilakukan tidak menyimpang,


disiapkan. 10 memotivasi untuk peningkatan
E. Kebutuhan Akan Supervisi Dalam kinerja, ikut serta dalam upaya
Pelayanan MTBS peningkatan kinerja, memberi pujian
Berkaitan dengan kegiatan akan keberhasilan karyawan dan
supervisi diperoleh hasil dari 8 bidan menyadarkan karyawan akan
puskesmas baik yang cakupan pekerjaannya.
pelayanan MTBS tinggi maupun yang F. Hubungan Interpersonal (Kerja
rendah didapatkan 8 bidan Sama) Dalam Pelayanan MTBS
puskesmas menyatakan bahwa Hubungan interpersonal
kegiatan supervisi yang dilaksanakan (kerjasama) dalam pelayanan MTBS
selama ini tidak terjadual dan belum antara bidan dengan kepala
dilaksanakan secara rutin, baik oleh puskesmas, dokter pemeriksa, petugas
Kepala Puskesmas maupun dari gizi, petugas apotik serta sesama
Dinas Kesehatan. Berikut petikan rekan kerja dalam lingkup puskesmas
wawancaranya: diperoleh hasil dari 8 bidan
““....1 tahun sekali utk dari puskesmas didapatakan 8 bidan
dinas…klo kepala puskesmas tdk mengatakan bahwa selama ini saling
ada jadwal utk melakukan berkoordinasi dengan baik seperti bila
supervisi..” (IUB3) ada kasus yang memerlukan rujukan
Terkait tentang perlu adanya baik ke dokter maupun ke petugas
bimbingan dan evaluasi dari kepala gizi maka bidan akan melakukannya
puskesmas diperoleh hasil dari 8 dengan tepat.. Berikut petikan
bidan puskesmas mengatakan bahwa wawancaranya :
8 bidan puskesmas masih sangat “..semua bagus…utk apotik sesuai dg yg qta
membutuhkan bimbingan dan resepkan…utk gizi klo qta kesulitan dalam
evaluasi dari atasan untuk memberikan KIE kita rujuk ke petugas gizi
memotivasi, sehingga dapat begitu juga dokternya…” ( IU B2)
meningkatkan kinerja.
Menurut Azwar, supervisi adalah Jalinan kerja sama dengan orang
melakukan pengamatan secara penting yang ada di lingkup
langsung dan berkala oleh atasan puskesmas sangat penting, baik pada
terhadap pekerjaan yang lintas sektor maupun pada lintas
dilaksanakan oleh bawahan untuk program dalam memberikan
kemudian apabila ditemukan pelayanan kesehatan, oleh karena agar
masalah segera diberikan petunjuk program bisa berjalan secara efektif
atau bantuan yang bersifat langsung dan efisien maka pengelolaan program
guna mengatasinya. 11 harus didasarkan pada prinsip-prinsip
Berdasarkan pendapat Benyamin S kerja sama.12
dan Panlamo (1995) yang G. Kepemimpinan Dalam Pelayanan
mengemukakan bahwa untuk MTBS
mencapai efektifitas kinerja maka Terkait dengan pertanyaan bentuk
supervisor harus bertanggung jawab arahan yang diberikan kepala puskesmas
dan memberi jaminan bahwa kegiatan kepada bidan terhadap peningkatan

27
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA VOLUME 02/ NOMOR 02/ MARET 2014

