F0f5e Modul 4 - Manajemen Rantai Pasok Pada Industri Konstruksi Ok
F0f5e Modul 4 - Manajemen Rantai Pasok Pada Industri Konstruksi Ok
MODUL 04
2017
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
validasi dan penyempurnaan Modul Manajemen Rantai Pasok Pada Industri
Konstruksi sebagai Materi Substansi dalam Pelatihan Manajemen Rantai Pasok.
Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil
Negara (ASN) di bidang PUPR.
Modul Manajemen Rantai Pasok Pada Industri Konstruksi ini disusun dalam 7 (tujuh)
bab yang terbagi atas Pendahuluan, Materi Pokok dan Penutup. Penyusunan modul
yang sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam
memahami Manajemen Rantai Pasok Pada Industri Konstruksi. Penekanan orientasi
pembelajaran pada modul ini lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Tim Validasi Sistem Diklat, sehingga modul ini dapat disajikan dengan
baik. Perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan
mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus
terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kompetensi
ASN di bidang PUPR.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................vi
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL........................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Deskripsi Singkat.............................................................................................................2
1.3 Tujuan Pembelajaran......................................................................................................2
1.3.1 Hasil Belajar.........................................................................................................2
1.3.2 Indikator Hasil Belajar.........................................................................................2
1.4 Materi Pokok dan Sub Materi Pokok..............................................................................2
BAB II PENGENALAN MANAJEMEN RANTAI PASOK KONSTRUKSI...................5
2.1 Umum..............................................................................................................................5
2.2 Macam Proyek Konstruksi...............................................................................................6
2.2.1 Desain Pra-konstruksi dan Pemilihan Kontraktor...............................................7
2.2.2 Pembangunan (Construction).............................................................................7
2.2.3 Manajemen Informasi.........................................................................................8
2.2.4 Manajemen Risiko...............................................................................................8
2.3 Elemen Kritis Untuk Praktik Konstruksi...........................................................................8
2.4 Manajemen Rantai Pasok dan Pelaksanaan Konstruksi yang Kompetitif.....................11
2.5 Kendala Dalam Manajemen Rantai Pasok....................................................................12
2.6 Kemitraan Rantai Pasok................................................................................................13
2.6.1 Rantai Pasok Konstruksi Tradisional (Traditional Construction Supply Chain)..14
2.6.2 Keuntungan Kemitraan Rantai Pasok................................................................16
2.6.3 Risiko Kemitraan Rantai Pasok..........................................................................16
2.6.4 Kerja Sama Operasi Rantai Pasok......................................................................17
2.7 Latihan...........................................................................................................................17
2.8 Rangkuman....................................................................................................................18
2.9 Evaluasi..........................................................................................................................19
BAB III TAHAPAN PROYEK KONSTRUKSI.............................................................21
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI iii
MODUL 4 MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA INDUSTRI KONSTRUKSI
DAFTAR GAMBA
Gambar 2.1. Optimalisasi Profit dengan penerapan CSCM....................................9
Gambar 2.2. Rumah Lean Construction.................................................................10
Gambar 2.3. Lingkaran Profit Construction Supply Chain Management............12
Gambar 2.4. Evolusi dari tradisional ke integrated construction supply chain
management 1
Modul Manajemen Rantai Pasok Pada Industri Konstruksi ini terdiri dari lima
kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar pertama membahas Pengenalan
Manajemen Rantai Pasok Konstruksi. Kegiatan belajar kedua membahas
Tahapan Proyek Konstruksi. Kegiatan belajar ketiga membahas Tahap
Perencanaan. Kegiatan belajar keempat membahas Tahap Procurement dan
Kegiatan belajar kelima membahas Tahap Evaluasi.
Persyaratan
Metode
Tantangan yang dihadapi oleh dunia usaha saat ini semakin kompleks,
termasuk pula pada sektor jasa konstruksi. Salah satu strategi yang dapat
digunakan dalam menghadapi tantangan tersebut adalah melakukan kerja
sama yang saling menguntungkan antar pihak-pihak yang terlibat demi
mencapai tujuan bersama.
