Anda di halaman 1dari 13

KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT NELAYAN

DESA PUASANA KECAMATAN MORAMO UTARA


KABUPATEN KONAWE SELATAN

Social Economic Conditions Of Fishermans North Moramo District Vacation


Region Regency Of South Konawe

Isranita1, Sarini Yusuf2, dan Sjamsu Alam Lawelle2

1) Mahasiswa Jurusan/Program Studi Agribisnis Perikanan FPIK UHO


2) Dosen Jurusan/Program Studi Agribisnis Perikanan FPIK UHO
e-mail: Isranita@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan Desa Puasana
Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret
sampai April 2017. Data diperoleh melalui wawancara secara langsung berdasarkan kuesioner yang telah
disediakan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 24 orang dengan menggunakan
metode sampling jenuh atau sensus. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah umur, tingkat
pendidikan, kesehatan, jenis keadaan rumah, jenis transportasi, interaksi sosial, media berita, jenis
pekerjaan dan jumlah tanggungan keluarga nelayan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif
kualitatif, sedangkan untuk menghitung jumlah penerimaan yang diperoleh nelayan menggunakan rumus
TR = P.Q, TR yaitu penerimaan total, P yaitu harga dan Q yaitu kuantitas barang yang terjual. Hasil
analisis menunjukkan bahwa kondisi sosial masyarakat nelayan yang ditunjukan adalah umur nelayan
didominasi usia produktif dengan kesehatan yang cukup baik. Jenjang pendidikan yang ditempuh adalah
pendidikan formal. Status rumah yang ditempati adalah milik sendiri yang luasnya 7m x 5m
menggunakan atap seng, dinding permanen dan lantai dasar rumah umumnya menggunakan keramik.
Jenis transportasi yang digunakan nelayan lebih banyak menggunakan kendaraan bermotor. Interaksi
sosial antar nelayan cukup baik. Nelayan tersebut memperoleh berita lebih banyak dari siaran TV. Mata
pencaharian utama masyarakat adalah sebagai nelayan karena pendapatan yang diperoleh lebih besar
dibandingkan dengan jenis pekerjaan lainnya, yaitu sebesar Rp2.210.000/bulan. Penerimaan seperti ini
dapat menanggung jumlah anggota keluarga 4 orang.

Kata kunci: Desa Puasana, sosial ekonomi, nelayan

ABSTRACK
This study aimed to determine the socio-economic conditions of fishermen community of Puasana Village,
North Moramo District, South Konawe Regency. The study was conducted from March to April 2017.
Data were obtained through direct interview using a questionnaires that have been provided. The
samples used in this study were 24 individuals using census method. Data collected consisted of age,
education level, health, house type, transportation type, social interaction, news media, type of work and
number of family dependents. Those data were analyzed descriptively qualitative, while to know the
revenue of fisherman using the formula of TR = P.Q; where TR is the total revenue, P is price and Q is
quantity of fish sold.The result of study showed that the social condition of fishermen community was
dominated by productive age with good health and having formal education. The status of house occupied
of 7m x 5m using the zinc roof, permanent wall and floor generally use ceramic were owned themselves.
Type of transportation used by fishermen was generally motor vehicles. Social interaction among
fishermen was quite good and they got news generally from TV broadcast. The divelihood of coastal
community sware mainly as fisherman die to income gained much higher then the other
occupations. The higher income gained was Rp 2,210,00/mont wich can accommodate the family
dependent of maximum 4 individuals.

Keywords: Puasana Village, social economy, fisherman

J. Sosial Ekonomi Perikanan FPIK UHO, ISSN 2502-664X: 2(4) November 2017 219
Isranita et al. – Kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan…