pelayanan MTBS, dari 8 bidan puskesmas memahami dan setuju dengan apa
terdapat 5 (lima) bidan puskesmas yang perlu dilakukan dan bagaimana
mengatakan bahwa arahan yang tugas itu dilakukan secara efektif, serta
diberikan kepala puskesmas hanya proses untuk memfasilitasi upaya
berupa mengingatkan untuk lebih individu dan kolektif untuk mencapai
meningkatkan lagi dalam memberikan tujuan bersama.13 Menurut Stoner,
pelayanan namun 2 (dua) bidan Kepemimpinan manajerial dapat
puskesmas mengatakan bahwa arahan didefinisikan sebagai suatu proses
yang diberikan hanya pada saat adanya pengarahan dan pemberian pengaruh
minilokakarya saja serta tidak pada kegiatan-kegiatan dari kelompok
memberikan arahan karena merasa anggota yang saling berhubungan
bidannya sudah senior-senior. Berikut tugasnya.
petikan wawancaranya : KESIMPULAN
1. Aspek Kualitas Dalam Pelayanan
“....tapi gak fokus hanya MTBS nya saja
mbak…setiap bulan kita ada minilokakarya MTBS
dan yang dibahas bkn hanya MTBS saja Belum semua bidan melaksanakan
tapi keseluruhan program...” (IU B1) pelayanan MTBS sesuai standar. Hal
ini dapat dilihat dari hasil observasi
Terkait dengan bentuk dukungan ketersediaan dan kelengkapan alat
yang diberikan kepala puskesmas pemeriksaan MTBS menunjukkan ≥
dalam meningkatkan pelayanan MTBS 70% bidan puskesmas memiliki
yang dilakukan oleh 8 bidan fasilitas/alat lengkap. Namun pada
puskesmas terdapat 6 bidan saat memberikan pelayanan MTBS,
puskesmas menyatakan bahwa bentuk bidan puskesmas hanya memeriksa
dukungan yang diberikan sudah dengan menggunakan beberapa alat
cukup baik karena kepala puskesmas saja dengan alasan tidak semua alat
sudah berusaha untuk memenuhi yang tersedia digunakan pada setiap
sarana dan prasarana (ruangan dan kunjungan tergantung kasusnya,
pengadaan formulir) serta peralatan Berdasarkan hasil observasi dari
yang dibutuhkan dalam pelayanan pelayanan MTBS yang diberikan ≤ 70
MTBS dan 2 bidan menyatakan bahwa % belum sesuai dengan pedoman
dengan mensuport dan mengingatkan MTBS dimana semua bidan puskesmas
itu sudah merupakan bentuk tidak melakukan langkah awal yaitu
dukungan identifikasi tanda bahaya umum yang
Hasil penelitian sesuai dengan selalau wajib dilakukan pada setiap
pendapat Umar (2002) Kepemimpinan balita yang sakit.
adalah sebagai proses pengarahan dan 2. Aspek Kuantitas Dalam Pelayanan
mempengaruhi aktivitas yang MTBS
berkaitan dengan tugas dari para Belum semua bidan puskesmas
anggota kelompok, pendapat Janies dapat mencapai hasil cakupan
A.F Stoner yang dikutip pelayanan MTBS sesuai target yang
Umar. Selanjutnya
12
kepemimpinan ditetapkan. Hal ini disebabkan karena
adalah sebagai proses untuk bidan merasa banyak kegiatan lain
mempengaruhi orang lain untuk dalam waktu bersamaan, sedangkan

28
ANALISIS KINERJA BIDAN PUSKESMAS…..| YUNIAR ANGELIA P.

untuk jumlah kasus yang ditangani Semua bidan puskesmas


belum pernah ada kasus balita yang membutuhkan supervisi dan
perlu penanganan khusus karena bimbingan langsung dari atasan
kasus yang terbanyak adalah kasus sebagai bentuk perhatian, untuk
demam,batuk dan pilek biasa. memotivasi dalam melaksanakan
3. Aspek Ketepatan Waktu Dalam pekerjaan yang menjadi tanggung
Pelayanan MTBS jawabnya khususnya dalam pelayanan
Belum semua bidan puskesmas MTBS secara rutin dan terjadwal.
melaksanakan pelayanan MTBS sesuai 6. Aspek Hubungan Interpersonal
dengan standar jadual pelayanan (Kerja Sama) Dalam Pelayanan
MTBS. Dari pernyataan bidan MTBS.
puskesmas yang masih belum Semua bidan puskesmas telah
menerapkan sesuai jadual pelaksanaan menjalin kerja sama cukup baik
pelayanan tersebut beralasan bahwa dengan Kepala Puskesmas, dokter,
kalau pelayanan terlalu lama akan petugas gizi, petugas apotik dan rekan
membuat pasien menunggu terlalu sekerja. Selama ini bidan puskesmas
lama. Hal yang lainnya lagi terkait sudah melakukan koordinasi dari
dengan pencatatan hasil pelayanan lintas program juga sehingga dapat
MTBS dapat disimpulkan bahwa membantu dalam meningkatkan
semua bidan puskesmas dalam pelayanan MTBS.
pencatatan hasil pelayanan MTBS 7. Aspek Kepemimpinan dalam
belum tertib terutama dalam pengisian Pelayanan MTBS
formulir MTBS. Bentuk arahan yang diberikan
4. Aspek Efektifitas Sumber Daya kepala puskesmas kepada bidan
Dalam Pelayanan MTBS puskesmas yaitu dengan
Semua bidan puskesmas mengingatkan untuk lebih
mengatakan bahwa dari segi efektifitas meningkatkan lagi dalam memberikan
sumber daya terutama dana dalam pelayanan MTBS. Bentuk dukungan
pelayanan MTBS sudah dimanfaatkan yang diberikan sudah cukup baik
untuk penggandaan formulir MTBS. karena kepala puskesmas sudah
Terkait dengan ketersediaan dan berusaha untuk memenuhi sarana dan
kelengkapan alat serta pemanfaatan prasarana (ruangan dan pengadaan
alat sudah lengkap dan sudah tersedia formulir) serta peralatan yang
namun untuk pemanfaatannya belum dibutuhkan dalam pelayanan MTBS.
semuanya dimanfaatkan. Namun SARAN
terkait dengan kendala yang dihadapi Bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas
(tenaga dan fasilitas) dalam pelayanan 1. Meningkatkan pengetahuan dan
MTBS mengatakan bahwa tenaga yang kemampuan seperti seminar, diklat,
ada dipuskesmas kurang serta ruangan pelatihan teknis dan sosialisasi standar
sangat sempit sehingga mengganggu secara berkala.
proses pelayanan MTBS. 2. Mengadakan pelatihan MTBS kepada
5. Aspek Kebutuhan Akan Supervisi perawat dan kepala puskesmas untuk
Dalam Pelayanan MTBS. membantu pelayanan MTBS yang
selama ini dilakukan oleh bidan.