Para pelaku di dalam proyek konstrusi sangat banyak, yang dapat dibedakan
sebagai pihak pengguna jasa dan pihak penyedia, yaitu owner, konsultan,
kontraktor, sub kontraktor dan supplier.
6) Latihan
7) Rangkuman
8) Evaluasi
2) Tahap Konseptual
4) Tahap Implementasi
5) Tahap Terminasi
7) Latihan
8) Rangkuman
9) Evaluasi
1) Project Delivery
2) Master Schedule
4) Latihan
5) Rangkuman
6) Evaluasi
2) Pertimbangan Pembelian
4) Pelaksanaan Procurement
6) Analisa Pemasok
7) Persepsi Pemasok
8) Negosiasi
9) Proses Negosiasi
12)Pengelolaan Pergudangan
13)Perencanaan Gudang
14)Konsep
15)Latihan
16)Rangkuman
17)Evaluasi
3) Latihan
4) Rangkuman
5) Evaluasi
BAB II
PENGENALAN MANAJEMEN RANTAI PASOK
KONSTRUKSI
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu mengetahui tahapan
proyek konstruksi.
2.1 Umum
Untuk mengawinkan dan selanjutnya mengatur elemen rantai pasok hilir dan
hulu, kontraktor utama harus mengembangkan struktur sistim komunikasi
yang efisien untuk hubungan manajemen yang efektif.
MRPK/ SCM dapat dengan mudah membawa evolusi alami kearah hubungan
kerja yang produktif pada seluruh proses konstruksi.
d) Design build
Dalam area ini termasuk informasi demand dan supply proyek (transparansi
informasi, aliran, akuisisi, ketersediaan dan sharing). Elemen kunci dalam
ketidak pastian manajemen informasi dianalisis dalam arti bagaimana mereka
berkontribusi terhadap ketidak efisienan informasi di hulu dan hilir dari proses
konstruksi. Pada saat yang sama, sub kontraktor, material, peralatan dan
bahkan dana bergerak dalam merespon signal aliran informasi.
Bagaimanapun pada proyek konstruksi aliran ini terjadi dalam konteks
hubungan antara organisasi independen. Dalam lingkungan pra-CSCM ada
kepercayaan informal pada manajemen informasi untuk mengoordinasi mata
rantai. Kekuatan CSCM adalah dapat menyeberang batas organisasi,
mengorganisasi informasi dan aliran proses, mengirimkan sinyal operasi dan
mengevaluasi hasil. Dengan demikian manajemen informasi adalah darah
kehidupan dari CSCM.
Secara ideal hasil akhir untum semua anggota construction supply chain
adalah mengurangi ketidak pastian (uncertainty), mencapai pengendalian
biaya yang lebih baik, waktu kegiatan, material, peralatan, mutu nproyek dan
mencapai kepuasan pemilik proyek.
Pada akhirnya mitra supply chain akan memperoleh keuntungan dari usaha
bersama (joint effort)
Aliansi strategis pasokan konstruksi melangkah lebih jauh dengan hal ini
dengan hubungan dengan level yang lebih dalam dimana mitra membuat
Dalam praktek, mengatasi hambatan sosial dan sikap serta praktik manajerial
terbukti sangat sulit.
2.7 Latihan
2.8 Rangkuman
Ada beberapa praktek yang baik untuk meramalkan keuntungan CSCM, yaitu:
Jawablah pertanyaan dibawah ini, dengan cara memilih jawaban yang paling
benar!
a. Sektor Pariwisata
2. Berikut adalah metode pricing yang banyak dipakai kontraktor atau sub
kontraktor pada industri konstruksi, kecuali:
c. Pembangunan
Sejak dahulu telah dikenal adanya proyek. Wujud dan skalanya dapat
beraneka ragam, mulai dari rumah hunian sederhana sampai dengan candi-
candi raksasa. Semakin maju peradaban manusia semakin besar dan
kompleks proyek yang dikerjakan dengan melibatkan penggunaan bahan-
bahan, tenaga kerja, dan teknologi yang makin terampil dan canggih. Akan
tetapi, mengapa kegiatan tersebut disebut proyek? Bagaimana halnya dengan
kegiatan petani di ladang atau nelayan di laut yang terus menerus dikerjakan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya? Jawaban atas pertanyaan tersebut
akan menjadi topik pembahasan bagian awal buku ini, yakni batasan dan
penjelasan kegiatan yang berbentuk proyek. Pembahasan dimulai dengan
merumuskan definisi dan membedakan dengan kegiatan operasional rutin,
menyinggung kriteria besar kecil dan kompleksitas suatu proyek.
