S46615 Khairina
S46615 Khairina
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Cipayung Kota
Depok Provinsi Jawa Barat Tahun 2013
ABSTRAK
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Depok, Bayi Berat Lahir Rendah
merupakan penyebab angka kematian bayi tertinggi. Angka BBLR terbanyak terjadi pada
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cipayung dan dari tahun 2010-2012 angka BBLR
mengalami kenaikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian bayi berat lahir rendah. Dalam penelitian ini menggunakan
desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah bayi berumur 0-11 bulan dengan
jumlah 100 sampel yang diambil secara quota sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara pendidikan diperoleh nilai p-value 0,010, status gizi
diperoleh nilai p-value 0,015, hipertensi diperoleh nilai p-value 0,044, penyakit infeksi
diperoleh nilai p-value 0,015 dan perokok diperoleh nilai p-value 0,007 dengan kejadian
BBLR. Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, bahwa status kesehatan ibu mempunyai
peran yang besar terhadap kejadian bayi berat lahir rendah.
Kata kunci: BBLR; Hipertensi; Infeksi; Pendidikan;PerokoK;Status Gizi
ABSTRACT
Based on data obtained from Depok City Health Department, Low Birth Weight Babies the
highest cause of infant mortality. LBW rate occurred in the working area of the health center
and the district 2010-2012 Cipayung LBW rate increased. This study aims to determine the
factors associated with the incidence of low birth weight babies. In this study using cross-
sectional design. The population in this study were infants aged 0-11 months with a numberof
100 samples were taken by quota sampling. The results showed a significant relationship
between education obtained p-value 0,010, nutritional status obtained p-value 0,015,
hypertension obtained p-value 0,044, infectious diseases obtained p-value 0,015 and smokers
obtained p-value of 0,007 with incidence of LBW. Based on the conclusions reached, that
maternal health has a major role on the incidence of low birth weight babies.
Keywords:
Education; hypertension; infectious diseases;LBW;nutritional status; smokers
Tinjauan Teoritis
Definisi Bayi Berat Lahir Rendah
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2,500
gram (Depkes RI, 2008).
Pendidikanadalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU
Pendidikan No. 12, Tahun 2012).Demikian juga pendidikan bagi perempuan memiliki makna
yang sangat penting. Lebih dari sekedar instrumen untuk memperoleh pendapatan yang lebih
baik, tetapi dapat membebaskan diri dari belenggu kemiskinan dan ketidakberdayaan.
Pendidikan juga akan memperbaiki kondisi kehidupan kaum perempuan dalam banyak aspek
atau dimensi kehidupan. Dengan pendidikan yang lebih baik, maka kaum perempuan akan
lebih banyak terekspos dengan berbagai hal, seperti: kesehatan, hak-hak pribadi dan hak
politik.
Sosial EkonomiBerat badan bayi baru lahir ditentukan oleh (faktor genetis) status gizi janin.
Status gizi janin juga ditentukan oleh status gizi ibu waktu melahirkan dan keadaan ini
dipengaruhi pula oleh status gizi ibu pada waktu konsepsi. Status ibu pada saat konsepsi
dipengaruhi oleh keadaan sosial dan ekonomi ibu sebelum hamil. Status ekonomi jika yang
bersangkutan hidup di bawah garis kemiskinan (keluarga prasejahtera), berguna untuk
memastikan apakah ibu berkemampuan membeli dan memilih makanan yang bernilai gizi
tinggi (Arisman, 2010).Berg (1986) mengatakan bahwa pendapatan merupakan faktor yang
paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin banyak memperoleh uang
berarti semakin baik makanan yang diperoleh. Dengan kata lain semakin tinggi penghasilan,
semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayuran dan
beberapa jenis bahan makanan lainnya (Syafiq et al., 2010).
Status GiziPentingnya status gizi bagi ibu hamil perlu dilihat dari berbagai aspek. Selain
akses terhadap keamanan pangan dan terhadap pelayanan kesehatan yang setinggi-tingginya
merupakan hak asasi dasar setiap orang, status gizi ibu juga mempunyai dampak sosial dan
ekonomi. Status gizi ibu tidak hanya memberikan berdampak negatif terhadap status
kesehatan dan risiko kematian dirinya, tetapi juga terhadap kelangsungan hidup dan
perkembangan janin yang dikandungnya dan lebih jauh lagi terhadap pertumbuhan janin
tersebut sampai usia dewasa. Secara spesifik, penyebab Kurang Energi Kronis (KEK) adalah
Penyakit Infeksipada ibu saat hamil, dapat terjadi dua kemungkinan. Pertama bisa
memperburuk penyakit tersebut sehingga lebih berbahaya pada ibu hamil. Kedua dapat
mempengaruhi kehamilan itu sendiri, seperti: abortus, persalinan kurang bulan, atau
mempengaruhi bayi atau jalannya persalinan. Pada umumnya, penyakit infeksi yang akut
lebih berat pada ibu hamil, apalagi jika persalinan terjadi karena saat persalinan
membutuhkan tenaga yang banyak dan juga kehilangan banyak darah, sehingga
mengakibatkan daya tahan tubuh ibu berkurang (Martaadisoebrataet al., 2012).