29
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA VOLUME 02/ NOMOR 02/ MARET 2014

3. Meningkatkan kualitas supervisi, tidak bisa saling bekerjasama untuk


hanya melakukan pengawasan laporan meningkatkan pelayanan MTBS.
namun juga pengawasan saat kegiatan 6. Sebaiknya pada hari-hari tertentu
berlangsung. terutama pada hari Senin dan Selasa
4. Memberikan dukungan SDM (petugas dimana hari-hari tersebut kunjungan
MTBS) untuk terus menerus balita sakit meningkat sehingga
meningkatkan kompetensinya dengan petugas diharapkan tidak
cara melakukan sosialisasi, sharing melaksanakan kegiatan di luar
pengetahuan, memberi kesempatan puskesmas (posyandu, dll) dan semua
yang sama untuk pelatihan. balita dapat dilakukan pelayanan
5. Meningkatkan kerjasama bukan hanya MTBS.
dengan dokter dan petugas gizi namun Melakukan monitoring secara rutin
dengan sesama rekan kerja yang terhadap petugas MTBS, sehingga
lainnya yang berada dalam lingkup pihak Puskesmas mengetahui
puskesmas seperti perawat, petugas permasalahanya yang dialami oleh
apotik serta petugas loket juga harus petugas MTBS.

DAFTAR PUSTAKA Gibson, James L. John M. Ivancevich


Depkes RI. Manajemen Terpadu Balita J.H. Donelly Jr.Organization:
Sakit (MTBS), Modul 1 – 8, Edisi Behaviour, Structure, Procesess,7th,
Revisi Dirjen Kesehatan RI Jakarta, ed, Irwan, Boston,1996
2008. Depkes RI.Petunjuk Teknis Penggunaan
Dinas Kesehatan Kota Malang. Laporan Buku Kesehatan Ibu dan Anak,
Kegiatan KIA. Sie Kesga, Juni 2009 Depkes Ri dan JICA, Jakarta,2009
Permenkes RI, nomor PP I. Standar Pelayanan Kebidanan.
1464/MENKES/PER/X/2010, Jakarta: IBI; 2006.
tentang Izin dan Penyelenggaraan Hasibuan M. Manajemen Sumber Daya
Praktik Bidan Manusia. Jakarta: Bumi Aksara;
Departemen Kesehatan Republik 2009.
Indonesia, Pedoman Kinerja McCloy R, JP, Cudeck. R Comfimatory
Puskesmas Jilid I, Departemen test Of Model Performance
Kesehatan Republik Indonesia, Determinan ; Jurnal Of Aplied
Jakarta, 1991. tidak dipublikasikan. Psychology, 79,44,493-505.
Bernardin,John, and Joyce E.A.Russel: Azwar.A.Pengantar Administrasi
Human Resource Management, kesehatan, Binarupa Aksara:
Second edition, Mc-Graw Hill, Book Jakarta, 1996
Co.Singapore,1998 Umar. Riset Sumber Daya Manusia dalam
Organisasi, Cetakan ke VII. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama; 2002.
Yuki G. Kepemimpinan dalam Organisasi.
Jakarta: Indeks Kelompok
Gramedia; 2001.

30

Anda mungkin juga menyukai