Pembahasan kemudian dilanjutkan dengan menganalisis dinamika yang
melekat pada kegiatan tersebut.
Sampai pada saat ini belum ada kriteria yang telah dibakukan untuk dapat
mengatakan besar kecilnya suatu proyek secara kuantitatif. Salah satu
sebab adalah banyaknya ragam proyek sehingga besamya ukuran proyek
yang satu (misalnya, rumah tinggal), belum tentu sama dengan ukuran
proyek yang lain (misalnya, bendungan serbaguna). Dalam rangka
meletakkan bahasa yang sama,
c) Kompleksitas Proyek
d) Macam Proyek
1) Proyek Engineering-Konstruksi
2) Proyek Engineering–Manufaktur
5) Proyek Kapital
Semakin besar dan kompleks suatu proyek, ciri tersebut semakin terlihat. Ciri
pokok ini dikenal sebagai dinamika dalam kegiatan sepanjang daur hidup
proyek (project life cycle). Dalam siklus proyek, kegiatan-kegiatan
berlangsung mulai dari titik awal, kemudian jenis dan intensitasnya
meningkat sampai ke puncak (peak), turun, dan berakhir. Kegiatan¬kegiatan
tersebut memerlukan sumber daya yang berupa jam-orang (man-hour),
dana, material atau peralatan
Bila dibuat grafik dengan sumber daya pada sumbu vertikal dan waktu pada
sumbu hori ontal, maka akan terlihat siklus proyek sebagai garis lengkung
dengan titik-titik awal, puncak, dan akhir.
(c) Tahap 2
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya siklus proyek
terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap yang diklasifikasikan oleh UNIDO sebagai
tahap persiapan, diperinci lebih lanjut oleh PMI menjadi tahap konseptual
dan definisi. Tahap ini sering pula disebut tahap perencanaan dan
pengembangan (PP) karena pada tahap tersebut kegiatan itulah yang
dominan. Tahap akhir proyek dikenal sebagai tahap terminasi. Secara
lengkap, penahapan menurut PMI adalah sebagai berikut:
1) Tahap konseptual.
3) Tahap implementasi.
4) Tahap terminasi
Periode ini terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu penyusunan dan perumusan
agasan, analisis pendahuluan dan pengkajian kelayakan.
d) Memilih peserta proyek yang terdiri dari tim proyek pemilik, kontraktor,
konsultan, arsitek, dan lain-lain.
c) Dokumen berisi definisi lingkup, anggaran biaya (ABP), jadwal induk dan
garis besar kriteria mutu proyek.
Komponen kegiatan utama pada tahap ini berbeda dari proyek ke proyek.
Tetapi untuk proyek E-MK umumnya terdiri dari kegiatan desain-
engineering terinci fasilitas yang hendak dibangun, desain-engineering
produk, pengadaan material dan peralatan, manufaktur atau pabrikasi dan
instalasi atau konstruksi.
e) Bila langkah di atas telah selesai maka disusun laporan penutupan proyek
a) Instalasi atau produk yang siap pakai atau siap beroperasi. Ini ditandai
dengan diterbitkannya sertifikat "operational acceptance" oleh pemilik
proyek untuk pelaksana atau kontraktor.