Perokokpasif akan mempunyai risiko yang sama dengan perokok aktif antara 1–5 batang per
hari. Perempuan yang merokok pada kehamilan trimester dua atau tiga mempunyai risiko
yang sama bila merokok selama kehamilan. Bayi seorang perokok bukan hanya mempunyai
berat badan lahir yang rendah tetapi juga ukuran panjang tubuh, ukuran kepala dan dada yang
lebih kecil, pH darah tali pusat yang rendah dan menunjukkan lebih banyak kelainan pada
pemeriksaan neurologis (Prawirohardjo, 2010).
Ante Natal CarePada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10-
12% kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi patologis. Kehamilan
patologis tidak terjadi secara mendadak karena kehamilan dan efeknya terhadap organ tubuh
berlangsung secara bertahap dan berangsur-angsur. Deteksi dini gejala dan tanda bahaya
selama kehamilan merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius
terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyakit
ParitasIbu yang melahirkan anak lebih dari 3 orang, mengakibatkan terjadi gangguan dalam
kehamilan, seperti plasenta (ari-ari) yang letaknya dekat dengan jalan lahir, menghambat
proses persalinan, seperti gangguan kekuatan kontraksi, kelainan letak dan posisi. Penyebab
lain dapat juga terjadi perdarahan pasca persalinan, waktu ibu untuk menyusui dan merawat
bayi kurang, tumbuh kembang anak tidak optimal, serta menambah beban ekonomi keluarga.
Risiko yang dapat terjadi antar lain, berhubungan dengan segi kesehatan dan segi ekonomi
(BKKBN, 2007).
Metode Penelitian
Penelitianstudi kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian potong lintang
(Cross sectional). Dilakukan pada wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cipayung Kota
Depok Tahun 2013. Populasi bayi 0-11 bulan, yang menjadi responden ibu bayi.Sampel
diambil dengan menggunakan Quota Sampling,besar sampel berdasarkan rumus besar sampel
untuk uji hipotesis beda dua proporsi. Didapatkan sampel sebanyak 100 responden. Kriteria
inklusi semua bayi yang berkunjung untuk mendapatkan pelayanan imunisasi, memiliki buku
KIA, baik ke puskesmas dan posyandu sertaberdomisilidi wilayah Puskesmas Cipayung Kota
Depok.Adapun variabel yang diukur adalah karakteristik ibu (umur, pendidikan, status
ekonomi, status gizi), riwayat kesehatan ibu (hipertensi, penyakit infeksi, perokok, ANC,
paritas) dan BBLR. Teknik pengumpulan data melakukan wawancara pada ibu bayi
menggunakan kuesioner, sekaligus melakukan observasi pada buku KIA. Analisis data
dilakukan secara bertahap meliputi analisis univariat dan analisis bivariat.
Pendidikan Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian BBLR
diketahui bahwa 8 responden (18%) ibu yang mempunyai pendidikan rendah melahirkan bayi
berat lahir rendah. Sedangkan ibu yang mempunyai pendidikan tinggi 1 responden (2%)
melahirkan bayi berat lahir rendah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value 0,010, maka
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan
kejadian BBLR. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR 12, artinya ibu dengan tingkat
pendidikan rendah mempunyai peluang 12 kali untuk melahirkan bayi berat lahir rendah.
Berdasarkan teori, pendidikan bagi perempuan memiliki makna yang sangat penting.
Selain dapat membebaskan diri dari belenggu kemiskinan dan ketidakberdayaan. Pendidikan
juga akan memperbaiki kondisi kehidupan kaum perempuan dalam banyak aspek atau
Status EkonomiHasil analisis hubungan status ekonomi dengan kejadian BBLR, diketahui
bahwa 5 responden (7%) ibu dengan status ekonomi rendah melahirkan bayi berat lahir
rendah, Sedangkan ibu yang berstatus ekonomi tinggi 4 responden (15%) melahirkan bayi
berat lahir rendah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value 0,247, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status ekonomi dengan kejadian BBLR.