PENDAHULUAN tasi laut. Dari segi tingkat pendidikan


masyarakat pesisir sebagian besar masih
Potensi sumber daya perikanan di
rendah, serta kondisi lingkungan pemu-
Indonesia sangat besar dan beragam.
kiman masyarakat pesisir, khususnya
Luas laut yang melebihi daratan menjadi-
nelayan masih belum tertata dengan baik
kan Indonesia salah satu negara yang
dan terkesan kumuh. Dengan kondisi
banyak memiliki sumber daya perikanan
sosial ekonomi masyarakat yang relatif
yang seharusnya dapat mensejahterakan
berada dalam tingkat kesejahteraan
kehidupan masyarakat nelayan yang
rendah, maka dalam jangka panjang
menggantungkan hidup pada potensi
tekanan terhadap sumber daya pesisir
kelautan. Namun kenyataannya kehidu-
akan semakin besar guna pemenuhan
pan masyarakat nelayan dilanda
kebutuhan masyarakat pesisir yang seba-
kemiskinan, bahkan kehidupan masya-
gian besar masyarakatnya bermata
rakat tersebut sering diidentikkan dengan
pencaharian sebagai nelayan.
kemiskinan. Tingkat kesejahteraan para
pelaku perikanan (nelayan) pada saat ini
Masyarakat nelayan sebagai komunitas
masih dibawah sektor-sektor lain,
wilayah pesisir, sering kali tersisih dari
termasuk sektor pertanian agraris.
pembangunan sebab prioritas kebijakan
Nelayan (khususnya nelayan buruh dan
pemerintah lebih terfokus kepada sektor
nelayan tradisional) merupakan kelom-
pertanian atau daratan. Kehidupan
pok masyarakat pesisir yang dapat
nelayan yang masih menggantungkan
digolongkan sebagai lapisan sosial yang
nasib kepada hasil laut, masih dalam
paling miskin diantara kelompok
taraf sederhana dengan pola mata
masyarakat dari sektor pertanian.
pencaharian menggunakan teknologi
tradisional. Disamping alat tangkap
Masyarakat pesisir adalah masyarakat
mereka sudah jauh tertinggal, mereka
yang tinggal dan melakukan aktifitas
melaut juga pada area penangkapan di
sosial ekonomi yang berkaitan dengan
wilayah pesisir juga terbatas. Masya-
sumber daya wilayah pesisir dan lautan.
rakat nelayan merupakan kelompok
Dengan demikian, secara sempit masya-
masyarakat yang relatif tertinggal secara
rakat pesisir memiliki ketergantungan
ekonomi, sosial (khususnya dalam hal
yang cukup tinggi dengan potensi dan
akses pendidikan dan layanan
kondisi sumber daya pesisir dan lautan.
kesehatan), dan kultural dibandingkan
Masyarakat pesisir adalah sekumpulan
dengan kelompok masyarakat lain.
masyarakat yang hidup bersama-sama
Kondisi masyarakat pesisir atau
mendiami wilayah pesisir membentuk
masyarakat nelayan diberbagai kawasan
dan memiliki kebudayaan yang khas
pada umumnya ditandai oleh adanya
yang terkait dengan ketergantungannya
beberapa ciri, seperti kemiskinan,
pada pemanfaatan sumber daya pesisir.
keterbelakangan sosial-budaya, rendah-
Selain memilliki kebudayaan yang khas
nya Sumber Daya Manusia (SDM)
masyarakat pesisir mempunyai sifat khas
karena sebagian besar penduduknya
sesuai dengan perwatakan tertentu yang
hanya lulus sekolah dasar atau belum
di sebut dengan karakteristik.
tamat sekolah dasar, dan lemahnya
fungsi dari keberadaan kelompok usaha.
Karakteristik sosial ekonomi masyarakat
pesisir pada umumnya bermata
Kecamatan Moramo Utara yang terletak
pencaharian di sektor perikanan dan
di Kabupaten Konawe Selatan
kelautan seperti nelayan, pembudidaya
merupakan salah satu kawasan yang
ikan, penambangan pasir dan transport-

220 http://ojs.uho.ac.id/index.php/JSEP
memiliki banyak gunung batu, sumber tangkapannya dan dengan besarnya
daya hutan, laut dan objek wisata. penerimaan yang diterima oleh nelayan
Dengan banyaknya potensi alam yang yang nantinya sebagian digunakan untuk
dimiliki oleh Kecamatan Moramo Utara memenuhi kebutuhan keluarga, karena
ini menjadikannya sebagai salah satu dalam pemenuhan kebutuhan peneri-
kawasan yang strategis dan menarik maan merupakan faktor yang sangat
untuk diteliti, dan tidak heran menentukan. Masyarakat nelayan mela-
pengunjung dari kecamatan lain datang kukan pekerjaan ini untuk memenuhi
ke Kecamatan Moramo Utara. Moramo kebutuhan rumah tangganya dan untuk
Utara sendiri terdiri dari beberapa desa kesejahteraan hidupnya karena masya-
yaitu, Desa Puasana, Lalowaru, Tanjung rakat manapun perbaikan kualitas hidup
Tiram, Wawatu, Mata wawatu, dan perbaikan kesejahteraan sangat
Sanggula, Mekar Jaya, Undedao, diharapkan karena semakin baik kualitas
Lamokula, dan Mata Iwoi. Peneliti akan hidup, semakin terbuka kesempatan
melakukan penelitian tentang kondisi untuk berproduksi akan menciptakan
sosial ekonomi masyarakat di Desa penerimaan yang lebih besar untuk
Puasana. pemenuhan kebutuhan.

Kehidupan sosial masyarakat Desa Berdasarkan uraian diatas kondisi sosial


Puasana terdiri dari interaksi sosial, nilai ekonomi merupakan masalah yang di-
sosial, tingkat pendidikan dan keadaan hadapi masyarakat nelayan yang sudah
rumah tinggal, sedangkan gambaran menjadi faktor utama dari tingkat
kehidupan ekonomi masyarakat Desa kesejahteraan khususnya didesa Puasana
Puasana ini terdiri dari jenis pekerjaan, Kecamatan Moramo Utara Kabupaten
jumlah tanggungan keluarga dan Konawe Selatan, oleh karena itu penulis
penerimaan yang diterima nelayan. tertarik untuk melakukan penelitian yang
Kondisi sosial ekonomi masyarakat berfokus pada kondisi sosial ekonomi
nelayan Desa Puasana masih tergolong masyarakat di desa tersebut.
rendah karena sebagian besar ekonomi
masyarakat Desa Puasana dibawa garis Tujuan pada penelitian ini yaitu
rata-rata kemiskinan karena disebabkan mengetahui Kondisi Sosial Ekonomi
oleh beberapa faktor yaitu pendidikan, Masyarakat Nelayan Desa Puasana
jenis pekerjaan, dan keadaan rumah yang Kecamatan Moramo Utara Kabupaten
dimilikinya karena dengan rendahnya Konawe Selatan.
pendidikan maka akan rendah
pekerjaannya, dan dengan rendahnya METODE PENELITIAN
pekerjaan akan rendah pula pendapatan
yang dihasilkan. Desa Puasana Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
merupakan daerah pesisir yang sebagian Maret-April 2017, bertempat di Desa
besar masyarakatnya menggantungkan Puasana, Kecamatan Moramo Utara,
hidupnya dilaut dengan memanfaatkan Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi
sumber daya laut untuk memenuhi Sulawesi Tenggara. Pemilihan lokasi
kebutuhannya sehari-hari dengan bekerja penelitian ini bertempat di Desa Puasana
sebagai nelayan, hal ini disebabkan karena sebagian masyarakat di Desa
karena tingkat pendidikan masyarakat di tersebut bermata pencaharian sebagai
Desa Puasana sebagian besar masih nelayan.
tergolong rendah. Penerimaan masya-
rakat nelayan ditentukan oleh hasil