Tahap operasi atau utilisasi atau aplikasi hasil proyek tidak termasuk dalam
siklus proyek, tetapi sudah merupakan kegiatan operasional. Kita
mencantumkannya di sini hanya untuk memperjelas batas kegiatan yang
bersangkutan; di mana kegiatan proyek berhenti dan organisasi operasi mulai
bertanggung jawab atas operasi dan pemeliharaan instalasi atau produk
hasil proyek
3.7 Latihan
Untuk ukuran proyek sampai pada saat ini belum ada kriteria yang telah
dibakukan untuk dapat mengatakan besar kecilnya suatu proyek secara
kuantitatif. Salah satu sebab adalah banyaknya ragam proyek sehingga
besamya ukuran proyek yang satu (misalnya, rumah tinggal), belum tentu
sama dengan ukuran proyek yang lain (misalnya, bendungan serbaguna).
Dalam rangka meletakkan bahasa yang sama,
b) Proyek Engineering–Manufaktur
e) Proyek Kapital
1) Tahap Persiapan
2) Tahap Implementasi
(b) Tahap 1
(c) Tahap 2
3) Tahap implementasi.
4) Tahap terminasi
3.9 Evaluasi
Jawablah pertanyaan dibawah ini, dengan cara memilih jawaban yang paling
benar!
1. Berikut ini adalah ciri pokok proyek sebagai berikut, kecuali:
b. Kompleksitas Proyek
b. Memilih peserta proyek yang terdiri dari tim proyek pemilik, kontraktor,
konsultan, arsitek, dan lain-lain.
Ada beberapa fase tahapan kegiatan proyek yang berurutan untuk metode
penyerahan (delivery method) yaitu Fase desain, Fase Penawaran (atau
tender), Fase konstruksi dan Fase Pendanaan.
D-B bergantung pada satu titik kontrak tanggung jawab dan digunakan untuk
meminimalkan resiko untuk pemilik proyek dan untuk mengurangi Jadwal
penyerahan yang tumpang tindih antara tahap desain dan tahap konstruksi
dari suatu proyek. DB dengan tanggung jawab titik tunggal membawa
perlakuan kontrak yang jelas untuk klien karena kontraktor D-B akan
bertanggung jawab untuk semua pekerjaan pada proyek, terlepas dari sifat
kesalahannya.
Salah satu dokumen yang dihasilkan pada tahap perencanaan proyek adalah
Master Schedule Proyek (Rencana Induk Proyek) yangmemuat data tentang:
4.3 Latihan
4.4 Rangkuman
Ada beberapa fase tahapan kegiatan proyek yang berurutan untuk metode
penyerahan (delivery method) yaitu Fase desain, Fase Penawaran (atau
tender), Fase konstruksi dan Fase Pendanaan.
Desain-Build (desain/ membangun, dan disingkat D-B atau D/B) adalah suatu
metode penyerahan proyek yang digunakan dalam industri konstruksi. Ini
adalah metode menyerahkan sebuah proyek di mana desain dan layanan
konstruksi dikontrak oleh entitas tunggal yang sama, dikenal sebagai desain-
builder contractor.
Master Schedule merupakan salah satu dokumen yang dihasilkan pada tahap
perencanaan proyek yang memuat data tentang:
a) Macam kegiatan dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakan;
g) Dll.
4.5 Evaluasi
a) Memperoleh barang dan layangan dari pemasok pada jumlah, harga, dan
kualitas yang sesuai kebutuhan.
b) Memastikan perusahaan memperoleh pelayanan terbaik dari pemasok
sehingga proses operasi di perusahaan berjalan lancar.
c) Mengidentifikasi pemasok yang mampu menyediakan barang dan layanan
terbaik, dan membina hubungan baik.
d) Menjalin hubungan yang lebih dekat dengan pemasok untuk saling
memahami kebutuhan masing-masing.
e) Negiosasi biaya pembelian dan pengadaan barang.
f) Mempersiapkan kemungkinan akan kelangkaan barang, kenaikan harga,
dan rencana pengembangan produk baru organisasi.