Berg (1986) mengatakan bahwa pendapatan merupakan faktor yang paling
menentukan kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin banyak memperoleh uang berarti
semakin baik makanan yang diperoleh. Dengan kata lain semakin tinggi penghasilan, semakin
besar pula persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayuran dan beberapa
jenis bahan makanan lainnya (Syafiq et al., 2010).
Untuk mendapatkan gizi yang baik tidak selalu diukur dari tingkat status ekonomi
seseorang. Untuk mendapatkan makanan yang bergizi, tidak harus dalam harga tinggi.
Banyak makanan yang didapat dengan harga murah, tetapi mempunyai nilai gizi yang tinggi.
Hal ini mempunyai hubungan dengan pendidikan seseorang, bagaimana memilih makanan
yang mengandung zat gizi, serta mengolah makanan tanpa menghilangkan zat gizi tersebut.
Sehingga akan dapat mensejahterakan seluruh anggota keluarganya dan yang lebih penting
lagi bagaimana mengatur pengeluaran dalam rumah tangga, agar lebih bermanfaat untuk
kesehatan keluarga.
HipertensiHasil analisis hubungan antara riwayat hipertensi ibu dengan kejadian BBLR
diketahui bahwa 3 responden (30%) ibu yang hipertensi melahirkan bayi berat lahir rendah.
Sedangkan ibu yang tidak mempunyai riwayat hipertensi 6 responden (7%) melahirkan bayi
berat lahir rendah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value 0,044, maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat hipertensi ibu dengan kejadian BBLR.
Dari hasil analisis diperoleh nilai OR 6, artinya ibu dengan riwayat hipertensi mempunyai
peluang 6 kali untuk melahirkan bayi berat lahir rendah.
Berdasarkan teori, tekanan darah tinggi dalam kehamilan (hipertensi) dapat
mengakibatkan menurun aliran darah ke plasenta, yang akan mempengaruhi persediaan
oksigen dan nutrisi pada bayi. Hal ini dapat memperlambat pertumbuhan bayi dan
meningkatkan risiko saat melahirkan. Perempuan dengan hamil hipertensi mempunyai risiko
tinggi untuk komplikasi berat seperti penyakit jantung, penyakit pembuluh darah otak,
ataupun gagal organ hingga kematian. Sedangkan terhadap janin, hipertensi mengakibatkan
perkembangan janin dalam rahim terhambat, kelahiran sebelum waktunya dan kematian janin
dalam rahim (Lalage, 2013).
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang hipertensi dapat mengalami berbagai masalah
kesehatan dan bayi mempunyai berat lahir yang rendah. Hal ini diakibatkan karena
Penyakit InfeksiHasil analisis hubungan antara penyakit infeksi dengan kejadian BBLR
diketahui bahwa 3 responden (43%) ibu yang mempunyai riwayat penyakit infeksi
melahirkan bayi berat lahir rendah. Sedangkan ibu yang tidak mempunyai riwayat infeksi ada
6 responden (7%) melahirkan bayi berat lahir rendah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value
0,015, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit
infeksi dengan kejadian BBLR. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR 11, artinya ibu dengan
riwayat penyakit infeksi mempunyai peluang 11 kali untuk melahirkan bayi berat lahir
rendah.
Penyakit infeksi pada ibu saat hamil, dapat terjadi dua kemungkinan. Pertama bisa
memperburuk penyakit tersebut sehingga lebih berbahaya pada ibu hamil. Kedua dapat
mempengaruhi kehamilan itu sendiri, seperti: abortus, persalinan kurang bulan atau
mempengaruhi bayi atau jalannya persalinan. Pada umumnya, penyakit infeksi yang akut
lebih berat pada ibu hamil, apalagi jika persalianan terjadi karena saat persalinan
membutuhkan tenaga yang banyak dan juga kehilangan banyak darah, sehingga
mengakibatkan daya tahan tubuh ibu berkurang (Martaadisoebrataet al., 2012).
Penyakit infeksi dengan status gizi merupakan dua hal yang saling berhubungan.
Penyakit infeksi pada ibu hamil dapat menguras cadangan makanan di dalam tubuhnya. Hal
ini disebabkan oleh sistem tubuh yang terganggu dan dapat juga terjadi gangguan absorbsi
makananan yang dimakan, sehingga ibu mengalami kekurangan zat gizi. Begitu juga hal
dengan kurang gizi, dapat terjadi penurunan daya tahan tubuh, sehingga tubuh mudah terkena
infeksi. Jadi ibu yang mengalami kurang gizi akan memberi dampak secara tidak langsung
terhadap janin yang dikandung. Dampaknya adalah terganggu proses tumbuh kembang,
sehingga pertumbuhan dan perkembangan menjadi tidak sempurna.