J. Sosial Ekonomi Perikanan FPIK UHO, ISSN 2502-664X: 2(4) November 2017 221
Isranita et al. – Kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan…

Populasi yang digunakan dalam pene- sedangkan data kuantitatif yaitu jenis
litian ini adalah semua masyarakat data yang dapat diukur atau dihitung
nelayan tangkap yang berada di Desa secara langsung, yang berupa informasi
Puasana Kecamatan Moramo Utara atau penjelasan yang dinyatakan dengan
Kabupaten Konewe Selatan yang bilangan atau berbentuk angka (Sugiono,
berjumlah 24 orang. 2010). Data kuatitatif penelitian ini
yaitu kondisi ekonomi masyarakat
Sampel adalah bagian dari jumlah dan nelayan yang terdiri dari jenis pekerjaan,
karakteristik yang dimiliki oleh populasi jumlah tanggungan keluarga, keadaan
(Sugiono, 2010). Metode yang rumah, biaya, dan keuntungan.
digunakan dalam penentuan sampel
adalah sampling jenuh atau sensus yaitu Analisis dimaksud untuk menyederhana-
teknik penentuan sampel bila semua kan data kedalam bentuk yang lebih
anggota populasi digunakan sebagai mudah dibaca dan diinterpretasi. Dalam
sampel. Metode sensus digunakan dalam penelitian ini digunakan metode
penelitian ini karena jumlah populasi kualitatif dan kuantitatif yang meng-
sedikit (terbatas), sehingga peneliti gunakan analisis deskriptif kualitatif dan
mengambil jumlah sampel sama dengan penerimaan. Analisis deskriptif bertuju-
jumlah populasi yaitu 24 responden. an untuk mengetahui secara deskriptif
kualitatif dari kegiatan nelayan terhadap
Data yang dikumpulkan didaerah kondisi sosial masyarakat sedangkan
penetian yaitu data primer dan data analisis penerimaan bertujuan untuk
sekunder. Data primer diperoleh dari mengetahui kondisi ekonomi masyarakat
hasil wawancara langsung dengan yang bermata pencaharian sebagai
masyarakat nelayan tangkap yang ada nelayan tangkap.
didaerah penelitian dengan mengguna-
kan kuesioner. Data tersebut berupa Dumairy (2002) menyatakan bahwa
pertanyaan-pertanyaan langsung menge- penerimaan total adalah sama dengan
nai responden serta pertanyaan mengenai jumlah unit output yang terjual (Q)
apa yang di lakukan masyarakat nelayan dikalikan harga output per unit. Jika
tangkap di daerah tersebut. Sedangkan harga jual per unit output (P), maka
data Sekunder merupakan data dapat di gunakan rumus:
penunjang yang berkaitan dengan
penelitian yang diperoleh dari berbagai TR = P.Q …………………………….(1)
sumber atau instansi seperti BPS (Badan
Pusat Statistik), kantor kecamatan, Dimana:
kelurahan maupun swasta yang dapat TR = Penerimaan total
mendukung pelaksanaan penelitian ini. P = Harga
Q = Quantitas barang yang terjual
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data Kualitatif dan HASIL DAN PEMBAHASAN
data kuantitatif. Data kualitatif yaitu data
yang disajikan dalam bentuk kata verbal 1. Umur
bukan dalam bentuk angka (Sugiono,
2010). Data Kualitatif penelitian ini
Umur yang dimaksud dalam penelitian
yaitu kondisi sosial masyarakat nelayan
ini yaitu usia nelayan tangkap yang
yang terdiri dari umur, tingkat
dihitung sejak lahir sampai dilakukannya
pendidikan, agama, suku dan kesehatan
penelitian. Usia nelayan berdasarkan

222 http://ojs.uho.ac.id/index.php/JSEP
golongan umur di Desa Puasana pada Tabel 1.
Kecamatan Moramo Utara dapat dilihat

Tabel 1 Identitas nelayan berdasarkan umur


No Umur(tahun) Responden (orang) Persentase (%)
1 < 15 0 0
2 15 – 54 24 100
3 > 54 0 0
Sumber: Data primer setelah diolah, 2017

Umur dapat mempengaruhi kemampuan Puasana Kecamatan Moramo Utara


seseorang, baik fisik maupun cara dengan semua nelayan tangkap yang
berpikir dalam mengelola kegiatan berjumlah 24 orang dengan kisaran usia
usaha. Orang yang berumur muda dan 15-54 tahun dengan persentase 100%,
sehat memiliki kemampuan fisik lebih artinya dari segi umur maka seluruh
kuat, cepat mengadopsi teknologi dan nelayan tangkap masih memiliki
informasi serta lebih tanggap dan berani kekuatan fisik untuk terus bekerja dalam
menerima risiko dalam upaya memaju- kegiatan penangkapan ikan dan masuk
kan usahanya, namun minim dalam dalam kelompok produktif. Hal ini
pengalaman, sedangkan Orang yang sesuai dengan pernyataan Soeharjo &
berusia tua umumnya lebih matang Patong (1973) yang mengelompokan
dalam mengelola usahanya, karena umur berdasarkan kelompok produktif
pengalaman mereka lebih banyak, dan non produktif, umur produktif
namun kemampuan fisiknya sudah mulai berkisar antara 15-54 tahun dan umur
menurun. diatas 55 tahun termasuk kategori umur
non produktif.
Seorang nelayan yang masih berusia
muda akan memiliki kemampuan 2. Tingkat Pendidikan
bekerja dan pola pikir yang lebih baik
dalam mengelolah usahanya untuk Pendidikan merupakan salah satu faktor
menunjang keberhasilan usahanya. yang mempengaruhi pola pikir dan
Sedangkan nelayan yang usianya sudah tindakan seseorang. Tingkat pendidikan
cukup tua mempunyai kemampuan kerja merupakan sala satu aspek yang
dan pola pikir yang sudah menurun, menentukan wawasan dan cara berpikir
tetapi akan lebih berhati-hati dalam serta tingkat keterampilan seseorang.
bekerja karena tidak mau terlalu banyak Untuk mengetahui tingkat pendidikan
mengambil resiko pada usaha yang di nelayan tangkap Desa Puasana
jalankan. Kecamatan Moramo Utara dapat di lihat
pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan
bahwa umur nelayan tangkap di Desa

J. Sosial Ekonomi Perikanan FPIK UHO, ISSN 2502-664X: 2(4) November 2017 223
Isranita et al. – Kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan…

Tabel 2 Identitas nelayaan berdasarkan tingkat pendidikan


No Tingkat pendidikan Responden (orang) Persentase (%)
1 Tidak/belum tamat sekolah 0 0
2 SD 14 58,3
3 SMP 4 16,7
4 SMA 6 25,0
Jumlah 24 100
Sumber: Data primer setelah diolah, 2017

Pendidikan merupakan salah satu hal dalam upaya peningkatan produksi hasil
yang penting dalam sejarah kehidupan tangkapan yang tentunya akan berhubu-
manusia dimanapun berada. Dengan ngan langsung dengan besarnya jumlah
latar belakang pendidikan akan pendapatan masyarakat nelayan.
menggambarkan watak, karakteristik
serta hasil karya nyata dalam kehidupan Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel
rumah tangganya serta karya nyata 2, di Desa Puasana Kecamatan Moramo
didalam masyarakat. Tingkat pendidikan Utara bahwa jenjang pendidikan yang
merupakan salah satu aspek yang dilalui nelayan tangkap yaitu pendidikan
menentukan wawasan dan cara berpikir formal yang menunjukan bahwa nelayan
serta tingkat keterampilan seseorang. tangkap yang tinggal di Desa tersebut
Oleh karena itu pendidikan akan berjumlah 24 orang dimana persentase
mempengaruhi pola pikir pelaku usaha tingkat pendidikan nelayan tangkap
nelayan tangkap dalam menjalankan tertinggi berada pada tingkat pendidikan
kegiatan usahanya dan pengambilan SD sebanyak 14 orang dengan
keputusan dalam melakukan penangkap- persentase sebesar 58,3%, terendah
an ikan. Tingkat pendidikan yang tingkat pendidikan SMP sebanyak 3
dimaksud dalam penelitian ini yaitu orang dengan persentase 16,7% dan
tingkat pendidikan formal dan non tingkat pendidikan SMA sebanyak 6
formal. Dimana pendidikan formal orang dengan persentase 25,0%.
maupun non formal merupakan salah Berdasarkan hasil presentase tersebut
satu usaha dalam rangka menambah dapat mununjukan bahwa tingkat
tingkat pengetahuan seseorang, semakin pendidikan formal yang pernah dilalui
tinggi tingkat pengetahuan seseorang nelayan tangkap di Desa Puasana yang
maka semakin tinggi pula kemampuan- dijadikan responden sangat rendah.
nya untuk menerima suatu perubahan Tetapi meskipun pendidikan formal yang
yang bersifat positif atau sesuatu yang di lalui nelayan tangkap sangat rendah
baru. Tidak dipungkiri lagi jika semakin bukanlah suatu masalah bagi mereka,
tinggi pendidikan seseorang maka karena mereka akan tetap belajar lewat
tentunya mempunyai tanggapan yang pengalaman yang pernah mereka lalui
rasional jika dibandingkan dengan orang serta belajar dari pengalaman orang lain,
yang tidak berpendidikan sama skali baik itu dari tetangga maupun dari desa
(Idris, 1992). lain yang sifatnya membangun.

Nelayan tangkap yang berpendidikan 3. Kesehatan


tinggi lebih handal, dinamis, dan
terampil dalam mengelola hasil tangkap- Kondisi kesehatan yang dimaksud dalam
an ikan dan penerimaan terhadap
penelitian ini yaitu kondisi kesehatan
teknologi informasi baru lebih cepat
nelayan tangkap Desa Puasana pada saat

224 http://ojs.uho.ac.id/index.php/JSEP
melakukan penangkapan, untuk tangkap Desa Puasana dapat di lihat
mengetahui kondisi kesehatan nelayan pada Tabel 3.