Spesifikasi ini terdiri dari: karakter fisik barang, warna, merek, dan lain
sebagainya. Bersama dengan bagian produksi, bagian pengadaan barang
sudah menentukan apakah pemenuhan barang dengan membeli dari
pemasok atau membuat sendiri barang tersebut.
b) Skala ekonomi,
e) Keteresediaan kapasitas,
f) Ketertarikan dengan kompetensi inti yang ada saat ini dan yang akan
datang,
g) Regulasi
Jika perhitungan biaya dan resiko di masa kini dan masa depan lebih
menguntungkan dengan membuat barang sendiri, perusahaan dapat
membuatanya. Jika barang yang dibutuhkan bukan barang inti ynag
mendukung proses perusahaan, perusahaan dapat membelinya dari
perusahaan lain. Misalnya, sebuah perusahaan pembuat film tidak perlu
membuat alat tulis untuk menyediakan alat tulis bagi karyawannya tetapi bisa
membeli dari perusahaan pembuat alat tulis. Perusahaan pembuat film
cukup mempersiapkan jumlah safety stock di gudangnya.
a) Tipe pemasok:
1) Sole: satu-satunya pemasok yang tersedia di industri, bisa karena
peraturan pemerintah atau pemasok memiliki satu-satunya teknologi
untuk mengakses bahan mentah.
2) Single: ada beberapa pilihan pemasok, tetapi hanya dipilih satu
karena keunikan/kemampuan pemasok yang tidak dimiliki perusahaan
lain. Tujuan adalah: mempermudah transaksi, komunikasi yang lebih
baik, kesamaan pasokan untuk barang-barang kritis.
3) Multiple: memilih beberapa pemasok, biasanya 3 – 4 pemasok untuk
barang-barang yang menjadi inti proses/ input. Jumlah pemasok yng
terlalu sedikit akan menurunkan posisi persaingan kita. Di sisi lain,
terlalu banyak pemasok akan mempersulit koordinasi dan penilaian
pemasok. 3 – 4 pemasok dapat menumbuhkan persaingan yang sehat
atar pemasok
b) Kualitas manajemen dan kesehatan keuangan (arus kas) pemasok.
Tujuannya untuk menjalin hubungan jangka panjang dan menjaga
kelancaran proses dari pemasok itu sendiri. Kemampuan teknis dan
kehandalan pemasok untuk terus mempertahankan kemampuan
teknisnya
c) Lokasi, harga, dan pelayanan purna jual. Pertimbangkan keuntungan dan
kerugian dari pemasok lokal dan nasional, pajak, izin pengiriman barang,
pemasok mana yang andal menyesuaikan dengan kondisi dan budaya di
Negara konsumen berada, dan pemasok yang memiliki sertifikasi.
Bobot dan niai dikalikan, kemudian hasil total untuk semua kriteria
dijumlahkan. Karena pemasok A mendapat nilai tertinggi, pemasok A menjadi
pilihan utama. Penilaian dapat dilakukan terhadap 10 pemasok untuk
mendapat 3 pemasok.
Kualitas
1 10 5 50 4 40 5 50
bahan
Ketepatan
2 8 3 24 4 32 5 40
kirim
Kesepakat
3 7 5 35 3 21 3 21
an harga
Jaminan
4 5 4 20 5 25 4 20
keuangan
Pelayanan
5 2 3 6 5 10 5 10
purna jual
Kemampu
6 an 6 5 30 2 12 2 12
memasok
Memiliki
7 0 Ya Ya Tidak
sertifikat
Jumlah 165 144 153
b) Saling menguntungkan.
a) Vendors
b) Traditional Suppliers
Ada interaksi dan komunikasi yang lebih baik antara pembeli dan penjual.
c) Certified Suppliers
d) Partnership
Jika pengiriman barang sudah dilaksanakan dengan baik dan kerjasama
antara pembeli dan pemasok semakin tinggi, terjalin supplier partnership
yang didukung oleh tiga faktor penting, yaitu: komitmen jangka panjang,
kepercayaan dan berbagi visi. Jika kondisi ini tercapai, maka pembeli dan
pemasok dapat bekerja sama dalam meningkatkan efisiensi proses dan
penyelesaian masalah.
e) Strategic Aliances
1) Bulk buying
2) Contract buying
3) Hedging
4) Blanket order
a) Risiko pasokan
Risiko yang tinggi dapat dinilai ketika pemasok sulit mengirim barangnya,
ketersediaan barang sangat barang, biaya kirim yang tinggi karena
infrastuktur tidak mendukung, barang harus diimpor dan frekuensi
pengiriman terbatas sehingga perusahaan harus menyediakan inventory
tinggi, atau peraturan internasional yang menhambat kelancaran pasokan.