PerokokHasil analisis hubungan antara merokok dengan kejadian BBLR diketahui bahwa 2
responden (100%) ibu yang merokok melahirkan bayi berat lahir rendah. Sedangkan ibu yang
tidak merokok 7 responden (7%) melahirkan bayi BBLR. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-
value 0,007, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara merokok
Ante Natal CareHasil analisis hubungan ANC dengan kejadian BBLR, diketahui bahwa 1
responden (14%) ibu yang melakukan ANC < 4 kali melahirkan bayi berat lahir rendah.
Sedangkan 8 responden (9%) ibu yang melakukan ANC ≥ 4 kali melahirkan bayi berat lahir
rendah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value 0,494, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara ANC dengan kejadian BBLR.
Berdasarkan teori, kehamilan patologis tidak terjadi secara mendadak karena
kehamilan dan efeknya terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan berangsur-
angsur. Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik
untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan ataupun keselamatan
ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyakit penyerta sebaiknya juga dikenali sejak
awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya maksimal untuk mencegah gangguan yang
berat terhadap kehamilan dan keselamatan ibu maupun bayi yang dikandung (Prawirohardjo,
2010).
Untuk ukuran jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan rata-rata ibu melakukannya
lebih dari 4 kali. Tetapi jumlah kunjungan belum tentu menggambarkan kualitas pemeriksaan
pelayanan ante natal itu sendiri. Dalam hal ini memungkinkan ibu untuk tidak mendapatkan
pelayanan ANC sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Berdasarkan waktu kunjungan di
posyandu yang relatif singkat dan peserta posyandu yang terdiri dari ibu hamil, bayi dan
balita dengan jumlah banyak, serta petugas kesehatan dalam hal ini dilakukan oleh tenaga
bidan yang berjumlah satu orang, tentu mengalami kesulitan dalam memberikan pelayanan
ante natal secara maksimal.
Simpulan
Dari 100 responden, BBLR 9%, ibu umur berisiko 19%, ibu berpendidikan rendah
45%, status ekonomi keluarga rendah 73%, ibu dengan status gizi kurang 7%, ibu dengan
riwayat hipertensi 10%, ibu dengan riwayat penyakit infeksi 7%, ibu perokok 2%, ibu yang
melakukan ANC < 4 kali 7% dan ibu dengan paritas > 3 7%.Dari hasil penelitian bahwa dari
9 variabel antar lain karakteristik ibu (umur, pendidikan, status ekonomi, status gizi) dan
riwayat kesehatan ibu (hipertensi, penyakit infeksi, ibu perokok, ANC dan paritas), terdapat 5
Saran
Peneliti menyarankankepada Dinas Kesehatan agar mengadakan pelatihan atau
penyegaran kompetensi bidan dalam melakukan ante natal care sesuai standar pelayanan
kebidanan dan kepada Puskesmas diharapkan agar meningkatkan jumlah dan mengaktifkan
kelompok kelas ibu hamil,meningkatkan pendidikan kesehatan atau penyuluhan yang
berkaitan dengan bahaya merokok terutama pada ibu hamil serta diharapkan kepada bidan,
agar setiap ibu hamil yang memeriksa kehamilan untuk dilengkapi pemeriksaan laboratorium
(HB, proteinuria, TB), pemeriksaan gigi dan penyakit infeksi lainnya. Untuk Posyandu
agarmeningkatkan kinerja posyandu, dalam mendeteksi dini ibu hamil yang berisiko tinggi
dan melakukan penjaringan ibu hamil KEK.
Daftar Referensi
1. Ariawan, Iwan. (1998). Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan. FKM,
Universitas Indonesia.
2. BKKBN. (2007). Ingin memiliki Kesehatan Reproduksi Prima? Hindari Kehamilan “4
Terlalu” . Jakarta.
3. Benson, C. Ralph, & Pernoll, L. Martin. (2009). Buku Saku Obstetri Ginekologi. Penerbit,
EGC. Jakarta.
4. BAPPENAS. (2010). Ringkasan Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Milenium Indonesia. Jakarta.
5. BKKBN. (2011). Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Besar Nasional. Jakarta.
6. Depkes RI. (2008). Pelayanan obstetri dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK).
Jakarta.
7. Lalage, Zerlina. (2013). Menghadapi Kehamilan Berisiko Tinggi, penerbit, Abata Press.
Klaten.
8. Manuaba, Ida Ayu Chandra, et al. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB
Untuk Pendidikan Bidan. Penerbit, EGC. Jakarta.