Tabel 3 Identitas nelayan tangkap berdasarkan kondisi kesehatan


No Kondisi kesehatan Responden (orang) Persentase (%)
1 Sehat 24 100
2 Sakit 0 0
Jumlah 24 100
Sumber: Data primer setelah diolah, 2017

Kesehatan merupakan keadaan sejahtera melakukan penangkapan ikan, jika


dari badan, jiwa dan sosial yang dalam keadaan sehat maka akan lebih
diupayakan melalui tindakan menjaga, baik melaksanakan pekerjaan yang di
memelihara dan meningkatkan derajat lakukan. Berdasarkan Tabel 3 terlihat
kesehatan sehingga bisa hidup produktif jelas bahwa masyarakat nelayan tangkap
dan mempunyai tenaga sebaik-baiknya. desa Puasana Kecamatan Moramo Utara
Kesehantan seseorang tidak hanya kondisi kesehatannya 100% sehat saat
diukur dari aspek fisik, mental, dan melakukan penangkapan ikan.
sosial saja, tetapi juga diukur dari
produktifitasnya dalam arti mempunyai 4. Keadaan Rumah Tinggal
pekerjaan atau menghasilkan secara
ekonomi. Bagi yang belum memasuki Indikator keadaan rumah tinggal dapat di
usia kerja , anak dan ramaja atau bagi lihat dalam 5 item yaitu status
yang sudah tidak kerja (pensiun) atau kepemilikan rumah, luas rumah, jenis
usia lanjut, yakni mempunyai kegiatan, atap rumah, jenis dinding rumah dan
misalnya sekolah atau kuliah bagi anak jenis lantai rumah (BPS, 2008).
dan remaja, dan kegiatan pelayanan
sosial bagi yang lanjut usia (Soekidjo, a. Status Kepemilikan Rumah
2007).
Untuk melihat keadaan jenis rumah
Kondisi kesehatan sangat penting dalam tinggal nelayan tangkap di Desa Puasana
melakukan pekerjaan, karena mempu- maka dapat dilihat dari status tiap-tiap
nyai tubuh yang sehat segala urusan dan rumah yang dimiliki para nelayan
pekerjaan dapat terlaksana dengan baik tanggkap. Keluarga nelayan rata-rata
atau yang diinginkan. Dengan terlaksa- memiliki jenis rumah tinggal milik
nanya pekerjaan maka akan mendapat- sendiri.untuk lebih jelasnya dapat dilihat
kan hasil yang lebih baik pula. Seperti pada Tabel 4.
halnya masyarakat nelayan yang

Tabel 4 Status rumah tinggal


No Status rumah Responden (orang) Persentase (%)
1 Milik sendiri 24 100
2 Menyewa 0 0
3 Menumpang orang lain 0 0
4 Menumpang pada saudara 0 0
Jumlah 24 100
Sumber: Data primer setelah diolah, 2017

J. Sosial Ekonomi Perikanan FPIK UHO, ISSN 2502-664X: 2(4) November 2017 225
Isranita et al. – Kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan…

Status rumah merupakan kedudukan hak keseluruhan nelayan memiliki rumah


kepemilikan seseorang pada sebuah tinggal hak milik sendiri meskipun
rumah atau gedung yang dijadikan sebagian masi terlihat seperti biasa-biasa
sebagai tempat bernaung, isterahat dan saja.
berlindung dari gangguan atau
penggaruh dari luar. Hak milik dapat di b. Jenis Atap Rumah Tinggal
katakan sebagai hak untuk menikmati
sesuatu benda dengan leluasa. Seperti Keluarga nelayan tangkap memiliki
halnya masyarakat nelayan tangkap juga rumah dengan menggunakan atap seng,
memiliki hak kepemilikan suatu benda. dan Rumbia. untuk lebih jelasnya dapat
Masyarakat nelayan tangkap desa
di lihat pada Tabel 5 di bawah ini.
Puasana Kecamatan Moramo Utara
berdasarkan tabel 4 mayoritas atau

Tabel 5 Jenis atap rumah tinggal


No Jenis atap Responden (orang) Persentase (%)
1 Seng 18 75,0
3 Rumbia 6 25,0
Jumlah 24 100
Sumber: Data primer setelah diolah, 2017

Berdasarkan Tabel 5, jenis atap rumah beberapa atau sebagian saja yang
yang di gunakan nelayan tanggkap menggunakannya, dikarenakan menggu-
adalah seng dan rumbiah. Masyarakat nakan atap rumbiah lebih cepat rusak
nelayan tangkap di Desa Puasana dan tidak terlalau lama digunakan.
mayoritas menggunakan jenis atap Seng.
Jenis atap ini memang sudah menjadi c. Jenis Dinding Rumah Tinggal
acuan dalam pembuatan rumah untuk
masyarakat nelayan tangkap. Namun Keluarga nelaya mayoritas memiliki
untuk mendapatkan atap jenis ini harus jenis dinding rumah tinggal permanen
mempunyai biaya yang cukup. Selain sedangkan semi permanen dan non per-
atap jenis seng ada juga yang
manen hanya minoritas saja. untuk lebih
menggunakan atap rumbiah, atap jenis
ini di masyarakat nelayan tangkap hanya jelasnya dapat di lihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Jenis dinding rumah tinggal


No Jenis rumah Responden (orang) Persentase (%)
1 Permanen 16 66,7
2 Semi permanen 6 25,0
3 Non permanen 2 8,3
Jumlah 24 100
Sumber: Data primer setelah diolah, 2017

Masyarakat nelayan tangkap di Desa banyak digunakan yaitu permanen atau


Puasana memiliki jenis dinding rumah sebanyak 16 orang dan yang semi
tinggal permanen, semi permanen dan permanen sebanyak 6 orang selanjutnya
papan/kayu. Dilihat dari Tabel 6, jenis yang memiliki jenis rumah non
dinding rumah tinggal yang paling permanen sebanyak 2 orang. Hal ini

226 http://ojs.uho.ac.id/index.php/JSEP
menyatakan bahwa masyarakat di Desa d. Lantai Dasar Rumah Tinggal
Puasana mampu memiliki rumah dengan
dinding Permanen. Keluarga nelayan tangkap memiliki
rumah dengan lantai dasar menggunakan
tehel, plester dan tanah. untuk lebih
jelasnya dapat di lihat pada Tabel 7 di
bawah ini.

Tabel 7 Jenis lantai dasar rumah tinggal


No Jenis lantai dasar Responden (orang) Persentase (%)
1 Keramik 11 45,8
2 Plester 10 41,7
3 Tanah 3 12,5
Jumlah 24 100
Sumber: Data primer setelah diolah, 2017

e. Luas Rumah Tinggal berbeda-beda. untuk lebih jelasnya


dapat di lihat pada Tabel 8 di bawah ini:
Keluarga nelayan tangkap memiliki
rumah dengan luas rumah tinggal yang

Tabel 8 Luas rumah tinggal


No Ukuran rumah Responden (orang) Persentase (%)
1 7x5 8 33,3
2 8x5 3 12,5
3 8x6 12 50,0
4 12 x 8 1 4,2
Jumlah 24 100
Sumber: Data primer setelah diolah, 2017

Lantai dasar rumah dapat dikatakan yang menggunakan lantai dasar rumah
sebagai bagian dasar sebuah rumah, tinggal plester sebanyak 10 orang dan
yang memiliki peran penting untuk yang menggunakan lantai dasar tanah
memperkuat rumah atau ruang. Lantai sebanyak 3 orang dari 24 orang nelayan
berfungsi untuk menunjang aktivitas tangkap. Hal ini menunjukan bahwa
sehari-harinya seperti berjalan, keluarga nelayan tangkap masih banyak
menyimpan barang dan sebagainya. menggunakan lantai dasar keramik
Lantai dasar rumah juga di bagi dalam ketimbang menggunakan plaster.
beberapa jenis, diantaranya keramik,
plester, marmer, kayu dan tanah. 5. Alat Transportasi Nelayan tangkap
Masyarakat nelayan tangkap di Desa
Puasana jenis lantai dasar rumah hanya Jenis alat transportasi yang digunakan
keramik, plester dan tanah. Masyarakat nelayan Tangkap dapat dilihat pada
nelayan tangkap kebanyakan dengan Tabel 9.
menggunakan keramik sebanyak 11,

J. Sosial Ekonomi Perikanan FPIK UHO, ISSN 2502-664X: 2(4) November 2017 227
Isranita et al. – Kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan…

Tabel 9 Alat transportasi nelayan tangkap di Desa Puasana Kecamatan Moramo Utara
No Transportasi Responden Persentase (%)
1 Sepeda 1 4,17
2 Motor 19 79,2
3 Mobil 0 0
4 tidak memiliki transportasi 4 16,7
Jumlah 24 100
Sumber: Data primer setelah diolah, 2017

Transportasi yang digunakan masyarakat Motor mayoritas lebih banyak


nelayan tangkap di Desa Puasana yaitu dibandingkan dengan nelayan tangkap
kendaraan darat. Kendaran tersebut yang menggunakan kendaran sepeda dan
adalah Sepeda, Motor dan Mobil. mobil, ini sesuai dengan kategori tingkat
Kendaraan ini digunakan untuk kesejahteraan menurut BKKBN 2016
memudahkan nelayan tangkap dalam dan masuk dalam kategori keluarga
melakukan aktivitas sehari-hari. sejahtera III yaitu keluarga yang sudah
Kegiatan sehari-hari yang dimaksud dapat memenuhi beberapa indikator.
diantaranya penjualan hasil tangkapan,
pembelian makanan, minuman dan 6. Interaksi Sosial Nelayan Tangkap
keperluan lainnya. Berdasarkan Tabel 9,
menunjukan bahwa nelayan tangkap Interaksi sosial nelayan tangkap tangkap
yang memiliki kendaran dengan jenis dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Interaksi sosial nelayan tangkap di Desa Puasana Kecamatan Moramo Utara
No Pernyataan Responden (orang) Persentase (%)
1 Ikut terus 18 75
2 Kadang-kadang 4 16,67
3 Tidak Pernah ikut 2 8,3
Jumlah 24 100
Sumber: Data primer setelah diolah, 2017

Interaksi sosial nelayan tangkap yaitu Dalam rapat tersebut sebagian nelayan
hubungan antara nelayan yang satu sangat aktif untuk menghadiri rapat, dan
dengan yang lainnya, atau hubungan ada juga yang tidak sempat hadir atau
dengan kelompok nelayan tangkap tidak hadir sama sekali dengan alasan
dengan kelompok nelayan tangkap yang tertentu. Adapun pernyataan nelayan
lain. Dengan adanya hubungan ini, tangkap berdasarkan Tabel 10
nelayan tangkap dapat berkontak menunjukan bahwa semangant untuk
langsung dengan masyarakat guna mengikuti kegiatan atau melakukan
memperat hubungan antar sesama interaksi dengan masyarakat nelayan
manusia. Seperti halnya di Desa Puasana tangkap yang lain sangat berambisi, atau
Masyarakat nelayan tangkap ada mayoritas mengikuti terus kegiatan
beberapa individu dan kelompok nelayan tersebut.
yang melakukan sebuah organanisasi
nelayan yang di namakan dengan 7. Media Berita
Koperasi Nelayan. Untuk memperat
hubungan antar sesama nelayan Ketua Media yang digunakan masyarakat
Koperasi nelayan mengadakan rapat nelayan tangkap di Desa Puasana dapat
koperasi sekali dalam satu seminggu. dilihat pada Tabel 11i. Media merupakan

228 http://ojs.uho.ac.id/index.php/JSEP
suatu yang digunakan masyarakat media Televisi. Hal ini sesuai dengan
nelayan Tangkap di Desa Puasana untuk kategori tingkat kesejahteraan menurut
memperoleh informasi. Dalam BKKBN (2016) dan masuk dalam
memperoleh berita atau informasi mas- kategori keluarga sejahtera III yaitu
yarakat nelayan tangkap menggunakan keluarga yang sudah dapat memenuhi
beberapa jenis media diantaranya media beberapa indikator.
Koran, Radio dan Televisi. Menurut
Tabel 11 menunjukan Masyarakat
nelayan tangkap di Desa Puasana
mayoritas memperoleh berita melalui

Tabel 11 Media berita nelayan tangkap di Desa Puasana


No Media Responden (orang) Persentase (%)
1 Koran 2 8,3
2 Radio 0 0,0
3 Televisi 22 91,7
Jumlah 24 100
Sumber: Data primer setelah diolah, 2017

8. Jumlah Tanggungan Keluarga rumah tangga maupun yang berada di


tempat lain, namun tetap menjadi
Jumlah tanggungan keluarga yang tanggungan keluarga nelayan responden.
dimaksud dalam penelitian ini adalah Jumlah tanggungan keluarga yang
jumlah anggota keluarga yang di- menjadi tanggungan nelayan di Desa
tanggung termasuk nelayan tangkap itu Puasana dapat dilihat pada Tabel 12.
sendiri baik yang berada dalam satu

Tabel 12 Identitas nelayan berdasarkan jumlah tanggungan keluarga


No Jumlah tanggungan(orang) Responden (orang) Persentase (%)
1 1 sampai 4 13 54,2
2 4 sampai 6 11 45,8
Jumlah 24 100
Sumber: Data primer setelah diolah, 2017

Jumlah tanggungan keluarga adalah bermacam-macam jumlah tanggungan


banyaknya beban tanggung jawab sese- yang menjadi bebannya yaitu ber-
orang dalam memenuhi kehidupan dasarkan Tabel 12 menunjukkan jumlah
dalam satu keluarga, sudah termaksud tanggungan keluarga yang paling sedikit
dirinya dan yang dibebankan yaitu memiliki persentase 54,2% dengan
seorang suami (ayah) atau kepala jumlah tanggungan 1–4 sebanyak 13
keluarga yang bertanggung jawab untuk orang dan yang paling banyak sebesar
menafkahi keluarganya. Sebuah keluarga 45,8% dengan jumlah tanggungan 4–8
yang harmonis harus terpenuhi kebutuh- sebanyak 11 orang dari 24 orang.
an hidupnya baik jasmani maupun Didalam keluarga semakin banyak
rohani, seperti halnya masyarakat yang jumlah tanggungan akan semakin tinggi
berada di Desa Puasana Kecamatan jumlah pengeluaran yang dikeluarkan
Moramo Utara khususnya masyarakat dan tergolong kedalam keluarga tidak
nelayan tangkap. Masyarakat nelayan ini sejahtera atau kurang mampu. Hal ini

J. Sosial Ekonomi Perikanan FPIK UHO, ISSN 2502-664X: 2(4) November 2017 229
Isranita et al. – Kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan…

sesuai dengan pernyataan Astuti (2013) 9. Penerimaan


yang menyatakan bahwa semakin
banyak tanggungan keluarga maka dapat Klasifikasi penerimaan nelayaan dalam
di katakana rumah tangga tersebut Nelayan Tangkap dapat dilihat pada
tergolong kedalam keluarga tidak Tabel 13.
sejahtera, mengingat hasil atau penda-
patan keluarga yang rendah sedangkan
tanggungan hidup dalam keluarga sangat
tinggi.

Tabel 13 Klasifikasi penerimaan nelayan tangkap


No Kategori Penerimaan Responden (orang) Persentase (%)
1 Rendah (<Rp 1.500.000 ) 1 4,2
2 Sedang (Rp 1.500.000 - 2.500.000) 14 58,3
3 Tinggi (Rp 2.500.00 - 3.500.000) 4 16,7
4 Sangat tinggi (> 3.500.000) 5 20,8
Jumlah 24 100
Sumber: Data primer setelah diolah, 2017

Penerimaan digunakan untuk memenuhi beda-beda sehingga penerimaan yang


kebutuhan sehari-hari demi kelangsung- dihasilkan selama satu bulan berbeda
an hidup. Oleh karena itu, setiap orang tiap nelayan.
harus bekerja demi kelangsungan hidup
dan tanggung jawabnya seperti istri dan Berdasarkan Tabel 13 hasil analisis
anak-anaknya. Penerimaan dapat diarti- penerimaan pada usaha nelayan tangkap
kan sebagai hasil yang diterima sese- Desa Puasana Kecamatan Moramo Utara
orang karena orang itu bekerja dan selama satu bulan sangat beragam mulai
hasilnya bisa berupa uang atau barang. dari Rp1.300.000 perbulan sampai
Penerimaan orang tua adalah hasil yang dengan Rp37.400.000 dengan pene-
diterima orang tua dari hasil bekerja, rimaan sangat tinggi diatas 3.500.000,
baik dari pekerjaan pokok maupun tinggi Rp2.500.000-Rp3.500.000, sedang
pekerjaan sampingan yang berupa uang Rp1.500.000-Rp2.500.000 dan paling
atau barang yang dinilai dengan uang. rendah Rp1.500.000. Jumlah nelayan
Hal ini sesuai dengan pernyataan tangkap yang memiliki penerimaan
(Passaribu & Djumran, 2005) pene- sangat tinggi sebanyak 5 orang atau
rimaan merupakan usaha yaitu jumlah sekitar 20,8%, tinggi sebanyak 4 orang
nilai uang (rupiah) yang diperhitungkan atau sekitar 16,7%, sedang 14 orang atau
dari seluruh produk yang laku terjual. sekitar 58,3% dan yang rendah sebanyak
Dengan kata lain penerimaan suatu 1 orang atau sekitar 4,2%. Tingkat
usaha merupakan hasil perkalian antara penerimaan masyarakat nelayan tangkap
jumlah produk (Q) terjual dengan harga di Desa Puasana masuk dalam kategori
(P). tingkat sejahtera dan masuk dalam
golongan penerimaan sedang. Sesuai
Nilai uang yang diterima seseorang dari dengan pernyataan BPS (2014) yang
hasil usahanya sesuai dengan apa jenis menggolongkan tingkat penerimaan
pekerjaan dan apa yang digunakan dalam menjadi 4 yaitu
usaha tersebut seperti halnya masya- 1. Golongan penerimaan sangat tinggi
rakat nelayan tangkap di Desa Puasana adalah jika penerimaan rata-rata lebih
menggunakan alat tangkap yang ber- dari Rp3.500.000 per bulan

230 http://ojs.uho.ac.id/index.php/JSEP
2. Golongan penerimaan tinggi adalah DAFTAR PUSTAKA
jika penerimaan rata-rata antara
Rp2.500.000-Rp3.500.000per bulan Astuti W.A. 2013. Peran Ibu Rumah
3. Golongan penerimaan sedang adalah Tangga Dalam Meningkatkan
jika penerimaan rata-rata antara Pendapatan Kesejahteraan
Rp1.500.000-Rp2.500.000 per bulan Keluarga. Jurusan Pendidikan
4. Golongan penerimaan rendah adalah Luar Sekolah Fakultas Ilmu
jika penerimaan rata-rata Pendidikan. Skripsi. Universitas
Rp1.500.000 per bulan. Negeri. Semarang.
BKKBN. 2016. Indikator Kesejahteraan
SIMPULAN Rakyat (Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional)
Berdasarkan hasil dan pembahasan Nasional. Jakarta.
mengenai kondisi sosial ekonomi BPS. 2012. Indikator Kesejahteraan
masyarakat nelayan Desa Puasana Rakyat. Badan Pusat Statistik
Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Sultra. Kendari.
Konawe Selatan dapat disimpulkan . 2014. Analisis Perkembangan
bahwa kondisi sosial masyarakat nelayan Statistik Ketenagakerjaan
yang ditunjukan adalah umur nelayan (Laporan Sosial Indonesia).
didominasi usia produktif dengan Badan Pusat Statistik. Jakarta.
kesehatan yang cukup baik. Jenjang Dumairy. 2002. Perekonomian
pendidikan yang ditempuh adalah Indonesia. Erlangga. Jakarta.
pendidikan formal. Status rumah yang Frick H & Widmer P. 2006.
ditempati adalah milik sendiri yang Membangun, Membentuk dan
luasnya 7m x 5m menggunakan atap Menghuni. Yogyakarta: Kanisius
seng, dinding permanen dan lantai dasar Idrii Z. 1992. Pengantar Pendidikan I.
rumah umumnya menggunakan keramik. Gramedia. Jakarta.
Jenis transportasi yang digunakan Passaribu A.M & Djumran Y.A. 2005.
nelayan lebih banyak menggunakan Perencanaan dan Evaluasi
kendaraan bermotor. Interaksi sosial Proyek Perikanan. Lephas
antar nelayan cukup baik. Nelayan (Hasanuddin University Press).
tersebut memperoleh berita lebih banyak Makassar.
dari siaran TV. Kondisi ekonomi yang Soeharjo A & Patong D. 1973. Sendi-
ditunjukan yaitu Mata pencaharian Sendi Pokok Ilmu Usaha Tani.
utama masyarakat adalah sebagai nela- Departemen Ilmu-ilmu Sosial
yan karena pendapatan yang diperoleh Ekonomi UNSTART. Manado.
lebih besar dibandingkan dengan jenis Soekidjo N. 2007. Promosi Kesehatan
pekerjaan lainnya, yaitu sebesar dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.
Rp2.210.000/bulan. Penerimaan seperti Jakarta.
ini dapat menang-gung jumlah anggota Sugiono. 2010. Metode Penelitian
keluarga 4 orang. Pendidikan (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R &
D).Alfabeta. Bandung.

J. Sosial Ekonomi Perikanan FPIK UHO, ISSN 2502-664X: 2(4) November 2017 231

Anda mungkin juga menyukai