Value
engineering
Pembeli berharap sebanyak mungkin pemasoknya dikategorikan sebagai
pengungkit. Oleh sebab itu, pemasok yang termasuk sebagai kategori Kritis
harus diturunkan risikonya dan pemasok yang termasuk sebagai kategori
Rutin tingkatkan nilai bisnisnya. Pemasok yang menjadi bottleneck
diturunan risikonya terlebih dahulu, kemudian ditingkatkan nilai bisnisnya.
Proses ini digambarkan dalam gambar 5.2.
Organisasi pembeli harus tahu kapan menggabungkan order (misal: alat tulis
kantor dari seluruh departemen) dan kapan memisahkan order (impor bukan
barang jadi, tetapi potongan/ modulnya saja, kemudian dirakit sendiri).
Kompetisi atau pasar ideal terjadi pada kondisi leverage, karena nilai
pembelian tinggi dan risiko pengadaan rendah sehingga banyak tersedia
penyedia. Kondisi ini mendorong pasar dan kompeteisi menuju harga
bersaing.
b) Pembeli adalah perusahaan besar dan ingin membeli dalam jumlah besar,
e) Penjual memiliki keahlian khusus yang tidak dimiliki penjual lain dalam
memenuhi permintaan pembeli.
5.8 Negosiasi
a) Tahap Persiapan
b) Variable-Margin Pricing
Sering kali pemasok menjual barangnya dengan harga yang didasarkan
pada semua proses produksinya sehingga ada produk yang harganya
terlalu tinggi dan ada yang terlalu rendah.
c) Analisis Harga
Berdasarkan proposal harga yang kompetitif antar pemasok.
c) Fasilitas perjalanan
Adapun bahan baku yang disimpan dalam gudang adalah sebagai berikut:
c) Aktifitas Gudang
(a) Material: jumlah, ukuran, bentuk, berat, sifat fisik dan kimiawi,
waktu dan frekuensi.
(c) Orang
2) Put – away
3) Storage (Penyimpanan)
4) Picking (Pengambilan)
a) Lokasi Gudang
1) Akses yang baik, tersedia jalan raya, rel, atau aliran sungai, yang
mendukung proses pengiriman barang dari dan ke gudang.
Terdiri dari:
5.14 Konsep
Terdiri dari ruang simpan dan gerak untuk barang yang simpan (kapasitas
dan akses memadai), orang yang bertugas (keamanan dan kenyamanan),
dan alat penyimpanan (misalnya: forklift) dan pengambilan barang
(mampu bergerak cepat, lancar, dan memiliki tempat penyimpanan yang
aman).
d) SAFETY (Keselamatan)
e) SECURITY (Keamanan)
Gudang harus dirancang agar aman bagi orang yang bertugas (aman
dalam menjalankan tugasnya digudang, sehingga harus jelas
tanggungjawab setiap orang), aman bagi barang yang disimpan sehingga
terjaga dari risiko hilang, dan aman bagi peralatan yang digunakan
sehingga terjaga dari risiko kehilangan.
5.16 Rangkuman
a) Memperoleh barang dan layangan dari pemasok pada jumlah, harga, dan
kualitas yang sesuai kebutuhan.
b) Memilih Pemasok
b) Saling menguntungkan.
Didalam tahapan Procurement juga ada yang disebut dengan “Konsep 6S”
(Speed, Space, Specification, Safety, Security, Situation) yang memiliki tujuan
untuk menjalankan storage (fungsi penyimpanan) yang baik.
5.17 Evaluasi
Jawablah pertanyaan dibawah ini, dengan cara memilih jawaban yang paling
benar!
1. Dalam proses negoisasi atau tender yang dilakukan, hal-hal yang harus
dipertimbangkan adalah sebagai berikut, kecuali:
a. Blanket order,
b. Purchase order,
d. Term of payment
a) Ketepatan
b) Tingkat produk yang ditolak karena rusak maksimum 2%, nilai untuk
kinerja tingkat produk rusak
2) 2% - 5%, 5.
Evaluasi kinerja pemasok peralatan konstruksi, dalam hal ini peralatan sewa
atau peralatan leasing biasanya menggunakan data yang digunakan pada
sistim informasi manajemen peralatan proyek yang terdiri dari Laporan Harian
Operator, Laporan Perbaikan Alat, Laporan Pemeliharaan Alat, Laporan
Bulanan Peralatan Proyek
Pemasok peralatan rental/ sewa biasanya menetapkan tarip sewa per jam
operasi serta batasan jam minimum pemakaian peralatan per bulan
(umumnya minimum 200 jam per bulan) dikurangi jam kerusakan selama alat
dalam perbaikan.
Kinerja alat sewa akan dinyatakan performed bila bisa mencapai jumlah
pemakaian lebih dari 200 jam per bulan, dan kurang performed bila
pemakaian kurang dari 200 jam per bulan (karena alat sewa sering
mengalami kerusakan sehingga angka 200 jam tidak tercapai)
6.3 Latihan
6.4 Rangkuman
Dalam kriteria evaluasi, ada dua metode untuk mengevaluasi supplier yaitu
evaluasi berbasis proses dan evaluasi berbasis kinerja.
Cara penilaiannya bisa dilakukan sama seperti ketika memilih pemasok yaitu
adalah kriteria penilaian diketahui dan disepakati bersama oleh perusahaan
dan pemasok sebelum kerja sama dijalankan.
a) Jenis material sedikit dan tidak jauh berbeda sayu dengan lain.
b) Jumlah user (bagian yang memakai barang yang dibeli) tidak terlalu
banyak.
c) Secara geografis tiap bagian/ pabrik tidak berjauhan.
d) Pesanan dari beberapa bagian/ wilayah dapat dikonsolidasikan, sehingga
memungkinkan menekan harga beli.
e) Mengurangi beban kerja pembelian barang di unit kerja lain.
f) Kontak dengan pemasok dilakukan melalui satu titik komunikasi sehingga
alur informasi dapat lebih efisien.
Jawablah pertanyaan dibawah ini, dengan cara memilih jawaban yang paling
benar!
Ada beberapa praktek yang baik untuk meramalkan keuntungan CSCM, yaitu:
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan mengikuti kelas
lanjutan untuk dapat memahami detail manajemen rantai pasok pada industri
dan ketentuan pendukung terkait lainnya, sehingga memiliki pemahaman
yang komprehensif mengenai materi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Konstruksi Indonesia 2012, Harmonisasi Rantai Pasok Konstruksi, Konsepsi, Inovasi
dan Aplikasi di Indonesia, 2012
W.C. Benton, Jr. and Linda F. Mc.Henry, Construction Purchasing and Supply Chain
Management, Mc Graw Hill 2010
Ir. Iman Soeharto, Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional), Edisi
Kedua, 1999
David Blanchard, Supply Chain Management Best Practices, John Wiley & Sons, Inc
2007 Praktek. Jakarta: Bina Aksara
GLOSARIUM
RFP : Request for Proposal
Jawaban:
Ada beberapa praktek yang baik untuk meramalkan keuntungan CSCM,
yaitu:
• Pertama industri konstruksi harus mengembangkan sikap tulus ke arah
dedikasi yang kuat pada efisiensi operasinal. Kepercayaan dan
komitmen kearah pengembangan efisiensi operasional sebagai
penggerak profit memerlukan dukungan organisasi tingkat tinggi yang
harus dikomunikasikan seluruh perusahaan.
• Kedua adalah kebutuhan untuk elemen operasional dalam melakukan
perbaikan berkelanjutan/ terus menerus.
• Ketiga yang diperlukan untuk memposisikan efisiensi pengoperasian
sebagai sumber keuntungan adalah menghilangkan/ mengurangi
waste.
1. a
2. c
3. d
1) Tahap Persiapan
2) Tahap Implementasi
Bila langkah di atas telah selesai maka disusun laporan penutupan proyek
1. b
2. c
3. c
1. b
2. d
3. c
2017
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI